Elastisitas Perkebunan Kelapa Sawit

7.2.3. Elastisitas Perkebunan Kelapa Sawit

Nilai elastisitas merupakan nilai yang menunjukkan berapa persentase perubahan permintaan akhir suatu sektor berdampak pada output, pendapatan dan penyerapan tenaga kerja dalam suatu perekonomian. Dari hasil analisis elastisitas output yang diperlihakan pada Tabel 27 menunjukkan semua sektor dalam perekonomian Riau mempunyai respon yang kecil terhadap perubahan permintaan akhir. Walaupun demikian terdapat tiga sektor yang mempunyai nilai elastisitas output terbesar yaitu sektor pertambangan minyak dan gas bumi, sektor industri kilang minyak dan gas bumi, dan sektor pemerintahan umum dengan masing- masing nilai elastisitas sebesar 0.239 persen, 0.085 persen, dan 0.085 persen. Sebagai contoh, nilai elastisitas output sebesar 0.239 persen pada sektor pertambangan minyak dan gas bumi menunjukkan apabila terjadi kenaikan permintaan akhir sebesar 1 persen pada sektor pertambangan minyak dan gas bumi akan menyebabkan total output dalam perekonomian naik sebesar 0.239 persen. Pada Tabel yang sama nilai elastisitas perkebunan kelapa sawit masih menunjukan nilai elastisitas yang rendah dibandingkan dengan sektor lainnya. Nilai elastisitas perkebunan ini sebesar 0.005 dan menempati rangking 30. Nilai elastisitas 0.005 persen pada sektor karet menunjukkan apabila terjadi kenaikan permintaan akhir sebesar satu persen pada sektor perkebunan kelapa sawit maka total output dalam perekonomian akan naik sebesar 0.005 persen. Hal ini juga menunjukkan kecilnya dampak penciptaan output yang timbulkan apabila pemerintah meningkatkan investasi pada perkebunan kelapa sawit pada era otonomi daerah. Hasil analisis elastisitas pendapatan yang dapat dilihat pada Tabel 27 menunjukkan semua sektor dalam perekonomian Riau mempunyai respon yang kecil terhadap perubahan permintaan akhir. Walaupun demikian terdapat tiga sektor yang mempunyai respon yang besar terhadap perubahan permintaan akhir yaitu sektor pemerintahan umum sebesar 0.260 persen, sektor pertambangan minyak dan gas sebesar 0.110 persen, dan sektor bangunan sebesar 0.090 persen. Sebagai contoh, nilai elastisitas sebesar 0.260 pada sektor pemerintahan umum menunjukkan apabila terjadi kenaikan permintaan akhir sebesar 1 persen akan pada sektor pemerintah umum berdampak pada kenaikan total pendapatan sebesar 0.260 persen. Tabel 27. Elatisitas Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja Sektor-Sektor dalam Perekonomian Riau Elastisitas Output Elastisitas Pendapatan Elastisitas Tenaga Kerja No Sektor Nilai Rank Nilai Rank Nilai Rank 1 Padi dan Jagung 0.002 39 0.003 35 0.011 28 2 Umbi-Umbian 0.001 41 0.001 39 0.008 31 3 Kacang-kacangan 0.001 42 0.001 40 0.006 34 4 Tanaman Makanan Lainya 0.007 26 0.009 25 0.049 9 5 Karet 0.013 19 0.034 12 0.079 4 6 Kelapa 0.004 33 0.009 26 0.022 19 7 Kelapa Sawit 0.005 30 0.009 27 0.038 15 8 Kopi dan Cengkeh 0.003 36 0.005 31 0.018 20 9 Hasil Perkebunan lainnya 0.013 20 0.024 16 0.066 6 10 Ternak dan Hasil-hasilnya 0.003 37 0.004 32 0.004 36 11 Unggas dan Hasil-hasilnya 0.007 27 0.004 33 0.008 32 12 Kayu 0.012 21 0.017 20 0.037 16 13 Hasil Hutan Lainnya 0.003 38 0.003 36 0.002 38 14 Ikan Laut dan hasil Laut lainnya 0.012 22 0.010 24 0.017 21 15 Ikan darat dan Hasil-hasilnya 0.007 28 0.006 30 0.013 26 16 Pertambangan Minyak dan Gas 0.239 1 0.110 2 0.040 12 17 Barang Tambang dan Galian lainnya 0.015 18 0.028 14 0.016 24 18 Ind. Makanan Minuman dan Tembakau 0.050 8 0.035 11 0.054 8 19 Ind. Tekstil dan Pakaian Jadi 0.012 23 0.009 28 0.008 33 20 Ind. Kehutanan 0.055 7 0.051 9 0.066 7 21 Ind. Bubur Kertas 0.017 17 0.011 23 0.010 30 22 Ind. Barang CetakanPenerbitan 0.005 31 0.003 37 0.002 39 23 Ind. Kimia 0.038 9 0.019 18 0.017 22 24 Ind. Hasil Kilang Minyak dan Gas 0.085 2 0.053 7 