Perkebunan kelapa sawit mempunyai nilai rata-rata efek penyebaran ke depan yang rendah sehingga tidak mempunyai efek yang besar terhadap
pembangunan sektor lainnya sehingga sektor ini bukan sektor kunci berdasarkan kriteria ini. Nilai efek penyebaran ke depan perkebunan ini sebesar 1.202, dan
menempati rangking 35. Dari nilai itu menunjukkan perkebunan kelapa sawit tidak dapat diprioritaskan untuk berinvesatasi pada era otonomi daerah untuk
meningkatkan output dalam perekonomian. Dari analisis keterkaitan dan penyebaran dapat ditentukan sektor-sektor
kunci dalam perekonomian Riau berdasarkan dua kriteria Rasmunsen s. Berdasarkan kriteria tersebut sektor-sektor yang dikategorikan sebagai sektor
kunci adalah: sektor industri kimia, sektor industri logam dan barang dari logam, sektor industri barang dari besi dan baja, sektor industri mesin dan peralatan
listrik, sektor gas dan air bersih, dan sektor angkutan dan komunikasi. Dari keenam sektor tersebut tidak terdapat perkebunan kelapa sawit sehingga sektor
perkebunan ini bukan merupakan sektor kunci dalam pembangunan ekonomi Riau. Hal ini menunjukkan perkebunan kelapa sawit tidak dapat diprioritaskan
untuk berinvestasi pada perkebunan ini untuk meningkatkan output dalam era otonomi daerah.
Hasil analisis keterkaitan dan penyebaran yang dihasilkan oleh studi ini sama hasilnya dengan studi yang dilakukan Daryanto 1992 yang melakukan
studi dengan agregasi nasional menemukan sektor pertanian dan termasuk sektor perkebunan bukan merupakan sektor kunci dalam perekonomian nasional. Hal
yang sama juga dihasilkan dari studi Rachmat 1993 dan Mangkuprawira 2000 yang melakukan studi dengan agregasi provinsi dan kabupaten menemukan hasil
sama dari studi yang dilakukan dalam penelitian ini.
7.2.2. Pengganda Perkebunan Kelapa Sawit
Analisis pengganda bertujuan untuk melihat dampak perubahan permintaan akhir suatu sektor ekonomi terhadap semua sektor yang ada tiap satu
satuan perubahan jenis pengganda multiplier. Pengganda yang ingin diketahui merupakan total dari efek awal initial effect, efek putaran pertama first round
effect , efek dukungan industri industrial support effect dan efek induksi
konsumsi. Dari analisis penganda ini akan diketahui peranan dari masing-masing sektor dalam perekonomian
Hasil analisis pengganda multiplier output pada Tabel 25 memperlihatkan ada tiga sektor yang mempunyai nilai pengganda tertinggi yaitu
sektor industri logam dan barang dari logam sebesar 3.140, sektor pemerintahan umum sebesar 3.038, dan sektor industri elektronika dan komputer sebesar 2.797.
Sebagai contoh, nilai pengganda sektor industri logam dan barang dari logam sebesar 3.140 menunjukkan apabila terjadi peningkatan permintaan akhir pada
sektor industri logam dan barang dari logam sebesar satu satuan maka output dalam perekonomian akan naik sebesar 3.140 satuan. Ketiga sektor diatas
merupakan pilihan untuk berinvestasi untuk meningkatkan output dalam era otonomi daerah
Perkebunan kelapa sawit mempunyai nilai pengganda 1.761 dan menempati rangking 17 dari 42 sektor yang ada dalam perekonomian Riau. Nilai
pengganda perkebunan kelapa sawit sebesar 1.761 menunjukkan apabila terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar satu satuan pada sektor perkebunan ini
maka output pada perekonomian akan meningkat sebesar 1.761 satuan. Nilai ini juga menunjukkan apabila dalam era otonomi daerah Pemerintah Daerah Riau
berivestasi sebesar 1 milyar pada perkebunan kelapa sawit maka akan berdampak pada meningkatnya output dalam perekonomian sebesar 1.761 milyar. Dampak
yang ditimbulkan apabila berinvestasi pada perkebunan kelapa sawit masih rendah apabila dibandingkan dengan berinvestasi sektor lain dalam perkonomian Riau.
Hal itu menunjukkan investasi pada perkebunan kelapa sawit belum bisa diprioritas era otonomi daerah untuk meningkatkan output dalam perekonomian.
Untuk analisis pengganda pendapatan rumah tangga pada tabel sama diperoleh tiga sektor yang mempunyai pengganda pendapatan rumah tangga
terbesar yaitu sektor pemerintah umum sebesar 0.803, sektor karet sebesar 0.467, dan sektor kelapa sebesar 0.445. Sebagai contoh, nilai pengganda pendapatan
rumah tangga sektor pemerintah umum sebesar 0.803 menunjukan apabila terjadi peningkatan permintaan akhir pada sektor pemerintahan umum sebesar satu
satuan akan berdampak pada peningkatan pendapatan rumah tangga dalam perekonomian Riau sebesar 0.803 satuan.
