Uji Multikolinieritas Uji Autokorelasi

3. Uji Multikolinieritas

Pengujian multikolinearitas dilakukan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas independent. Menganalisis nilai tolerance dan variance inflation factor VIF yang sifatnya saling berlawanan. Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai tolerance 0.10 atau sama dengan nilai VIF 10 Ghozali, 2006. Tabel 4.3 Coefficients a Model Unstandardiz ed Coefficients Standardize d Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Toler ance VIF 1 Constant ,181 ,030 6,094 ,000 Operating Leverage ,022 ,009 ,333 2,474 ,017 ,880 1,13 6 Financial Leverage ,013 ,010 ,174 1,295 ,201 ,888 1,12 6 Compound Leverage -,009 ,005 -,256 -2,014 ,049 ,989 1,01 1 a. Dependent Variable: Risiko Sistematik Sumber : Data diolah Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa nilai tolerance tiap variabel independen lebih besar dari 0.1 yaitu, 0.880, 0.888 dan 0.989. Sedangkan untuk nilai VIF tiap variabel independen kurang dari 10 yaitu 1.136, 1.126 68 dan 1.011. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat masalah multikolinieritas dalam variabel independen pada model regresi.

4. Uji Autokorelasi

Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan periode t-1 sebelumnya. Model regresi yang baik adalah yang bebas dari autokorelasi. Cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi adalah dengan uji Durbin Watson Ghozali, 2006. Tabel 4.4 Model Summary b Mode l R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin- Watson 1 ,431 a ,185 ,138 ,17882645 1,848 a. Predictors: Constant, DCL, DFL, DOL b. Dependent Variable: BETA Sumber: Data diolah Berdasarkan tabel 4.3 dapat diperoleh nilai Durbin-Watson DW sebesar 1.848. Sedangkan berdasarkan tabel Durbin-Watson DW, dengan asumsi α = 5, N sebesar 55 dan K sebesar 3 maka dapat diperoleh nilai DL sebesar 1,4523 dan nilai DU sebesar 1,6815. Dengan demikian nilai DW berada diantara nilai DU dan 4-DU, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak terdapat masalah autokorelasi.

C. Analisis Regresi Linier Berganda

Penelitian ini menggunakan analisis linear berganda untuk mengetahui pengaruh variabel independent yaitu operating leverage, financial leverage dan 69 compound leverage terhadap variabel dependent yaitu risiko sistematik. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 20. Tabel 4.5 Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 Constant ,181 ,030 6,094 ,000 Operating Leverage DOL ,022 ,009 ,333 2,474 ,017 ,880 1,136 Financial Leverage DFL ,013 ,010 ,174 1,295 ,201 ,888 1,126 Compound Leverage DCL -,009 ,005 -,256 -2,014 ,049 ,989 1,011 a. Dependent Variable: Risiko Sistematik BETA Sumber: Data diolah Hasil pengujian persamaan regresi berdasarkan tabel 4.4 dapat dijelaskan sebagai berikut : BETA = 0.181 + 0.022DOL – 0.009DCL Persamaan regresi diatas memiliki arti sebagai berikut ; 1 Nilai Constanta sebesar 0.181. Apabila diasumsikan variabel independen bernilai sebesar 0, maka nilai risiko sistematik Beta akan menjadi sebesar 0.181. 2 Operating leverage X1 memiliki nilai koefisien regresi positif sebesar 0.022. Apabila nilai operating leverage X1 naik satu satuan dan jika 70 diasumsikan nilai variabel independen yang lain constant, maka risiko sistematik Y akan mengalami peningkatan sebesar 0.022. 3 Compound leverage X3 memiliki nilai koefisien regresi negatif sebesar 0.009. apabila nilai compound leverage X3 turun satu satuan dan jika diasumsikan nilai variabel independen yang lain constant, maka risiko sistematik Y akan mengalami penurunan sebesar 0.013.

D. Pengujian Hipotesis dan Interpretasi

1. Uji Secara Parsial Uji t