Tujuan Penelitian Perbandingan Pendugaan Evapotranspirasi Menggunakan Metode Aerodinamik, Penman-Monteith dan Panci Kelas A (Studi Kasus: Wilayah Pertanian Situgede, Darmaga, Bogor

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu komponen siklus hidrologi yang menarik untuk dikaji adalah evapotranspirasi. Evapotranspirasi merupakan gabungan dua proses biofisik yaitu evaporasi dan transpirasi. Evaporasi adalah perpindahan uap air dari permukaan tanah ke atmosfer, sedangkan transpirasi adalah perpindahan uap air melalui tumbuhan menuju atmosfer. Evapotranspirasi merupakan proses yang sangat penting bagi tanaman karena berpengaruh langsung terhadap transport nutrien dan hasil metabolisme tanaman. Selain itu, evapotranspirasi mendapat banyak perhatian karena kehilangan air dari tanaman maupun permukaan tanah dapat berakibat langsung terhadap ketersediaan air. Beberapa metode telah dikembangkan untuk menduga nilai evapotranspirasi. Pendugaan evapotranspirasi merupakan salah satu langkah penting dalam perencanaan dan pelaksanaan sistem irigasi serta sistem pengelolaan air. Pendugaan nilai evapotranspirasi pada penelitian ini menggunakan metode aerodinamikgradien dan Penman-Monteith. Selanjutnya kedua metode ini akan dikorelasikan dengan nilai evapotranspirasi hasil pengukuran menggunakan panci kelas A. Pendugaan evapotranspirasi dengan menggunakan ketiga metode ini dilakukan karena adanya perbedaan jumlah komponen data iklim yang digunakan pada masing- masing metode, sehingga menarik untuk dibandingkan karena keragaman ketersediaan data pada stasiun cuaca. Data yang dibutuhkan pada metode aerodinamik adalah data profil suhu, profil kelembaban udara, dan profil kecepatan angin pada minimum dua ketinggian. Pada metode Penman-Monteith data yang yang dibutuhkan adalah data standar sangkar cuaca pada ketinggian 2 meter seperti suhu maksimum harian, suhu minimum harian, suhu rata-rata harian, kelembaban udara harian, kecepatan angin, lama penyinaran matahari, letak lintang, bujur dan altitude. Data yang dibutuhkan pada metode panci kelas A adalah evaporasi panci. Penelitian dilakukan dengan menggunakan data iklim dari Stasiun Klimatologi Klas I Darmaga Bogor, dengan menggunakan metode aerodinamik dan Penman-Monteith untuk menduga evapotranspirasi di wilayah Situgede, Darmaga, Bogor pada tahun 2009.

