Prediksi Kebangkrutan pada Sektor Property and Real Estate yang terdaftar di BEI: Menggunakan Discriminant Analysis, dan Regreasi Logistik Priode 2007-2010

(1)

PREDIKSI KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN PROPERTY

AND REAL ESTATE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK

INDONESIA MENGGUNAKAN DISCRIMINANT ANALYSIS

DAN REGRESI LOGISTIK PERIODE 2007-2010

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

IMAS A. AISYAH NIM : 109081000008

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

PREDIKSI KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN PROPERTY AND REAL ESTATE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA MENGGUNAKAN DISCRIMINANT ANALYSIS DAN REGRESI

LOGISTIK PERIODE 2007-2010 Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

IMAS A. AISYAH NIM: 109081000008

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I, Pembimbing II,

Prof. Dr. Ahmad Rodoni Dito Rinaldo, SE.,MM

NIP. 19690203 20112 1 003 NIP.-

JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari ini Selasa, 09 April 2013telah dilakukan ujian komprehensif atas mahasiswa:

Nama : Imas A. Aisyah

NIM : 109081000008

Jurusan : Manajemen

Judul Skripsi : Prediksi KebangkrutanPadaSektorProperty And Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia : Menggunakan Discriminant Analysis, dan Regresi LogistikPeriode 2007-2010

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut diatas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk melanjutan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 09 April 2013

1. Utami Baroroh, S.Pi., M.Si

NIP: - (Ketua)

2. Leis Suzanawaty, SE., M.Si NIP: 19720809 200501 2004 (Sekretaris)

3. Titi Dewi Warninda, SE., M.Si NIP: 19731221 200501 2002 ( Penguji Ahli)


(4)

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini 22 Juli 2013, telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:

Nama : Imas A. Aisyah

NIM : 109081000008

Jurusan : Manajemen

Judul Skripsi : Prediksi KebangkrutanPada Sektor Property And Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia : Menggunakan Discriminant Analysis, dan Regresi LogistikPeriode 2007-2010

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut diatas dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta,Juli 2013

1. Prof. Abdul Hamid MS

NIP: 19570617 1985 03 1 002 (Ketua)

2. Titi Dewi Warninda, SE., M.Si

NIP: 19731221 2005 01 2002 (Sekretaris)

3. Amalia, SE., M.S.M

NIP: 19740821 2009 01 2 005 ( Penguji Ahli)

4. Prof. Dr. Ahmad Rodoni

NIP. 19690203 20112 1 003 ( Pembimbing 1)

5. Dito Rinaldo, SE.,MM

NIP :- (Pembimbing 2)


(5)

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Imas A. Aisyah

No. Induk Mahasiswa : 109081000008

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Jurusan : Manajemen

Konsentrasi : Keuangan

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan.

2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain.

3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa ijin pemilih karya.

4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.

5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini.

Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggung jawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar peryataan di atas, maka saya siap untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Ciputat, Mei 2013

Yang Menyatakan,


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Imas A. Aisyah

2. Tempat tanggal lahir : Sumedang, 04 Mei 1991

3. Alamat : Jl. Alpukat 5 Blok E 18 No. 08 RT 004/018 Benda Baru, Pamulang

4. Telepon : 087808873734

5. E-mail : aisyah.imasaisyah@gmail.com

II. PENDIDIKAN

1. SDN Sarua X Tahun 1997-2003

2. SMPN 2 Pamulang Tahun 2003-2006

3. SMA Muhammadiyah 25 Pamulang Tahun 2006-2009 4. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2009

III. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : Yeye Use

2. Ibu : Minarsyah

3. Alamat : Jl. Alpukat 5 Blok E 18 No. 08 RT 004/18 Benda Baru, Pamulang

IV. PENGALAMAN ORGANISASI

2004:

 Kepanitian Orientasi Siswa SMPN 2 Pamulang.

 Anggota Kesehatan Organisai Intra Sekolah SMPN 2 Pamulang 2005: Ketua Palang Merah Remaja SMPN 2 Pamulang.


(7)

V. PELATIHAN DAN SEMINAR YANG DIIKUTI

1. 24 November 2002 : Kursus Bahasa Inggris New Concept English Education Centre Level Introduction.

2. 21Desember 2003 : Kursus Bahasa Inggris New Concept English Education Centre Level Pre Beginner.

3. 20 Mei 2010 : Seminar Nasional Insurance Goes To Campus “Peran Asuransi Dalam Era Globalisasi”.

4. 11 Juni 2010 : Public Discussion “Membangun Brand Image Melalui Strategi Public Relation dan Event”

5. 03 Agustus 2010 : Mata Kuliah Praktikum Qira`at dan Ibadah.

6. 10 Mei 2011 : CAFTA dan Tantangan Ekonomi Kerakyatan dalam MenghadapiPerekonomian Global”.

7. 8 Juni 2012 : A Training Course On: “Sekolah Pasar Modal” Basic Training of Fundamental & Technical Analysis.

8. 3 September 2012 : Kuliah Kerja Sosial Bebas Terkendali (KKSBT)/ Magang


(8)

PREDICTION BANKRUPTCY IN SECTOR PROPERTY AND REAL ESTATE WHICH LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE: USING

DISCRIMINANT ANALYSIS AND LOGISTIC REGRESSION PERIOD 2007-2010

ABSTRACK

This research objective is to predict the bankruptcy in sector property and real estate which listed in Indonesia stock exchange: using discriminant analysis and logistic regression period 2007-2010. Sampling methods used in the research was purposive sampling. The hypothesis examination is tested by discriminant analysis and logistic regression analysis to determine significant differences in financial ratios such as current ratio, leverage ratio, net profit margin, debt to equity, operating profit margin, total asset turnover to distinguish a group of companies that are considered insolvent andnot statistically bankrupt on listed companies in Indonesia stock exchanges in sector property and real estate during the period of 2007-2010. The data source of this research come from Indonesian Capital Market Directory (ICMD).

The result of this research showed that the methodology using Discriminant analysis and Logistic Regression Analysis where the accuracy of the models was 64.35% and 66.2 %. In the logistic regression showed that the significant debt to equity that could affect the company's bankruptcy prediction Property and Real Estate sector in the period 2007 to 2010. As for the second discriminant variable for financial ratio variables can beused that debt to equity. The significant level used in this research is 5%

Key words: bankruptcy, current ratio, leverage ratio, net profit margin, debt to equity, operating profit margin, total asset turnover, logistic regression. discriminant analysis.


(9)

PREDIKSI KEBANGKRUTAN PADA SEKTOR PROPERTY AND REAL ESTATEYANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA :

MENGGUNAKAN DISCRIMINANT ANALYSIS, DAN REGRESI

LOGISTIKPERIODE 2007-2010

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi kebangkrutan di sektor properti and real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia: menggunakan analisis diskriminan dan regresi logistik periode 2007-2010. Metode sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Pengujian hipotesis diuji dengan analisis diskriminan dan analisis regresi logistik untuk mengetahui perbedaan yang signifikan dalam rasio keuangan seperti current, rasio leverage, net profit margin, debt to equity, operating profit margin, total assets turnover untuk membedakan kelompok perusahaan yang dianggap bangkrut dan tidak bangkrut secara statisik pada perusahaan yang terdaftar di bursa efek Indonesia dalam sektor property dan real estate selama periode 2007-2010. Sumber data penelitian ini berasal dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD).

Hasil penelitian ini menunjukan tingkat keakuratan penggunaan metode Discriminant Analysis dan Regresi Logistik adalah sebesar 64.35% dan 66.2%. Pada regresi logistik menunjukkan bahwa yang signifikan yaitu debt to equity yang dapat mempengaruhi prediksi kebangkrutan perusahaan pada sektor property and real estate periode tahun 2007 sampai dengan 2010. Sedangkan untuk metode Discriminant Analysis menunjukkan variabel rasio keuangan yang signifikan adalah debt to equity. Tingkat signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 5%.

Kata kunci :kebangkrutan , current ratio, leverage ratio, net profit margin, debt to equity, operating profit margin, total asset turn over, regresi logistik. diskriminan analisis.


(10)

KATA PENGANTAR Assalamu`alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Puji syukur kehadirat Allah Swt atas limpahan rahmat hidayah dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Prediksi Kegagalan PadaSektorProperty And Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia : Menggunakan Discriminant Analysis, Regresi LogistikPeriode 2007-2010”. Penyususnan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen Keuangan.

Pada kesempatan kali ini penyususn meyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, pengarahan, bimbingan serta memberikan dukungan semangat sehingga dapat diajukan dan menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Adapun pihak-pihak tersebut adalah sebagai berikut :

1. Allah SWT, Alhamdulillah yang selalu memberikan penulis kemudahan. Terimakasih atas jalan terbaik-Nya.

2. Bapak Yeye Use dan Ibu Minarsyah selaku orang tua yang tidak pernah berhenti membimbing dan memanjatkan do`a serta selalu mengiringi langkahku dengan penuh keikhlasan. Karena restu merekalah penyusun dapat menyelesaikan skripsi ini. Serta untuk saudaraku Maya Lestari yang selalu memberikan semangat agar bisa cepat menyelesaikan skripsi ini. 3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis UIN Syarifhidayatullah Jakarta.

4. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM selaku pembimbing I, yang telah memberikan bimbingan, motivasi, arahan kepada penulis dengan tegas dan bijaksana sehingga terselesaikan skripsi ini.

5. Bapak Dito Rinaldo, SE.,MM selaku pembimbing II, yang telah banyak membantu dan meluangkan waktunya untuk memberikan arahan kepada penulis sehingga terselesaikan skripsi ini.


(11)

6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen serta Karyawan FEB UIN Jakarta, yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat.

7. Maulana Fattah yang selalu sabar dan tidak bosan untuk mendengar segala keluh kesah yang dihadapi, serta terimakasih atas semangat dan dukungannya yang diberikan kepada penulis.

8. Teman-teman Manajemen A : Yessika Al Istiqomah, Ati Astuti, Rizanty

Amanda, Tsurumi Bunga, Selfi Stefani, Raissa Andrawina, Suci Ramida

dan Tria Raina Pangestu yang selalu memberikan warna kehidupan, dan

memberikan masukan selama hampir 3 tahun kita bersama dan selebihnya

sudah jarang bertemu. Walaupun begitu kita akan selalu berteman.

