gayung, baki, pinset, botol film, formalin 4, mikroskop, kaca pembesar, kertas label, spidol, data sheet dan buku identifikasi.
Petersen Grab yang digunakan memiliki bukaan mulut 15 x 20 cm
2
untuk sampling
pertama dan ketiga serta 13,5 x 19 cm
2
untuk sampling kedua. Buku identifikasi yang digunakan adalah The Encyclopedia of Shells Dance, 1977 dan
Sowerby’s Book of Shells Dance, 1990 serta Guide to Identification of Marine
and Estuarine Invertebrates Gosner, 1971. Pengamatan beberapa parameter
fisika dan kimia air menggunakan refraktometer untuk mengukur salinitas serta pH stick untuk mengukur pH.
3.3. Penentuan Stasiun
Penentuan stasiun pada pengambilan contoh makrozoobentos utama sampling kedua dan ketiga diambil berdasarkan keterwakilan spasial wilayah
estuaria yang memanjang mulai dari mulut sungai menuju ke arah laut yaitu mencakup wilayah sungai stasiun 9 dan 10, peralihan stasiun 1, 2, 11 dan 12
dan wilayah laut stasiun 3, 4, 5, 6, 7, 8, 13, 14, 15 dan 16. Dari enam belas stasiun yang ditentukan, stasiun 1 sampai 9 berada di estuaria Sungai Porong dan
sisanya stasiun 10 sampai 16 terdapat di estuaria Sungai Wonokromo. Sedangkan pada pengambilan contoh makrozoobentos tambahan sampling pertama diambil
berdasarkan sebaran salinitas sebanyak enam stasiun yang semuanya berada pada estuaria Sungai Porong Lampiran 1. Posisi stasiun berdasarkan GPS Global
Positioning System dapat dilihat pada Tabel 3, dan 4.
Tabel 3. Posisi stasiun 1 – 9 pada sampling makrozoobentos kedua dan ketiga, estuaria Sungai Porong
Stasiun Posisi
LS BT
1 07
o
33’55.0” 112
o
52’21.8” 2
07
o
33’46.9” 112
o
52’39.3” 3
07
o
33’55.0” 112
o
53’03.5” 4
07
o
33’55.0” 112
o
53’25.7” 5
07
o
33’55.0” 112
o
53’37.2” 6
07
o
33’55.0” 112
o
53’35.5” 7
07
o
33’55.0” 112
o
53’17.9” 8
07
o
33’55.0” 112
o
53’00.1” 9
07
o
33’55.0” 112
o
50’59.2” 26
Tabel 4. Posisi stasiun 10 – 16 pada sampling makrozoobentos kedua dan ketiga, estuaria Sungai Wonokromo
Stasiun Posisi
LS BT
10 07
o
18’16.7” 112
o
50’39.0” 11
07
o
17’53.3” 112
o
51’27.9” 12
07
o
17’46.5” 112
o
52’46.9” 13
07
o
17’26.6” 112
o
52’17.3” 14
07
o
17’48.7” 112
o
52’45.2” 15
07
o
17’48.2” 112
o
52’34.9” 16
07
o
17’57.7” 112
o
51’48.7”
3.4. Pengambilan dan Penanganan Contoh
Pengambilan contoh makrozoobentos dilakukan dari atas kapal yang berhenti pada posisi stasiun yang telah ditentukan. Pengambilan sampel
makrozoobentos dan sedimen yang terdapat di dasar perairan menggunakan Petersen Grab
. Pada setiap stasiun dilakukan tiga kali ulangan pengambilan contoh makrozoobentos pada pengamatan utama sedangkan pengamatan
tambahan diambil sebanyak lima kali ulangan yang semuanya dilakukan secara acak dari atas kapal.
Sampel yang telah diambil kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik yang telah diberi label berisi nomor stasiun dan ulangan. Sampel
makrozoobentos di dalam plastik diawetkan dengan formalin 4 kemudian semua sampel makrozoobentos dari setiap stasiun dikumpulkan ke dalam cool box untuk
dilakukan penanganan sampel selanjutnya. Pengambilan contoh sedimen dilakukan sekali yaitu pada sampling ketiga
pada setiap stasiun tanpa ulangan. Selain itu di setiap stasiun juga terdapat beberapa parameter fisika dan kimia air yang diukur secara in situ langsung di
lokasi pengamatan. Parameter-parameter fisika dan kimia yang diukur beserta metode yang
digunakan dapat dilihat pada Tabel 5. 27
Tabel 5. Parameter fisika dan kimia air beserta metode yang digunakan
Parameter Satuan
Metode Keterangan
Fisika Tekstur sedimen
Metode Kohn Lab. Ilmu Tanah
Kimia Salinitas air
pH air C-Organik sedimen
‰ -
Refraksi cahaya Visual penggunaan
indra penglihatan Metode Walkey-Black
in situ in situ
Lab. Ilmu Tanah
Penanganan sampel makrozoobentos secara umum dilakukan dalam beberapa tahap yaitu penyaringan, penyortiran, pengawetan dan identifikasi.
Penyaringan dilakukan di laboratorium maupun di sungai dengan menggunakan saringan halus serta ember dan bak besar untuk menampung air saringan. Sampel
sedimen disaring dengan saringan halus dengan diameter pori 500 µm sampai
makrozoobentos dan serasah bersih dari sedimen. Sedimen contoh diusahakan untuk tidak ada yang tertinggal dalam proses penyaringan. Proses penyortiran
dilakukan di laboratorium yaitu memisahkan makrozoobentos dari serasah-serasah hasil penyaringan dengan menggunakan pinset dan baki sebagai wadah
penampung hasil saringan. Makrozoobentos hasil penyortiran dimasukkan ke dalam botol film berlabel stasiun dan ulangan kemudian diawetkan dengan
formalin 4 . Makrozoobentos yang telah disortir selanjutnya diidentifikasi berdasarkan
buku identifikasi dengan alat bantu lup dan mikroskop. Setiap jenis individu yang ditemukan dihitung jumlahnya untuk setiap ulangan dan stasiun.
Pada pengambilan sampel ketiga dilakukan pengambilan contoh sedimen di setiap stasiun tanpa pengulangan. Contoh sedimen dimasukkan ke dalam
kantong plastik untuk dikeringkan dengan panas matahari. Sampel yang telah kering digerus dengan menggunakan mortar kemudian disaring. Hasil gerusan
dianalisis dengan metode Kohn untuk menentukan tekstur sedimen berdasarkan segitiga Mihler Jury and Horton, 2004. Analisa lebih lanjut untuk mengetahui
C-Organik dan tekstur sedimen dilakukan di Laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
28
3.5. Analisis Data