11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Analisa Laporan Keuangan
Analisa laporan
keuangan merupakan
proses yang
penuh pertimbangan dalam rangka membantu mengevalusi posisi keuangan dan hasil
operasi perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu, dengan tujuan untuk menentukan estimasi dan prediksi yang paling mungkin mengenai kondisi dan
kinerja perusahaan pada masa mendatang. Analisa laporan keuangan sebenarnya banyak sekali namun pada penelitian kali ini penulis
menggunakan analisa rasio keuangan karena analisa ini lebih sering digunakan dan lebih sederhana.
Arti penting analisis laporan keuangan adalah sebagai berikut:
a. Bagi pihak manajemen: Untuk mengevaluasi kinerja perusahaan, kompensasi, pengembangan karier.
b. Bagi pemegang saham: Untuk mengetahui kinerja perusahaan, pendapatan, keamanan investasi.
c. Bagi kreditor: Untuk mengetahui kemampuan perusahaan melunasi utang beserta bunganya.
12
d. Bagi pemerintah: Pajak, persetujuan untuk go public. e. Bagi karyawan: Penghasilan yang memadai, kualitas hidup, keamanan
kerja.
Analisis Laporan Keuangan terdiri dari beberapa macam, yaitu sebagai berikut:
a. Analisis Trend atau time series adalah analisis rasio perusahaan untuk beberapa periode.
b. Analisis Cross Sectional, dengan analisis ini analis membandingkan rasio-rasio perusahaan company ratio dengan rata-rata rasio
perusahaan sejenis atau industri rasio rata-ratarasio standard untuk waktu yang sama.
c. Analisis Common Size, untuk membuat perbandingan elemen-elemen laporan keuangan dengan command base-nya
d. Analisis Index, memilih tahun dasar sebagai commond base-nya elemen-elemen laporan keuangan pada periode lain dibandingkan
dengan elemen-elemen laporan keuangan yang sama dengan tahun dasar tersebut.
Laporan Keuangan memberikan manfaat ke banyak pihak yang terbagi dalam 2 kelompok, pihak internal dan eksternal.
13
a. Internal :
a Pengelola direksi manajemen; Laporan keuangan memberikan informasi yang digunakan dalam pengambilan keputusan, evaluasi
usaha yang sedang berjalan, melakukan budgeting dan kontrol internal.
b Karyawan; Karyawan Anda akan tertarik dengan informasi keuangan yang terkait dengan stabilitas dan profitabilitas
perusahaan. Hal ini dapat memberikan gambaran apakah perusahaan mampu memberikan balas jasa dan menyediakan
kesempatan bekerja dan berkarir untuk jangka waktu yang lama.
b. Eksternal :
a Investorowner; Investor atau owner berkepentingan dengan informasi yang berhubungan dengan resiko yang terkait dengan
investasi modal. b Pemberi Pinjaman; Pihak yang memberi pinjaman berkepentingan
dengan informasi yang menunjukkan kemampuan perusahaan membayar hutang beserta bunganya dengan tepat waktu. Laporan
14
keuangan dapat membantu mereka untuk menentukan besar plafon, bunga dan jangka waktu yang diberikan.
c Supplier; Pihak supplier dan pemberi hutang jangka pendek lainnya berkepentingan dengan informasi yang menunjukkan
kemampuan perusahaan membayar hutang jangka pendeknya. Informasi tersebut akan membantu supplier untuk menentukan
jumlah piutang yang diberikan dan jangka waktunya. d Pelanggan; Pelanggan memerlukan informasi yang berhubungan
dengan kelangsungan perusahaan, terutama pelanggan yang melakukan kerjasama jangka panjang. Pelanggan yang loyal
membutuhkan hubungan jangka panjang dan langgeng. e Pemerintah; Bagi pemerintah, mereka dapat menilai kemampuan
perusahaan dalam membayar pajak.
