Perbandingan Kondisi Lingkungan pada Kedua Estuaria

4.1.2.3. Tekstur Sedimen

Estuaria Sungai Wonokromo memiliki kandungan pasir yang lebih rendah daripada estuaria Sungai Porong. Hampir di semua stasiunnya memiliki tekstur yang didominasi oleh debu kecuali pada stasiun 13. Komposisi debu dan liat hampir sama di stasiun yang jauh dari mulut sungai karena pengaruh arus relatif menjadi lebih kecil sehingga sedimentasi partikel suspensi halus dapat lebih mudah terjadi. Arus deras yang terjadi di musim hujan memiliki kemampuan membawa partikel lebih besar sehingga pasir dari sungai mudah terbawa.

4.1.2.4. Kandungan C-Organik Sedimen

Kandungan C-Organik tertinggi terdapat pada stasiun 15 sebesar 1,98 diikuti stasiun 10, 14, 13, 16, 12 dan 11. Penyebaran C-Organik dapat terlihat dari dendrogram bahwa stasiun yang terletak di mulut sungai dan stasiun-stasiun yang berada paling jauh dari mulut sungai berada dalam satu kelas Lampiran 5. Pola penyebaran C-Organik ini relatif sama dengan estuaria Sungai Porong. Hal ini disebabkan oleh faktor yang sama yaitu arus. Pengambilan sampel sedimen dilakukan di musim hujan dimana arus menjadi lebih deras. Arus yang deras membawa partikel yang lebih besar dan mempengaruhi proses sedimentasi dan dekomposisi. Regresi antara C-Organik dan tekstur debu-liat serta dendrogram similaritas tekstur sedimen menunjukkan hal yang sama dengan hasil sampel estuaria Sungai Porong bahwa tekstur debu- liat berbanding lurus dengan kandungan C-Organik Lampiran 5.

