tidak perlu dipenuhi. Atau V adalah e
ij
= 1 dan e
ji
= 0, A adalah e
ij
= 0 dan e
ji
= 1, X adalah e
ij
= 1 dan e
ji
= 1, dan O adalah e
ij
= 0 dan e
ji
= 0. Dengan pengertian simbol 1 adalah terdapat atau ada hubungan kontekstual,
sedangkan simbol 0 adalah tidak terdapat atau tidak ada hubungan kontekstual, antara elemen i dan j dan sebaliknya.
Setelah SSIM dibentuk, kemudian dibuat tabel Reachability Matrix dengan mengganti V, A, X, O dengan bilangan 1 dan 0. Simbol i adalah
untuk baris vertikal dan j adalah untuk baris horisontal. Kemudian dilakukan
pengkajian menurut Aturan Transivity di mana dilakukan koreksi terhadap
SSIM sampai terjadi matriks yang tertutup. Modifikasi SSIM membutuhkan masukan dari responden, dengan
diberikan catatan khusus agar perhatian hanya ditujukan pada sub elemen tertentu. Aturan transivity merupakan aturan kelengkapan dari lingkaran
sebab akibat dengan ketentuan tertentu. Hasil revisi SSIM dan matriks yang memenuhi syarat aturan transivity diproses lebih lanjut. Adapun aturan
transivity adalah sebagai berikut : jika i = 1 dan j = 0 maka aturan transivity =
1, jika i = 0 dan j = 1 maka aturan transivity = 0, jika i = 0 dan j = 0 maka aturan transivity = 0, dan jika i = 1 dan j = 1 maka aturan transivity = 1.
Setelah melalui proses modifikasi berdasarkan aturan transivity maka dihasilkan suatu Self Structural Interpretation Matrix akhir dan Reachability
Matrix akhir dari elemen program. Hasil akhir Reachability Matrix
menunjukkan hubungan antar sub elemen yang diaplikasikan dalam bentuk grafis pada model struktural tiap elemen program. Tingkat kekuatan
penggerak driver power sub elemen dapat dilihat pada Reachability Matrix akhir. Sub elemen dengan kekuatan tingkat terbesar mempunyai tingkat
level tertinggi dan sub elemen tersebut berada di posisi terbawah dari model struktural tiap elemen.
d. Klasifikasi Sub elemen
Untuk beragam sub elemen dalam suatu elemen berdasarkan hasil akhir Reachability Matrix
kemudian disusun Driver Power-Dependence Matrix. Klasifikasi sub elemen dipaparkan dalam empat sektor.
Sektor 1: Weak driver-weak dependent variables Autonomous Peubah sektor ini umumnya tidak berkaitan dengan sistem dan
mempunyai hubungan yang sedikit, meskipun hubungan tersebut bisa saja kuat.
Sektor 2: Weak driver-strongly dependent variables Dependent Umumnya peubah di sini adalah peubah tidak bebas, maksudnya
akibat ditimbulkan oleh sub elemen yang terdapat di sektor lingkage
dan sektor independent. Sektor 3: Strong driver-strongly dependent variables Linkage
Peubah pada sektor ini harus dikaji secara hati-hati sebab hubungan antar peubah adalah tidak stabil. Setiap tindakan pada peubah
tersebut akan memberikan dampak terhadap lainnya dan umpan balik pengaruhnya bisa memperbesar dampak.
Sektor 4: Strong driver-weak dependent variables Independent Peubah pada sektor ini merupakan bagian sisa dari sistem dan
disebut peubah bebas. Dalam keseluruhan proses teknik ISM maka berbagai urutan kerja dari
tahap penyusunan hierarki sampai hasil analisis struktural dapat dilihat pada Gambar 3. Dari hasil proses teknik ISM ini akan dihasilkan diagram struktural
yang menggambarkan hubungan yang saling mempengaruhi antar sub elemen.