2. Rasio Keuangan
Rasio Keuangan atau Financial Ratio merupakan alat analisis keuangan perusahaan untuk menilai kinerja suatu perusahaan berdasarkan
perbandingan data keuangan yang terdapat pada pos laporan keuangan neraca, laporan labarugi, laporan aliran kas. Rasio menggambarkan suatu
hubungan atau perimbangan mathematical relationship antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain.
15
Analisis rasio dapat digunakan untuk membimbing investor dan kreditor untuk membuat keputusan atau pertimbangan tentang pencapaian
perusahaan dan prospek pada masa datang. Salah satu cara pemrosesan dan penginterpretasian informasi akuntansi, yang dinyatakan dalam artian relatif
maupun absolut untuk menjelaskan hubungan tertentu antara angka yang satu dengan angka yang lain dari suatu laporan keuangan.
Analisis rasio keuangan menggunakan data laporan keuangan yang telah ada sebagai dasar penilaiannya. Meskipun didasarkan pada data dan
kondisi masa lalu, analisis rasio keuangan dimaksudkan untuk menilai risiko dan peluang pada masa yang akan datang. Pengukuran dan hubungan satu pos
dengan pos lain dalam laporan keuangan yang tampak dalam rasio-rasio keuangan dapat memberikan kesimpulan yang berarti dalam penentuan
tingkat kesehatan keuangan suatu perusahaan. Tetapi bila hanya memperhatikan satu alat rasio saja tidaklah cukup, sehingga harus dilakukan
pula analisis persaingan-persaingan yang sedang dihadapi oleh manajemen perusahaan dalam industri yang lebih luas, dan dikombinasikan dengan
analisis kualitatif atas bisnis dan industri manufaktur, analisis kualitatif, serta penelitian-penelitian industri.
Pada dasarnya macam atau jumlah rasio itu banyak sekali yaitu sesuai dengan kebutuhan penganalisis, namun angka-angka rasio yang ada pada
16
dasarnya dapat digolongkan menjadi dua golongan atau kelompok Munawir, 2001:68, yakni: Pertama, berdasarkan sumber data keuangan yang
merupakan unsur atau elemen dari angka rasio tersebut. Kedua, berdasarkan tujuan dari penganalisa.
Apabila dilihat dari sumbernya dari mana rasio itu dibuat, maka rasio keuangan dapat digolongkan kedalam 3 golongan, yaitu:
a. Rasio-rasio neraca Balance sheet rations, ialah rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca, misalnya current ratio,
acid test ratio, current assets to total assets ratio, current liabilities to total asset ratio dan lain sebagainya.
b. Rasio-rasio laporan rugi laba Income statement ratios, ialah rasio- rasio yang disusun dari data yang berasal dari income statement, gross
profit margin, net operating margin, operating ratio dan lain sebagainya.
c. Rasio-rasio antar laporan Inter-Statement ratios, ialah rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca dan data lainnya
berasal dari income statement, misalnya assets turnover, receivables turnover dan lain sebagainya.
17
Menurut Bambang Riyanto dalam bukunya Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan BPFE Yogyakarta, 2001:331, pengelompokan rasio-rasio
keuangan yaitu sebagai berikut:
a. Rasio likuiditas merupakan suatu indikator mengenai kemampauan perusahaanperuasahaan membayar semua kewajiban fianansial jangka
pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Likuidiatas tidak hanya berkenaan dengan keadaan
keseluruhan keuangan perusahaan, tetapi juga berkaitan dengan kemampuannya mengubah aktiva lancar tertentu menjadi uang kas.
