BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pasar modal merupakan sarana untuk mempertemukan permintaan dan penawaran jangka panjang baik dalam bentuk saham maupun obligasi. Pasar
modal memegang peranan penting dalam perekonomian. Hal ini ditunjukkan oleh fungsinya sebagai lembaga perantara dan pencipta alokasi dana yang
efisien. Sebagai lembaga perantara, pasar modal menghubungkan pihak yang membutuhkan dana dengan pihak yang mempunyai kelebihan dana. Sebagai
pencipta alokasi dana yang efisien, pasar modal menyediakan alternatif investasi yang memberikan return yang paling optimal dan sesuai dengan
tingkat risikonya. Oleh karena itu, disamping diketahui bahwa didalam berinvestasi pada lantai bursa memiliki tingkat risiko yang bervariasi, pasar
modal merupakan tempat penyediaan sumber dana yang sangat dibutuhkan oleh kedua belah pihak sendiri baik itu investor untuk mendapatkan return atau
perusahaan untuk mencari modal Andrianik, 2012. Dapat diketahui penanaman financial asset didalam suatu perusahaan,
pemodal akan dihadapkan pada risiko yang berhubungan dengan tingkat keuntungan yang diharapkan. Hal ini menyebabkan seorang investor sebelum
menanamkan investasi dipasar modal akan mengumpulkan informasi sebanyak mungkin yang nantinya berguna untuk pengambilan keputusannya. Dengan
adanya pasar modal, memungkinkan para investor melakukan diversifikasi investasi dengan membentuk portofolio gabungan dari berbagai investasi
1
sesuai dengan risiko dan expected return tingkat keuntungan yang diharapkan. Informasi yang dikumpulkan bisa berupa kinerja perusahaan
seperti laporan keuangan perusahaan ataupun faktor makro yang mempengaruhi perusahaan tersebut Prakosa, 2012.
Risiko adalah faktor yang dipertimbangkan dalam investasi. Risiko merupakan penyebab terjadinya penyimpangan atas keuntungan yang
diharapkan. Sehingga membuat perusahaan menjadi tidak efisien dalam operasi produksinya. Hal ini memaksa perusahaan tesebut menggunakan hutang yang
tinggi. Oleh sebab itu, investor perlu melihat besarnya risiko yang akan ditanggungnya dalam investasi. Kondisi ekonomi makro, kegiatan ekspor
impor, hubungan perekonomian antar negara dan hubungan antar pasar modal dapat mempengaruhi harga saham dan return saham Maulidia, 2012.
Risiko dalam investasi saham dapat digolongkan menjadi 2 komponen yaitu risiko sistematik dan risiko tidak sistematik. Risiko sistematik adalah
risiko yang memengaruhi semua atau banyak perusahaan. Risiko sistematik merupakan risiko yang tetap ada setelah diversifikasi yang luas sekali.
Sedangkan risiko tidak sistematik adalah merupakan risiko yang mempengaruhi satu atau kelompok kecil perusahaan. Risiko tidak sistematik
merupakan risiko yang dapat dihilangkan melalui divesifikasi dalam portofolio. Risiko sistematik bersifat tidak dapat didiversifikasikan sehingga didalam
penelitian ini akan berkonsentrasi pada risiko sistematik karena risiko tidak sistematik cenderung bisa dihindari.
2
Risiko saham dapat diukur dengan beta β. Risiko pasar market risk
dapat diukur dengan beta yang dihitung dari fluktuasi return saham dan return pasar. Walaupun risiko sistematik ini tidak bisa dihindari, tetapi besarnya
dampak terhadap tiap perusahaan berbeda-beda. Oleh karena itu seorang investor harus mampu untuk menganalisis risiko dari masing-masing
perusahaan cenderung terhadap risiko pasar. Penggunaan beta saham belum ideal di Indonesia. Dikarenakan, pasar
saham Indonesia belum efisien. Data atau informasi yang beredar masih berputar di kalangan tertentu. Analisa beta pun tidak 100 akurat. dalam
kondisi pasar bullish, investor jangan memilih saham-saham dengan beta di atas 1,0 hingga 2,0. Sebab, saat pasar bullish, risiko juga tinggi. Saham-
saham dengan beta 1,0 atau di bawahnya, lebih layak koleksi karena risiko lebih rendah. indikator beta saham dapat digunakan menyusun strategi
investasi. Saat kondisi pasar bearish, investor bisa mengalihkan pilihan saham yang memiliki beta kurang dari 1, sehingga risiko kerugian bisa
diperkecil. investor yang menggunakan beta saham sebagai acuan, harus memperhatikan dua hal yakni tren pasar dan ekonomi makro. Kalau pasar
bullish dan kondisi makro bagus, disarankan investor masuk ke saham dengan beta tinggi mobile.kontan.co.id, 2013. Selain itu, analisa beta
saham juga disertai pertimbangan alat analisa fundamental. Menurut Ahmad Rodoni dan Herni Ali 2010 risiko bisnis timbul karena beberapa hal
fundamental yaitu, cyclicity of revenue, operating leverage dan financial leverage.
