Definisi Biogas Sejarah Biogas

3

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. BIOGAS

1. Definisi Biogas

Biogas adalah gas yang dihasilkan dari proses penguraian bahan – bahan organik oleh mikroorganisme dalam kondisi tanpa udara anaerobik Wahyuni, 2011. Biogas merupakan teknologi yang ramah lingkungan, karena bahan organik yang digunakan dapat berasal dari limbah – limbah yang biasanya terbuang percuma dan mencemari lingkungan. Limbah ini dapat meliputi limbah pertanian, limbah peternakan, limbah manusia, limbah industri, hingga limbah perairan. Biogas dapat dimanfaatkan menjadi sumber energi alternatif karena kandungan metana yang cukup tinggi.

2. Sejarah Biogas

Penemuan biogas pertama kali dilakukan oleh Van Helmot ketika ia mengamati cahaya dari bawah permukaan rawa dan menemukan bahwa itu adalah sejenis gas yang mudah terbakar. Pada dunia ilmiah, nama Volta terkenal pertama kali menyatakan bahwa produksi biogas adalah fungsi dari jumlah bahan organik yang terurai dan gas tersebut mudah terbakar pada kondisi tertentu Herringshaw, 2009. Pada tahun 1821 untuk pertama kalinya metana diidentifikasi sebagai CH4 oleh Avogadro. Penelitian dilanjutkan oleh Pasteur yang meneliti biogas dari kotoran hewan. Ia menciptakan penerangan jalan bersumber biogas dari kotoran kuda pada tahun 1884. Pada tahun 1913, digester anaerobik pertama didirikan di Jerman, sedangkan digester berskala besar pertama dengan bahan utama dari hasil pertanian didirikan pada tahun 1950. Didirikannya digester ini menandai berkembang pesatnya jumlah digester di Jerman hingga mencapai 50 unit pada dekade 1950-an. Namun, pada saat itu harga minyak dunia sangat murah, ditambah dengan masalah-masalah teknis yang terjadi pada digester-digester tersebut, akhirnya jumlah digester yang masih beroperasi tinggal 2 unit. Krisis energi pertama yang terjadi pada sekitar tahun 1970 menyebabkan promosi akan penggunaan biogas ditingkatkan lagi, dan pada tahun 1985 sudah terdapat 75 reaktor biogas baik dalam tahap rencana ataupun sudah dibangun di Jerman. Pembangunan pun terus dilakukan, hingga akhirnya pada tahun 1997 tercatat terdapat lebih dari 400 unit biogas reaktor di Jerman Kossmann. Sejarah perkembangan penerapan biogas di Indonesia diperkirakan baru mulai dikembangkan pada awal tahun 1980-an. Bantuan luar negeri yang sudah masuk antara lain dari Pemerintah Jerman pre-fabricated tanks yang diinstalasikan di Situ Pecun, Kabupaten Serang, Banten – melalui BPPT; dan jenis yang sama dipasang di Rumah Sakit Umum Simalungun, Sumatera Utara berbahan baku kotoran babi – yang pengoperasiannya dibimbing oleh teknisi Jerman yang diperbantukan, dan Pemerintah Korea yang dipasang di wilayah Jabotabek – melalui Departemen Koperasi. Selain itu, dengan inisiatif para peneliti lembaga litbang departemen dan perguruan tinggi, telah diterapkan di berbagai daerah, antara lain di Bandung, Sukabumi, Jawa Barat; Blitar, Malang, Magetan, Bangkalan, Jawa Timur; DI Yogyakarta; Manado, Sulawesi Utara, dan daerah-daerah lainnya. Tak bisa dilupakan beberapa pelopor 4 penyelamat lingkungan yang telah mengubah limbah industri kecil menengah menjadi biogas sebagai upaya pemenuhan energi alternatif. Khusus kasus penerapan teknologi biogas berbahan baku tinja bantuan Pemerintah Jerman yang diinstalasi di Kabupaten Serang, secara teknis berhasil dengan baik yaitu penduduk di sekitar sungai yang biasanya membuang tinjanya ke sungai telah mengubah pembuangan tinjanya ke WC untuk mengisi bahan baku digester biogas dan sudah menghasilkan biogas. Sayangnya, karena kurangnya pendekatan sosial budaya, akhirnya penduduk tidak mau memanfaatkan biogas yang dihasilkannya, sehingga proyek bantuan luar negeri tersebut tidak dapat bertahan lama. Hal tersebut umumnya juga terjadi pada teknologi biogas bantuan luar negeri lainnya Sutarno, 2007. Sejauh ini peranan teknologi biogas yang umumnya menggunakan bahan baku kotoran ternak dan sampah domestik dalam menghasilkan energi dan pupuk alternatif belum didokumentasikan dan disosialisasikan dengan baik, sehingga belum diketahui secara pasti seberapa jauh kontribusinya baik secara lokal maupun nasional. Demikian juga terhadap berbagai masalah dan kesulitan yang dihadapi dalam pengoperasian dan pemeliharaannya di masing-masing daerah, sehingga masih belum diperoleh kepastian apa yang menjadi masalah utamanya sehingga penerapannya masih belum berkembang dengan baik hingga kini.

3. Reaksi Pembentukan Biogas