Riyanto 2008:25 menyatakan bahwa likuiditas adalah masalah yang berhubungan dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk
memenuhi kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi. Suatu perusahaan yang mempunyai alat-alat likuid sedemikian besarnya
sehingga mampu memenuhi segala kewajiban financialnya yang segera harus terpenuhi, dikatakan bahwa perusahaan tersebut likuid,
dan sebaliknya apabila suatu perusahaan tidak mempunyai alat-alat likuid yang cukup untuk memenuhi segala kewajiban financialnya
yang segera harus terpenuhi dikatakan perusahaan tersebut insolvable. Rasio likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan
memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio-rasio ini dapat dihitung melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva
18
lancar dan hutang lancar. Dengan demikian rasio likuiditas berpengaruh dengan kinerja keuangan perusahaan sehingga rasio ini
memiliki hubungan dengan harga saham perusahaan. Rasio Likuiditas terdiri dari:
a Current Ratio Rasio Lancar merupakan perbandingan antara aktiva lancar dan kewajiban lancar dan merupakan ukuran
yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan suatu perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Rasio lancar menunjukkan sejauh mana akitva lancar menutupi
kewajiban-kewajiban lancar. Semakin
besar perbandingan
aktiva lancar
dan kewajiban
lancar semakintinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban
jangka pendeknya. Rasio lancar yang rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadinya masalah dalam likuidasi,
sebaliknya rasio lancar yang terlalu tinggi juga kurang bagus, karean menunjukkan banyaknya dana menganggur yang pada
akhirnya dapat mengurangi kemampulabaan perusahaan Sawir, 2009:10. Current ratio dapat dihitung dengan
formula:
19
b Quick Ratio Rasio Cepat Rasio ini disebut juga acid test rasio yang juga digunakan untuk mengukur kemampuan suatu
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Penghitungan quick ratio dengan mengurangkan aktiva lancar
dengan persediaan. Hal ini dikarenakan persediaan merupakan unsur aktiva lancar yang likuiditasnya rendah dan sering
mengalami fluktuasi harga serta menimbulkan kerugian jika terjadi likuiditas. Jadi rasio ini merupakan rasio yang
menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid mampu menutupi hutang lancar. Sawir 2009:10 mengatakan
bahwa quick ratio umumnya dianggap baik adalah semakin besar rasio ini maka semakin baik kondisi perusahaan. Quick
ratio dapat dihitung dengan formula :
c Cash Ratio Rasio Kas Rasio ini merupakan rasio yang menunjukkan posisi kas yang dapat menutupi hutang lancar
dengan kata lain cash ratio merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan kas yang dimiliki dalam
20
manajemen kewajiban lancar tahun yang bersangkutan. Cash Ratio dapat dihitung dengan formula:
b. Rasio Leverage merupakan rasio untuk mengukur seberapa bagus struktur permodalan perusahaan. Struktur permodalan merupakan
pendanaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham Wahyono, 2002:12. Struktur
modal adalah pembelanjaan permanen dimana mencerminkan pengimbangan antar hutang jangka panjang dan modal sendiri. Modal
sendiri adalah modal yang berasal dari perusahaan itu sendiri cadangan, laba atau berasal dari mengambil bagian, peserta, atau
pemilik modal saham, modal peserta dan lain-lain Riyanto, 2008:22. Jadi dapat disimpulkan bahwa debt to equity ratio
merupakan perbandingan antara total hutang hutang lancar dan hutang jangka panjang dan modal yang menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajibannya dengan menggunakan modal yang ada. Rasio hutang modal dihitung dengan formula:
21
c. Rasio aktivitas adalah rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan dalam memanfaatkan semua sumber daya yang ada
padanya. Semua rasio aktivitas ini melibatkan perbandingan antara tingkat penjualan dan investasi pada berbagai jenis aktiva. Rasio-rasio
aktivitas menganggap bahwa sebaiknya terdapat keseimbangan yang layak antara penjualan dan beragam unsur aktiva misalnya persediaan,
aktiva tetap dan aktiva lainnya. Aktiva yang rendah pada tingkat penjualan tertentu akan mengakibatkan semakin besarnya dana
kelebihan yang tertanam pada aktiva tersebut. Dana kelebihan tersebut akan lebih baik bila ditanamkan pada aktiva lain yang lebih produktif.
Jenis-jenis rasio aktivitas adalah sebagai berikut:
a Total assets turn over Perputaran Aktiva merupakan
perbandingan antara penjualan dengan total aktiva suatu perusahaan dimana rasio ini menggambarkan kecepatan
perputarannya total aktiva dalam satu periode tertentu. Total assets turn over merupakan rasio yang menunjukkan tingkat
efisiensi penggunaan keseluruhan aktiva perusahaan dalam menghasilkan volume penjualan tertentu Syamsuddin, 2009:19.