9. Teman-teman seperjuangan dalam penyusunan skripsi Ika Wulandari,

Fitria Saraswati, Ade Tiyar, dan Dety Inayati yang telah memberikan

dukungan serta semangat saat penulis menghadapi kesulitan.

10.Kepada semua pihak-pihak yang telah banyak membantu dari awal hingga

skripsi ini selesai dengan baik, yang tidak bisa penulis sebutkan satu per

satu.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih banyak segala

kekurangan dan masih jauh dari sempurna, oleh karena itu semua saran dan

kritik dari pembaca akan diterima guna memperbaiki dan mengembangkan

penelitian ini.

Wassaluamu`alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Jakarta, Mei 2013


(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ... iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

ABSTRACT ... viii

ABSTRAK ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTARGAMBAR...xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. LatarBelakang ... 1

B. PerumusanMasalah ... 12

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 15

A. Laporan Keuangan ... 15

1. Jenis Laporan Keuangan ... 17

2. Tujuan Laporan Keuangan ... 22

3. Keterbatasan Laporan Keuangan ... 24

4. Analisis Rasio Keuangan ... 25

5. Keterbatasan dari Analisis Rasio ... 30

B. Teori Kebangkrutan ... 31

1. Pengertian Financial Distress ...33

2. Faktor-faktor Penyebab Kegagalan ...39

3. Masalah Keuangan Tanpa Kebangkrutan ...42

4. Pengertian Multiple Discriminant Analysis ...43


(13)

C. Penelitian Terdahulu ...48

D. Kerangka Pemikiran ...52

E. Hipotesis Penelitian ...53

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 56

A. RuangLingkupPenelitian ... 56

B. Metode Pengambilan Sampel ... 57

C. Metode Pengumpulan Data ... 59

D. Metode Analisis Data ... 60

1. Pengujian Statistik Deskriptif ... 60

2. Uji Asumsi Diskriminan ... 61

3. Independent Sample t-Test ... 62

4. Uji Linearitas ... 63

5. Analisis Diskriminan ... 63

6. Analisis Regresi Logistik ... 66

E. Variabel Operasional ... 70

1. Variabel Dependen ... 70

2. Variabel Independen ... 71

a. Current Asset ... 71

b. Leverage Ratio ... 71

c. Net Profit Margin ... 72

d. Debt to Equity ... 72

e. Operating Profit Margin ... 72

f. Total Assets Turnover ... 73

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 74

A.GambaranUmum Pasar Modal ... 74

B. Hakikat Pasar Modal ... 75

C. Pengembangan Pasar Modal ... 77

D. Gambaran Umum Aktivitas Industri Real Estate ... 81

E. Metode Analisis Data... 82

1. Statistik Deskriptif ... 82


(14)

3. Analisis Diskriminan ... 87

4. Analisis Regresi Logistik ... 95

5. Ketepatan Dalam Model Prediksi ... 97

6. Ketepatan Cox & Snell`s R Square and Negelkerke ... 98

7. Uji Chi-square ... 99

8. Ketepatan Prediksi Regresi Logistik ... 100

9. Variabel in the Equation ... 101

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ... 107

A. Kesimpulan ... 107

B. Implikasi & Saran ... 109

DAFTAR PUSTAKA ... 110 LAMPIRAN


(15)

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Halaman

1.1 Net Profit Margin Perusahaan Property and Real Estate ... 7

2.1 Titik cut-off points Altman ... 44

2.2 Penelitian Terdahulu ... 48

3.1 Sampel Perusahaan yang diteliti ... 58

4.1 Pergerakan Pasar Modal di Dunia ... 80

4.2 Perkembangan Perdagangan Saham di Bursa Efek Indonesia .. 81

4.3 Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 83

4.4 Hasil Uji One Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 84

4.5 Hasil Uji Independent Sample t-Test ... 85

4.6 Hasil Uji Linearitas ... 86

4.7 Analysis Case Procassing Summary ... 87

4.8 Hasil Uji Test Of Equality Of Group Means ... 88

4.9 Variables Entered ... 91

4.10 Wilks` Lambda ... 91

4.11 Eigenvalues ... 92

4.12 Canonical Discriminant Function Coefficients ... 93

4.13 Penentuan titik cut-off ... 94

4.14 Hasil Ketepatan Prediksi Model MDA ... 95

4.15 Hasil Uji Procassing Summary ... 96

4.16 Hasil Uji Variabel Dependen ... 96

4.17 Ketepatan Model Prediksi Kebangkrutan (blok 0) ... 97

4.18 Ketepatan Model Prediksi Kebangkrutan (blok 1) ... 98

4.19 Hasil Cox & Snell`s and Negelkerke R Square... 99

4.20 Hasil Uji Chi-Square ... 100

4.21 Hasil Prediksi Model Regresi Logistik ... 100


(16)

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Halaman

2.1 Tahap Financial Distress ... 37 4.2 Kerangka Pemikiran ... 52


(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Selama ini, perusahaan didirikan tidak luput dari harapan pemilik

bahwa perusahaan akan tetap eksis dalam jangka waktu yang lama. Hal

tersebut sesuai dengan asumsi going concern yang dianut oleh standar

akuntansi. Tetapi asumsi tersebut tidak selamanya benar. Perusahaan pada

suatu titik tertentu bisa mengalami kebangkrutan. Kebangkrutan yang

dialami perusahaan dapat mengakibatkan kerugian bagi banyak pihak.

Maka dari itu, banyak penelitian yang dilakukan untuk memprediksi

kelangsungan hidup perusahaan. Dalam kenyataannya, banyak perusahaan

yang diprediksi mengalami penurunan masih tetap eksis sampai sekarang.

Bahkan laporan keuangan mereka menunjukkan adanya peningkatan

prospek usaha yang dinyatakan sehat. Hal ini membuat ragu apakah

laporan keuangan itu menunjukkan keadaan perusahaan yang sebenarnya

(Agnes Widyaningdyah, 2009 : 19-20).

Kesehatan suatu perusahaan akan mencerminkan kemampuan

dalam menjalankan usahannya, distribusi aktiva, keefektifan penggunaan

aktiva, hasil usaha yang telah dicapai, kewajiban yang harus dilunasi dan

potensi kebangkrutan yang akan terjadi. Masalah keuangan yang dihadapi

suatu perusahaan apabila dibiarkan berlarut-larut dapat mengakibatkan

terjadinya kebangkrutan. Beberapa perusahaan yang mengalami masalah


(18)

pinjaman dan penggabungan usaha, atau sebaliknya ada yang menutup

usahanya (Wahyu Widarjo, 2009 : 108).

Kesulitan keuangan merupakan istilah dalam keuangan perusahaan

yang dipakai untuk menunjukkan kondisi dari harapan yang dapat

diberikan kepada kreditur sebuah perusahaan ketika perusahaan

menghadapi resiko kegagalan atau ditimpa kesulitan keuangan.

Kadang-kadang kesulitan keuangan dapat mendorong kearah kebangkrutan.

Kesulitan keuangan biasanya berasosiasi dengan berbagai biaya yang

dipikul perusahaan dan ini dikenal sebagai biaya dari kesulitan keuangan

(Haming & Imaduddin, 2011 : 24).

Kebangkrutan perusahaan dapat mempengaruhi yang memiliki

kepentingan dalam perusahaan termasuk para pemegang saham, pemasok,

kreditur pelanggan, karyawan, dan manajemen perusahaan itu sendiri.

Dalam insiden kebangkrutan perusahaan khususnya pada perusahaan yang

memperkerjakan banyak orang dapat secara signifikan mempengaruhi

mata pencaharian banyak orang dan perekonomian di mana perusahaan

tersebut berlokasi. Pemegang saham dan investor dapat menderita

kerugian ekonomi yang besar karena mereka adalah pihak terakhir yang

berkepentingan untuk melunasi dalam masalah likuidas perusahaan (Yap

et.al, 2012 : 332).

Pada prinsipnya kebangkrutan hanyalah mekanisme hukum yang

mengizinkan kreditor (yaitu, peminjam) mengambil alih perusahaan ketika


(19)

Jika perusahaan tidak membayarkan utangnya, perusahaan diambil alih

oleh kreditor, yang menjadi pemilik baru; pemegang saham lama tidak

mendapat apa-apa. Kebangkrutan bukan penyebab penurunan nilai

perusahaan. Kebangkrutan merupakan hasil penurunan nilai perusahaan

(Brealey et.al, 2008 : 19).

Selain itu, perekonomian Indonesia dinilai paling rentan terhadap

tekanan efek perekonomian terlalu panas atau overheating dan masuk

jebakan negara berpendapatan menengah alias middle income trap. Hal ini

dipengaruhi tingginya aktivitas kredit yang sebagian besar bersifat

konsumtif dan tingginya konsumsi domestik. Ketahanan Indonesia

terhadap perlambatan ekonomi global dan domestik telah menjadi magnet

bagi investasi asing dalam beberapa tahun terakhir. Namun, ekspor yang

lemah telah menekankan kuartal keempat produk domestik bruto (PDB)

sebesar 6,1 persen dari tahun lalu, lebih lemah dari yang diharapkan.

Middle income trap merupakan istilah bagi negara yang berpendapatan menengah alias middle-income economies (MIE) yang terjebak diposisinya

yang tidak bisa melakukan lompatan untuk masuk menjadi negara baru.

Dengan kata lain, suatu negara telah mencapai suatu level pendapatan

perkapita tertentu yang relatif makmur, namun tidak mampu lagi

mempertahankan momentum pertumbuhan yang tinggi. Karena itu, negara

itu tak kunjung naik level masuk jajaran negara maju (Koran


(20)

Sedangkan penelitian mengenai kebangkrutan pernah dilakukan

oleh Luciana dan Kristijadi (2003) menunjukkan bahwa rasio-rasio

keuangan dapat digunakan dalam memprediksi financial distress suatu

perusahaan. Rasio keuangan yang paling dominan dalam penelitian ini

adalah net income to sales (NI/S), current liabilities to total assets

(CL/TA), current asset to current liabilities (CA/CL). Dari hasil

persamaan logit ini juga diketahui bahwa variabel net income to sales

(NI/S) signifikan pada tingkat 5%. Koefisien regresi untuk variabel NI/S

sebesar -42.9435 dan bertanda negatif, yang menunjukkan bahwa variabel

NI/S berpengaruh negatif terhadap financial distress suatu perusahaan.

