udara lalu dapat dihubungkan dengan kondisi atmosfer yang selanjutnya dapat
menduga fluks uap air June 2012.
III METODOLOGI 3.1
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan dari bulan Mei hingga Desember 2012. Penelitian ini
diawali dengan pengambilan data iklim sekunder
tahun 2009
dari Stasiun
Klimatologi Klas I, Situgede, Darmaga, Bogor. Pengolahan dan analisis data
dilakukan di
Laboratorium Agrometeorologi, Departemen Geofisika
dan Meteorologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian
Bogor.
3.2 Alat dan Bahan
Data yang dibutuhkan dalam penelitian adalah data sekunder dari bulan Januari
hingga bulan Desember 2009 yaitu: 1.
Data suhu udara pada tiga ketinggian 4 meter, 7 meter, dan 10 meter dengan
tiga waktu pengamatan, yaitu pukul 07.00, 14.00, dan 18.00 waktu setempat.
2. Data kecepatan angin pada tiga
ketinggian 4 meter, 7 meter, dan 10 meter dengan tiga waktu pengamatan,
yaitu pukul 07.00, 14.00, dan 18.00 waktu setempat.
3. Data kelembaban udara pada tiga
ketinggian 4 meter, 7 meter, dan 10 meter dengan tiga waktu pengamatan,
yaitu pukul 07.00, 14.00, dan 18.00 waktu setempat.
4. Data standar sangkar cuaca pada
ketinggian dua
meter yaitu
suhu maksimum harian, suhu minimum harian,
dan suhu rata-rata harian. 5.
Letak lintang, bujur, dan altitude di atas permukaan laut Stasiun Klimatologi Klas
I Situgede, Darmaga, Bogor. 6.
Curah hujan harian dan kecepatan angin pada ketinggian dua meter.
7. Data evaporasi panci kelas A.
3.3 Metodologi Penelitian
Evapotranspirasi dihitung
dengan menggunakan tiga metodologi, yaitu:
3.3.1 Metode Penman-Monteith
Pendugaan nilai evapotranspirasi acuan dalam metode ini menggunakan persamaan
modifikasi FAO Penman Monteith, yaitu: ET
=
0.408 ∆ Rn − G + γ
900 T+273
u2 es − ea
∆+ γ 1+0.34 u2
1 keterangan :
ET : evapotranspirasi acuan mm hari
-1
R
n
: radiasi netto pada permukaan tanaman MJ m
-2
hari
-1
G : kerapatan fluks bahang tanah MJ
m
-2
hari
-1
T : suhu udara pada ketinggian 2
meter
o
C γ
: konstanta psikometrik kPa
o
C
-1
u
2
: kecepatan angin pada ketinggian 2 meter m s
-1
e
s
: tekanan uap jenuh kPa e
a
: tekanan uap aktual kPa Δ
: slope kurva tekanan uap kPa
o
C
-1
Penentuan radiasi
netto pada
permukaan tanah Allen et al. 1998 : R
n
= Rn
s
+ Rn
l
2 keterangan :
R
n
: radiasi netto MJ m
-2
hari
-1
Rn
s
: radiasi gelombang pendek MJ m
-2
hari
-1
Rn
l
: radiasi gelombang panjang MJ m
-2
hari
-1
Radiasi netto gelombang pendek dan gelombang
panjang pada
permukaan tanaman dapat menggunakan persamaan
berikut: Rn
s
= 1 − α R
s
3 Rn
l
= σ
TmaxK 4+ TminK 4 2
0.34 – 0.14 e
a
× 1.35
Rs Rso
− 0.35 4