PROGRAM
Susun SSIM untuk setiap elemen Uraikan setiap Elemen menjadi Sub-elemen
Uraikan program menjadi perencanaan program
Tentukan Hubungan Kontekstual antara Sub-elemen pada setiap elemen
Bentuk Reachability Matriks setiap elemen Uji Matriks dengan Aturan Transivity
OK ? Modifikasi SSIM
Ubah RM menjadi format Lower
Triangular RM
Plot Sub-elemen pada empat sektor
Susun Diagraph dari Lower Triangular RM
Tetapkan Driver dan Driver Power setiap
Sub-elemen Tentukan Rank dan
Hirarki dari Sub-elemen
Tetapkan Driver- Dependence Matriks
setiap elemen
Klasifikasi sub-elemen pada empat peubah katagori
Susun ISM dari setiap elemen
Tentukan level melalui pemilahan
Ya Tidak
Gambar 3 Diagram Teknik ISM.
Sumber : Eriyatno 1999
Komposisi penggunaan lahan terdiri dari 51.688 ha lahan basah 21,14 dan 192.791 ha lahan kering 78,86 . Pola penggunaan lahan di Kabupaten
Ciamis pada umumnya dapat dibedakan menjadi pemukiman, sawah, perkebunan, tegalkebunladanghuma, penggembalaan padang rumput, hutan, kolam
ikanempang, tambak, dan lain-lain. Sawah dibedakan menjadi sawah beririgasi teknis, setengah teknis, sawah sederhana, dan sawah tadah hujan, sedangkan
perkebunan dan hutan dibedakan atas hutan dan kebun milik negara dan perkebunan rakyat. Penggunaan lahan secara rinci adalah seperti tertera pada
Tabel 7. Kabupaten Ciamis mempunyai luas wilayah 255.910 ha, pada tahun 2003
wilayah Kota Administratif Banjar terpisah dari Kabupaten Ciamis, sehingga luas wilayah Ciamis menjadi 244.479 ha. Wilayah Selatan Kabupaten Ciamis
berbatasan langsung dengan garis pantai Samudra Indonesia yang membentang di 6 kecamatan dengan panjang garis pantai mencapai 91 km. Dengan adanya garis
pantai tersebut, maka Kabupaten Ciamis memiliki wilayah laut seluas 67.340 ha yang berada di 6 kecamatan.
Secara administratif pemerintahan Kabupaten Ciamis terdiri dari 30 Kecamatan, 336 Desa, dan 7 kelurahan. Peta administrasi Kabupaten Ciamis
seperti pada Gambar 4. Kabupaten Ciamis termasuk ke dalam Keresidenan Priangan Timur dan
berada di ujung timur Provinsi Jawa Barat. Jarak dari Ibukota Negara, Jakarta sekitar 212 km dan dari Ibukota Provinsi, Bandung sekitar 121 km. Secara
geografis wilayah Kabupaten Ciamis berada pada 108 °20’ sampai dengan 108°40’
Bujur Timur dan 7 °40’20” Lintang Selatan. Kabupaten Ciamis mempunyai
perbatasan: sebelah Utara dengan Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Kuningan, sebelah Barat dengan Kabupaten Tasikmalaya dan Kota Tasikmalaya,
sebelah Timur dengan Kota Banjar dan Provinsi Jawa Tengah, dan sebelah Selatan dengan Samudera Indonesia.
KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Luas Wilayah dan Penggunaan Lahan Geografi
32 Gambar 4 Lokasi penelitian.
Tabel 7 Komposisi penggunaan lahan tahun 2003
No. Penggunaan Lahan
Luas ha Persentase
1. Lahan Basah
Irigasi Teknis Irigasi Setengah teknis
Irigasi SederhanaDesa PU Irigasi Sederhandesa non PU
Tadah Hujan Rawa
51.688 17.020
2.949 3.836
17.923 9.808
1,52 21,14
6,96 1,21
1,57 7,33
4,01 0,06
2.