Variabel CL/TA signifikan pada tingkat 10%. Koefisien regresi untuk

variabel CL/TA sebesar -6.2406 dan bertanda negatif, yang menunjukkan

bahwa variabel CL/TA berpengaruh negatif terhadap financial distress

suatu perusahaan. Variabel CA/CL signifikan pada tingkat 5%. Koefisien

regresi untuk variabel CA/CL sebesar -10.2834 dan bertanda negatif, yang

menunjukkan bahwa variabel CA/CL berpengaruh negatif terhadap

financial distress suatu perusahaan. Variabel GROWTH NI/TA signifikan pada tingkat 5%. Koefisien regresi untuk variabel GROWTH NI/TA

sebesar 0.5076 dan bertanda positif, yang menunjukkan bahwa variabel

GROWTH NI/TA berpengaruh positif terhadap financial distress suatu

perusahaan. Sedangkan variabel NFA/TA tidak signifikan baik pada


(21)

Bi-Huei Tsai (2012) sampel penelitian yang digunakan terdiri dari

perusahaan Taiwan yang terdaftar termasuk industri keuangan karena sifat

yang berbeda, dan perusahaan tanpa data yang memadai. Data pada tahun

2003 sampai 2006 sampel pelatihan, sedangkan data tahun 2007 dan 2008

adalah sampel uji. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja

perkiraan dari model multinomial logit, yang mengklasifikasikan peristiwa

kegagalan perusahaan sebagai perusahaan yang sedikit tertekan dan

kebangkrutan dan reorganisasi perusahaan, tidak lebih akurat

dibandingkan model logit biner yang mengkategorikan baik perusahaan

yang sedikit-tertekan dan perusahaan kebangkrutan dan reorganisasi

sebagai kegagalan perusahaan.

Wang dan Michael (2010) penelitian yang dilakukan dengan

menggunakan model Ohlson, sampel data yang diteliti yaitu

perusahaan-perusahaan China yang go public dan mencangkup kisaran 11 tahun

(1998-2008). Prediksi model tingkat akurasi pada umumnya diatas 95%

tergantung titik cut off yang akan dipilih. Variabel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah TLTA, WCTA, CLCA, OENEG. Hasilnya

menunjukkan bahwa OENEG (jika total kewajiban melebihi total asset

maka nilainya 1,0 sebaliknya) dan INTWO (jika laba bersihnya negatif

selama dua tahun terakhir maka nilainya 1,0 sebaliknya) adalah dua

variabel yang paling berpengaruh dalam prediksi kegagalan dan signifikan


(22)

Rayenda K. Brahmana (2007) penelitian yang digunakan

merupakan perusahaan manufaktur Indonesia. Sampel yang digunakan

adalah perusahaan yang delisting dari Bursa Efek Jakarta pada periode

2000-2003 dan semua perusahaan manufaktur yang terdaftar hingga saat

ini. Secara keseluruhan, hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio

keuangan disesuaikan memiliki tinggi daya klasifikasi dari rasio industri

relatif. Sorot penting lainnya adalah reputasi auditor memiliki hubungan

signifikan terhadap kondisi financial distress. Sebagai kesimpulan, ada 1%

dari perusahaan manufaktur Indonesia yang menunjukkan kondisi

financial distress. Pemegang Saham, Investor, Kreditor dan manajemen

harus memperhatikan fenomena ini.

Khania Vissiani Amrullah (2010) yaitu prediksi financial distress.

Hasil penelitian ini variabel yang dapat digunakan untuk memprediksi

financial distress yaitu Working Capital/Total Assets, Total Equity/Total

Asstes, Net Income/Total Assets, dan Total Liabilities/Total Assets.

Andi Pradana (2011) yaitu peranan analisis rasio keuangan model

Altman, Springate, dan Zmijewski penerapannya pada perusahaan

property dan real estate di BEI dari penelitian tersebut dalam model Altman yang paling dominan dalam membedakan perusahaan yang sehat

dan tidak sehat berdasarkan hasil standartdized canonical discriminant

function coefficients yaitu rasio retained earnings to total assets (RETA), pada model Foster yaitu rasio time interest expense (TIE), pada model


(23)

Springate yaitu rasio working capital to total asset (WCTA), dan pada

model Zmijewski yaitu rasio net income to total assets (NITA).

Analisa laporan keuangan dapat menjadi salah satu alat untuk

memprediksi kebangkrutan. Laporan keuangan dapat dijadikan dasar

untuk mengukur kesehatan suatu perusahaan melalui rasio–rasio keuangan yang ada. Kesehatan suatu perusahaan akan mencerminkan kemampuan

perusahaan dalam menjalankan usahanya, distribusi aktivanya, keefektifan

penggunaan aktivanya, hasil usaha atau pendapatan yang telah dicapai,

beban-beban tetap yang harus dibayar, serta potensi kebangkrutan yang

akan dialami (Brahmana, 2008:3). Dibawah ini merupakan data survey

untuk perusahaan sektor property and real estate.

Tabel 1.1

Net Profit Margin Perusahaan Property and Real Estate Tahun 2007-2010

KODE 2007 2008 2009 2010

ASRI 0.07 0.14 0.23 0.38

BAPA 0.02 0.01 0.14 0.23

BCIP 6.31 6.38 11.65 22.14

BSDE 0.07 0.16 0.24 0.16

COWL 0.09 0.08 0.14 0.08

CTRA 0.12 0.16 0.1 0.15

CTRP 0.27 0.58 0.22 0.44

DART 0.21 0.27 0.1 0.08

DGIK 0.08 0.04 0.05 0.05

DILD 0.08 0.04 0.07 0.42

DUTI 0.05 0.04 0.21 0.27

ELTY 0.17 0.26 0.13 0.13

GMTD 0.13 0.13 0.21 0.23

GPRA 0.09 0.04 0.1 0.11

JRPT 0.21 0.23 0.29 0.34

LAMI 0.03 0.08 0.09 0.15

LPCK 0.07 0.05 0.08 0.16


(24)

MDLN 0.11 0.01 0.01 0.15

MKPI 40.99 43.11 34.74 37.01

PJAA 18.46 15.48 15.29 15.38

PNSE 0.1 0.13 0.17 0.15

PSAB 0.02 0.01 0.01 0.01

PUDP 0.1 0.08 0.12 0.17

SMRA 0.16 0.07 0.14 0.14

SSIA 0.01 -0.01 0.01 0.07

Maks 40.99 43.11 34.74 37.01

Min 0.01 -0.01 0.01 0.01

Rata 2.622692 2.604615 2.488077 3.029615 Sumber : Olah data ICMD 2011

Pada tabel 1.1 menunjukkan bahwa rata-rata tertinggi dari

keseluruhan tahun yaitu tahun 2010 dengan nilai rata-rata sebesar

3.029615 hal ini sama dengan yang dimiliki Badan Pusat Statistik,

pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2009 mencapai 4,5% atau

turun sebesar 1,6% dari tahun 2008. Kondisi pertumbuhan ekonomi makro

yang membaik mulai semester pertama 2010 ditandai dengan

meningkatnya PDB semester pertama yang mencapai 5,8%. Hal ini

tampak pada mulai menguatnya ekonomi dan meningkatnya daya beli

masyarakat. Berdasarkan indikator ekonomi di atas, analis memprediksi

pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2010 diperkirakan bisa

mencapai 5,5% - 6,0%. Peningkatan pertumbuhan ekonomi juga didorong

oleh meningkatnya nilai ekspor dan derasnya arus investasi yang masuk ke

Indonesia sepanjang awal tahun 2010. Iklim investasi yang semakin

kondusif di Indonesia pada tahun 2010 merupakan salah satu faktor


(25)

pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2011 diperkirakan akan

mencapai 6,0 - 6,4% dan tingkat inflasi diperkirakan sebesar 6%, BI Rate

sebesar 6,5% dan kurs rupiah terhadap dollar diperkirakan akan stabil pada

Rp 9.000 s/d Rp 9.500. (www.bisnisrumah.co.id/newsbisnisproperti/2010).

Hal inilah yang mendasari penulis untuk meneliti perusahaan pada

sektor property and real estate, jika dilihat dari net profit margin pada

perusahaan sektor property and real estate dari tahun 2007 sampai dengan

2010. Objek penelitian ini adalah seluruh pada perusahaan sektor property

and real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2007 sampai dengan 2010. Disini penulis memilih pada perusahaan sektor

property and real estate untuk dijadikan sampel penelitian ini karena perkembangan bisnis property di Indonesia dinilai akan semakin pesat dan

memuncak di tahun 2014. Bahkan dari 15 kota di Asia Pasifik,

Jakarta termasuk menjadi salah satu kota terbaik untuk berbisnis property

(Tempo.com, 6/12/12). Alasan lainnya yang mendukung tumbuh pesatnya

bisnis property di Indonesia juga dilontarkan oleh seorang pengamat

property, Panangian Simanungkalit (Kompas.com, 20/01/12). Ia menyatakan terdapat 3 alasan yang menjadikan investasi property di

Indonesia menjadi yang terbaik di dunia. Pertama, BI Rate yang

turun menjadi 6% pada November 2011 dan sekarang bertahan di angka

5,7% merupakan suku bunga terendah sepanjang sejarah. Kedua, masih

terdapat sekitar 14 juta dari 61 juta keluarga yang belum memiliki rumah


(26)

property di Indonesia terbuka sebagai lahan investasi termasuk ke pasar kelas paling bawah.melihat siklus perkembangan beberapa produk properti

saat ini diketahui arah perkembangannya kedepan sangat diperkirakan

lebih positif karena pertambahan penduduk di Indonesia yang tinggi

menyebabkan kebutuhan hunian yang akan terus meningkat dan akan

semakin tinggi persaingan antar perusahaan maka akan mengakibatkan

semakin tinggi pula biaya yang dikeluarkan perusahaan tersebut. Apabila

usaha tersebut gagal dalam arti kalah dalam persaingan maka perusahaan

tersebut akan mengalami kerugian, yang pada akhirnya akan

memperngaruhi keuangan perusahaan yang akan menyebabkan perusahaan

tersebut mengalami financial distress.

Berdasarkan latar belakang mengenai prediksi kebangkrutan

peneliti tertarik untuk meneliti tentang kebangkrutan dengan menggunakan

rasio-rasio keuangan berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu.