Total assets turn over merupakan rasio yang menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume penjualan. Jadi semakin
besar rasio ini semakin baik yang berarti bahwa aktiva dapat
22
lebih cepat berputar dan meraih laba dan menunjukkan semakin efisien penggunaan keseluruhan aktiva dalam menghasilkan
penjualan. Dengan kata lain jumlah asset yang sama dapat memperbesar volume penjualan apabila assets turn overnya
ditingkatkan atau diperbesar. Total assets turn over ini penting bagi para kreditur dan pemilik perusahaan, tapi akan lebih
penting lagi bagi manajemen perusahaan, karena hal ini akan menunjukkan efisien tidaknya penggunaan seluruh aktiva dalam
perusahaan. Total assets turn over dihitung sebagai berikut:
b Working Capital Turn Over Perputaran Modal Kerja merupakan perbandingan antara penjualan dengan modal kerja
bersih. Dimana modal kerja bersih adalah aktiva lancar dikurangi utang lancar. Perputaran modal kerja merupakan rasio mengukur
aktivitas bisnis terhadap kelebihan aktiva lancar atas kewajiban lancar serta menunjukkan banyaknya penjualan dalam rupiah
yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah modal kerja Sawir, 2009:16. Working capital turn over merupakan
kemampuan modal kerja neto berputar dalam suatu periode
23
siklus kas cash cycle dari perusahaan Riyanto, 2008:335. Modal kerja selalu dalam keadaan operasi atau berputar dalam
perusahaan selama perusahaan yang bersangkutan dalam keadaan usaha.periode perputaran modal kerja working capital
turn over period dimulai dari saat dimana kas diinvestasikan dalam komponen-komponen modal kerja sampai dimana saat
kembali menjadi kas. Makin pendek periode tersebut berarti makin cepat perputaran atau makin tinggi perputarannya turn
over rate-nya. Berapa lama periode perputaran modal kerja adalah tergantung berapa lama periode perputaran dari masing-
masing komponen dari modal kerja tersebut. Perputaran modal kerja dihitung dengan rumus:
c Fixed Assets Turn Over Rasio Perputaran Aktiva Tetap Rasio ini merupakan perbandingan antara penjualan dengan aktiva
tetap. Fixed assets turn over mengukur efektivitas penggunaan dana yang tertanam pada harta tetap seperti pabrik dan peralatan,
dalam rangka menghasilkan penjualan, atau berapa rupiah penjualan bersih yang dihasilkan oleh setiap rupiah yang
diinvestasikan pada aktiva tetap Sawir, 2003:17. Rasio ini
24
berguna untuk
mengevaluasi kemampuan
perusahaan menggunakan aktivanya secara efektif untuk meningkatkan
pendapatan. Kalau perputarannya lambat rendah, kemungkinan terdapat kapasitas terlalu besar atau ada banyak aktiva tetap
namun kurang bermanfaat, atau mungkin disebabkan hal-hal lain seperti investasi pada aktiva tetap yang berlebihan dibandingkan
dengan nilai output yang akan diperoleh. Jadi semakin tinggi rasio ini berarti semakin efektif penggunaan aktiva tetap tersebut.
