7.3.1. Dampak Simulasi Kebijakan pada Output, Pendapatan Rumah Tangga dan Tenaga Kerja
Dampak ekonomi yang akan dilihat dari simulasi kebijakan berupa dampak output, pendapatan, dan tenaga kerja akibat investasi pemerintah pada
konsumsi akhir berupa investasi pemerintah pada input antara. Dari dampak ini akan dilihat pengembangan perkebunan kelapa sawit dalam era otonomi daerah.
Sehingga dapat diketahui kemampuan sektor perkebunan dengan menggunakan analisis input output.
Pada Tabel 28 dapat dilihat dampak kebijakan pembangunan kebun kelapa sawit berdampak pada peningkatan output pada perekonomian sebesar
Rp191498.25 juta. Dari total dampak output dalam perekonomian, output perkebunan kelapa sawit meningkatkan sebesar Rp 18373.83 juta atau 9.59
persen dari keseluruhan dampak output yang ditimbulkan oleh kebijakan ini. Sedang peningkatan output untuk sektor lainnya sebesar Rp 173124.42 juta atau
90.41 persen dari total dampak kebijakan pembangunan perkebunan kelapa sawit. Dari hasil itu dapat diketahui pembangunan kebun kelapa sawit pada era otonomi
daerah berdampak besar pada peningkatan output sektor lain dibandingkan perkebunan kelapa sawit itu sendiri.
Tabel 28. Dampak Kebijakan Pembangunan Kebun Kelapa Sawit Terhadap Output, Pendapatan Rumah Tangga dan Tenaga Kerja
Dampak Output Dampak
Pendapatan RT Dampak Tenaga
Kerja Uraian
Nilai Juta Rp
Kontribusi Nilai
Juta Rp Kontribusi
Nilai Orang
Kontribusi Dampak pada
Perkebunan kelapa sawit
18373.83 9.59 3232.85
17.32 8144
78.19 Dampak pada
sektor lainnya 173124.42
90.41 15432.07 82.68
2271 21.81
Dampak pada perekonomian Riau
191498.25 100.00 18664.92
100.00 10415
100.00
Berdasarkan Tabel yang sama dampak peningkatan pendapatan rumah tangga pada perekonomian Riau sebagai dampak dari kebijakan ini sebesar Rp
18664.92 juta. Sedangkan untuk peningkatan pendapatan untuk rumah tangga perkebunan kelapa sawit sebesar Rp 3232.85 juta atau 17.32 persen dari total
dampak. Untuk sektor lainnya memperoleh dampak pada peningkatan pendapatan
rumah tangga sektor lain sebesar Rp 15432.07 juta atau 82.68 persen dari total dampak. Dari hasil kebijakan pembangunan kebun kelapa sawit untuk pada era
otonomi daerah berdampak besar pada peningkatan pendapatan rumah tangga sektor lain dibandingkan perkebunan kelapa sawit sendiri.
Pada Tabel 28 dampak kebijakan pembangunan perkebunan kelapa sawit berdampak pada peningkatan penyerapan tenaga kerja dalam perekonomian
sebesar 10415 orang. Dari dampak penyerapatan tenaga kerja dalam perekonomian, perkebunan kelapa sawit menyerap tenaga kerja 8144 orang atau
78.19 persen dari total dampak. Sektor lainnya memperoleh dampak sebesar 2271 orang atau 21.81 persen dari total dampak. Dari hasil kebijakan itu dapat
diketahui pembangunan perkebunan kelapa sawit pada era otonomi daerah berdampak besar pada peningkatan penyerapan tenaga kerja pada perkebunan
kelapa sawit. Pada Tabel 29 dampak kebijakan rehabilitasi perkebunan kelapa sawit
mampu peningkatan output pada perekonomian sebesar Rp 256183.78 juta. Kebijakan ini berdampak pada meningkatkan outputnya perkebunan kelapa sawit
sebesar Rp 41192.72 juta atau 16.08 persen dari keseluruhan dampak output yang ditimbulkan oleh kebijakan ini. Sedang peningkatan output untuk sektor lainnya
sebesar Rp 214991.06 juta atau 83.92 persen dari total dampak kebijakan rehabilitasi perkebunan. Dari hasil ini dapat diketahui sektor perkebunan
memperoleh dampak yang kecil dalam meningkatkan output dibandingkan dengan sektor lainnya dalam perekonomian Riau akibat kebijakan rehabilitasi perkebunan
kelapa sawit pada era otonomi daerah. Sedangkan untuk peningkatan pendapatan rumah tangga pada
perekonomian Riau, kebijakan rehabilitasi perkebunan kelapa sawit mampu meningkatkan pendapatan rumah tangga dalam perekonomian Riau sebesar Rp
18674.84 juta. Dari total dampak peningkatan pendapatan rumah tangga dalam perekonomian, pendapatan rumah tangga perkebunan kelapa sawit meningkat
sebesar Rp 7247.81 juta atau 38.81 persen dari total dampak. Sedangkan untuk sektor lainnya memperoleh dampak pada peningkatan pendapatan rumah tangga
sektor lain sebesar Rp 11427.03 juta atau 61.19 persen dari total dampak. Dari hasil kebijakan ini sektor-sektor selain perkebunan kelapa sawit memperoleh
dampak peningkatan pendapatan rumah tangga yang besar dari pada perkebunan kelapa sawit..