Penelitian ini dilakukan selama periode 4 tahun pada perusahaan yang

tidak mengalami kebangkrutan dan yang mengalami kebangkrutan. Rasio

keuangan yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan pada penelitian

terdahulu. Dan pada perusahaan sektor property and real estate yang akan

diteliti sebagai perusahaan yang mengalami kebangkrutan yaitu

perusahaan yang memiliki net income (laba bersih) negatif dan tidak

melakukan pembayaran deviden selama dua tahun berturut-turut pada

tahun 2007 sampai dengan 2010 sebagai perusahaan yang mengalami


(27)

kebangkrutan diproksikan dengan nilai 1 dengan indikasi : Beberapa tahun

mengalami laba bersih operasi (net operating income negatif) dan selama

lebih dari satu tahun tidak melakukan pembayaran deviden, digunakan

oleh Almilia dan Kristijadi (2003). Dengan adanya pernyataan-pernyataan

diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Prediksi Kegagalan Pada Perusahaan Sektor Property and Real Eestate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia: Menggunakan Multiple


(28)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang yang telah dijelaskan di atas dalam

penelitian ini peneliti ingin menemukan bukti empiris dengan

menggunakan rasio keuangan. Maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah :

1. Apakah model prediksi kebangkrutan Multiple Discriminant

Analysis, dan Regresi Logistik, dapat mengetahui terjadinya kebangkrutan pada perusahaan sektor property and real estate

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode (2007-2010).

2. Berapakah tingkat akurasi/ketepatan pada metode Multiple

Discriminant Analysis, dan Regresi Logistik pada perusahaan sektor property and real estate yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia periode (2007-2010).

3. Manakah variabel yang signifikan dalam analisis prediksi

kebangkrutan metode Multiple Discriminant Analysis, dan

Regresi Logistik, pada pada perusahaan sektor property and

real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode (2007-2010).


(29)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan yang dilakukan penulis untuk penelitian ini

berdasarkan rumusan masalah, diantaranya sebagai berikut :

1. Untuk menganalisis dengan menggunakan metode

kebangkrutan Multiple Discriminant Analysis dan Regresi

Logistik agar dapat mengetahui terjadinya kebangkrutan

dimana tingkat akurasi metode Regresi Logistik sektor

property and real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode (2007-2010).

2. Untuk menganalisis tingkat akurasi/ketepatan pada metode

Multiple Discriminant Analysis dan Regresi Logistik pada perusahaan sektor property and real estate yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia periode (2007-2010).

3. Untuk mengetahui variabel yang signifikan dalam analisis

prediksi kebangkrutan pada metode Multiple Discriminant

Analysis dan Regresi Logistik pada perusahaan sektor property and real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode (2007-2010).

Adapun manfaat dari penelitian ini yang diharapkan dari tujuan

peneliti yang dilakukan diantaranya sebagai berikut :

1. Bagi Peneliti

Sebagai penerapan dari teori-teori yang didapat peneliti di


(30)

oleh dosen khususnya pada teori analisis kebangkrutan suatu

perusahaan dan sebagai pengetahuan tambahan bagi peneliti di

bidang manajemen keuangan

2. Bagi Pemberi pinjaman (seperti pihak Bank).

Informasi kebangkrutan bisa bermanfaat untuk mengambil

keputusan siapa yang akan diberi pinjaman, dan kemudian

bermanfaat untuk kebijakan memonitor pinjaman yang ada.

3. Bagi Investor.

Investor yang menganut strategi aktif akan mengembangkan

model prediksi kebangkrutan untuk melihat tanda-tanda

kebangkrutan seawal mungkin dan kemudian mengantisipasi

kemungkinan tersebut.

4. Bagi Pihak Lain.

Sebagai bahan referensi untuk karya ilmiah atau penelitian yang


(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan hasil akhir proses akuntansi

keuangan yang menyajikan berbagai informasi tentang aktivitas ekonomi

suatu perusahaan. Informasi tersebut ditunjukkan bagi semua pihak, baik

ekstren maupun intern, pihak ekstren perusahaan adalah pihak luar yang berkepentingan terhadap perusahaan. Pihak ekstren terdiri atas para

pemegang saham, investor yang ingin menanamkan sahamnya dalam

perusahaan, dan pihak lain yang menggunakan laporan keuangan untuk

kepentingannya. Setiap pihak memiliki kepentingan yang berbeda terhadap

perusahaan. Oleh karena itu, dalam penyusunan laporan keuangan perlu

didasarkan pada konsep dasar dan prinsip-prinsip akuntansi yang diterima

umum. IAI (Ikatan Akuntansi Indonesia) sebagai organisasi profesi

akuntan telah menyusun SAK (Standar Akuntansi Keuangan) yang

menjadi pedoman dalam penyusunan laporan keuangan. Laporan keuangan

menggambarkan posisi keuangan perusahaan, pencapaian kinerja, dan

perubahan permodalan perusahaan selama periode berjalan. Laporan

keuangan merupakan salah satu sumber informasi utama dan penting bagi

investor dalam proses pengambilan keputusan investasi dimasa depan.

PSAK No. 1 (Revisi 1998) menyatakan bahwa:

tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta


(32)

menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka (IAI, 2002 : 1-2).

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan

merupakan bentuk pertanggungjawaban manajemen kepada pemilik

perusahaan yang memberikan informasi tentang aktivitas ekonomi

perusahaan selama satu periode tertentu dan merupakan salah satu sumber

informasi utama dan penting bagi para pengguna laporan dalam proses

pengambilan keputusan ekonomi (Mustika Diah, 2008 : 7-8). Laporan

keuangan adalah sebagai alat yang paling baik untuk menyajikan kinerja

keseluruhan perusahaan, laporan keuangan yang sering digunakan sebagai

alat peringatan dan penilaian marabahaya keuangan (Shih, Kuang et.al,

2011 : 55).

Laporan keuangan yang disajikan perusahaan sangat penting bagi

manajemen dan pemilik perusahaan. Disamping itu, banyak pihak yang

memerlukan dan berkepentingan terhadap laporan keuangan yang dibuat

oleh perusahaan, seperti pemerintah, kreditor, investor, maupun para

supplier. Ada beberapa pengertian laporan keuangan dari para ahli diantaranya. Menurut Kieso, et.al (2008 : 2) laporan keuangan merupakan

sarana pengkomukasian informasi keuangan utama kepada pihak-pihak

diluar korporasi. Laporan keuangan (financial statement) yang sering

disajikan adalah neraca, laba rugi, laporan arus kas, laporan ekuitas


(33)

pengungkapan juga merupakan bagian intergral dari setiap laporan

keuangan.

Menurut Harahap (2007 : 105) laporan keuangan menggambarkan

kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau

jangka waktu tertentu. Laporan keuangan yang akan menjadi bahan sarana

informasi (screen) bagi analisis dalam proses pengambilan keputusan.

Laporan keuangan dapat mengambarkan posisi keuangan perusahaan, hasil

usaha perusahaan dalam suatu periode, dan arus dana (kas) perusahaan

dalam periode tertentu. Dari laporan keuangan, akan tergambar kondisi

keuangan suatu perusahaan khususnya untuk mengantisipasi sinyal

financial distress.

1. Jenis Laporan Keuangan

Analisis laporan keuangan sangat bergantung pada informasi

yang diberikan oleh laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan

merupakan salah satu sumber informasi yang penting di samping

informasi lain seperti informasi industri, kondisi perekonomian, pangsa

pasar perusahaan, kualitas manajemen dan lainnya. Ada tiga macam

laporan keuangan yang pokok yang dihasilkan, (1) Neraca, (2) Laporan

Laba-Rugi, (3). Laporan Aliran Kas. Di samping ketiga laporan pokok

tersebut, dihasilkan juga laporan pendukung seperti laporan laba yang

ditahan, perubahan modal sendiri, dan diskusi-diskusi oleh pihak


(34)

a. Neraca

Salah satu tujuan pelaporan keuangan biasanya dikatakan untuk

membantu investor, kreditur, dan pihak-pihak lain menaksir besar,

waktu (timing), serta tingkat ketidakpastian aliran kas suatu

perusahaan atau entitas. Tujuan yang lebih spesifik adalah untuk

memberikan informasi mengenai sumber daya ekonomi, kewajiban,

modal sendiri dari suatu entitas atau perusahaan.informasi tersebut

diringkas dalam neraca. Neraca dengan demikian meringkaskan posisi

keuangan suatu perusahaan pada tanggal tertentu. Neraca

menampilkan sumber daya ekonomis (aset), kewajiban ekonomis

(hutang), modal saham, dan hubungan antaritem tersebut. Neraca juga

menunjukkan posisi keuangan berupa aktiva (harta), kewajiban

(utang), dan modal perusahaan (ekuitas) pada saat tertentu. Artinya

neraca dapat dibuat untuk mengetahui kondisi (jumlah dan jenis)

harta, utang, dan modal perusahaan (Kieso et.al, 2008 : 190).

Neraca (balance sheet) melaporkan aktiva, kewajiban, dan

ekuitas pemegang saham pada suatu tanggal tertentu. Neraca

menggambarkan posisi keuangan. Dengan menyediakan informasi

mengenai aktiva, kewajiban dan ekuitas pemegang saham, neraca dapat

dijadikan sebagai dasar untuk mengevaluasi tingkat likuiditas, struktur

modal, dan efisiensi perusahaan, serta menghitung tingkat


(35)

Necara memperlihatkan gambaran tentang aktiva dan

sumber-sumber keuangan untuk membeli aktiva tersebut pada suatu saat.

Neraca terdiri atas 2 sisi: (1) aktiva yang menunjukkan aktiva yang

dimiliki oleh perusahaan, dan (2) pasiva yang menunjukkan dari mana

dana untuk memperoleh aktiva tersebut. Sisi aktiva terdiri atas aktiva

lancar (current assets) dan aktiva tetap (fixed assets). Sisi pasiva terdiri

atas hutang lancar (current liabilities), hutang jangka panjang

(long-term debt) dan modal sendiri pemegang saham (shareholders equity) (Atmaja, 2008 : 411).

b. Laporan Laba Rugi

Laporan laba-rugi (income statement), yang sering disebut

statement of income atau statement of earnings, adalah laporan yang mengukur keberhasilan operasi perusahaan selama periode waktu

tertentu. Kegunaan laporan laba-rugi untuk membantu pemakai laporan

keuangan memprediksi arus kas masa depan dengan berbagai cara

(Kieso et.al, 2008 : 140).

