5.4.4. Ekspor dan Impor Provinsi Riau
Sistem perekonomian Provinsi Riau membuka peluang untuk melakukan perdagangan luar negeri melalui kegiatan ekspor-impor yang tentunya
akan memberi dampak positif dan semakin meningkatkan roda perekonomian secara keseluruhan di Provinsi Riau. Ekspor Provinsi Riau pada periode 1998-
2002 memiliki kecenderungan yang meningkat yaitu tahun 1998 nilai ekspornya mencapai US 7,17 milyar dan pada tahun 2002 meningkat menjadi US. 9,30
milyar. Dari komposisi ekspor kelihatan peranan ekspor non migas terus meningkat yaitu pada tahun 1998 sebesar US 4,81 milyar naik menjadi US 6,35
milyar pada tahun 2002. Sedangkan ekspor migas menunjukkan terjadinya penurunan yang hal ini disebabkan oleh makin turunnya produksi migas Provinsi
Riau. Sementara impor Provinsi Riau pada periode yang sama tampak cenderung menurun, yakni di tahun 1998 US 1,03 milyar kemudian turun menjadi US
0,90 milyar pada tahun 2002. Turunnya nilai impor sedangkan ekspor Provinsi Riau terus meningkat tentu akan berdampak makin naik nilai surplus neraca
perdagangan Provinsi Riau. Untuk lebih jelas lihat Tabel 13. Tabel 13. Ekspor-Impor Riau Tahun 1998-2002
Milyar US No. Rincian
1998 1999 2000 2001 2002 1 Ekspor:
17.17 8.81
11.01 8.97
9.30 a.
Migas 2.36 3.03 4.02 3.52 2.95
b. Non
Migas 4.81
5.78 6.99
5.45 6.35 2 Impor:
1.03 1.28
1.82 1.09
0.90 a.
Migas 0.10 0.08 0.05 0.16 0.31
b. Non
Migas 0.93
1.20 1.77
0.93 0.59
3 Surplusdefisit: 6.14
7.53 9.19
7.88 8.40
a. Migas
2.26 2.95 3.97 3.36 2.64 b.
Non Migas
3.88 4.58
5.22 4.52
5.76 Sumber: BPS Provinsi Riau, Tahun 2002
5.4.5. Investasi di Provinsi Riau
Investasi di Provinsi Riau memegang peranan penting pada pertumbuhan ekonomi Riau. Pada Periode 1998-2002 nilai investasi dalam negeri
menunjukkan terjadinya penurunan investasi yang ditanamkan di Provinsi Riau. Hal ini terlihat pada tahun 1998 nilai investasi PMDN sebesar Rp 4991737.03
juta dan turun pada tahun 2002 menjadi sebesar Rp 2799092.00 juta . Penurunan terbesar terjadi pada tahun 2001 yang merupakan awal diimplementasikanya
otonomi daerah. Terjadinya penurunan investasi pada tahun 2001 menunjukkan Pemerintah provinsi Riau belum bisa memamfaatkan meningkatnya wewenang
yang dimiliki pada era otonomi daerah. Untuk lebih jelas lihat Tabel 14. Tabel 14. Nilai Investasi PMDN dan PMA di Provinsi Riau Tahun 1998-2002
Nilai Investasi PMDN
juta rupiah PMA
ribu US 1998
1999 2000
2001 2002
4991737.03 9788092.88
8454421.39 5740533.00
2799092.00 1378.93
5145.33 689.66
1984179.00 1395558.00
Sumber: BPS Provinsi Riau, Tahun 2002 Nilai investasi luar negeri menunjukkan hal sebaliknya, pada periode
1998-2002 terjadi peningkatan investasi luar negeri. Hal ini terlihat nilai investasi PMA pada tahun 1998 sebesar US 1378.93 ribu dan naik sangat signifikan pada
tahun 2002 menjadi US 1395558.00 ribu. Peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2001 hal ini menunjukkan provinsi Riau mampu memamfaatkan era
otonomi daerah untuk menarik pemodal asing untuk menanamkan modalnya di Provinsi Riau.
VI. OTONOMI DAERAH DAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT
6.1. Otonomi Daerah
Era otonomi daerah yang dimulai dengan dikeluarkannya UU No. 25 Tahun 1999 dan direvisi dengan UU N0. 32 Tahun 2004, mengakibatkan
terjadinya perubahan-perubahan berbagai aspek sesudah otonomi daerah di Provinsi Riau meliputi: 1 kegiatan dan program pembangunan daerah, dan 2
Keuangan daerah.
6.1.1. Kegiatan dan Program Pembangunan Daerah
Kegiatan pemerintah daerah tercermin dalam APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. APBD merupakan dokumen Perda Peraturan
Daerah yang berisi kegiatan yang akan dilaksanakan oleh pemerintah daerah selama tahun yang bersangkutan, beserta jumlah dan sumber-sumber dana. Setiap
tahun pihak eksekutif menyusun RAPBD Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah untuk dibahas dan syahkan bersama dengan pihak legislatif
sebagai APBD yang menjadi pedoman dalam pelaksanaan kegiatan pemerintah daerah.
6.1.1.1. Mekanisme Pelaksanaan Pembangunan Daerah
Kegiatan pembangunan dilaksanakan oleh pemerintah daerah sebagai pelaksana dan DPRD sebagai pengawas. Pemerintah daerah melaksanakan
kegiatan pembangunan yang rencana kegiatannya sudah disetujui oleh DPRD dan dituangkan dalam bentuk Perda Peraturan daerah. Perda yang menyangkut
rencana pembangunan meliputi 1. Perda Properda Program Pembangunan Daerah.
2. Perda APBD. Selain Properda dalam rangka perencanaan pembangunan daerah masih
terdapat Renstra Rencana Strategis daerah, sedangkan APBD adalah rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah setiap tahun. Dengan demikian dalam
pembangunan daerah terdapat rencanan pembangunan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Rencana pembangunan jangka pendek terdapat
dalam APBD berupa program dan proyek untuk tahun yang bersangkutan.