keterangan : Rn
s
: radiasi netto gelombang pendek pada permukaan tanaman MJ m
-2
hari
-1
α : albedo atau koefisien pantulan
radiasi tajuk yang bernilai 0.23 R
s
: radiasi matahari MJ m
-2
hari
-1
Rn
l
: radiasi netto gelombang panjang pada permukaan tanaman MJ m
-2
hari
-1
σ : konstanta
Stefan Boltzman
4.903x10
9
MJ K
-4
m
-2
hari
-1
T
max
: suhu absolut maksimum selama 24 jam K
T
min
: suhu absolut minimum selama 24 jam K
e
a
: tekanan uap jenuh kPa
Rs Rso
: radiasi gelombang pendek relatif ≤1.0
R
s
: radiasi bruto gelombang pendek matahari MJ m
-2
hari
-1
R
so
: radiasi bruto matahari saat kondisi cerah, tidak ada penutupan awan
MJ m
-2
hari
-1
Penentuan radiasi bruto matahari dapat menggunakan rumus berikut :
R
s
= a
s
+ b
s n
N
R
a
5 R
so
= 0.75 + 2 × 10
−5
z R
a
6 keterangan :
R
s
: radiasi bruto gelombang pendek matahari MJ m
-2
hari
-1
a
s
: 0.25 b
s
: 0.5 n
: lama penyinaran jam N
: panjang hari jam R
a
: radiasi matahari
ekstraterestrial MJ m
-2
hari
-1
Penentuan radiasi ekstraterestrial dapat menggunakan persamaan berikut :
R
a
=
24 60 π
G
sc
d
r
[ ω
s
sin φ sinδ + cosφ cosδ
sin ω
s
] 7
Parameter-parameter yang digunakan dalam menghitung radiasi matahari ekstraterestrial
menggunakan beberapa persamaan berikut :
d
r
= 1 + 0.033 cos
2 π
365
J 8
δ = 0.409 sin
2 π
365
J − 1.39 9
ω
s
= arccos −tan φ tan δ
10 φ =
π 180
derajat desimal lintang 11
N =
24 π
ω
s
12 keterangan :
G
sc
: konstanta matahari 0.0820 MJ m
-2
hari
-1
d
r
: jarak relatif antara bumi dan matahari J
: julian date δ
: sudut deklinasi matahari ω
s
: sudut datang matahari rad φ : letak lintang rad. Jika berada pada
lintang utara bernilai positif, jika berada pada selatan maka nilainya
negatif rad N
: panjang hari jam Pendugaan
ET dengan
metode Penman-Monteith menggunakan rumput
acuan yang diasumsikan mempunyai tinggi 0.12 m, resistansi permukaan
r
s
70 sm
-1
, dan albedo 0.23. Asumsi tanaman tersebut
dapat diaplikasikan di banyak rerumputan di dataran tinggi, dimana vegetasinya sama
didominasi oleh rerumputan pendek Zhang et al. 2007. Berikut adalah persamaan
Penman-Monteith dimana nilai
r
s
dan r
a
belum dimodifikasi. λET =
∆Rn −G+ρ a cp
e s −ea r a
∆+γ1+ r s
r a
13 Penentuan tahanan aerodinamik, tahanan
permukaan, kerapatan udara dan panas spesifik pada tekanan konstan dapat dihitung
menggunakan persamaan berikut:
r
a
=
ln z m −d
z om ln
z h −d z oh
k2uz
14 r
s
=
rl LAI active
15 d = 0.7h
16 z
om
= 0.123h 17
z
oh
= 0.1 z
oh
18 LAI
aktif
= 0.5 LAI 19
dimana nilai h yang digunakan adalah 1.5 meter, nilai LAI pada periode kering sebesar
5 dan LAI periode basah sebesar 6.