Perputaran aktiva tetap dihitung dengan rumus:
d Inventory Turn Over ITO menunjukkan kemampuan dana yang tertanam dalam inventory berputar dalam suatu periode tertentu,
atau likuiditas dari inventory dan tendensi untuk adanya overstock Riyanto, 2008:334. Rasio perputaran persediaan
mengukur efisiensi pengelolaan persediaan barang dagang. Rasio ini merupakan indikasi yang cukup popular untuk menilai
efisiensi operasional, yang memperlihatkan seberapa baiknya manajemen mengontrol modal yang ada pada persediaan. Ada
dua masalah yang timbul dalam perhitungan dan analisis rasio
25
perputaran persediaan. Pertama, penjualan dinilai menurut harga pasar market price, persediaan dinilai menurut harga pokok
penjualan at Cost, maka sebenarnya rasio perputaran persediaan at cost digunakan untuk mengukur perputaran fisik
persediaan. Sedangkan rasio yang dihitung dengan membagi penjualan dengan persediaan mengukur perputaran persediaan
dalam kas Sawir, 2003:15. Namun banyak lembaga penelitian rasio keuangan yang menggunakan rasio perputaran persediaan
at market sehingga bila ingin dibandingkan dengan rasio industri rasio perputaran persediaan at market sebaiknya di
gunakan. Kedua, penjualan terjadi sepanjang tahun sedangkan angka persediaan adalah gambaran keadaan sesaat. Oleh karena
itu, lebih baik menggunakan rata-rata persediaan yaitu persediaan awal ditambah persediaan akhir dibagi dua. Rasio
perputaran persediaan dihitung dengan rumus:
26
e Rata-Rata Umur Piutang; Rasio ini mengukur efisiensi pengolahan piutang perusahaan, serta menunjukkan berapa lama
waktu yang diperlukan untuk melunasi piutang atau merubah piutang menjadi kas. Rata-rata umur piutang ini dihitung dengan
membandingkan jumlah piutang dengan penjualan perhari. Dimana penjualan perhari yaitu penjualan dibagi 360 atau 365
hari. Rata-rata piutang ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
f Perputaran Piutang; Piutang yang dimiliki oleh suatu perusahaan mempunyai hubungan yang erat dengan volume penjualan
kredit. Posisi piutang dan taksiran waktu pengumpulannya dapat dinilai dengan menghitung tingkat perputaran piutang tersebut
yaitu dengan membagi total penjualan kredit neto dengan piutang rata-rata. Perputaran piutang dapat diukur dengan rumus
:
27
d. Rasio Profitabilitas, merupakan rasio yang bertujuan untuk
mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu dan juga memberikan gambaran tentang tingkat
efektifitas manajemen dalam melaksanakan kegiatan operasinya. Efektifitas manajemen disini dilihat dari laba yang dihasilkan terhadap
penjualan dan investasi perusahaan. Rasio ini disebut juga rasio rentabilitas.
Rasio profitabilitas
merupakan rasio
yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mendapatka laba
melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan
sebagainya Syafri, 2008:304. Jenis-jenis rasio profitabilitas adalah sebagai berikut:
a Gross profit margin Margin Laba Kotor merupakan rasio yang mengukur efisiensi pengendalian harga pokok atau
biaya produksinya, mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien Sawir, 2009:18. Gross
profit margin merupakan persentase laba kotor dibandingkan dengan sales. Semakin besar gross profit margin semakin
baik keadaan
operasi perusahaan,
karena hal
ini menunjukkan bahwa harga pokok penjualan relatif lebih
rendah dibandingkan
dengan sales,
demikian pula
28
sebaliknya, semakin rendah gross profit margin semakin kurang baik operasi perusahaan Syamsuddin, 2009:61.
Gross profit margin dihitung dengan formula:
b Net Profit Margin Margin Laba Bersih Rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan. Semakin tinggi
Net profit margin semakin baik operasi suatu perusahaan. Net profit margin dihitung dengan rumus:
c Return on investment merupakan perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan total aktiva. Return on
investment adalah merupakan rasio yang mengukur
kemampuan perusahaan
secara keseluruhan
didalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva
yang tersedia didalam perusahaan Syamsuddin, 2009:63. Semakin tinggi rasio ini semakin baik keadaan suatu
perusahaan. Return on investment merupakan rasio yang
29
menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila di ukur dari nilai aktiva Syafri, 2008:63. Return on
Investment dihitung dengan rumus:
d Return on equity merupakan perbandingan antara laba bersih sesudah pajak dengan total ekuitas. Return on equity
merupakan suatu pengukuran dari penghasilan income yang tersedia bagi para pemilik perusahaan baik pemegang saham
biasa maupun pemegang saham preferen atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan Syafri, 2008:305.
