dengan panjang ekor sekitar 45-65 dari panjang total tubuh. Kepala trenggiling kecil dan memiliki bagian moncong yang sempit, sedangkan
bagian telinganya tidak berkembang terletak di bagian caudodorsal Grzimek 1975.
Trenggiling memiliki keunikan pada sistem pencernaannya. Hewan ini memiliki sistem pencernaan yang mirip dengan unggas. Pada rongga
mulutnya tidak ditemukan gigi. Gigi geligi tersebut sebenarnya dapat ditemukan pada masa prenatal, kemudian menghilang sesuai dengan
perkembangan trenggiling. Nisa’ 2005 menyebutkan bahwa penampakan lambung secara eksterior tidak berbeda dengan lambung mamalia
monogastrik pada umumnya, yaitu berbentuk menyerupai kacang mede atau kacang merah. Perbedaan terlihat pada bagian internal lambung yaitu bagian
berdinding otot tebal yang mirip gizzard pada sistem pencernaan unggas. Lidah pada trenggiling dapat menjulur panjang dan dihubungkan oleh
otot-otot yang berkembang subur. Lidah trenggiling berbentuk ramping dan panjang. Lidah ini akan semakin menipis dan menyempit pada bagian apex
Sari 2007. Bentuk tersebut membuat lidah trenggiling menyerupai cacing vermiform. Lidah yang panjang ini dan bersifat lengket, sehingga
memudahkan trenggiling untuk mencari pakan Amir 1978.
3. Perilaku Alami
Yasuma 1994 menyebutkan bahwa trenggiling merupakan hewan nokturnal dan bersifat soliter. Aktivitas yang biasa dilakukan trenggiling
pada siang hari adalah beristirahat atau tidur di lubang-lubang di bawah tanah atau di pohon. Makanan utama hewan ini adalah semut, rayap dan
serangga lainnya. Daya penciuman yang berkembang baik menjadi salah satu faktor pendukung bagi trenggiling dalam mencari makanan Lekagul
dan McNeely 1997. Trenggiling merupakan satwa yang menjadi mangsa beberapa jenis
karnivora besar di habitat aslinya. Oleh karena itu trenggiling membuat mekanisme pertahanan diri dengan cara menggulungkan tubuhnya jika
terancam. Sisik keratin kokoh ikut membantu pertahanan diri trenggiling Lekagul dan McNeely 1997. Beberapa spesies trenggiling memiliki
kelenjar perianal yang menghasilkan sekreta berbau tajam. Sekreta ini berbau menyerupai urin menyengat dan biasa digunakan untuk menandai
teritori trenggiling Vaughan 1978. Spesies trenggiling Afrika biasanya melahirkan satu anak dalam sekali
kebuntingan. Masa kebuntingan trenggiling belum diketahui dengan pasti. Diduga bahwa masa kebuntingan pada trenggiling relatif singkat, yaitu 2-3
bulan Lekagul dan McNeely 1977. Setelah melahirkan trenggiling betina akan membawa anaknya di pangkal ekor sebagai bentuk pengasuhan.
Sistem Reproduksi Betina
Organ reproduksi betina tersusun terdiri dari ovarium, tuba uterina, uterus kornua dan korpus, serviks uteri, vagina dan organ reproduksi eksternal Hafez
dan Hafez 2000; Samuelson 2007. Masing-masing organ reproduksi tersebut dapat memiliki perbedaan antar spesies mamalia Kobayashi dan Behringer 2003.
Gambar 3 menunjukkan gambaran organ reproduksi betina pada domba dan anjing.
A B
Gambar 3 Skema organ reproduksi betina pada domba A dan anjing B. a. ovarium, b. bursa ovari, c. tuba uterina, d. kornua uteri, e. korpus
uteri, f. serviks uteri, g. vagina, h. jaringan penggantung Modifikasi
dari sumber: Constantinescu 2007.
b
a c
d
e
f
g h
a
d
e f
g h
1. Ovarium