Lahan Kering Perkampunganpekarangan
Tegalkebunladanghuma Penggembalaan padang rumput
Sementara tidak diusahakan Hutan rakyat
Hutan negara Perkebunan negara dan swasta
Rawa yang tidak ditanami Tambak
Kolamtebetempang Lain-lain
192.791
29.296 76.676
1,777 0,72
18.793 37.348
16.188 0,10
0,43 2.716
9.242 78,86
11,98 31,36
0,73 0,03
7,69 15,28
6,62 0,0041
0,0176 1,11
3,78 Jumlah 244.479
100 Sumber : BPS Bapeda Kabupaten Ciamis 2004
Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa potensi lahan pertanian di Kabupaten Ciamis pada tahun 2003 terdiri atas 31,36 kebun milik rakyat, 21,14 sawah,
dan kehutanan sebesar 22,97 . Lahan sawah yang beririgasi umumnya sudah dapat ditanami padi dengan panen dua kali dalam satu tahun, sedangkan sawah
tadah hujan hanya satu kali setahun. Masih luasnya lahan hutan, bermanfaat sebagai kawasan yang dapat menjaga siklus hidrologis guna memenuhi
ketersediaan air bagi kepentingan rumah tangga, industri, dan pertanian. Sedangkan lahan untuk perikanan dan peternakan penggunaannya masih relatif
sangat rendah, walaupun sebenarnya Kabupaten Ciamis memiliki potensi yang cukup prospektif, khususnya di bidang perikanan.
Topografi dan Kelerengan
Secara garis besar topografi permukaan wilayah Kabupaten Ciamis dibedakan menjadi :
1. Wilayah Ciamis bagian Utara yang merupakan dataran tinggi pegunungan dan berbukit terutama di wilayah Gunung Sawal, dengan ketinggian antara
600 - 1000 m diatas permukaan laut dan kemiringan lereng antara 15 - 40
dan di atas 40 . Wilayah ini dominan sebagai kebun campuran, perkebunan, dan hutan.
2. Wilayah Ciamis bagian Tengah dan Selatan yang terdiri atas dataran rendah yang sebagian bergelombang dengan ketinggian antara 25 - 500 m
di atas permukaan laut dan sebagian kecil dengan kemiringan lereng antara 15 - 40 persen serta wilayah dataran rendah di pesisir pantai yang
landai dengan ketinggian antara 0 - 25 m dari permukaan laut dan kemiringan lereng 0 - 15 . Wilayah ini lebih dominan sebagai lahan
basah berupa sawah dan rawa. Kondisi kelerengan di Kabupaten Ciamis ditunjukan pada Gambar 5.
Gambar 5 Kelas lereng.
Geologi dan Jenis Tanah
Kondisi tanah di Kabupaten Ciamis banyak dipengaruhi oleh batuan induk dan faktor lainnya. Dilihat dari stuktur geologis, tanah di Kabupaten Ciamis
memiliki batuan induk yang terdiri atas : Aluvial, Undifferentiated Volcanic Products, Pliocene Sedimentary facies, Miocene Sedimentary facies, dan Miocene
Limestone facies.
Sedangkan jenis tanah pada umumnya bervariasi teridiri atas Latosol coklat, Latosol coklat kemerahan, Aluvial kelabu, Aluvial kelabu kuning, Asosiasi aluvial
kelabu tua, Glei humus rendah, Grumusol kelabu, Andosol coklat kekuningan, Podsolik, Asosiasi Podsolik merah kekuningan dan Litosol, dan Kompleks
Podsolik merah kekuningan dan Regosol BPN 1992. Jenis tanah di Kabupaten Ciamis ditunjukkan Gambar 6.
Gambar 6 Jenis tanah.
Hidrologi
Wilayah Kabupaten Ciamis sebagian besar termasuk kawasan Daerah Aliran Sungai DAS Citanduy yang meliputi 15 Kecamatan. Sungai-sungai lainnya
merupakan anak Sungai Citanduy, yaitu Sungai Ciliwung, Cirende, Cimuntur, Ciharus, Cileueur, dan Ciseel yang berhulu di Utara dan bermuara ke Samudra
Indonesia. Sungai besar lainnya yang berada di bagian Selatan adalah Sungai Cijulang dan Cimedang dengan Anak Sungai Cigugur dan Cisodong. Sungai-
sungai kecil lainnya yaitu Sungai Citanjung, Cikembulan, dan Ciputrapingggan, dimana semua sungai tersebut mengalir ke Samudra Indonesia.
