Keadaan Umum Daerah Penelitian Ekologi Estuaria

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Keadaan Umum Daerah Penelitian

Sungai Brantas berada di Provinsi Jawa Timur dengan panjang total 320 km dan daerah aliran seluas 11.050 km 2 yang merupakan sungai kedua terbesar di Pulau Jawa mencakup 5 kota madya, 11 kabupaten dan 33 kecamatan. Daerah Aliran Sungai DAS Brantas merupakan DAS yang terpadat penduduknya di Indonesia. Sungai Brantas bercabang menjadi dua, ke arah timur laut mengalir Sungai Wonokromo dan ke arah timur mengalir Sungai Porong di sekitar 40 km sebelum Kota Surabaya. Curah hujan sekitar 1.860 mmtahun dengan sekitar 25 mmbulan pada musim kemarau dan puncaknya sampai 350 mmbulan selama Januari dan Februari. Selama musim hujan ketika hampir 80 air yang disuplai dari Brantas dialihkan ke Porong rata-rata alirannya sekitar 600 m 3 s dan dapat mencapai 1.200 m 3 s pada musim hujan yang ekstrim Schroeder et al., 2004. Sungai Brantas merupakan sungai terpanjang di Jawa Timur dengan luas aliran kurang lebih seperempat luas wilayah Provinsi Jawa Timur. Sungai Brantas bersumber pada lereng gunung Arjuna dan Anjasmara yang bermuara di selat Madura. Jumlah penduduk di wilayah ini kurang lebih 14 juta jiwa 40 dari penduduk Jawa Timur, dimana sebagian besar bergantung pada sumberdaya air yang merupakan sumber utama bagi kebutuhan air baku untuk konsumsi domestik, irigasi, industri, rekreasi, pembangkit tenaga listrik dan lain-lain Anonymus in Handayani et al., 2001.

