Semiotika Film 1. Pengertian Semiotika

Menurut Peirce, sebuah analisis tentang esensi tanda mengarah pada pembuktian bahwa setiap tanda ditentukan oleh objeknya. Pertama, dengan mengikuti sifat objeknya, ketika kita menyebut tanda sebuah Ikon. Kedua, menjadi kenyataan dan keberadaannya berkaitan dengan objek individual, ketika kita menyebut tanda sebuah Indeks. Ketiga, perkiraan yang pasti bahwa hal itu diinterpretasikan sebagai objek denotative sebab akibat dari suatu kebiasaan ketika kita menyebut tanda sebuah Simbol. Peirce mengatakan bahwa tanda itu sendiri merupakan contoh dari Kepertamaan, objeknya adalah keduaan, dan penafsiran-unsur pengantar adalah contoh dari ketigaan. Ketigaan yang ada dalam konteks pembentukan tanda juga membangkitkan semiotika yang tak terbatas, selama suatu penafsiran gagasan yang membaca tanda sebagai tanda bagi yang lain dan bisa ditangkap oleh penafsir lainnya. Penafsiran ini adalah unsur yang harus ada untuk mengaitkan tanda dengan objeknya induksi, dedukasi dan penangkapan membentuk penafsiran yang penting. Agar bisa ada sebagai suatu tanda, maka tanda tersebut harus ditafsirkan dan harus memiliki unsur penafsiran. Menurut Peirce tanda “is something which stands to somebody for something in some respect or capacity.” Sesuatu yang digunakan agar tanda berfungsi, oleh Peirce disebut Ground. Tanda selalu terdapat dalam hubungan triadic, yakni ground, object, dan interoretant. 19 Tanda yang dikaitkan dengan ground dibaginya menjadi qualisign, sinsign, dan legisign. 19 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009, h .4. Qualisign adalah kualitas yang ada pada tanda, misalnya kata-kata kasar, keras, lemah, lembut, merdu. Signsign adalah eksistensi aktuan benda atau peristiwa yang ada pada tanda, misalnya kata kabur atau keruh yang ada pada urutan kata air sungai keruh yang menandakan bahwa ada hujan di hulu sungai. Legisign adalah norma yang dikandung oleh tanda, misalnya rambu-rambu lalu lintas yang menandakan hal-hal yang boleh atau tidak boleh dilakukan pengendara. Berdasarkan objeknya, Peirce membagi tanda atas ikon, indeks, dan simbol. Ikon adalah tanda yang hubungan antara penanda dan petandanya bersifat bersamaan bentuk ilmiah. Dengan kata lain, ikon adalah hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan, misalnya potret dan peta. Indeks adalah tanda yang menunjukan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kasual atau hubungan sebab akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan, misalnya asap sebagai tanda adanya api. Sedangkan simbol adalah tanda yang menunjukan alamiah antara penanda dengan petandanya. 20 Tanda berdasarkan Interpretant dibagi atas rheme, dicent sign atau dicisign dan argument. Rheme adalah tanda yang memungkinkan orang menafsirkan berdasarkan pilihan, misalnya orang yang merah matanya dapat saja menandakan bahwa orang itu baru menangis, atau menderita penyakit mata. Dicisign adalah tanda yang sesuai kenyataan, misalnya dimana sering terjadi kecelakaan dijalan, maka disitu akan dipasang rambu-rambu yang 20 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009, h. 42. mengingatkan bahwa dilokasi sering terjadi kecelakaan. Sedangkan argument adalah tanda yang langsung memberikan alasan tentang sesuatu. Gambar 2.2 Model Semiotika Peirce 21 R O I Keterangan: R : Representamen tanda O : Objek sesuatu yang dirujuk I : Interpretan hasil antara representamen dan objek Proses pemaknaan tanda pada Peirce mengikuti hubungan antara tiga arah anak panah, yaitu representamen R, objek O dan interpretan I. R adalah bagian tanda yang dapat dipersepsi secara fisik atau mental, yang merujuk