4.1.3. Perbandingan Kondisi Lingkungan pada Kedua Estuaria

Perbedaan kondisi lingkungan dapat mempengaruhi pola kepadatan, komposisi maupun penyebaran makrozoobentos. Beberapa parameter yang telah diukur berupa salinitas, pH, tekstur sedimen dan C-Organik pada kedua estuaria dibandingkan pola sebarannya pada Gambar 5, 6, 7 dan 8. Box Plot parameter lingkungan salinitas dan pH kedua estuaria disajikan pada Gambar 5 dan 6. 38 Gambar 5. Box Plot Parameter Salinitas pada Kedua Estuaria Gambar 6. Box Plot Parameter pH pada Kedua Estuaria Berdasarkan Box Plot di atas, salinitas pada estuaria Sungai Porong lebih menyebar normal dibandingkan dengan estuaria Sungai Wonokromo di selang 0 – 31 ‰. Estuaria Sungai Wonokromo memiliki salinitas yang cenderung lebih tinggi, terlihat dari pengelompokan di selang 26 – 31 ‰ sehingga dapat mengindikasikan bahwa kondisi estuaria ini lebih banyak dipengaruhi oleh ekosistem laut. 39 Penyebaran salinitas yang normal dari Box Plot pada estuaria Sungai Porong menunjukkan adanya penzonasiangradien salinitas yang jelas dimana salinitas semakin meningkat ke arah laut. Kisaran salinitas yang lebih tinggi pada estuaria Sungai wonokromo menunjukkan bahwa aliran sungai kurang berpengaruh dibandingkan pada estuaria Sungai Porong. Adanya perbedaan salinitas disebabkan adanya masukan air tawar dari aliran sungai sehingga daerah mulut sungai relatif bersalinitas rendah. Pengaruh masukan air sungai yang besar ini juga memungkinkan salinitas menjadi lebih fluktuatif sehingga kestabilan dari komunitas makrozoobentos akan mudah terganggu. Selain itu besarnya pengaruh masukan air sungai akan berbanding lurus dengan jumlah bahan bawaan dari sungai yang juga akan berpengaruh langsung terhadap organisme estuaria di dalamnya. Kisaran pH pada kedua estuaria relatif sama antara 7 sampai 8,50. Pada estuaria Sungai Porong sedikit cenderung lebih rendah. Hal ini terlihat pada Quartil 1 Q 1 dan Quartil 2 Q 2 yang berada di kisaran 7 – 7,80. Rendahnya pH di estuaria Sungai Porong ini dapat diduga akibat adanya pengaruh air sungai yang telah mengalami proses dekomposisi bahan organik bawaanya sehingga nilai pH relatif rendah. Pada estuaria Sungai Wonokromo, nilai pH relatif lebih tinggi karena pengaruh ion garam dari laut yang lebih besar. Sedimen estuaria terdiri dari berbagai tipe tekstur yang merupakan habitat dari makrozoobentos, dimana akan berpengaruh terhadap kepadatan dan pola hidupnya. Setiap jenis makrozoobentos memiliki tipe substrat tertentu yang disukai sebagai tempat hidupnya. Tekstur debu dan liat lumpur merupakan yang paling disukai oleh makrozoobentos karena banyak mengandung bahan organik yang dibutuhkan sebagai bahan makanannya. Dari data tekstur sedimen Tabel 6 dan 7 terlihat bahwa estuaria Sungai Porong lebih didominasi oleh debu dan liat yang semakin meningkat ke arah laut sedangkan estuaria Wonokromo relatif lebih memiliki tekstur sedimen yang merata dan tidak ada perubahan ke arah laut. Tekstur sedimen debu dan liat akan berbanding lurus dengan kandungan C-Organik yang merupakan sumber makanan bagi makrozoobentos. Hal ini terlihat dari hasil regresi dan similaritas antara tekstur debu dan liat dengan 40 kandungan C-Organik Lampiran 4 dan 5. Pada Gambar 7 dan 8 berikut disajikan Box Plot dari tekstur sedimen debu dan liat dan kandungan C-Organik pada kedua estuaria. Gambar 7. Box Plot Tekstur Debu dan Liat Sedimen pada Kedua Estuaria Gambar 8. Box Plot Kandungan C-Organik pada Kedua Estuaria Kisaran tekstur debu dan liat pada estuaria Sungai Porong lebih lebar dibandingkan Sungai Wonokromo. Hal ini terlihat pada Box Plot, dimana pada estuaria Sungai Wonokromo yang cenderung memusat di sebelah kanan. Kisaran 41 yang lebar mengindikasikan adanya perbedaan testur sedimen secara spasial ke arah laut pada estuaria Sungai Porong. Hubungan antara tekstur debu dan liat yang positif dengan kandungan C- Organik juga terlihat pada kedua Box Plot di atas. Pada etuaria Sungai Wonokromo pemusatan kandungan tekstur debu dan liat yang tinggi diikuti juga oleh C-Organik yang memusat di kisaran yang tinggi dan sebaliknya pada estuaria Sungai Porong. 4.2. Sebaran Makrozoobentos Secara Spasial 4.2.1. Estuaria Sungai Porong Makrozoobentos yang ditemukan di estuaria sungai Porong sebanyak 17 jenis dari 6 kelas yaitu Gastropoda, Holothuroidea, Malacostraca, Nemertina, Pelecypoda dan Polychaeta. Estuaria ini memiliki pola kepadatan yang rendah di mulut sungai dan depan mulut sungai kemudian akan meningkat dan kembali turun di stasiun terjauh pada musim hujan. Pola penyebaran makrozoobentos secara spasial tersebut mirip dengan hasil penelitian Abdunur 2002 di Pesisir Tanjung Sembilang, Kalimantan Timur, yang menyatakan bahwa perairan sungai dangkal dan arus sungai yang kuat menyebabkan organisme makrozoobentos terbawa ke arah muara dan laut sehingga akan menunjukkan kepadatan yang semakin tinggi ke arah laut akibat pengaruh aliran yang semakin kecil dan lebih tenang. Pada musim kemarau curah hujan Sungai Brantas 25 mmbulan sedangkan di musim hujan dapat mencapai 400 mmbulan yang berpotensi menghasilkan 12 milyar m 3 tahun Sunarhadi et al., 2001. Menurut Schroeder et al., 2004 pada musim hujan 80 debit air Sungai Brantas dialirkan ke Sungai Porong sehingga debitnya dapat mencapai 600 – 1.200 m 3 s. Perbedaan curah hujan dan debit air pada kedua musim tersebut akan berpengaruh pada pola sebaran makrozoobentos secara spasial dari mulut sungai ke arah laut. Gambar 9 berikut menyajikan pola sebaran makrozoobentos pada estuaria Sungai Porong. 42