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk : 1.2.1 Mempelajari dinamika profil kecepatan angin, suhu udara, kelembaban udara, dan radiasi matahari pada permukaan wilayah pertanian. 1.2.2 Menduga nilai evapotranspirasi menggunakan metode aerodinamik dan Penman –Monteith. 1.2.3 Membandingkan nilai evapotranspirasi menggunakan metode aerodinamik dan Penman- Monteith dengan hasil pengukuran menggunakan panci kelas A pada periode basah dan periode kering. II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Evapotranspirasi Evapotranspirasi merupakan gabungan dua istilah yang menggambarkan proses fisika transfer air ke dalam atmosfer, yakni evaporasi dari permukaan tanah dan transpirasi melalui tumbuhan Usman 2004. Menurut Asdak 2010 evapotranspirasi adalah jumlah air total yang dikembalikan lagi ke atmosfer dari permukaan tanah, badan air, dan vegetasi oleh adanya pengaruh faktor-faktor iklim dan fisiologis vegetasi. Menurut Labedzki et al. 2011 evapotranspirasi dibedakan menjadi evapotranspirasi acuan ET , potensial dan aktual. Brutseart W 1982 menjelaskan bahwa evapotranspirasi potensial ET p merupakan jumlah maksimum dari evapotranspirasi permukaan luas yang ditumbuhi tanaman seragam dengan jumlah air tanah yang tidak terbatas dan kondisi meteorologi aktual. Evapotranspirasi acuan merupakan evapotranspirasi di bawah kondisi meteorologi dengan permukaan standar khususnya permukaan rumput yang luas dengan karakteristik spesifik Buttafuoco et al. 2010. Menurut Allen et al. 1998 permukaan standar yang dimaksud adalah rumput seragam alfalfa yang ditutupi tanah, rumput tetap dalam keadaan pendek yang seragam, pengairan yang baik, dan tumbuh di bawah kondisi optimal. ET sangat penting bagi bidang agrometeorologi dan hidrologi, contohnya untuk perencanaan dan manajemen irigasi. Evapotranspirasi acuan menjelaskan kebutuhan evaporasi dari atmosfer tanpa dipengaruhi oleh jenis tanaman, perkembangan dan manajemen tanaman. Jika air dalam kondisi cukup maka kondisi tanah tidak akan mempengaruhi ET . Evapotranspirasi acuan ET merupakan nilai evapotranspirasi pada tanaman hipotetik yang memiliki tinggi 0.12 m, tahanan permukaan sebesar 70 sm -1 dan albedo 0.23. Kriteria tersebut mendekati kondisi tanaman rumput. Evapotranspirasi acuan ET dipengaruhi oleh kondisi iklim, oleh karena itu ET dapat dihitung dengan menggunakan data iklim seperti data radiasi, suhu, kelembaban dan kecepatan angin. Evapotranspirasi acuan ET diperkenalkan untuk mempelajari kebutuhan evaporasi yang berasal dari atmosfer dan terpisah dari tipe tanaman, pertumbuhan tanaman, dan manajemen tanaman. 2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Evapotranspirasi Terdapat tiga aspek yang mempengaruhi besarnya evapotranspirasi yaitu keadaan iklim, karakteristik tanaman dan kondisi lingkungan ketersediaan dan distribusi air. Keadaan iklim yang mempengaruhi nilai evapotranspirasi adalah radiasi matahari, suhu, kelembaban udara dan kecepatan angin Allen et al. 1998. Radiasi surya yang diserap oleh daun sebesar 1 sampai 5 digunakan untuk fotosintesis dan 75 sampai 85 digunakan untuk memanaskan daun dan untuk transpirasi Gardner C 1991. Pemanasan dan pendinginan daun akibat radiasi surya akan mempengaruhi transpirasi. Saat daun menerima radiasi, suhu akan naik dan stomata daun akan terbuka. Ketika stomata terbuka, kehilangan air dari daun berlangsung terus menerus yang menurunkan potensial daun sehingga lebih rendah daripada potensial tangkai daun, karena air bergerak dari potensial tinggi ke potensial rendah, air akan mengalir dari tangkai daun ke batang. Hal ini akan menurunkan potensial bahang dan selanjutnya air akan mengalir ke bawah hingga ke akar tanaman sesuai dengan jumlah radiasi yang diterima Lambers 1993. Suhu mempengaruhi evapotranspirasi melalui beberapa cara Rosenberg et al, 1983. Jumlah uap air yang dapat dikandung udara meningkat secara eksponensial dengan naiknya suhu udara. Peningkatan suhu menyebabkan naiknya tekanan uap dari permukaan yang terevaporasi sehingga bertambahnya defisit tekanan uap antara permukaan dengan udara sekitar. Udara yang panas dan kering dapat mensuplai energi ke permukaan. Laju penguapan bergantung pada jumlah energi bahang yang dipindahkan, karena itu semakin panas udara semakin besar gradient suhu dan semakin tinggi laju penguapan. Kelembaban relatif berbanding terbalik dengan suhu. Jika kelembaban relatif tinggi maka suhu menurun. Jika suhu turun maka kapasitas udara untuk menyimpan uap air akan rendah yang berarti kebutuhan atmosfer untuk evapotranspirasi semakin kecil. Angin berpengaruh dalam evaporasi karena dapat memindahkan udara basah yang kontak secara langsung dengan permukaan air dan memindahkannya ke tempat yang udaranya kering. Semakin tinggi kecepatan angin maka jumlah udara basah yang dipindahkan semakin banyak dan evaporasi yang terjadi meningkat. Angin berfungsi menggerakan udara yang dapat menyebabkan uap air jenuh. Udara yang telah jenuh akan digantikan oleh udara lain yang belum jenuh. Pada ketebalan 1 mm di atas permukaan evaporasi, gerakan molekul air bersifat difusi molekuler, akan tetapi di atas lapisan tersebut digantikan oleh gerakan turbulen difusi edi. Gerakan ini sangat bervariasi karena erat hubungannya dengan gradien kecepatan angin terhadap ketinggian Thorn 1976. Gambar 1 Tahanan permukaan dan tahanan aerodinamik pada fluks uap air Allen et al. 1998 Karakteristik permukaan juga mempengaruhi evapotranspirasi seperti tahanan aerodinamik, tahanan permukaan dan albedo Allen et al. 1998. Tahanan aerodinamik r a merupakan perpindahan panas dan uap air dari permukaan tanah, sedangkan tahanan permukaan r s merupakan tahanan dari aliran uap air melalui transpirasi tanaman dan evaporasi permukaan tanah Gambar 1. Ketika vegetasi tidak seluruhnya menutupi tanah, faktor tahanan sangat dibutuhkan karena sangat berpengaruh terhadap evaporasi permukaan tanah. Jika transpirasi tidak optimal maka tahanan permukaan akan dipengaruhi oleh ketersediaan air di permukaan. Tahanan stomata dipengaruhi oleh kondisi iklim dan ketersediaan air. Namun, jenis tanaman lebih mempengaruhi nilai tahanan stomata. Tahanan akan menjadi semakin tinggi jika ketersediaan air untuk tanaman terbatas. Beberapa studi menjelaskan bahwa tahanan stomata dipengaruhi juga oleh radiasi matahari, suhu dan tekanan uap.