pada sesuatu yang diwakili oleh O, kemudian I adalah bagian dari proses yang menafsirkan hubungan antara R dan O. Menurut Peirce dalam buku Marcel Danesi dan Paul Perron, prinsip dasar dalam tanda triadik bersifat representatif. Berlandaskan prinsip ini, tanda menjadi wakil yang menjelaskan sesuatu: Peirce called the perceivable part of the sign a representamen literally “something that does the 21 Merujuk dari skripsi Nurlailatul Fajriah dengan judul Analisis semitoka film cinta karya samirra simanjuntak. Buku yang digunakan Kris Budiman, semiotik visual Yogyakarta: Penerbit Buku Baik, 2004, h. 26 representing” and the concept that it encodes the object literally”something cast outside for observation”. He termed the meaning that someone gets from the sign the interpretant. Dapat diartikan secara harfiah adalah Sesuatu yang menjelaskan atau menggambarkan sesuatu. Peirce merumuskan bahwa arti dari seseorang yang mendapatkan tanda adalah interpretant. Rumusan ini mengimplikasikan bahwa makna sebuah tanda dapat berlaku secara pribadi, sosial atau bergantung pada konteks khusus tertentu. Representamen berfungsi sebagai tanda Saussure menamakannya signifier. Perlu dicatat bahwa secara teoritis, Peirce menggunakan istilah representamen dengan merujuk pada triadik secara keseluruhan. Gambar 2.3 22 Representamen Qualisign Sinsigns Legisigns Mengacu kepada Mengindikasikan mengacu pada objek Kualitas dari objek ruang-waktu hasil dari kesepakatan warna, bantuk, ukuran kata disini-disana abstrak dan simbol. Peirce membagi representan menjadi, qualisign, sinsign, dan legisign. Qualisign adalah representamen yang menggambarkan, memisahkan suatu kualitas dari tanda itu sendiri warna, bentuk, ukuran. Sinsign adalah tanda 22 Marcel Danesi, dan Paul Perron, Analyzing Culture An Introduction and Handbook. Bloomington dan Indianapolis: Indiana University Press, 1999, h. 73. yang menggambarkan perhatian, atau memisahkan objek dalam penggunaan waktu. Contohnya: kata-kata disini atau disana. Sedangkan legisign adalah tanda yang di disain berdasarkan kesepakatan, contohnya: kata-kata yang mengacu pada konsep abstrak, simbol-simbol dll. 23 Berdasarkan objek Peirce mengidentifikasi tiga, yakni: Ikon, Indeks dan simbol. Tidak berbeda dalam buku alex sobur, dalam buku marcel danesi penjelasan ikon, indek dan simbol mengacu kepada tujuan yang sama. Proses TrikotomiTriadik berdasarkan ikon, indeks dan simbol oleh C.S. Peirce: Tabel 2.1 Objek 24 Tanda Ikon Indeks Simbol Proses Penandaan Kemiripan Hubungan Sebeb-akibat Konvensi kesepakatan Contoh Gambar orang sedang melaksanakan solat dengan posisi berbaring Asap- Api Gejala- Penyakit Kalimatkata GesturBahasa tubuh Proses Dapat dilihat Dapat menyimpulkan Interpretasi 23 Marcel Danesi, dan Paul Perron, Analyzing Culture An Introduction and Handbook. Bloomington dan Indianapolis: Indiana University Press, 1999, h. 73. 24 Marcel Danesi, dan Paul Perron, Analyzing Culture An Introduction and Handbook. Bloomington dan Indianapolis: Indiana University Press, 1999, h. 74. Gambar 2.4 25 Objek Ikon Indeks Simbol Kemiripan Hubungan Sebeb-akibat Konvensikesepakatan Ikon adalah tanda yang penanda dan petandanya menunjukan ada yang bersifat alamiah, yaitu penanda sama dengan petandanya. Indeks adalah tanda yang penanda dan petandanya menunjukan adanya hubungan alamiah yang bersifat kausalitas sebab-akibat. Simbol adalah penanda dan petanda yang tidak menunjukan adanya hubungan alamiah atau bersifat arbitrer semau-maunya. Arti tanda itu ditentukan oleh konvensi berdasarkan kesepakatan. Misalnya kata Ibu adalah simbol, artinya ditentukan oleh konvensi masyarakat bahasa Indonesia, menandai orang yang melahirkan kita, dalam bahasa Inggris Mother, dalam bahasa Perancis La mere. 25 Marcel Danesi, dan Paul Perron, Analyzing Culture An Introduction and Handbook. Bloomington dan Indianapolis: Indiana University Press, 1999, h. 74. Sedangkan dalam Interpretan peirce membaginya menjadi tiga bagian, yakni: Rheme, Dicisign dan Argument. Gambar 2.5 26 Interpretant Rheme Dicisign Argument Interpretant Interpretant Interpretant Qualisign Sinsigns Legisigns