Return on equity adalah rasio yang memperlihatkan sejauh manakah perusahaan mengelola modal sendiri net worth
secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang
saham perusahaan Sawir 2009:20. ROE menunjukkan rentabilitas modal sendiri atau yang sering disebut
rentabilitas usaha. Return on equity dapat dihitung dengan formula:
30
e Return on Asset menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik.
Hal ini berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba. Return on asset dapat dihitung dengan formula:
ROA = Laba Bersih Total Aktiva
f Earning per share adalah rasio yang menunjukkan berapa besar kemampuan perlembar saham dalam menghasilkan
laba Syafri, 2008:306. Earning per share merupakan rasio yang menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk
setiap lembar saham biasa Syamsuddin, 2009:66. Oleh karena itu pada umumnya manajemen perusahaan, pemegang
saham biasa dan calon pemegang saham sangat tertarik akan earning per share. Earning per share adalah suatu indikator
keberhasilan perusahaan. Earning per share dihitung dengan rumus:
31
Menganalisis rasio keuangan mempunyai dua metode pendekatan, antara lain : a. Pendekatan Lintas Seksi Cross Sectional Approach; yaitu cara
mengevaluasi dengan jalan membandingkan rasio-rasio antara perusahaan yang satu dengan perusahaan lainnya yang sejenis pada
saat bersamaan. Dengan cara ini dapat diketahui apakah perusahaan yang bersangkutan berada di atas, berada pada rata-rata, atau berada
dibawah rata-rata industri. b. Pendekatan Runtut Waktu Time Series Analysis; yaitu cara
mengevaluasi dengan jalan membandingkan rasio-rasio finansial perusahaan dari satu periode ke periode lainnya. Dengan
membandingkan antara rasio-rasio yang dicapai saat ini dengan rasio- rasio dimasa lalu yang dapat memperlihatkan apakah perusahaan
mengalami kemajuan atau kemunduran. Perkembangan perusahaan terlihat pada kecenderungan trend dari tahun ke tahunnya, dan
dengan melihat perkembangan ini perusahaan akan dapat membuat rencana untuk masa depannya.
32
Rasio keuangan juga memiliki keterbatasan-keterbatasan, yaitu :
a. Rasio tersebut dibentuk dari data akuntansi dan data ini dipengaruhi oleh cara penafsirannya dan bahkan dapat dimanipulasi.
b. Seorang manajer keuangan harus berhati-hati dalam penilaian apakah suatu rasio tertentu baik atau buruk dalam penilaian gabungan tentang
sebuah perusahaan, berdasarkan suatu kumpulan rasio-rasio. c. Kecocokan dengan rasio gabungan industri bukan suatu jaminan
bahwa perusahaan tersebut sedang berjalan normal dan dipimpin dengan baik.
d. Dalam menganalisis setiap rasio, angka-angka yang diperoleh dan perhitungan tidak dapat berdiri sendiri. Rasio tersebut akan berarti
bila adanya perbandingan dengan perusahaan sejenis yang mempunyai tingkat risiko yang hampir sama, dan adanya analisis
kecenderungan trend dari setiap rasio pada tahun-tahun sebelumnya. e. Pencapaian target sesuai dengan rata rata industri tidak menunjukkan
Kinerja perusahaan yang baik. Kebanyakan perusahaan justru menginginkan tingkat yang lebih baik dari rata-rata industri. Oleh
karena itu lebih tepat jika difokuskan pada industry leaders ratios.