Laporan laba rugi merupakan laporan prestasi perusahaan selama

jangka waktu tertentu. Berbeda dengan neraca yang merupakan snapsot,

Laporan laba rugi juga berisi jumlah pendapatan yang diperoleh

tertentu.Laporan laba rugi juga berisi jumlah pendapatan yang diperoleh


(36)

Menurut Brealey, et.al (2008 : 61) laporan laba rugi merupakan

laporan keuangan yang memperlihatkan pendapatan, beban, dan laba

bersih perusahaan selama periode tertentu.

Laporan laba rugi (income statement) adalah laporan yang

menyajikan ukuran keberhasilan operasi perusahaan selama periode

waktu tertentu. Lewat laporan laba rugi, investor dapat mengetahui

besarnya tingkat profitabilitas yang dihasilkan investee. Lewat laporan

laba rugi, kreditur juga dapat mempertimbangkan kelayakan kreditur

debitur. Penetapan pajak yang nantinya akan disetorkan ke kas negara,

juga diperoleh berdasarkan jumlah laba bersih yang ditunjukkan lewat

laporan laba rugi. Ukuran laba menggambarkan kinerja manajemen

dalam menghasilkan profit untuk membayar bunga kreditur, deviden

investor, dan pajak pemerintah. Informasi laba juga dapat dipakai

untuk mengestimasi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba

di masa yang akan datang (memprediksi atau menafsir earning power),

menafsir resiko dalam berinvestasi, dan lain-lain (Hery, 2009 : 100).

c. Laporan Arus Kas

Fokus utama dari laporan keuangan adalah laba, dan informasi

mengenai laba merupakan indikator yang baik untuk menentukan atau

menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas di masa yang


(37)

1. Kadangkala ukuran laba tidak menggambarkan kondisi

perusahaan yang sesungguhnya.

2. Seluruh informasi mengenai kinerja perusahaa selama periode

tertentu dapat diperoleh lewat laporan ini.

3. Dapat digunakan sebagai alat untuk memprediksi arus kas

perusahaan di masa mendatang.

Laporan arus kas melaporkan arus kas masuk maupun arus kas

keluar perusahaan selama periode. Laporan arus kas ini memberikan

informasi yang berguna mengenai kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan kas dari aktivitas operasi, melakukan investasi, melunasi

kewajiban, dan membayar deviden. Laporan arus kas digunakan oleh

manajemen untuk mengevaluasi kegiatan operasional yang telah

berlangsung, dan merencanakan aktivitas investasi dan pembiayaan di

masa yang akan datang. Laporan arus kas yang digunakan oleh kreditur

dan investor dalam menilai tingkat likuiditas maupun potensi

perusahaan dalam menghasilkan laba (keuntungan). Dalam laporan arus

kas, penerimaan dan pembayaran kas dikualifikasikan menurut tiga

kategori utama, yaitu aktivitas operasi, investasi, dan pembiayaan

(Hery, 2009 : 203).

PSAK No. 2 mengharuskan penyajian laporan arus kas sebagai tak

terpisahkan dari laporan keuangan untuk setiap periode penyajian.

Dalam hal ini arus kas diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi,


(38)

kas dapat meniadakan pengaruh penggunaan perlakuan akuntansi yang

berbeda terhadap transaksi dan peristiwa yang sama sehingga

meningkatkan daya banding pelaporan kinerja operasi berbagai

perusahaan (Mustika Diah, 2008 : 10).

Laporan arus kas adalah laporan keuangan yang memperlihatkan

penerimaan kas dan pengeluaran kas suatu perusahaan selama suatu

periode waktu. Terdapat perbedaan antara arus kas dengan penghasilan

yang ada di laporan rugi laba. Perbedaan ini terjadi karena: (1) Laporan

rugi laba tidak mencatat pengeluaran modal sebagai biaya pada tahun

dimana terjadi pengeluaran, tetapi di bagi-bagi dalam bentuk biaya

depresiasi, dan (2) Laporan rugi laba menggunakan konsep accrual

accounting dimana pendapatan dan biaya dicatat saat terjadi, bukan saat akan diterima atau dibayar (Atmaja, 2008 : 414).

2. Tujuan Laporan Keuangan

Seperti diketahui bahwa setiap laporan keuangan yang dibuat

sudah pasti memiliki tujuan tertentu. Dalam praktiknya terdapat

beberapa tujuan yang hendak dicapai, terutama bagi pemilik usaha dan

manajemen perusahaan. Di samping itu, tujuan laporan keuangan

disusun guna memenuhi kepentingan berbagai pihak yang

berkepentingan terhadap perusahaan. Secara umum laporan keuangan

bertujuan untuk memberikan informasi keuangan suatu perusahaan,


(39)

juga dapat disusun secara mendadak sesuai kebutuhan perusahaan

maupun secara berkala. Jelasnya adalah laporan keuangan mampu

memberikan informasi keuangan kepada pihak dalam dan luar

perusahaan yang memiliki kepentingan terhadap perusahaan. Berikut ini

beberapa tujuan atau penyusunan laporan keuangan yaitu :

a. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta)

yang dimiliki perusahaan pada saat ini.

b. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan

modal yang dimiliki perusahaan pada saat ini.

c. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan

yang diperoleh pada suatu periode tertentu.

d. Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya

yang dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu.

e. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang

terjadi terhadap aktiva, pasiva, dan modal perusahaan.

f. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan

dalam suatu periode.

g. Memberikan informasi tentang catatan-catatan atas laporan

keuangan.

h. Informasi keuangan lainnya.

Jadi, dengan memperoleh laporan keuangan suatu perusahaan,

akan dapat diketahui kondisi keuangan perusahaan secara menyeluruh.


(40)

tetapi juga harus dimengerti dan dipahami tentang posisi keuangan

perusahaan saat ini. Caranya adalah dengan melakukan analisis keuangan

melalui berbagai rasio keuangan yang lazim dilakukan (Kasmir, 2012 :

10-11).

Menurut Harahap (2010 : 136) laporan keuangan menunjukkan

apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship), atau

pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan

kepadanya. Pemakai yang ingin menilai apa yang telah dilakukan atau

pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar mereka dapat

membuat keputusan ekonomi.

3. Keterbatasan Laporan Keuangan

Dalam praktiknya hal-hal dan jumlah-jumlah yang dilaporkan

dalam neraca belum tentu menunjukkan nilai yang realisasi (likuiditas),

Hal ini disebabkan karena penyusunan laporan keuangan tidak terlepas

dari pendapat pribadi, baik oleh manajemen maupun akuntan. Laporan

keuangan juga bukan laporan final dan sifatnya hanya sementara waktu

saja. Anggapan yang digunakan bahwa perusahaan akan berjalan terus

sehingga aktiva tetap dinilai berdasarkan nilai-nilai historis, harga

perolehan dan pengurangan aktiva tetap berdasarkan akumulasi

penyusutannya yang mengakibatkan angka atau jumlah yang tertera

dalam laporan keuangan terlihat pasti. Laporan keuangan belum

dikatakan mencerminkan keadaan keuangan perusahaan secara


(41)

tercatat dalam laporan keuangan tersebut. Berikut ini beberapa

keterbatasan laporan keuangan yang dimiliki perusahaan.

a. Pembuatan laporan keuangan disusun berdasarkan sejarah

(historis), di mana data-data yang diambil dari masa lalu.

b. Laporan keuangan dibuat umum, artinya untuk semua orang,

bukan hanya untuk pihak tertentu saja.

c. Proses penyusunan tidak terlepas dari taksiran-taksiran dan

pertimbangan-pertimbangan tertentu.

d. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi

situasi ketidak pastian.

e. Laporan keuangan selalu berpegang teguh kepada sudut

pandang ekonomi dalam memandang peristiwa-peristiwa yang

terjadi bukan kepada sifat formalnya.

Ketebatasan laporan keuangan tidak akan mengurangi arti nilai

keuangan secara langsung karena hal ini memang harus dilakukan agar

dapat menunjukkan kejadian yang mendekati sebenarnya, meskipun

perubahan berbagai kondisi dari berbagai sektor terus terjadi (Kasmir,

2012 : 15-17).

4. Analisis Rasio Keuangan

Pengertian rasio keuangan menurut James C Van Horne

merupakan indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan

diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka lainnya.Rasio


(42)

perusahaan. Dari hasil rasio keuangan ini akan terlihat kondisi kesehatan

perusahaan yang bersangkutan. Hasil rasio keuangan ini digunakan untuk

menilai kinerja manajemen dalam satu periode apakah mencapai target

seperti yang telah ditetapkan (Kasmir, 2012 : 104).

Rasio keuangan adalah angka yang dperoleh dari hasil

perbandingan dari suatu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang

mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan.Rasio keuangan ini

hanya menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan

antara pos tertentu dengan pos lainnya. Dengan penyederhanaan ini kita

dapat menilai secara cepat hubungan antara pos tadi dan dapat

membandingkannya dengan rasio lain sehingga kita dapat memperoleh

informasi dan memberikan penilaian (Harahap, 2010 : 279).

Rasio keuangan telah digunakan untuk membandingkan data

keuangan perusahaan di berbagai titik dalam waktu atau dengan

perusahaan lain. Mereka sering digunakan untuk memberikan petunjuk

untuk sejumlah pertanyaan concering kesehatan keuangan perusahaan.

Secara umum, rasio keuangan memberikan informasi tentang

profitabilitas, leverage, likuiditas, dan efisiensi perusahaan. Rasio

profitabilitas membantu memberikan petunjuk untuk perusahaan

kemampuan untuk menghasilkan keuntungan per setiap unit penjualan.

Rasio leverage memberikan informasi mengenai sejauh mana perusahaan

mendanai investasi dengan menggunakan dana dari sumber selain


(43)

perusahaan memiliki kas yang cukup atau uang tunai dekat untuk

membayar kewajibannya pada saat jatuh. Rasio efisiensi membantu

untuk menentukan sejauh mana perusahaan menggunakan sumber

dayanya untuk menghasilkan penjualan (Sulaiman et.al, 2001 : 100).