0.017 23 25 Ind. Karet 0.009 25 0.008 29 0.012 27 26 Ind. Barang-Barang Plastik 0.005 32 0.002 38 0.001 40 27 Ind. Barang dari Bahan Bukan Logam 0.002 40 0.001 41 0.001 41 28 Ind. Logam dan Barang dari Logam 0.035 11 0.024 17 0.025 18 29 Ind. Barang dari Besi dan Baja 0.027 16 0.019 19 0.015 25 30 Ind. Mesin dan Peralatan Listrik 0.075 5 0.054 6 0.039 14 31 Ind. Elektronika dan Komputer 0.077 4 0.064 5 0.085 3 32 Ind. Kendaraan Bermotor 0.034 13 0.037 10 0.029 17 33 Barang-barang Industri Lainnya 0.004 34 0.001 42 0.001 42 34 Listrik, Gas dan Air Bersih 0.004 35 0.004 34 0.003 37 35 Bangunan 0.058 6 0.090 3 0.077 5 36 Perdangangan 0.037 10 0.067 4 0.086 2 37 Restoran dan Hotel 0.035 12 0.052 8 0.043 11 38 Angkutan dan Komunikasi 0.030 14 0.034 13 0.044 10 39 Bank dan Lembanga Keungangan 0.007 29 0.013 21 0.011 29 40 Jasa Perusahaan dan Sewa bangunan 0.010 24 0.012 22 0.005 35 41 Pemerintahan Umum 0.085 3 0.260 1 0.133 1 42 Jasa-jasa lainnya 0.029 15 0.028 15 0.040 13 Untuk perkebunan kelapa sawit juga menunjukkan respon yang kecil terhadap perubahan permintaan akhir terhadap peningkatan total pendapatan rumah tangga dibandingkan dengan sektor lainnya. Nilai elastisitas pendapatan untuk perkebunan kelapa sawit sebesar 0.009 persen dan menempati rangking 27. Nilai elastisitas pendapatan rumah tangga sebesar 0.009 persen pada sektor perkebunan kelapa sawit menunjukkan apabila terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar 1 persen pada perkebunan kelapa sawit akan berdampak pada peningkatan total pendapatan rumah tangga sebesar 0.009 persen. Nilai ini juga menunjukkan kecilnya dampak dari peningkatan investasi pemerintah pada perkebunan kelapa sawit pada era otonomi daerah. Nilai elastisitas tenaga kerja yang dapat dilihat pada Tabel 27 menunjukkan semua sektor mempunyai respon yang kecil terhadap perubahan permintaan kahir. Walaupun demikian terdapat tiga sektor yang mempunyai nilai elastisitas tenaga kerja terbesar yaitu sektor pemerintahan umum sebesar 0.133 persen, sektor perdagangan sebesar 0.086 persen, dan sektor industri elektronika dan komputer sebesar 0.085 persen. Sebagai contoh, nilai elastisitas tenaga kerja sebesar 0.133 pada sektor pemerintahan umum menunjukkan apabila terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar 1 persen pada sektor pemerintahan umum akan berdampak pada meningkatan penyerapan total tenaga kerja sebesar 0.133 persen. Untuk nilai elastisitas tenaga kerja sektor perkebunan masih menunjukan respon yang kecil terhadap permintaan tenaga kerja. Hal itu tercermin dari nilai elastisitas tenaga kerja sektor perkebunan kelapa sawit sebesar 0.038 persen dan menempati rangking 15. Sebagai contoh, nilai elastisitas 0.038 pada perkebunan kelapa sawit menunjukkan apabila terjadi kenaikan permintaan akhir sebesar 1 persen pada perkebunan kelapa sawit akan berdampak terhadap kenaikan penyerapan total tenaga kerja sebesar 0.038 persen. Nilai ini kembali menunjukkan kecilnya dampak yan ditimbulkan apabila pemerintah meningkatkan investasi pada perkebunan kelapa sawit pada era otonomi daerah. Nilai elastisitas perkebunan kelapa sawit baik elastisitas output, elastisitas pendapatan, dan elastisitas tenaga kerja menunjukkan respon yang kecil terhadap perubahan permintaan akhir pada perkebunan ini yang dapat dilihat dari nilai dan rangking dibandingkan dengan sektor lainnya sehingga investasi perkebunan kelapa sawit tidak dapat diprioritaskan oleh pemerintah Riau pada era otonomi daerah. Hasil studi yang dihasilkan dalam penelitian ini sama dengan studi yang dilakukan oleh Bonfiglio 2005 yang menghasilkan sektor pertanian termasuk sektor perkebunan mempunyai respon yang kecil dibandingkan sektor lain dalam perekonomian Italia.

7.3. Pengembangan Perkebunan Kelapa Sawit dalam Era Otonomi Daerah