3
Seorang investor didalam mengantisipasi risiko pasar dapat juga menganalisis risiko pasar dengan melihat dari faktor internal perusahaan yaitu
dari financial leverage yang dapat diukur dengan menggunakan degree of financial leverage dan operating leverage yang dapat diukur oleh degree of
operating leverage serta compound leverage yang dapat diukur dengan degree of compound leverage. Perkembangan fluktuasi yang terjadi pada return saham
terhadap return pasar fenomena gap yang diwakili dengan variabel beta
saham dapat digambarkan sebagai berikut: Tabel 1.1
Data Empiris Rata - Rata Beta Perusahaan Indeks JII periode 2010 – 2014
Tahun Rata – Rata Beta
Perusahaan
2010 0,368952064
2011 0,318904421
2012 0,188150057
2013 0,077863965
2014 0,117474767
Sumber : finance.yahoo.com dan www.duniainvestasi.com data diolah Tabel 1.1 diatas merupakan sampel dari perusahaan yang terdaftar di
Jakarta Islamic Index JII. Dari sampel yang digunakan ditemukan fakta dalam rentang waktu 2010 sampai 2014 terdapat fluktuasi nilai rata – rata beta
yang beragam. Terjadi pergerakan rata-rata beta yang sangat ekstrem setiap tahun. Diawali pada tahun 2010 dengan rata-rata beta sebesar 0,368952064.
Terjadi penurunan yang tidak terlalu ekstrem pada tahun 2011 sebesar
4
0,318904421. Pada tahun 2012 dan 2013 terjadi penurunan yang sangat ekstrem nilai rata-rata beta saham yang masing-masing sebesar 0,188150057
dan 0,077863965. Namun kembali naik pada tahun 2014 sebesar 0,117474767. Dari tabel diatas yang selengkannya dapat dilihat di lampiran, dapat
disimpulkan bahwa terjadi fluktuasi perubahan yang berbeda-beda yaitu, perbedaan dalam tingkat keekstreman, perbedaan dalam tingkat fluktuasi dan
perbedaan pergerakan antar tahun. Dikarenakan terjadi perubahan yang sangat berbeda baik antar perusahaan
maupun antar tahun, maka hal tersebut perlu diteliti sehingga memerlukan penelitian lebih lanjut.
Beberapa penelitian terdahulu telah meneliti tentang pengaruh antara leverage terhadap risiko sistematik beta saham. Payman dan Ehsan 2013
melakukan penelitian pengaruh rasio leverage terhadap risiko sistematik beta saham dengan metode capital asset pricing model. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yan signifikan antara variabel terkait. Namun, terdapat fenomena-fenomena yang tidak terduga didunia nyata.
Sehingga, variabel terkait bisa digunakan untuk diselidiki lebih lanjut. Anindita Syifa Maulidia 2012, melakuan penelitian pengaruh operating
leverage, financial leverage dan cyclicality terhadap beta saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2010 dan 2011. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa variabel operating leverage, financial leverage, dan cyclicality secara simultan berpengaruh terhadap risiko sistematik, tetapi
secara parsial hanya variabel operating leverage dan cyclicality yang
5
berpengaruh signifikan terhadap risiko sistematik secara positif. Dodie et al 2002, melakukan penelitian analisis risiko sistematik saham di Bursa Efek
Jakarta. Hasil penelitian memberikan bukti bahwa adanya pengaruh signifikan antara financial leverage terhadap risiko sistematik saham.
Berdasarkan fakta empiris fenomena gap yang terjadi yang ditunjukkan pada tabel 1.1, dan juga pemaparan penelitian terdahulu yang dijelaskan diatas,
peneliti ingin mengetahui pengaruh rasio leverage operating leverage, financial leverage, dan compound leverage terhadap risiko sistematik pada
perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index JII. periode 2010-2014. Rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah DOL, DFL dan DCL yang
mewakili leverage. Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang
berjudul : “PENGARUH OPERATING LEVERAGE, FINANCIAL LEVERAGE, COMPOUND LEVERAGE
TERHADAP RISIKO SISTEMATIK”
Studi Empiris Pada Perusahaan yang Tercatat dalam Jakarta Islamic Index JII di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2010-2014.
B. Perumusan Masalah