c
p
=
γελ P
20 ρ
a
=
P Tkv R
; T
kv
= 1.01T + 273
cp ρa
ra
=
γελ 1.01
T+273 R208
u
2
= 86400
γ0.622λ 1.01
T+273 0.287208
u
2
= γ
900 T+273
u
2
keterangan : ρ
a
: kerapatan udara kg m
-3
c
p
: panas spesifik pada tekanan konstan MJ kg
-1
K
-1
r
s
: tahanan permukaan s m
-1
r
a
: tahanan aerodinamik s m
-1
z
m
: ketinggian pengukuran kecepatan angin m
z
h
: ketinggian pengukuran kelembaban udara m
z
om
: panjang kekasapan
transfer momentum m
z
oh
: panjang kekasapan transfer panas dan uap air m
r
l
: tahanan stomata s m
-1
z
oh
: panjang kekasapan transfer panas dan uap air m
ε : rasio berat uap air 0.622
λ : penguapan bahang laten MJ kg
-1
R : konstanta gas spesifik 0.287 MJ kg
-1
K
-1
P : tekanan atmosfer kPa
Kerapatan fluks bahang tanah harian G dapat dihitung menggunakan persamaan
berikut Stull 1999: G = 0.1 R
n
21 keterangan :
G : fluks panas MJ m
-2
hari
-1
R
n
: radiasi netto MJ m
-2
hari
-1
Besarnya tekanan uap jenuh e
s
dan tekanan
uap aktual
e
a
didapatkan menggunakan persamaan sebagai berikut
Allen et al. 1998: e
s
=
eo Tmax + eo Tmin
2
22 keterangan :
e
s
: tekanan uap air jenuh rata-rata kPa
e
o
T max : tekanan uap air jenuh pada suhu maksimum kPa
e
o
T min : tekanan uap air jenuh pada suhu minimum kPa
Tekanan uap air jenuh pada suhu maksimum dan minimum menggunakan persamaan di
bawah ini :
e T = 0,6108 exp
17.27 T T+237
23 keterangan :
e T : tekanan uap air jenuh T kPa
T : suhu udara
o
C suhu udara yang dipakai dalam
perhitungan ini adalah suhu udara maksimum dan minimum harian
e
a
= e T
dew
= 0.6108 exp
17.27 Tdew Tdew +237
24 keterangan :
�
�
: tekanan uap air jenuh aktual kPa T
dew
: suhu titik embun
o
C Suhu
titik embun
T
dew
dicari menggunakan Tabel 2 Ahrens 2007 :
Tabel 3 Hubungan antara suhu dengan tekanan uap jenuh
suhu
o
C tekanan uap air jenuh
mb 18
21 21
25 24
29,6 27
35 29
41 32
48,1 35
56,2 RH =
e es
× 100 25
keterangan : e
: tekanan uap aktual e
s
: tekanan uap jenuh Berdasarkan persamaan tersebut dapat
diketahui nilai e dengan menggunakan data suhu dan RH yang tersedia. Hubungan suhu
dengan tekanan uap air jenuh akan didapatkan persamaan eksponensial y =e
x
dimana y adalah tekanan uap air jenuh dan x adalah suhu rata-rata. Selanjutnya dari kedua
hubungan tadi akan didapatkan persamaan logaritmik y=ax+b, persamaan tersebut
digunakan untuk menentukan suhu titik embun dengan y dalah suhu titik embun dan
x adalah tekanan uap air jenuh. Penentuan slope kurva tekanan uap dengan
menggunakan persamaan berikut Allen et al. 1998 :
∆ =
4098 [0,6108 exp 17.27 T
T +237 ]
T+237 2
26 keterangan :
Δ : slope kurva tekanan uap kPa
o
C
-1
T : suhu udara rata-rata
o
C dalam menentukan konstanta psikometrik
dapat menggunakan rumus berikut Allen et al. 1998 :
γ = 0.665 × 10
−3
P 27
keterangan : �
: konstanta psikometrik kPa
o
c
-1
P : tekanan atmosfer kPa
Tekanan atmosfer
dapat dihitung
menggunakan persamaan berikut : P = 101.3
293 −0.0065 z
293 5.26
28
keterangan : P
: tekanan atmosfer kPa z
: ketinggian stasiun pengamatan di atas permukaan laut m
3.3.2 Metode Aerodinamik Gradien