6. Vulva dan Klitoris
Vulva dan klitoris merupakan bagian eksternal dari organ kelamin betina. Vulva terentang dari batas vestibula hingga mencapai eksternal
organ kelamin betina. Vulva terdiri dari dua pasang labia, commisura, dan fisura pudenda. Labia tersebut terdiri dari labia mayor dan labia minor.
Letak labia mayor lebih lateral dibandingkan dengan labia minor. Setiap jenis hewan memiliki bentuk, ukuran dan ketebalan labia yang berbeda
beda. Constantinescu 2007.
a b
c d
Gambar 7 Perbandingan bentuk vulva dari berbagai jenis hewan. a Sapi, b Domba c Kuda, d Babi Sumber; Constantinescu 2007.
Menurut Constantinescu 2007 anjing memiliki labia yang tipis dengan commisura dorsal yang membulat dan commisura ventral yang
lancip. Babi juga memiliki labia yang tipis, dan commisura ventral yang lancip dan terdapat sedikit rambut. Pada hewan ruminansia, labia pada vulva
juga tipis, di bagian commisura ventralnya yang lancip terdapat rambut halus. Labia pada kuda biasanya berpigmen serta memiliki kelenjar
sebaceous dan kelenjar keringat. Commisura dorsal pada kuda lancip sedangkan commisura ventralnya membulat.
Klitoris merupakan bentuk analogi dari penis pada hewan jantan yang mengalami rudimentasi pada masa embrional. Lokasi klitoris berada di
bagian dasar vestibulum. Klitoris terdiri dari dua krura atau akar, badan klitoris yang mengandung korpus cavernosus, dan kepala klitoris glans
yang mengandung
korpus spongiosum
dan fascia
klitoris
Constantinescu 2007. Menurut Frandson 1992 klitoris terdiri dari jaringan erektil yang tertutup oleh epitel kubus banyak baris dan mendapat
inervasi dari ujung ujung syaraf sensoris.
Proses Perkembangan Folikel folikulogenesis dalam Ovarium
Perkembangan folikel ovarium atau folikulogenesis terjadi pada masa prenatal dan postnatal.
Proses awal perkembangan folikel terjadi pada masa prenatal Wandji et al. 1996. Sel benih primordial bermigrasi dari kantung
kuning telur menuju ovarium, kemudian berdiferensisi menjadi oogonia. Sebagian besar oogonia melakukan mitosis sedangkan sebagian lainnya berdiferensiasi
menjadi oosit primer. Oosit primer yang dikelilingi oleh epitel pipih selapis dikenal dengan nama folikel primordial.
Folikel primordial mengandung oosit yang berada dalam tahap profase I,
namun belum menyelesaikan pembelahan meiosis pertamanya sampai mencapai masa pubertas. Folikel primordial pada beberapa mamalia seperti rodensia dan
kelinci, melanjutkan proses meiosis pada periode neonatal Fortune 1994. Folikel yang mengandung oosit mengalami perkembangan ketika hewan mencapai masa
pubertas. Sel epitel yang mengelilingi oosit berubah menjadi epitel kubus sebaris Wandji et al. 1996; Fortune 1994 dan disebut dengan folikel primer Gambar 8.
Folikel primer berkembang menjadi folikel sekunder dengan karakteristik telah bertambahnya sel epitel yang mengelilingi oosit sampai dengan 5 lapis sel. Zona
pelusida mulai terbentuk pada folikel sekunder, sebagai suatu lapisan tipis di sekeliling oosit.
Folikel tersier merupakan folikel antral yang akan berkembang menjadi folikel de Graaf. Folikel ini memiliki karakteristik telah terbentuknya antrum
folikuli, yaitu ruangan yang terbentuk akibat perkembangan sel sel folikuler. Antrum folikuli pada awalnya terpisah, tetapi kemudian bersatu menjadi suatu
ruangan berbentuk bulan sabit. Antrum folikuler terus membesar hingga mendesak sel telur menuju tepian folikel hingga akhirnya terjadi proses ovulasi.
Gambar 8 Perkembangan folikel dalam ovarium: A. Folikel primer; B. Folikel
sekunder; C. Folikel tersier; D. Folikel de Graaf Gambar dimodifikasi dari sumber: A = Kwan 2003; B = Tufts University 2009; C dan
D = Akers dan Denbow 2008.
Pada folikel tersier, sel folikuler di sekitar oosit tetap utuh dan membentuk kumulus ooforus. Selain sel-sel folikuler, folikel ini dikelilingi oleh dua lapis
jaringan ikat, yaitu lapis teka interna dan lapis teka eksterna. Lapis teka interna merupakan lapisan bagian dalam yang menghasilkan estrogen dan kaya pembuluh
darah Aughey dan Frye 2001. Lapis teka eksterna merupakan lapis luar yang akan bersatu dengan stroma ovarium. Skema perkembangan folikel dalam
ovarium dapat dilihat dalam Gambar 9. Sisa folikel de Graaf akan berkembang menjadi folikel hemoragikum
korpus rubrum setelah terjadi ovulasi. Selanjutnya korpus rubrum berkembang menjadi korpus luteum yang banyak mengandung sel lutein. Jika terjadi proses
fertilisasi setelah ovulasi, korpus luteum akan berubah menjadi korpus luteum graviditatum. Jika tidak ada proses fertilisasi, maka korpus luteum akan
mengalami regresi dan berubah menjadi korpus albikan yang mengandung banyak jaringan ikat.