Tabel 29. Dampak Kebijakan rehabilitasi Perkebunan Kelapa Sawit Terhadap Output, Pendapatan Rumah Tangga dan Tenaga Kerja
Dampak Output Dampak
Pendapatan RT Dampak Tenaga
Kerja Uraian
Nilai Juta Rp
Kontribusi Nilai
Juta Rp Kontribusi
Nilai orang
Kontribusi Dampak simulasi 2
pada sektor perkebunan
41192.72 16.08
7247.81 38.81 18259
91.81 Dampak simulasi 2
pada sektor lainnya 214991.06
83.92 11427.03 61.19 1628
8.18 Dampak simulasi 2
pada perekonomian Riau
256183.78 100.00 18674.84 100.00
19887 100.00
Pada Tabel 29 dampak kebijakan rehabilitasi perkebunan kelapa sawit berdampak pada peningkatan penyerapan tenaga kerja dalam perekonomian
sebesar 19887 orang. Kebijakan ini berdampak pada peningkatan penyerapan tenaga kerja pada perkebunan kelapa sawit sebesar 18259 orang atau 91.81
persen dari total dampak
.
Sektor lainnya memperoleh dampak sebesar 1628 orang atau 8.18 persen dari total dampak. Dari hasil dampak kebijakan rehabilitasi
perkebunan kelapa sawit pada era otonomi daerah berdampak besar pada peningkatan penyerapan tenaga kerja perkebunan kelapa sawit dibandingkan
sektor lain Dari kedua simulasi pengembangan perkebunan kelapa sawit pada era
otonomi daerah memperlihatkan dampak dari kebijakan tersebut mampu meningkatkan output dan pendapatan pada sektor lain lebih besar dibandingkan
untuk perkebunan kelapa sawit itu sendiri. Hal ini menunjukkan kebijakan pengembangan perkebunan tidak hanya berdampak pada sektor perkebunan
kelapa sawit itu sendiri tetapi berdampak pada hampir seluruh sektor yang ada dalam perekonomian Riau..
Apabila dibandingkan kedua simulasi tersebut memperlihatkan simulasi 2 mempunyai kinerja yang lebih baik dari simulasi 1. Sehingga simulasi 2 bisa
dijadikan prioritas utama dalam pengembangan perkebunan kelapa sawit dalam era otonomi daerah. Dilihat dari kedua simulasi tersebut secara umum dapat
diketahui kebijakan simulasi 1 dan simulasi 2 mempunyai kemampuan kecil dalam kontribusinya dalam meningkat output, pendapatan rumah tangga, dan
penyerapatan tenaga kerja. Hasil studi ini sama dengan studi yang dilakukan oleh Yudhoyono 2004 dan Drajat 2003 yang melakukan studi dengan menggunakan
metode ekonometrika. Studi yang dilakukan oleh Heriawan 2004 dengan menggunakan analisis input output dan SAM yang melihat dampak APBN
terhadap sektor pariwisata juga menunjukan hal yang sama.
7.3.2. Dampak Simulasi Kebijakan pada Distribusi Pendapatan Rumah