33
3. Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan adalah sangat penting karena dengan nilai perusahaan yang tinggi akan diikuti oleh tingginya kemakmuran pemegang saham
Bringham Gapensi, 1996. Semakin tinggi harga saham semakin tinggi nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para pemilik
perusahaan, sebab dengan nilai yang tinggi menunjukan kemakmuran pemegang saham juga tinggi. Kekayaan pemegang saham dan perusahaan
dipresentasikan oleh harga pasar dari saham yang merupakan cerminan dari keputusan investasi, pendanaan financing, dan manajemen aset. Menurut
Fama 1978 dalam Untung wahyudi et.al , nilai perusahaan akan tercermin dari harga sahamnya. Harga pasar dari saham perusahaan yang terbentuk
antara pembeli dan penjual disaat terjadi transaksi disebut nilai pasar perusahaan, karena harga pasar saham dianggap cerminan dari nilai asset
perusahaan sesungguhnya. Nilai perusahaan yang dibentuk melalui indikator nilai pasar saham sangat dipengaruhi oleh peluang-peluang investasi. Adanya
peluang investasi dapat memberikan sinyal positif tentang pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan datang, sehingga akan meningkatkan harga
saham, dengan meningkatnya harga saham maka nilai perusahaan pun akan meningkat. Indikator- indikator yang mempengaruhi nilai perusahaan
diantaranya adalah:
34
a. PER Price Earning Ratio PER yaitu rasio yang mengukur seberapa besar perbandingan antara harga saham perusahaan dengan keuntungan
yang diperoleh para pemegang saham. Sutrisno, 2000 dalam Mohammad Usman,2001 dalam Malla Bahagia, 2008. Faktor-faktor
yang mempengaruhi PER adalah : tingkat pertumbuhan laba, dividen payout ratio, tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh pemodal.
Menurut Basuku Yusuf 2005 dalam Malla Bahagia 2008, hubungan faktor-faktor tersebut terhadap PER dapat dijelaskan sebagai berikut :
a Semakin tinggi pertumbuhan laba semakin tinggi PER nya, dengan kata lain hubungan antara pertumbuhan laba dengan PER
nya bersifat positif. Hal ini dikarenakan bahwa prospek perusahaan dimasa yang akan datang dilihat dari pertumbuhan
laba, dengan laba perusahaan yang tinggi menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam
mengelola biaya
yang dikeluarkan secara efisien. Laba bersih yang tinggi menunjukkan
earning per share yang tinggi, yang berarti perusahaan mempunyai tingkat profitabilitas yang baik, dengan tingkat
profitabilitas yang tinggi dapat meningkatkan kepercayaan pemodal untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut sehingga
saham-saham dari
perusahaan yang
memiliki tingkat
profitabilitas dan pertumbuhan laba yang tinggi akan memiliki
35
PER yang tinggi pula, karena saham-saham akan lebih diminati di bursa sehingga kecenderungan harganya meningkat lebih
besar. b Semakin tinggi Dividend Payout Ratio DPR, semakin tinggi
PER nya. DPR memiliki hubungan positif dengan PER, dimana DPR menentukan besarnya dividen yang diterima oleh pemilik
saham dan besarnya dividen ini secara positif dapat mempengaruhi harga saham terutama pada pasar modal
didominasi yang mempunyai strategi mangejar dividen sebagai target utama, maka semakin tinggi dividen semakin tinggi PER.
c Semakin tinggi required rate of return r semakin rendah PER, r merupakan tingkat keuntungan yang dianggap layak bagi
investasi saham, atau disebut juga sebagai tingkat keuntungan yang disyaratkan. Jika keuntungan yang diperoleh dari investasi
tersebut ternyata lebih kecil dari tingkat keuntungan yang disyaratkan, berarti hal ini menunjukkan investasi tersebut
kurang menarik, sehingga dapat menyebabkan turunnya harga saham tersebut dan sebaliknya. Dengan begitu r memiliki
hubungan yang negatif dengan PER, semakin tinggi tingkat keuntungan yang diisyaratkan semakin rendah nilai PER nya.
PER adalah fungsi dari perubahan kemampuan laba yang diharapkan di masa yang akan datang. Semakin besar PER, maka
36
semakin besar pula kemungkinan perusahaan untuk tumbuh sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan.
b. PBV Price Book Value Rasio ini mengukur nilai yang diberikan pasar keuangan kepada manajemen dan organisasi perusahaan sebagai sebuah
perusahaan yang terus tumbuh Brigham, 1999: 92. Jika PER berfokus pada laba bersih yang dihasilkan perusahaan, PBV lebih berfokus
kepada nilai ekuitas perusahaan. Price to Book Value PBV didefinisikan sebagai harga pasar suatu saham dibagi dengan Book
Value-nya BV. PBV juga digunakan untuk mengukur nilai suatu saham. Semakin tinggi PBV, maka semakin mahal harga sahamnya.