A
C D
B
Oosit
Lapis sel granulosa Oosit
Membran granulosa
Teka Interna Teka Eksterna
Ooplasma Membran basal
Membran folikular Antrum
Zonz pelusida Oosit
Lapis sel granulosa
Gambar 9 Skema perkembangan folikel dalam ovarium Modifikasi dari sumber; Cummings 2001.
Peran Karbohidrat dalam Proses Fertilisasi
Fertilisasi pada mamalia merupakan proses interaksi spesifik antara spermatozoa dan oosit Boldt et al.1989. Tahapan yang cukup penting dalam
proses fertilisasi pada mamalia adalah perlekatan antara sperma dengan membran ekstraseluler sel telur yang dinamakan zona pelusida Tulsiani et al.1997. Zona
pelusida, cairan folikuli, dan matriks ekstraseluler dari lapisan granulosa mengandung kompleks karbohidrat Tadano dan Yamada 1978 diacu dalam
Hamny 2006. Secara umum, distribusi karbohidrat dalam zona pelusida berperan dalam
proses perlekatan antara spermatozoa dengan oosit Loeser dan Tulsiani 1999. Konsentrasi karbohidrat pada permukaan zona pelusida pada setiap hewan
berbeda. Hal ini berkaitan dengan spesifisitas masing-masing spesies terhadap ikatan spermatozoa dengan sel telur dan sebagai salah satu proteksi hewan
terhadap terjadinya fertilisasi interspesies Hamny 2006. Karbohidrat kompleks dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu kelompok
karbohidrat asam yang mengandung gugus asam yaitu sulfat dan gugus monoksil, serta karbohidrat netral yang tidak memiliki ikatan dengan gugus asam.
Karbohidrat asam dalam perkembangan folikel, dapat dideteksi dengan menggunakan pewarna alcian blue AB pH 2.5. Pewarna ini mengikat gugus
karboksil dan sulfat-ester sehingga semua mukosubstansi asam akan terwarnai
Folikel primer
Tunika albuginea Korteks
oosit Sel Granulosa
Folikel sekunder
Mesovarium dan pembuluh darah
Folikel de Graaff Antrum
Oosit Zona
Pelusida Teka folikuli
Oosit yang diovulasikan
Corona radiata
Perkembangan korpus luteum
Korpus luteum Medula
Ligamentum ovarium
Folikel primordial
Epitel germinal
Korpus albikans
Kiernan 1990. Reaksi positif yang ditunjukkan ketika terdapat karbohidrat asam adalah timbulnya warna biru. Karbohidrat netral seperti glukosa, galaktosa,
manosa, fukosa dan residu monosakarida dapat terdeteksi dengan pewarna periodic acid Schiff PAS. Reaksi positif akan ditunjukkan oleh warna merah
muda keunguan hingga magenta.
MATERI DAN METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Riset Anatomi; Bagian Anatomi, Histologi, dan Embriologi; Departemen Anatomi, Fisiologi dan Farmakologi;
Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Waktu penelitian dimulai dari bulan Februari hingga Agustus 2011.
Materi
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah organ reproduksi betina yang berasal dari dua ekor trenggiling Jawa M. javanica yang diperoleh dari
wilayah Jawa Barat. Kondisi trenggiling pertama MJ-1 adalah baru melahirkan dan trenggiling kedua MJ-2 belum pernah melahirkan dara. Pengamatan
karakteristik perkembangan
folikel dalam
ovarium dilakukan
dengan menggunakan 4 buah 2 pasang ovarium dari organ reproduksi tersebut. Organ
yang digunakan berasal dari hewan penelitian diser tasi Nisa’ 2005, dan telah
mendapatkan izin dari Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Departemen Kehutanan Republik Indonesia. Sampel telah difiksasi dalam
larutan Bouin campuran asam pikrat : formalin : asam asetat glasial = 15 : 5 : 1 selama 78 jam dan disimpan di dalam alkohol 70 sebagai stopping point.
Bahan dan alat yang digunakan adalah sesuai standar pengamatan makroskopis dan mikroskopis, serta prosedur pembuatan preparat histologis.
Peralatan yang digunakan dalam pengamatan makroskopis dan mikroskopis adalah mikroskop cahaya, mikroskop stereo, talibenang, penggaris, jangka
sorong, timbangan digital, pinset dan alat dokumentasi. Bahan dan alat yang digunakan dalam prosedur pembuatan preparat histologis adalah adalah set larutan
dehidrasi, parafin, set larutan deparafinisasi dan rehidrasi, pewarna hematoksilin eosin HE, pewarna
Masson’s trichome hematoksilin, acid fuchsin + ponceau 2R, orange G + phosphotungstic, light green, pewarna alcian blue AB pH 2.5
dan pewarna periodic acid Schiff PAS. Alat pembuatan preparat histologi terdiri dari scalpel, basket, blok kayu, parafin, inkubator parafin, mikrotom, object glass,
dan cover glass.
Metode
Penelitian bersifat eksploratif dan dilakukan dengan empat tahap pengerjaan, yaitu pengamatan makroskopis organ reproduksi, karakteristik
histologi organ reproduksi, karakteristik histologi perkembangan folikel, dan
distribusi karbohidrat dalam perkembangan folikel.
1. Pengamatan Makroskopis Organ Reproduksi