Keberadaan sungai tersebut akan sangat mempengaruhi kondisi tata air, baik air permukaan maupun air tanah dangkal. Pada umumnya keadaan air permukaan
sungai dan mata air mengalir sepanjang tahun. Adapun kedalaman air tanah di Kabupaten Ciamis beragam, wilayah Ciamis bagian Utara sesuai dengan
ketinggian lokasinya relatif dalam ± 10 m dibandingkan dengan Ciamis bagian Selatan yang rata-rata mempunyai kedalaman air tanah antara 0 - 5 m. Selain
sungai di wilayah Ciamis bagian Utara terdapat danau, yaitu Situ Lengkong yang luasnya sekitar 100 ha dan merupakan tempat objek wisata. Mengingat potensi
sumber air permukaan yang dimiliki cukup besar, maka pengembangan lahan sawah berpengairan di Kabupaten Ciamis masih bisa ditingkatkan. Ketersediaan
air di Kabupaten Ciamis ditunjukkan pada Gambar 7. Perairan lepas di Kabupaten Ciamis adalah laut selatan Samudra Indonesia
yang berada di wilayah Ciamis bagian Selatan. Pemanfaatannya sampai saat ini yang cukup menonjol adalah untuk kegiatan pariwisata, selain itu dimanfaatkan
pula bagi kegiatan perikananan berupa penangkapan serta budidaya hatchery. Khusus dalam usaha perikanan, sumberdaya laut yang ada belum termanfaatkan
secara optimal.
Gambar 7 Ketersediaan air.
Iklim
Menurut Schmidt dan Ferguson, iklim di Kabupaten Ciamis termasuk kedalam iklim A dan beriklim tropis dengan curah hujan berkisar antara 2500 -
4000 mm per tahun di daerah pegunungan dan 1500 - 2000 mm per tahun di daerah dataran rendah dengan kelembaban udara berkisar antara 70 - 89 .
Apabila dilihat dari jumlah air hujan per bulan maka hampir sepanjang tahun Kabupaten Ciamis mengalami hujan, kecuali bulan Juni, Juli, dan Agustus yang
relatif jarang. Peta curah hujan Kabupaten Ciamis ditunjukkan pada Gambar 8.
Gambar 8 Kelas curah hujan.
Demografi a. Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk
Berdasarkan registrasi, penduduk Kabupaten Ciamis pada akhir bulan Desember 2003 sebanyak 1.451.456 orang. Dibandingkan dengan tahun 2002,
jumlah penduduk tersebut mengalami pertumbuhan sebesar 0,20 . Dari segi komposisinya, di Kabupaten Ciamis lebih banyak perempuan, yaitu terdiri dari
719.335 orang laki-laki dan 732.121 orang perempuan dengan sex ratio sebesar 98,25. Jumlah penduduk dari tahun 1993 sampai dengan 2003 seperti tertera pada
Tabel 8.
Tabel 8 Jumlah penduduk dari tahun 1993 sampai dengan tahun 2003
No. Tahun Laki-laki
Perempuan Jumlah
1. 1993 716.827
745.741 1.462.568 2. 1994
717.411 747.133 1.464.544
3. 1995 718.140
748.432 1.466.572 4. 1996
782.780 797.742 1.580.522
5. 1997 782.618
798.047 1.580.655 6. 1998
782.087 798.097 1.580.184
7. 1999 794.066
805.021 1.599.087 8. 2000
795.702 806.980 1.602.682
9. 2001 795.234
808.177 1.603.411 10. 2002
795.178 808.910
1.604.088 11. 2003
719.335 732.121
1.451.456 Sumber : BPS Bapeda Kabupaten Ciamis 2004
Pertumbuhan penduduk berakibat pada naiknya kepadatan di wilayah Kabupaten Ciamis yang mempunyai luas sebesar 2.444,79 km
2
menjadi 594 orang per km
2
. Dari segi penyebarannya, 8,10 penduduk Kabupaten Ciamis bertempat tinggal di Kecamatan Ciamis sehingga mempunyai kepadatan tertinggi
2.050 orang per km
2
. Kepadatan cukup tinggi juga dialami oleh Kecamatan Cikoneng, Cihaurbeuti, dan Kawali. Kepadatan penduduk juga tampak dari rata-
rata anggota keluarga yang mencapai 3,21 , sehingga secara umum setiap keluarga memiliki 3 sampai dengan 4 orang anggota keluarga. Rasio jenis
kelamin ini sangat berkaitan dengan keperluan penyediaan lapangan pekerjaan di suatu daerah mengingat bahwa laki-laki pada umumnya sebagai pecari nafkah.
b. Penduduk menurut struktur umur