Peran Sektor Pertanian dalam Pembangunan

Kuznet dalam Jhingan 1999 mendefinisikan pertumbuhan ekonomi dipandang sebagai kenaikan jangka panjang dari kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barang ekonomi kepada penduduk dan kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi dan penyesuai kelembagaan serta ideologis yang diperlukan. Adapun ciri yang menandai pertumbuhan ekonomi dapat dikemukakan sebagai berikut: 1 laju pertumbuhan penduduk dan produk perkapita, 2 peningkatan produktivitas, 3 laju pertumbuhan struktural yang tinggi, 4 urbanisasi, 5 ekspansi negara maju, dan 6 arus modal dan orang antar bangsa atau wilayah. Ciri-ciri pertumbuhan ekonomi modern sebagaimana tersebut di atas adalah saling mengait, semuanya terjalin dalam urusan sebab akibat. Sukirno 1994 menyebutkan bahwa tingkat kegiatan ekonomi suatu perekonomian sangat tergantung pada faktor-faktor produksi yang digunakan, yakni: 1 jumlah barang-barang modal yang tersedia dan digunakan dalam perekonomian, 2 jumlah dan kualitas tenaga kerja yang tersedia dalam perekonomian, 3 jumlah dan jenis kekayan alam yang digunakan, dan 4 tingkat ekonomi. Jhingan 1999 menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh dua macam faktor, yaitu: 1 faktor ekonomi, yang meliputi sumberdaya alam, akumulasi modal, organisasikelembagaan, kemajuan teknologi, pembagian kerja serta skala produksi, dan 2 faktor non ekonomi, yang meliputi faktor sosial, faktor manusia, faktor politik dan administratif.

2.2. Peran Sektor Pertanian dalam Pembangunan

Hampir sebahagian besar negara berkembang, pertanian dalam arti luas meliputi pertanian tanaman pangan, perkebunan, perikanan, peternakan dan kehutanan, merupakan sektor utama dalam pembangunan ekonomi sedangkan sektor lainnya hanya memberikan sumbangan yang relatif kecil terhadap peningkatan produksi, pendapatan dan kesempatan kerja. Hal ini disebabkan sektor pertanian sangat esensial kotribusinya kepada sektor lain dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi Jhingan 1994, menjelaskan bahwa peranan sektor pertanian pada pembangunan ekonomi dalam hal: 1 meningkatkan ketersediaan pangan atau surplus pangan bagi konsumsi domestik, 2 melepaskan kelebihan tenaga kerja kerjanya ke sektor industri, 3 merupakan pasar bagi produk industri, 4 meningkatkan tabungan dalam negeri, 5 meningkatkan perdagangan sumber devisa, dan 6 memperbaiki kesejahteraan rakyat pedesaan. Johnston dan Mellor dalam Daryanto 2002 juga mengindentifikasikan lima kontribusi sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi. Pertama, sektor pertanian menghasilkan pangan dan bahan baku untuk sektor industri dan jasa. Jika peningkatan pangan dapat dipenuhi secara domestik, peningkatan suplai pangan ini dapat mendorong penurunan laju inflasi dan tingkat upah tenaga kerja, yang pada akhirnya diyakini dapat lebih memacu pertumbuhan ekonomi. Peningkatan kebutuhan pangan yang berasal dari sumber-sumber domestik dapat menghemat devisa yang langka. Disamping itu, banyak sektor industri di negara berkembang yang kelangsungan hidupnya sangat tergantung kepada suplai bahan baku yang berasal dari sektor pertanian. Kedua, sektor pertanian dapat menghasilkan atau menghemat devisa dari ekspor atau produk substitusi. Perolehan devisa dari ekspor pertanian dapat juga membantu negara berkembang untuk membayar kebutuhan impor barang-barang capital dan teknologi untuk memodernisasi dan memperluas sektor non-pertanian. Melalui kontribusi ini, pembangunan sektor pertanian dapat memfasilitasi proses struktural transformasi. Ketiga, sektor pertanian merupakan pasar yang potensial bagi produk- produk sektor industri. Sektor pertanian yang tumbuh dan berkembang sehat dapat menstimulasi permintaan terhadap produk-produk yang dihasilkan oleh sektor industri. Dalam hal ini, sektor pertanian menawarkan potensi konsumsi atau permintaan yang besar terhadap produk-produk sektor industri dan juga input- input pertanian yang dihasilkan oleh industri, seperti pupuk, pestisida dan peralatan pertanian. Keempat, transfer surplus tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri merupakan salah satu sumber pertumbuhan ekonomi. Perekonomian yang tumbuh dengan cepat dapat menstimulasi terjadinya perpindahan tenaga kerja dalam jumlah yang cukup besar dan kontinyu dari sektor pertanian ke sektor industri yang umumya berlokasi di daerah perkotaan. Akhirnya, sektor pertanian pertanian dapat menyediakan modal bagi sektor-sektor lain a net outflow of capital for investment in other sector . Bagi negara-negara yang ingin mengindustrialisasikan perekonomiannya, sektor pertanian dapat berfungsi sebagai sumber utama modal investasi. Oleh karena itu industrialisasi yang berhasil memerlukan dukungan yang kuat dari surplus yang dihasilkan pertanian. Dalam Daryanto 2002 menunjukkan banyak bukti empiris yang mendukung pentingnya keterkaitan yang kuat antara sektor pertanian dan keseluruhan pertumbuhan ekonomi. Sebagai misal, World Bank 1982 memperlihatkan korelasi yang positif yang kuat antara pertumbuhan pertanian dan sektor industri. Buatista 1991 juga memperlihatkan adanya keterkaitan yang kuat antara pertumbuhan sektor pertanian dan sektor-sektor lainnya. Ia memperkirakan elastisitas keterkaitan pertumbuhan antara sektor pertanian dan sektor lainnya sebesar 1.3 untuk periode 1961-1984 dan 1.4 untuk periode 1973- 1984. Hal ini berarti pertumbuhan 1 persen nilai tambah sektor pertanian akan menciptakan pertambahan nilai tambah di sektor non pertanian sebesar 1.3 dan 1.4 persen untuk masing-masing periode studi yang yang disebutkan. Data terakhir dari Internasional Food Policy Research Instute IFPRI yang diolah dari 42 negara menunjukan bahwa peningkatan produksi pertanian senilai US 1 menghasilkan peningkatan pertumbuhan kegiatan ekonomi senilai US 2.32 Clement 1999. Studi ini juga menunjukan apabila sektor pertanian tidak produktif, pertumbuhan secara keseluruhan pada suatu negara akan menurun Daryanto 1995 menemukan efek keterkaitan konsumsi yang diinduksi oleh sektor pertanian menunjukan pengaruh yang lebih besar dibandingkan efek keterkaitan produksi terhadap pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Selanjutnya Syafa’at dan Mardiato 2002 menemukan bahwa sesungguhnya sektor pertanian mempunyai kontribusi yang tinggi dalam pembentukan output nasional. Dilihat dari dua kenyataan tersebut diatas dapat diketahui sektor pertanian Indonesia mempunyai potensi yang besar dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Yodhoyono 2004 menemukan pengeluaran pembangunan yang dicurahkan pemerintah terhadap sektor pertanian memiliki pengaruh terhadap output pertanian yang relatif tinggi. Berbeda dengan dampak pengeluaran pembangunan terhadap output pertanian, pada sektor industri efek yang negatif pada output insdustri. Oleh sebab itu pengeluaran pemerintah untuk sektor pertanian perlu ditingkatkan. 2.3. Otonomi Daerah dan Trasfer Keuangan Pusat ke Daerah 2.3.1. Otonomi Daerah