Price to Book Value PBV juga menunjukan seberapa jauh perusahaan mampu menciptakan nilai perusahaan. Perusahaan yang berjalan baik
umumnya mempunyai PBV diatas 1, yang menunjukkan nilai pasar lebih tinggi dari nilai bukunya. Semakin tinggi PBV semakin tinggi pula
return saham. Semakin tinggi return saham akan menambah pendapatan perusahaan sehingga meningkatkan kemampuan perusahaan untuk
membagikan dividen. Secara umum, PBV adalah sebuah indikator penting dalam investasi walaupun sebagian analis menganggap sudah
kurang relevan lagi karena berbagai alasan. Namun, bagaimanapun juga, PBV ini merupakan rasio yang sudah secara luas dipakai di berbagai
analisis sekuritas dunia. Rasio PBV ini didefinisikan sebagai
37
perbandingan nilai pasar suatu saham stock’s market value terhadap nilai bukunya sendiri perusahaan sehingga kita dapat mengukur
tingkat harga
saham apakah
overvalued atau
undervalued. Perhitungannya dilakukan dengan membagi harga saham closing price
pada kuartal tertentu dengan nilai buku kuartal persahamnya. Beberapa pihak menyebutnya dengan “price-equity ratio”. Semakin rendah nilai
PBV suatu saham maka saham tersebut dikategorikan undervalued, yang mana sangat baik untuk memutuskan investasi jangka panjang.
Nilai rendah PBV ini harus disebabkan oleh turunnya harga saham, sehingga harga saham berada di bawah nilai bukunya atau nilai
sebenarnya. Namun, rendahnya nilai
PBV ini juga dapat
mengindikasikan menurunnya kualitas dan kinerja fundamental emiten yang bersangkutan fundamentally wrong. Oleh karena itu, nilai PBV
harus kita bandingkan juga dengan PBV sektor yang bersangkutan. Apabila terlalu jauh perbedaannya dengan PBV industrinya maka
sebaiknya perlu dianalisis lebih dalam lagi. Menariknya, PBV ini juga memberikan sinyal kepada investor apakah harga yang kita
bayarinvestasikan kepada perusahaan tersebut terlalu tinggi atau tidak jika diasumsikan perusahaan bangkrut tiba-tiba bankrupt immediately.
Karena jika perusahaan bangkrut, maka kewajiban utamanya membayar utang terlebih dahulu, baru sisa aset kalau ada dibagikan kepada para
pemegang saham. Ada kelemahan rasio keuangan ini, di mana nilai
38
ekuitas dipengaruhi langsung oleh saldo laba perusahaan yang diakumulasi
dari labarugi
pada income
statement. Jadi konsep utama PBV adalah kapitalisasi pasar dibagi oleh nilai buku.
Nilai buku dapat dengan basis seluruh perusahaan atau per sahamnya saja. Rasio ini jelas membandingkan nilai pasar terhadap nilai
perusahaan berdasarkan laporan keuangan financial statements. Maka dapat diartikan bahwa semakin tinggi nilai PBV suatu saham
mengindikasikan persepsi pasar yang berlebihan terhadap nilai perusahaan dan sebaliknya jika PBV rendah, maka diartikan sebagai
sinyal good investment opportunity dalam jangka panjang. Namun untuk beberapa jenis perusahaan, rasio PBV ini kurang ampuh lagi
karena adanya kesulitan mendasar bagi akuntansi tradisional untuk perusahaan berbasis teknologi tinggi. Aset utama perusahaan jenis ini
adalah ”intellectual property” yang merupakan ”great value” yang sulit dicatatkan dalam akuntansi keuangan biasa. Sehingga book value
perusahaan jenis ini tidak merefleksikan kekayaan sebenarnya dari perusahaan teknologi ini. Secara umum nilai PBV ini lebih diminati
oleh value investor ketimbang growth investor.
39
B. Penelitian Terdahulu