2.2. Ekologi Estuaria

Estuaria adalah suatu perairan semi tertutup yang berada di bagian hilir sungai dan masih berhubungan dengan laut, sehingga memungkinkan terjadinya percampuran antara air tawar dan air laut Dahuri, 2003. Pritchard 1967 in Wibisono 2005 mengatakan bahwa estuaria adalah suatu badan perairan pantai yang semi tertutup, tetapi masih mempunyai hubungan dengan laut terbuka dimana air laut mengalami pelarutan yang bisa diukur dengan massa air tawar yang berasal dari drainase darat. Definisi dari Pritchard tersebut belum menyebutkan tentang pasang surut yang merupakan salah satu sifat fisis hidro-oseanografi yang terasa pada setiap daerah pantai. Odum 1993 mendefinisikan estuaria aestus, air pasang adalah suatu badan air pantai setengah tertutup yang berhubungan langsung dengan laut terbuka, jadi sangat terpengaruh oleh gerakan pasang surut, dimana air laut bercampur dengan air tawar dari buangan air daratan. Fairbridge 1980 in Wibisono 2005 memberikan batasan yang lebih komprehensif yaitu estuaria merupakan tempat air masuk inlet air laut hingga mencapai lembah sungai sejauh pengaruh pasang masih tampak ke arah hulu dan bisa dibagi menjadi tiga segmen muara, yakni: 1. segmen pantai atau bagian terendah dari estuaria yang berhubungan langsung dengan laut terbuka, 2. segmen tengah yang dipengaruhi oleh salinitas yang tinggi dan terjadi percampuran dengan air tawar sungai, dan 3. sungai hulu fluvial estuary yang ditandai oleh dominansi air tawar tetapi masih terpengaruh oleh gerakan pasang harian. Estuaria dapat dianggap sebagai zona transisi atau ekotone antara habitat air tawar dan habitat lautan, tetapi banyak dari kelengkapan fisika dan biologinya yang utama tidaklah bersifat transisi melainkan unik. Estuaria atau air payau dapat digolongkan sebagai oligo-, meso-, atau polihaline menurut salinitas rata- ratanya. Secara khusus, komunitas estuaria terdiri dari campuran antara jenis- jenis endemik yaitu jenis yang terbatas pada zona estuaria dan jenis-jenis yang datang dari laut, ditambah jenis-jenis yang mempunyai kemampuan osmoregulasi untuk menembus ke arah atau dari lingkungan air tawar Odum, 1993. Meskipun kondisi fisik di estuaria sering kali penuh tekanan, dan keragaman jenis yang sesuai sedikit, tetapi keberadaan sumber makanan sedemikian menguntungkan sehingga wilayah ini dijejali berbagai kehidupan. Menurut Odum 1993 estuaria memiliki produktivitas tinggi karena: 1. estuaria adalah suatu perangkap nutrien nutrient trap, sebagian bersifat fisik terutama pada jenis-jenis yang berstratifikasi dan sebagian lagi bersifat biologi. Seperti pada terumbu karang, penyimpanan dan pendaurulangan nutrien oleh bentos secara cepat, pembentukan satuan- satuan organik dan detritus dan perolehan kembali nutrien dari endapan dalam oleh aktivitas mikroba dan akar tumbuh-tumbuhan yang menembus dalam serta binatang-binatang penggali, telah menciptakan semacam sistem penyuburan sendiri. Seperti telah ditunjukkan kecenderungan alami untuk eutrofikasi ini terutama juga menyebabkan estuaria mudah terkena polusi, karena polutan terperangkap seperti halnya nutrien bermanfaat. 2. estuaria mendapat keuntungan dari keragaman jenis produsen yang terprogram untuk berfotosintesis sepanjang tahun. Estuaria sering kali memiliki semua tiga jenis produsen yang menguasai dunia, yaitu makrofita ganggang, rumput laut dan rumput di rawa-rawa, mikrofit bentik dan fitoplankton. 3. peranan penting gerakan pasang surut dalam menimbulkan suatu ekosistem dengan permukaan air berfluktuasi yang tersubsidi. Pada umumnya semakin tinggi amplitudo pasang surut semakin besar potensi berproduksi, asal arus yang terjadi tidak terlalu abrasif. Gerakan air maju- mundur melakukan kerja lumayan besar, dengan membuang limbah dan membawa makanan serta nutrien, sehingga organisme dapat mempertahankan eksistensi sessile-nya yang tidak memerlukan banyak pengeluaran energi metabolisme untuk mengeluarkan kotoran badan dan mengumpulkan makanan. Pada kecepatan berapa arus berubah dari bersifat bantuan menjadi tekanan, tidak begitu diketahui seperti yang seharusnya. Wibisono 2005 mengungkapkan bahwa setidaknya terdapat tiga sumber zat hara nutrien yang menjadikan estuaria mempunyai tingkat produktivitas yang tinggi, yakni: 1. berasal dari daerah pantai yang berdekatan dengan wilayah muara dimana lapisan bawah permukaan dari laut memasuki muara saat pasang, 2. hara yang mengalami pelarutan leaching dari sedimen dasar perairan sungai yang terbawa oleh aliran menuju ke arah muara maupun dari presipitasi air hujan, 3. buangan domestik yang mengandung hara, sejumlah kegiatan pertanian dan buangan industri. Gambaran dominan estuaria ialah berfluktuasinya salinitas. Secara definitif suatu gradien salinitas akan tampak pada suatu saat tertentu, melalui variasi pola gradien yang bergantung musim, topografi estuaria, pasang surut, dan jumlah air tawar. Terdapat faktor lain yang berperan dalam mengubah pola salinitas. Pasang surut merupakan salah satu kekuatan. Tempat yang perbedaan pasang surutnya besar, pasang naik akan mendorong air laut lebih jauh ke hulu estuaria menggeser isohalin ke hulu dan sebaliknya. Selain itu kekuatan yang kedua yaitu gaya coriolis. Rotasi bumi berpengaruh terhadap membeloknya aliran air. Di belahan bumi utara, kekuatan ini membelokkan air tawar yang mengalir ke luar ke sebelah kanan apabila seseorang melihat estuaria ke arah laut. Air asin dari laut yang mengalir ke dalam estuaria juga digeser ke arah kanan dilihat dari laut ke arah estuaria dan sebaliknya di belahan bumi selatan Odum, 1993.

2.3. Makrozoobentos