Pengamatan Makroskopis Organ Reproduksi Karakteristik Histologi Organ Reproduksi

Metode Penelitian bersifat eksploratif dan dilakukan dengan empat tahap pengerjaan, yaitu pengamatan makroskopis organ reproduksi, karakteristik histologi organ reproduksi, karakteristik histologi perkembangan folikel, dan distribusi karbohidrat dalam perkembangan folikel.

1. Pengamatan Makroskopis Organ Reproduksi

Pengamatan makroskopis yang dilakukan meliputi pengamatan bentuk morfologi, dan ukuran morfometri masing-masing bagian organ kelamin betina yang terdiri atas ovarium, tuba uterina, kornua uteri, korpus uteri, serviks uteri, dan vagina. Pengamatan morfologi dilakukan dengan mata telanjang dan dibantu dengan mikroskop stereo untuk bagian organ yang sangat kecil. Setelah pengamatan dilakukan, organ dipotret. Pengukuran dilakukan dengan mengukur panjang masing-masing bagian saluran reproduksi. Pengukuran pada bagian organ yang berpasangan seperti kornua uteri, tuba uterina, dan ovarium, dilakukan pada masing- masing sisi. Khusus untuk ovarium, dilakukan penimbangan untuk mengetahui bobotnya.

2. Karakteristik Histologi Organ Reproduksi

Pengamatan karakteristik histologi organ reproduksi diawali dengan pembuatan preparat histologi. Preparat histologi yang dibuat berasal dari bagian-bagian sampel organ reproduksi yang terdiri dari vulva, vagina, serviks uteri, korpus uteri, kornua uteri, tuba uterina, dan ovarium. Bagian A menunjukkan pengambilan organ pada daerah perbatasan vulva dengan vagina. Bagian B merupakan perbatasan antara vagina dengan serviks uteri. Bagian C merupakan perbatasan antara serviks dengan korpus uteri. Perbatasan antara korpus dengan kornua uteri ditunjukkan pada bagian D. Bagian E, F, G masing-masing menunjukkan pengambilan potongan pada daerah kornua uteri, tuba uterina, dan ovarium. Sayatan yang diambil merupakan sayatan memanjang untuk melihat perubahan struktur penyusun masing- masing bagian. Bagian A’, B’, C’, D’, E’, dan F’ merupakan bagian- bagian yang diambil secara melintang untuk melihat struktur jaringan penyusun pada setiap bagian Gambar 10. Gambar 10 Skematis organ kelamin betina trenggiling Jawa yang menunjukkan bagian yang diambil sebagai sampel penelitian. Bagian-bagian yang telah dipotong dengan menggunakan scapel dan pisau mikrotom, dimasukkan ke dalam basket. Kemudian dilakukan proses sesuai standar pembuatan preparat histologi sampai menjadi blok parafin Kiernan 1990. Selanjutnya blok parafin dimotong dengan menggunakan mikrotom rotary dengan ketebalan 5μm. Hasil sayatan dikembangkan di atas permukaan air matang 30 ºC lalu dipindahkan ke permukaan air 40 ºC selama beberapa detik. Selanjutnya hasil sayatan diletakkan di atas object glass yang telah dibersihkan dengan alkohol 70 dan diberi label sesuai dengan sediaan preparat. Preparat tersebut kemudian diinkubasi selama minimal 24 jam pada suhu 37-40 ºC. Pewarnaan yang digunakan dalam pengamatan karakteristik histologi organ reproduksi adalah hematoksilin eosin HE dan pewarnaan Masson’s trichome. Pewarnaan HE merupakan pewarnaan yang digunakan untuk melihat struktur histologis organ secara umum sedangkan pewarnaan Masson’s trichome digunakan untuk melihat keberadaan jaringan ikat dalam organ. Proses pewarnaan HE dan Masson’s trichome dapat dilihat dalam Lampiran 2 dan 3. Pengamatan karakteristik histologi dilakukan dengan mengamati stuktur penyusun setiap organ. A B C G E D F B’ C’ D’ F’ A ’ E’

3. Karakteristik Histologi Perkembangan Folikel dalam Ovarium