Hanafi & Halim (2009 : 79) mengkatagorikan analisis rasio kedalam

lima kelompok :

a. Rasio Likuiditas, mengukur kemampuan likuiditas jangka

pendek perusahaan dengan melihat aktiva lancar perusahaan

relative terhadap hutang lancarnya (hutang dalam hal ini

merupakan kewajiban perusahaan). Rasio likuiditas terbagi

menjadi dua bagian :

1) Rasio Lancar, merupakan perbandingan antara aktiva lancar

dengan hutang lancar.

2) Rasi cepat (quick), dihitung dengan mengurangkan

persediaan dari aktiva lancar, kemudian membagi sisanya

dengan hutang lancar.

b. Rasio Aktivitas, rasio ini melihat pada beberapa asset kemudian

menentukan beberapa tingkat aktivitas aktiva-aktiva tersebut

pada tingkat kegiatan tertentu. Rasio ini juga mengukur seberapa

efektif perusahaan menggunakan sumber-sumber daya

perusahaan. Rasio aktivitas meliputi: perputaran piutang,

perputaran persediaan, perputaran aktiva tetap dan perputaram


(44)

c. Rasio Solvabilitas, rasio ini mengukur kemampuan perusahaan

memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya. Perusahaan

yang tidak solvable adalah perusahaan yang total hutangnya

lebih besar dibandingkan total assetnya. Rasio Solvabilitas

terdiri dari :

1) Total debt to total assets, mengukur presentasi penggunaan

dana dari kreditur yang dihitung dengan cara membagi total

hutang dengan total aktiva.

2) Debt equity ratio, perbandingan antara total hutang dengan

modal.

3) Time interest earned, dihitung dengan membagi laba

sebelum bunga dan pajak (EBIT) dengan beban bunga.

Rasio ini mengukur seberapa jauh laba bisa berkurang tanpa

menyulitkan perusahaan dalam memenuhi kewajiban

membayar bunga tahunan.

d. Rasio Profitabilitas, rasio ini mengukur kemampuan perusahaan

menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada tingkat

penjualan, asset, dan modal saham yang tertentu atau digunakan

untuk mengukur seberapa efektif pengelolaan perusahaan

sehingga menghasilkan keuntungan. Rasio profitabilitas terdiri

dari :

1) Profit margin and sale, dihitung dengan cara membagi laba


(45)

2) Return on total asset, perbandingan antara laba setelah

pajak dengan total aktiva guna mengukur tingkat

pengembalian.

3) Return on net worth, perbandingan antara laba setelah pajak

dengan modal sendiri guna mengukur tingkat keuntungan

investasi pemilik modal sendiri.

e. Rasio Pasar, rasio yang mengukur harga pasar relative terhadap

nilai buku. Sudut pandang rasio ini lebih banyak berdasarkan

sudut pandang investor atau mengukur kemampuan perusahaan

dalam menciptakan nilai terutama pada pemegang saham dan

calon investor. Rasio pasar terdiri dari :

1) Price earning ratio, rasio antara harga pasar saham dengan

laba per lembar saham. Jika rasio ini lebih rendah dari rasio

industri sejenis, bisa menjadi indikasi bahwa investasi pada

saham perusahaan ini lebih beresiko dari pada rata-rata

industri.

2) Dividend yield, rasio antara deviden per lembar yang

diberikan perusahaan dengan harga pasar saham per lembar.

3) Dividen payout ratio, rasio ini melihat bagian earning

(pendapatan) yang dibayarkan sebagai kepada investor.

Rasio arus kas cukup menjadi hal yang diperhatikan dalam

pengukuran kesehatan, kesulitan dan kebangkrutan suatu usaha. Hal ini


(46)

mesin baru atau ketika membayar hutang dan deviden pada pemegang

saham (Yuliantika, 2011 : 17-20).

5. Keterbatasan dari Analisis Rasio

Dibawah ini beberapa kelemahan penting yang dapat ditemukan

dalam menghitung dan menginterpretasikan rasio keuangan :

a. Kadang sulit untuk mengidentifikasi kategori industri di

mana perusahaan berada jika perusahaan beroperasi dengan

beberapa bidang usaha.

b. Rasio keuangan dapat menjadi terlalu tinggi atau terlalu

rendah.

c. Rata-rata industri mungkin tidak memberikan target rasio

atau norma yang diinginkan. Rata-rata industri hanya dapat

memberikan panduan atas posisi keuangan perusahaan

rata-rata dalam suatu industri.

d. Banyak perusahaan mengalami situasi musiman dalam

kegiatan operasinya. Jadi pos neraca dan rasionya akan

berubah sepanjang tahun saat laporan disiapkan. Untuk

menghindari masalah tersebut, maka metode saldo rata-rata

haruslah digunakan (untuk beberapa bulan atau kuartal,

sepanjang tahun) dan bukan saldo total pada akhir tahun.

Di luar keterbatasannya, rasio keuangan dapat menjadi alat yang

sangat berguna untuk menilai kondisi keuangan perusahaan. Namun kita


(47)

rasio. Manfaat sesungguhnya yang dihasilkan dari menganalisis rasio

keuangan adalah bahwa angka-angka tersebut memberitahukan kita

pertanyaan-pertanyaan apa yang harus diajukan (Keown et.al, 2001 :

105-107).

B.Teori Kebangkrutan

Kebangkrutan biasanya diartikan sebagai kegagalan perusahaan

dalam menjalankan operasi perusahaan untuk menghasilkan laba.

Kebangkrutan juga sering disebut likuidasi perusahaan atau penutupan

perusahaan atau insolvabilitas. Kebangkrutan sebagai kegagalan

disefinisikan dalam beberapa arti (Adnan et al. 2000) :

a. Kegagalan Ekonomi (economic failure) dalam arti ekonomi

biasanya berarti bahwa perusahaan kehilangan uang atau

pendapatan perusahaan tidak menutup biaya sendiri, hal ini

berarti tingkat labanya lebih kecil dari biaya modal atau

nilai sekarang dari arus kas perusahaan lebih kecil dari pada

kewajiban. Kegagalan terjadi bila arus kas sebenarnya dari

perusahaan tersebut jatuh dibawah arus kas yang

diharapkan. Bahkan kegagalan dapat juga berarti bahwa

tingkat pendapatan atas biaya historis dari investasinya

lebih kecil daripada biaya modal perusahaan.

b. Kegagalan Keuangan (financial failure), bisa diartikan


(48)

dan dasar saham. Insolvensi atas dasar arus kas ada dua

bentuk, yaitu :

1) Insolvensi teknis (tecnical ilnsovency), perusahaan

dapat dianggap gagal jika perusahaan tidak dapat

memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo. Walaupun

total aktiva melebihi total hutang atau terjadi bila suatu

perusahaan gagal memenuhi salah satu atau lebih

kondisi dalam ketentuan hutangnya seperti rasio aktiva

lancar terhadap utang lancar yang telah ditetapkan atau

rasio kekayaan bersih terhadap total aktiva yang

disyaratkan.

2) Insolvensi dalam pengertian kebangkrutan, dalam

penelitian ini kebangkrutan didefinisikan dalam ukuran

sebagai kekayaan bersih negatif dalam neraca

konvensional atau nilai sekarang dari arus kas yang

diharapkan lebih kecil dari kewajiban.

Menurut Hanafi & Halim (2009), analisis kebangkrutan

dilakukan untuk memperoleh peringatan awal kebangkrutan (tanda-tanda

awal kebangkrutan). Semakin awal tanda-tanda kebangkrutan tersebut,

semakin baik bagi pihak manajemen karena pihak manajemen bisa

melakukan perbaikan-perbaikan. Pihak kreditur dan juga pihak


(49)

berbagai kemungkinan yang buruk. Tanda-tanda kebangkrutan tersebut

dalam hal ini dilihat dalam menggunakan data-data akuntansi.

1. Pengertian Financial Distress

Menurut Rodoni & Ali (2010) Financial distress pada dasarnya

sukar untuk didefinisikan secara tepat. Hal ini disebabkan oleh

bermacam-macam kejadian kejatuhan perusahaan pada saat financial

distress. Peristiwa kejatuhan perusahaan yang disebabkan financial distress hampir tidak ada akhirnya, seperti berikut ini : terjadinya

pengurangan deviden, penutupan perusahaan, kerugian-kerugian,

pemecatan, pengunduran direksi dan jatuhnya harga saham. dalam

penelitian terdahulu financial distress dapat diartikan sebagai berikut :

a. Jika beberapa tahun perusahaan mengalami laba bersih

operasi (net operating income) negatif, digunakan oleh

Hofer (1980) dan Whitaker (1999).

b. Adanya pemberhentian tenaga kerja atau menghilangkan

pembayaran deviden, digunakan oleh Lau (1987) dan Hill,

et al. (1996).

c. Arus kas hasil operasi perusahaan tidak cukup untuk

memenuhi kewajiban perusahaan, digunakan oleh Karen


(50)

d. Rendahnya Interest Coverage Ratio, atau EBITDA negatif,

diguanakan oleh Asquith, et. al. (1991) dan Pindando, et. al.

(2006).

e. Perubahan harga ekuitas atau EBIT negatif, diguanakan

oleh John, et. al. (1992) dalam Platt (2004).

f. Stock–based insolvency yaitu kekayaan bersih negatif dan nilai asset kurang dari nilai hutang dan flow–based insolvency yaitu arus kas yang berjalan tidak cukup untuk memenuhi kewajiban, digunakan oleh Altman (1993).

g. Adanya arus kas yang lebih kecil dari hutang jangka

panjang saat ini digunakan Whitaker (1999).

h. Perusahaan diberhentikan operasinya atas wewenang

pemerintah dan perusahaan tersebut dipersyaratkan untuk

melakukan perencanaan restrukturisasi, digunakan oleh

Tirapat dan Nittayagasetwat (1999).

i. Negatif EBITDA interest coverage, Negatif EBIT, Negative

Net Income digunakan oleh Platt (2004).

j. Beberapa tahun mengalami laba bersih operasi (net

operating income negatif) dan selama lebih dari satu tahun tidak melakukan pembayaran deviden, digunakan oleh


(51)

k. Perusahaan mengalami delisted akibat laba bersih dan nilai

buku ekuitas negatif berturut-turut, serta perusahaan

tersebut telah merger, digunakan oleh Almilia (2004).