Tabel 25. Pengganda Output, Pendapatan Rumah Tangga, dan Tenaga Kerja Sektor-Sektor Perekonomian Riau
Total Pengganda Output
Pendapatan Tenaga kerja
No Sektor
Nilai Rank Nilai Rank
Nilai Rank 1
Padi dan
Jagung 1.647
24 0.181
18 0.126
9 2 Umbi-Umbian
1.339 39
0.124 27
0.127 8
3 Kacang-kacangan 1.412
35 0.129
26 0.133
7 4
Tanaman Makanan
Lainya 1.359
36 0.151
23 0.148
5 5 Karet
2.022 11
0.467 2
0.190 2
6 Kelapa 1.996
12 0.445
3 0.183
3 7 Kelapa
Sawit 1.761
17 0.252
11 0.194
1 8
Kopi dan
Cengkeh 1.759
18 0.232
12 0.159
4 9
Hasil Perkebunan
lainnya 1.792
16 0.300
6 0.142
6 10 Ternak dan Hasil-hasilnya
1.431 34
0.149 24
0.027 27
11 Unggas dan Hasil-hasilnya 1.532
29 0.089
35 0.030
23 12 Kayu
1.743 20
0.212 14
0.082 10
13 Hasil Hutan Lainnya 1.342
38 0.122
28 0.014
33 14 Ikan Laut dan
hasil Laut lainnya
1.475 30
0.110 31
0.033 22
15 Ikan darat
dan Hasil-hasilnya
1.453 31
0.117 29
0.042 17
16 Pertambangan Minyak
dan Gas
1.176 41
0.047 41
0.003 42
17 Barang Tambang dan Galian lainnya
1.543 27
0.258 10
0.026 28
18 Ind. Makanan Minuman dan Tembakau
1.536 28
0.092 33
0.025 29
19 Ind. Tekstil
dan Pakaian
Jadi 1.569
25 0.100
32 0.015
32 20 Ind.
Kehutanan 2.134
10 0.171
20 0.039
19 21 Ind. Bubur Kertas
1.557 26
0.088 36
0.014 34
22 Ind. Barang
CetakanPenerbitan 1.443
32 0.078
37 0.010
37 23 Ind.
Kimia 1.758
19 0.075
38 0.012
36 24 Ind. Hasil Kilang Minyak dan Gas
1.684 23
0.090 34
0.005 41
25 Ind. Karet
1.717 21
0.131 25
0.037 20
26 Ind. Barang-Barang Plastik 1.435
33 0.052
40 0.006
39 27 Ind. Barang dari Bahan Bukan
Logam 1.309
40 0.066
39 0.010
38 28 Ind. Logam dan Barang dari Logam 3.140
1 0.188
17 0.034
21 29 Ind.
Barang dari
Besi dan
Baja 2.623
6 0.160
22 0.023
30 30 Ind.
Mesin dan
Peralatan Listrik
2.679 5
0.168 21
0.021 31
31 Ind. Elektronika
dan Komputer
2.797 3
0.201 15
0.047 14
32 Ind. Kendaraan Bermotor 2.243
8 0.216
13 0.029
24 33 Barang-barang
Industri Lainnya
1.066 42
0.013 42
0.006 40
34 Listrik, Gas dan Air Bersih 2.614
7 0.272
9 0.028
26 35 Bangunan
2.696 4
0.361 4
0.054 13
36 Perdangangan 1.814
15 0.285
7 0.064
12 37 Restoran dan Hotel
2.191 9
0.285 8
0.041 18
38 Angkutan dan Komunikasi 1.992
13 0.197
16 0.045
16 39 Bank dan Lembanga Keuangangan 1.850
14 0.302
5 0.047
15 40 Jasa Perusahaan dan Sewa
bangunan 1.700
22 0.172
19 0.013
35 41 Pemerintahan
Umum 3.038
2 0.803
1 0.072
11 42 Jasa-jasa
lainnya 1.356
37 0.116
30 0.029
25
Untuk perkebunan kelapa sawit mempunyai nilai pengganda pendapatan rumah sebesar 0.252 dan menempati rangking 11. Nilai pengganda pendapatan
rumah tangga sebesar 0.252 pada sektor kelapa sawit menunjukan apabila terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar satu satuan pada sektor kelapa sawit maka
akan berdampak pada peningkatan pendapatan dalam perekonomian sebesar 0.252 satuan. Hal ini sama apabila dalam era otonomi Pemerintah Daerah Riau
berinvestasi pada sektor perkebunan ini sebesar 1 milyar akan berdampak pada meningkatnya pendapatan dalam perekonomian sebesar 0.252 milyar. Dari nilai
ini menunjukkan investasi pada perkebunan kelapa sawit belum bisa diprioritas dalam era otonomi daerah untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga.