2.3 Metode Pendugaan Evapotranspirasi

Dokumen yang terkait

Penentuan Komoditas Unggulan Pertanian Dengan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) (Studi Kasus: Pertanian Kecamatan Parbuluan, Kabupaten Dairi)

18 117 72

JASA LINGKUNGAN EKOSISTEM HUTAN MANGROVE DI KECAMATAN JAILOLO Sukarmin Idrus Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680. E-mail: sukarmin.idrusgmail.com ABSTRAK - JAS

0 0 7

Evaluasi Algoritma Wouthuyzen dan Son untuk Pendugaan Sea Surface Salinity (SSS) (Studi Kasus: Perairan Utara Pamekasan)

0 0 5

Pemodelan Persamaan Hubungan Kualitas Perairan Menggunakan Citra Landsat 8 untuk Pendugaan Habitat Padang Lamun (Studi Kasus: Pantai Sanur, Bali)

0 0 6

Perbandingan Evaluasi Biaya Pengembangan Sistem Antrian RSUD Dr Soetrasno Rembang Menggunakan Metode Use Case Point dan Function Point (Studi Kasus: CV Pabrik Teknologi)

1 2 11

Analisis Sentimen Twitter Menggunakan Ensemble Feature dan Metode Extreme Learning Machine (ELM) (Studi Kasus: Samsung Indonesia)

0 1 9

Rekonstruksi 3 Dimensi dari Video menggunakan Metode Structure-From- Motion (Studi Kasus: Wilayah Pertambangan Batubara)

0 0 7

Penyelesaian Masalah Penugasan Menggunakan Metode Hungarian dan Pinalti (Studi Kasus: CV. Surya Pelangi)

1 7 7

Analisis Biaya Pembangunan Proyek Perumahan Menggunakan Metode PERT dan EVM (Studi Kasus: Perumahan D’Lion Cluster)

0 1 6

Penentuan Komoditas Unggulan Pertanian Dengan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) (Studi Kasus: Pertanian Kecamatan Parbuluan, Kabupaten Dairi)

0 0 7