Ketidak mampuan membayar hutang (insolvency), kondisi dari

asset atau milik kewajiban seseorang yang dahulunya tersedia menjadi

tidak cukup untuk melunasi hutang. Definisi ini mempunyai dua bagian

yaitu Stock dan Flow. Keduanya menggambarkan mengenai

ketidakmampuan membayar hutang (insolvency) stock-based insolvency

terjadi ketika perusahaan memiliki kekayaan bersih yang negatif dan nilai

asset kurang dari nilai hutang. Flow-based insolvency terjadi ketika arus

kas yang berjalan tidak cukup untuk memenuhi kewajiban yang diminta

(Rodoni & Ali, 2010 : 176).

Flow-based insolvency mengacu pada ketidakmampuan

perusahaan untuk membayar hutang. Hofer (1980) dalam Platt (2004)

mendefinisikan financial distress bilamana perusahaan mempunyai

negative Net Income. Whitaker (1999) menerangkan financial distress sebagai penurunan kondisi perusahaan dari kondisi sebelumnya.

Penurunan kondisi perusahaan turun disebabkan economic distress,

penurunan industri operating income dan poor management, atau

penurunan kondisi perusahaan relative terhadap industri. Poor

management didefinisikan sebagai kecenderungan penurunan Operating Income, selama lima tahun sebelumnya. Operating Income didefinisikan


(52)

umum dan administratif sebelum depresiasi dan sebelum gains dan losses

pada penjualan asset. Financial distress pada perusahaan dapat diatasi

dengan beberapa cara yaitu (Rodoni & Ali, 2010 : 175) :

1. Berhubungan dengan asset perusahaan, yaitu dengan

menjual aset-aset utama, melakukan merger dengan

perusahaan lain, menurunkan pengeluaran dan biaya

penelitian dan pengembangan.

2. Berhubungan dengan rekstrukturisasi aset ataupun


(53)

Gambar 2.1 Tahap Financial Distress

49% 51%

53% 47%

3% 7% 10%

Sumber: Manajemen keuangan (Rodoni dan Ali, 2010 : 175)

Gambar 2.1 menjelaskan tahap-tahap financial distress

perusahaan sampai dengan kepada kebangkrutan. Sejumlah 49 persen

perusahaan mendapatkan manfaat dari financial distress dengan

merestrukturisasi aset mereka. Perusahaan yang tidak melakukan

restrukturisasi keuangan melakukan penyehatan terhadap hutang

sehingga mengubah perilaku perusahaan dan mendesak perusahaan untuk

membuang bisnis mereka yang tidak berhubungan (Rodoni & Ali, 2010 :

171-176).

Financial Distress

Tidak melakukan rekstrukturisasi

keuangan

Melakukan rekstrukturisasi

keuangan

Melaksanakan atas perkara

sendiri Melaksanakan atas

putusan pengadilan

Merger dengan perusahaan lain

Likuidasi Melakukan

reorganisasi dan berhasil bangkit


(54)

Restrukturisasi keuangan dapat dilakukan sendiri atau dilakukan

atas putusan pengadilan. Dalam gambar tersebut dijelaskan juga, bahwa

hampir separuh restrukturisasi atas perkara sendiri. Dan yang

melaksanakan restrukturisasi berdasarkan putusan pengadilan sejumlah

53 persen dapat melakukan reorganisasi dan meneruskan usahanya

(Rodoni & Ali,2010 : 171-176)

Lebih lanjut, dari kerugian yang terjadi akan mengakibatkan

defisiensi modal dikarenakan penurunan nilai saldo laba yang terpakai

untuk melakukan pembayaran dividen, sehingga total ekuitas secara

keseluruhan pun akan mengalami defisiensi. Jika hal ini terus terjadi,

maka tidak mustahil bahwa suatu saat total kewajiban perusahaan akan

melebihi total aktiva yang dimilikinya. Kondisi seperti yang telah

disebutkan di atas mengasosiasikan suatu perusahaan sedang mengalami

kesulitan keuangan (financial distress) yang pada akhirnya jika

perusahaan tidak mampu keluar dari kondisi tersebut di atas, maka

perusahaan tersebut akan mengalami kepailitan. Untuk mendeteksi

kesulitan keuangan perusahaan dapat digunakan analisis rasio keuangan.

Secara umum rasio-rasio seperti profitabilitas, likuiditas, leverage dan

cakupan arus kas berlaku sebagai indikator yang paling signifikan dalam

memprediksi kesulitan keuangan maupun kebangkrutan (Andre, Orina.


(55)

2. Faktor-faktor Penyebab Kebangkrutan

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kebangkrutan pada suatu

perusahaan adalah (Akhyar, 2000:139) :

1. Faktor Umum

a. Sektor Ekonomi.

Faktor-faktor penyebab kebangkrutan dari sektor

ekonomi adalah gejala inflasi dan deflasi dalam harga

barang dan jasa, kebijakan keuangan, suku bunga dan

devaluasi atau revaluasi uang dalam hubungannya

dengan uang asing serta neraca pembayaran, surplus atau

defisit dalam hubungannya dengan perdagangan luar

negeri.

b. Sektor Sosial

Faktor sosial sangat berpengaruh terhadap kebangkrutan

cenderung pada perubahan gaya hidup masyarakat yang

mempengaruhi permintaan terhadap produk dan jasa

ataupun cara perusahaan berhubungan dengan karyawan.

Faktor sosial yang lain yaitu kerusuhan atau kekacauan

yang terjadi di masyarakat.

c. Teknologi

Penggunaan teknologi informasi juga menyebabkan

biaya yang ditanggung perusahaan membengkak


(56)

Pembengkakan terjadi, jika penggunaan teknologi

informasi tersebut kurang terencana oleh pihak

manajemen, sistemnya tidak terpadu dan para manajer

pengguna kurang professional.

d. Sektor Pemerintah

Pengaruh dari sektor pemerintah berasal dari kebijakan

pemerintah terhadap pencabutan subsidi pada perusahaan

dan industri, pengenaan tarif ekspor dan impor barang

berubah, kebijakan undang-undang baru bagi perbankan

atau tenaga kerja dan lain-lain.

2. Faktor Eksternal Perusahaan

a. Faktor Pelanggan/Konsumen

Perusahaan harus bisa mengidentifikasi sifat konsumen,

karena berguna untuk menghindari kehilangan

konsumen, juga menciptakan peluang untuk menemukan

konsumen baru dan menghindari menurunnya hasil

penjualan dan mencegah konsumen berpaling ke

pesaing.

b. Faktor Kreditur

Kekuatannya terletak pada pemberian pinjaman dan

mendapatkan jangka waktu pengembalian hutang yang

tergantung kepercayaan kreditur terhadap kelikuiditasan


(57)

c. Faktor Pesaing

Faktor ini merupakan hal yang harus diperhatikan karena

menyangkut perbedaan pemberian pelayanan kepada

konsumen, perusahaan juga jangan melupakan

pesaingnya karena jika produk pesaingnya lebih diterima

oleh masyarakat perusahaan tersebut akan kehilangan

konsumen dan mengurangi pendapatan yang diterima.

3. Faktor Internal Perusahaan

Faktor-faktor yang menyebabkan kebangkrutan secara

internal adalah sebagai berikut (Akhyar, 2000:140) :

a. Terlalu besarnya kredit yang diberikan kepada nasabah

sehingga akan menyebabkan adanya penungkkan dalam

pembayaran sampai akhirnya tidak dapat membayar.

b. Manajemen tidak efisien yang disebabkan karena kurang

adanya kemampuan, pengalaman, keterampilan, sikap

inisiatif dari manajemen.

c. Penyalahgunaan wewenang dan kecurangan dimana

sering dilakukan oleh karyawan, bahkan manajer puncak

sekalipun sangat merugikan apalagi yang berhubungan


(58)

3. Masalah Keuangan Tanpa Kebangkrutan

Tidak semua perusahaan yang mendapat masalah menjadi

bangkrut. Sepanjang perusahaan dapat mengumpulkan cukup banyak

uang tunai untuk membayar bunga utangnya, perusahaan mungkin dapat

menunda kebangkrutan untuk bertahun-tahun lamanya. Pada akhirnya

perusahaan bisa pulih, sekaligus membayar utangnya dan tidak bangkrut

(Bearly et.al, 2008 : 20).

Jalan keluar yang sempit dari kebangkrutan tidak berarti bahwa

biaya masalah keuangan terhindarkan. Ketika perusahaan mendapat

masalah, pemasok khawatir bahwa mereka mungkin tidak dibayar,

pelanggan potensial takut bahwa perusahaan tidak akan mampu

memberikan jaminannya, dan karyawan mulai mencuri-curi waktu untuk

wawancara kerja. Baik pemegang obligasi maupun saham perusahaan

ingin perusahaan pulih, tetapi sebaliknya, kepentingan mereka mungkin

bertentangan. Dalam masa terjadinya masalah keuangan, pemegang

sekuritas mirip dengan partai-partai politik bersatu dalam hal umum

tetapi terancam menikam dari belakang dalam masalah-masalah khusus.

Masalah keuangan mahal harganya ketika konflik menghalangi jalannya

bisnis. Pemegang saham berusaha mengabaikan tujuan umum

pemaksimalan keseluruhan nilai pasar perusahaan dan sebagai gantinya

mengejar kepentingan diri sendiri yang lebih sempit (Bearly et.al, 2008 :


(59)

4. Pengertian Multiple Discriminant Analysis

Menurut Ramadhani dan Lukviarman (2009) dalam Nugroho

(2012) Dalam menyusun model Z Altman mengambil sampel 33

perusahaan manufaktur yang bangkrut pada periode 1960 sampai 1965

dan 33 perusahaan tidak bangkrut dengan lini industri dan ukuran yang

sama. Dengan menggunakan data laporan keuangan dari 1 sampai 5

tahun sebelum kebangkrutan, Altman menyususn 22 rasio keuangan yang

paling memungkinkan dan mengelompokkannya dalam 5 kategori :

likuiditas, profitabilitas, leverage, solvabilitas, dan kinerja. Hasil studi

Altman ternyata mampu memperoleh ketepatan prediksi sebesar 95%

untuk data satu tahun sebelum kebangkrutan, untuk data dua tahun

sebelum kebangkrutan sebesar 72%. Selain itu diketahui bahwa

perusahaan dengan profitabilitas yang rendah sangat berpotensi

mengalami kebangkrutan. Sampai saat ini, Z-score masih lebih banyak

digunakan oleh para peneliti, praktisi, dan serta para akademis di bidang

akuntansi dibandingkan model prediksi lainnya.

