merupakan habitat yang sesuai bagi organisme tersebut. Oleh karena itu keberadaan Polychaeta yang merupakan kelas penyusun satu-satunya dapat
mengindikasikan adanya tekanan ekologis dan masuknya bahan organik yang tinggi.
Pola sebaran makrozoobentos bulan Agustus 2007 berkebalikan dengan musim kemarau tahun sebelumnya yang rendah di mulut sungai dan semakin
meningkat ke arah laut. Rendahnya makrozoobentos di daerah mulut sungai mengindikasikan adanya gangguan di wilayah ini. Arus yang lemah di musim
kemarau memungkinkan interaksi aliran sungai lebih banyak dengan mulut sungai dan sekitarnya serta terjadinya akumulasi bahan bawaan sungai.
Rendahnya kepadatan makrozoobentos di sekitar mulut sungai mengindikasikan bahwa bawaan aliran sungai menimbulkan tekanan ekologis
bagi makrozoobentos. Hal ini juga dapat dilihat dari peningkatan kepadatan makrozoobentos pada stasiun-stasiun terjauh dari mulut sungai sehingga
mengindikasikan pengaruh yang semakin kecil dari bawaan aliran sungai ke arah laut.
Pada bulan ini yang ditemukan hanya jenis Tellina radiata dan T. punicea yang mampu bertahan hidup. Menurut Nybakken 1988 bivalvia merupakan
Moluska yang cenderung menetap pada suatu tempat. Mereka dapat menghuni berbagai habitat karena mempunyai mekanisme adaptasi yang cukup baik untuk
melangsungkan berbagai kehidupannya.
4.2.2. Estuaria Sungai Wonokromo
Pola sebaran spasial makrozoobentos estuaria Sungai Wonokromo terhadap pengaruh musim relatif tidak terlalu berbeda dibandingkan dengan
Sungai Porong. Pada estuaria ini ditemukan 23 jenis dari 5 kelas makrozoobentos yaitu Gastropoda, Holothuroidea, Malacostraca, Pelecypoda dan Polychaeta. Hal
ini menunjukkan bahwa estuaria ini lebih beragam dibandingkan dengan estuaria Sungai Porong yang hanya memiliki 9 jenis dari 4 kelas yaitu Holothuroidea,
Malacostraca, Pelecypoda dan Polychaeta dari waktu sampling yang sama dengan estuaria Sungai Wonokromo dan 17 jenis dari 5 kelas makrozoobentos pada 5 kali
48
pengambilan sampel. Pola sebaran spasial makrozoobentos estuaria Sungai Wonokromo dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Pola Penyebaran Makrozoobentos Secara Spasial Estuaria Sungai
Wonokromo
Lebih banyaknya jenis makrozoobentos di estuaria Sungai Wonokromo menunjukkan bahwa estuaria Sungai Porong lebih mendapatkan tekanan ekologis.
Semakin banyak jenis makrozoobentos yang hidup di estuaria maka kondisi lingkungannya lebih baik, karena menunjukkan semakin kecilnya suatu
lingkungan berpeluang berada dalam keadaan ekstrim yang memungkinkan adanya dominansi. Menurut Odum 1993 dominan di dalam semua golongan
ekologi akan nyata terjadi pada lingkungan yang ekstrim. Kepadatan makrozoobentos rendah di mulut sungai kemudian meningkat
dan kembali turun menuju arah yang semakin ke laut. Pola ini terdapat pada kedua musim dan sama dengan pola penyebaran spasial makrozoobentos di
estuaria Sungai Porong pada musim hujan. Kepadatan yang rendah di mulut sungai dapat diakibatkan faktor arus.
Kemudian peningkatan kepadatan terjadi karena arus yang mulai melemah. Arus yang lemah memungkinkan terjadinya akumulasi bahan organik yang dibutuhkan
oleh makrozoobentos. Penurunan kepadatan makrozoobentos kembali terjadi. Hal ini dapat
disebabkan oleh masukan bahan organik yang tinggi dan adanya dekomposisi bahan organik yang telah terakumulasi sebelumnya.
Pada wilayah peralihan secara umum didominasi oleh Pelecypoda yang bersifat Filter Feeder dan Deposit Feeder. Sifat ini lebih cocok pada daerah yang
berarus tenang karena akan memudahkannya memakan deposit yang mengendap 49
dan menyaring bahan-bahan tersuspensi yang dibutuhkan sebagai makanannya. Akan tetapi jika bahan bawaannya berupa bahan beracun dan hasil erosi dapat
mengakibatkan mortalitas tinggi dan tersumbatnya sistem pernafasan sehingga menjadi rusak dan menjadi penyebab kematian. Oleh karena itu dapat diduga
bahwa bahan organik bawaan dari aliran sungai memiliki kandungan sangat tinggi sehingga kelas Pelecypoda dapat berkembang dengan baik. Kelas Polychaeta dari
jenis Nephtys dan Notomastus juga mampu hidup karena pada substrat yang berlumpur cocok dijadikan habitat karena sifatnya yang deposit feeder.
4.2.3. Perbandingan Struktur Komunitas Makrozoobentos di Kedua