Walaupun demikian investasi untuk meningkatkan pendapatan pendapatan rumah tangga pada perkebunan kelapa sawit harus tetap diprioritaskan mengingat banyak
rumah tangga petani yang ada pada perkebunan ini Dari hasil analisis pengganda tenaga kerja yang dapat dilihat pada Tabel
25 terdapat tiga sektor yang mempunyai nilai pengganda tenaga kerja terbesar yaitu sektor kelapa sawit sebesar 0.194 , sektor karet sebesar 0.190 dan sektor
kelapa sebesar 0.183. Sebagai contoh nilai pengganda sebesar 0.194 pada sektor kelapa sawit menunjukan apabila terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar
satu juta pada sektor kelapa sawit akan berdampak pada peningkatan penyerapan tenaga kerja sebesar 0.194 orang. Nilai itu juga menunjukkan apabila dalam era
otonomi daerah Pemerintah Daerah Riau berinvestasi sebesar 1 milyar pada perkebunan kelapa sawit akan berdapak bertambahnya lapangan kerja sebesar 194
orang. Walaupun dampak yang ditimbulkan kecil akibat investasi pemerintah pada sektor perkebunan ini terhadap penyerapan tenaga kerja, investasi pada
perkebunan kelapa sawit tetap bisa diprioritaskan dibandingkan dengan sektor lainnya karena dengan berinvestasi pasa perkebunan kelapa sawit mempunyai
dampak yang besar untuk meningkatkan lapangan kerja di Riau. Untuk melihat sektor-sektor yang mempunyai peranan besar dalam
perekonomian Riau berdasar nilai pengganda dapat dilihat pada Tabel 26. Pada Tabel 26 terlihat sektor pemerintahan umum menempati rangking 1 dalam
peranannya berdasar nilai pengganda yang diikuti oleh sektor karet, sektor kelapa, sektor bangunan, sektor perkebunan lainnya, sektor kelapa sawit, sektor industri
elektronika dan komputer, sektor kopi dan cengkeh, sektor perdagangan, dan sektor bank dan lembaga keuangan yang menempati sepuluh besar sektor yang
mempunyai nilai pengganda output, pendapatan rumah tangga, dan pengganda tenaga kerja terbesar dari 42 sektor dalam perekonomian Riau.
Tabel 26. Sepuluh Sektor Yang Mempunyai Kinerja Terbesar Berdasarkan Total Rangking
Rangking No
Sektor TPO
a
TPP
b
TPT
c
Total Rangking
Rangk
d
41 Pemerintahan Umum
2 1 11 14
1 5 Karet
11 2 2 15
2 6 Kelapa
12 3 3 18
3 35 Bangunan
4 4 13 21
4 9 Perkebunan
Lainnya 16 6 6
28 5
7 Kalapa Sawit
17 11 1 29
6 31
Industri Elektronika dan Komputer
3 15 14
32 7
8 Kopi dan Cengkeh 18 12 4
34 8
36 Perdagangan 15 7
12 34 9
39 Bank dan Lembanga
Keuangan 14 5
15 34 10
a
Total Pengganda Output
b
Total Pengganda Pendapatan Rumah Tangga
c
Total Pengganda Tenaga Kerja
d
Rangking Berdasarkan total rangking terendah Dari sepuluh sektor terbesar dalam pengganda tersebut, perkebunan
kelapa sawit menduduki posisi ke enam. Hal ini menunjukan perkebunan kelapa sawit mempunyai peran yang besar dalam perekonomian Riau dari kinerjanya
dalam meningkatkan output, pendapatan rumah tangga, dan penyerapan tenaga kerja secara bersamaan. Dengan melihat kinerja sektor perkebunan tersebut maka
investasi pada perkebunan kelapa sawit pada era otonomi daerah bisa dijadikan prioritas dalam pembangunan Riau dalam meningkatkan output, pendapatan
rumah tangga, dan penyerapan tenaga kerja. Hasil studi pengganda yang dihasilkan dalam penelitian ini sama
hasilnya dengan studi yang dilakukan oleh Daryanto 1992 yang menemukan sebahagian sektor-sektor perkebunan mempunyai peran penting dalam
perekonomian nasional yang dilihat dari nilai pengganda dan patut dijadikan prioritas dalam pembangunan nasional. Hal yang sama juga dihasilkan dari studi
yang dilakukan oleh Sutomo 1995 yang melakukan studi dengan menggunakan tabel input output riau tahun 1990 dan studi yang dilakukan Yunus 1997 yang
melakukan studi di Sulawesi Tenggara.
7.2.3. Elastisitas Perkebunan Kelapa Sawit