Menurut Jehan & Khan et al. (2012 : 43), Altman berpendapat

bahwa "analisis regresi diskriminan digunakan untuk mengklasifikasikan

atau membuat prediksi dalam masalah di mana variabel dependen

muncul dalam bentuk kualitatif, misalnya, laki-laki atau perempuan,

bangkrut atau tidak bangkrut ". dalam melakukan analisis diskriminan

ganda, pertama-tama diperlukan kelompok yang tepat untuk membuat


(60)

peneliti menganggap analisis sebagai "analisis diskriminan multivariat"

hanya ketika jumlah kelompok melebihi dua, sementara itu mengacu

pada sifat multivariat analisis. Fungsi diskriminan, yang digunakan

dalam analisis diskriminan, adalah variabel laten yang dibentuk sebagai

pengaturan linear yang membedakan variabel (independen). Diskriminan

seperti fungsi, sebuah bentuk untuk mengubah nilai variabel individu

untuk diskriminan tunggal skor, atau nilai Z, yang kemudian digunakan

untuk mengklasifikasikan obyek.

Menurut Hanafi & Halim (2009), pada tahap berikutnya,

Altman menguji keandalan dari model diskriminan tersebut. Altman

menemukan cut-off points dari variabel Z sebagai berikut :

Tabel 2.1

Titik cut-off points Altman

Dengan Nilai Pasar Dengan Nilai Buku Tidak Bangkrut

Jika Z > Bangkrut Jika Z < Daerah Rawan

2.99

1.81 1.81-2.99

2.90

1.20 1.20-2.90 Sumber : Analisis Laporan Keuangan Hanafi & Halim (2009 : 275)


(61)

5. Pengertian Regresi Logistik

Regresi logistik adalah model regresi yang digunakan untuk

menganalisis variabel dependen dengan kemungkinan diantara 0 dan 1.

Pada dasarnya logistic regression (reregresi logistik) sama dengan

analisis diskriminan, perbedaan ada pada jenis data dari variabel

dependen. Jika pada analisis diskriminan vaiabel dependennya adalah

data rasio, maka pada regresi logistik variabel dependen adalah data

nominal. Data nominal disini lebih khusus adalah data binary (Wing

Wahyu, 2007:6-10).

Dengan demikian, tujuan regresi logistik adalah pembuatan

sebuah model regresi untuk memprediksi besar variabel dependen yang

berupa sebuah variabel binary menggunakan data variabel independen

yang sudah diketahui besarnya (Singgih Santoso, 2010:206).

E (logit) = a + b1x1 + b2x2 + b3x3+….+ bnxn

Dimana :

a = konstanta ,

b = beta,

Pi =

1


(62)

e = bilangan natural (2,71828),

x = variabel bebas yang akan digunakan

Analisis logit mencoba untuk menghitung probabilitas,

berdasarkan distribusi probabilitas. Seperti analisis diskriminan,

beratnya variabel independen dan memberikan skor dalam bentuk

probabilitas kegagalan untuk masing-masing perusahaan dalam sampel.

Prosedur statistik ini tidak hanya kelompok perusahaan baik untuk gagal

atau sehat tetapi murni berdasarkan faktor keuangan yang ada lainnya

faktor eksternal yang perlu dipertimbangkan dalam menganalisis risiko

dan default, seperti peristiwa acak yang tak terduga, faktor

makro-ekonomi dan peraturan pemerintah dan peraturan baru. Keuntungan

dari analisis regresi logistik adalah bahwa hal itu tidak menganggap

normalitas multivariat dan matriks kovarians yang sama (Yap, et.al

2012:336).

Model logit menggunakan koefisien dari variabel independen

untuk memprediksi probabilitas variabel dependen gagal atau non-gagal.

Teknik bobot independen variabel dan menciptakan skor untuk

masing-masing perusahaan untuk mengklasifikasikan sebagai gagal atau tidak

gagal. Fungsi dipertimbangkan dalam regresi logistik disebut fungsi

logistik. Ukuran goodness of fit akan ditentukan melalui Pearson dan


(63)

digunakan. Jika nilai p> 0,05 maka nilai tidak signifikan dan model fit

yang baik (Yap, et.al 2012:337).

Sebuah uji rasio kemungkinan digunakan untuk melihat apakah

variabel yang dimasukkan dalam model akhir yang signifikan dalam

menjelaskan beberapa variabilitas dalam data. Chi Square statistik adalah

perbedaan -2 Log Likelihood (-2LL) antara model akhir dan model

berkurang. Menurunnya Model dibentuk dengan menghilangkan efek

dari model akhir. Hipotesis nol adalah bahwa semua parameter efek yang

0. Tes ini sebanding dengan uji F keseluruhan untuk regresi analisis.

Dalam regresi, R² merupakan ukuran intuitif seberapa baik model

memprediksi nilai-nilai dari variabel dependen. Namun, dalam regresi

logistik, tidak ada tindakan serupa yang mudah ditafsirkan. The pseudo

Rsquare (Cox dan Snell dan Nagelkerke) merupakan upaya untuk

mengukur proporsi variasi dijelaskan dalam variabel dependen. Cox dan

Snell tindakan biasanya <1.0 dan sulit untuk menafsirkan. Berkisar mengukur Nagelkerke ini dari 0 ke 1 dan nilai-nilai biasanya lebih tinggi

dari Cox dan Snell (Yap, et.al 2012:337).

Hasil dari regresi E logit ditentukan dengan cut-off sebesar 50%

(0,5). Jika P lebih besar dari pada 0,5 maka perusahaan dinyatakan

bangkrut, dan apabila P lebih kecil daripada 0,5 maka perusahaan


(64)

C. Penelitian Terdahulu.

Beberapa penelitian untuk memprediksi kegagalan perusahaan

telah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti, diantaranya adalah

sebagai berikut :

No. Peneliti Judul

Penelitian

Variabel Kesimpulan

1. Hazem B . Al-khatib et.al (2011)

Predicting

Financial Distress of Public

Companies Listed in Amman Stock Exchange

Current Ratio, Current liabilities to total fixed assets, Current liabilities to equity, Working capital to equity, Logarithm of total assets, Pre- tax profit to total assets Net profit margin, Book value per share, ROA, ROE, Dividend per share, Retained earnings to total assets, Equity to total assets, Equity to total liabilities, Debt ratio, Debt to equity, Long-term debt ratio to equity Fixed assets to equity, Asset turnover, Sales to equity

Sales to working capital

Receivables Turnover,

Logarithm of asset turnover

Metode yang digunakan Regresi Logistik dan Analisis diskriminan untuk menentukan mana yang lebih tepat untuk menggunakan serta yang dari rasio keuangan yang signifikan secara statistik dalam memprediksi keuangan distress perusahaan Yordania. Selama periode 2007-2011, hasil menunjukkan bahwa kedua regresi logistik dan analisis

diskriminan dapat memprediksi kondisi financial distress, dan Return on Equity (ROE) dan Return on Assets (ROA) adalah yang paling penting dua rasio keuangan, yang

membantu dalam memprediksi


(65)

financial distress perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Amman.

2. Selina &Yunika Murdayanti (2002) Penerapan Logit Model dalam Memprediksi Kebangkrutan pada Perusahaan-perusahaan Non-finansial yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta.

Menggunakan 19 variabel untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan pada 3 periode dari tahun 2000 sampai 2002.

Hasil analisis ini menunjukkan tingkat akurasi sebesar 78,57% dengan tingkat signifikan sebesar 10% tiga rasio terbukti mempengaruhi, yaitu total liabilities/total assets, current assets/total assets, dan kas/kewajiban lancar.

3. Luciana Spica Almilia & Emanuel Kristijadi (2003) Analisis Rasio Keuangan untuk Memprediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Profit Margin, Rasio Likuiditas, Rasio Efisiensi Operasi, Rasio Profitabilitas, Rasio Financial Leverage, Rasio Posisi kas, Rasio Pertumbuhan. Penelitian ini menunjukkan bahwa variabel rasio keuangan yang paling dominan dalam menentukan financial distress suatu perusahaan, yaitu : NI/S, CL/TA, CA/CL, GROWTH NI/ TA.

4. Nur Adiana Hiau Abdullah, et.al (2008)

Predicting

Corporate Failure of Malaysia`s Listed Companies: Comparing Multiple Discriminant Analysis (MDA), Logistic Regression Variabel yang digunakan untuk penelitian ini sebanyak 10 rasio.

Tingkat akurasi model hazard sebesar 94,9% sementara sampel analisis MDA sebesar 85% variabel net income growth yang digunakan dalam metodelogi


(1)

143 Metode Stepwise


(2)

(3)

145 Regresi Logistik


(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Kajian Pengaruh Perumahan (Real Estate) Terhadap Tingkat Pelayanan Jalan Studi Kasus: Perumahan Setiabudi Indah Medan

1 45 10

Kajian Pengaruh Perumahan (Real Estate) Terhadap Tingkat Pelayanan Jalan Studi Kasus: Ruas Jalan Setiabudi Medan

1 24 164

PREDIKSI KEBANGKRUTAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALTMAN Z-SCORE, SPRINGATE DAN ZMIJEWSKI PADA PERUSAHAAN PROPERTY DAN REAL ESTATE YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2011-2013.

0 2 20

Sub sektor property dan real estate

0 0 2

ANALISIS KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN PROPERTY DAN REAL ESTATE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 13

ANALISIS PERBANDINGAN PREDIKSI KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN MULTIVARIATE DISCRIMINANT ANALYSIS DAN REGRESI LOGISTIK PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN BATUBARA PERIODE 2010-2014

0 0 17

Sub Sektor Property dan Real Estate No

0 0 21

ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL SPRINGATE DAN UMUR PERUSAHAAN SEBAGAI VARIABEL PENJELAS (Studi Pada Perusahaan Property and Real Estate Yang Terdaftar di BEI) - Perbanas Institutional Repository

0 0 20

ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL SPRINGATE DAN UMUR PERUSAHAAN SEBAGAI VARIABEL PENJELAS (Studi Pada Perusahaan Property and Real Estate Yang Terdaftar di BEI) - Perbanas Institutional Repository

0 0 14

ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL SPRINGATE DAN UMUR PERUSAHAAN SEBAGAI VARIABEL PENJELAS (Studi Pada Perusahaan Property and Real Estate Yang Terdaftar di BEI) - Perbanas Institutional Repository

0 0 25