C. Film Sebagai Media Dakwah

Film merupakan hasil olahan dari beragam komponen, seperti perwatakan, kostum, property, alur, plot dan lainya mampu mengemas pesan maupun ideology dari pembuatnya serta menyampaikan realitas simbolik dari sebuah fenomena secara mendalam bahkan sampai kepada tingkatan mengulas gaya hidup life style. Life style dalam film dikemas dalam cerita, perwatakan, kostum hingga property yang dipakai dalam setiap adegan. Secara terminologis dakwah islam telah banyak di definisikan oleh para ahli. Sayyid Qutb memberikan batasan dengan mengajak atau menyeru kepada orang lain masuk ke dalam sabil jalan Allah Swt. Bukan untuk mengikuti dai atau sekelompok orang. Ahmad Ghusuli menjelaskan bahwa dakwah 26 Marcel Danesi, dan Paul Perron, Analyzing Culture An Introduction and Handbook. Bloomington dan Indianapolis: Indiana University Press, 1999, h. 75. merupakan pekerjaan atau ucapan untuk mempengaruhi manusia supaya mengikuti ajaran agama Islam. Abdul al Badi Shadar membagi dakwah menjadi dua tataran yaitu dakwah fardiyah dan dakwah ummah. Sedangkan islmail al-Faruqi mengungkapkan bahwa hakikatnya dakwah adalah kebebasan, universal, dan rasional. Dan kebebasan inilah menunjukan bahwa dakwah itu bersifat universal berlaku untuk semua umat dan sepanjang masa. 27 Materi atau pesan dakwah adalah isi pesan yang disampaikan dai kepada mad’u. pada dasarnya pesan dakwah itu adalah ajaran islam itu sendiri. Secara umum pesan dapat dikelompokan mejadi 3 bagian: 1. Pesan akidah, meliputi iman kepada Allah Swt. Iman kepada malaikat-nya, iman kepada hari akhir, iman kepada qadha-qodhar. 2. Pesan syariah meliputi ibadah thaharah, shalat, zakat, puasa, dan haji bila mampu, serta mu’amalah. a. Hukum perdata meliputi: hukum niaga, hukum nikah, dan hukum waris. b. Hukum publik meliputi: hukum pidana, hukum negara, hokum perang dan damai. 3. Pesan akhlak meliputi akhlak kepada Allah Swt. Akhlak terhadap makhluk yang meeliputi; akhlak terhadap manusia, diri sendiri, tetangga, masyarakat lainnya, akhlak terhadap bukan manusia; flora, fauna dan sebagainya. 28 27 Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2010, h. 14. 28 Wahyu Ilahi, Komunikasi Dakwah Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2010 , h. 20. Efek sederhana dari dakwah adalah reaksi dakwah yang ditimbulkan oleh aksi dakwah. Menurut Jalaluddin Rahmat efek dapat terjadi pada tataran yaitu: 1. Efek kognitif, yaitu terjadi jika ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, dan dipersepsi oleh khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan, atau informasi. 2. Efek afektif, yaitu timbul jika ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci khalayak, yang meliputi segala yang berkaitan dengan emosi, sikap, serta nilai. 3. Efek behavioral, yaitu merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati, yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berperilaku. Prinsip-prinsip dakwah jika di tinjau dari segi makna persepsi masyarakat secara jama’ adalah: 1. Dakwah sebagai tabligh, wujudnya adalah ketika mubaligh menyampaikan ceramah atau pesan dakwah kepada masyarakat mad’u. 2. Dakwah sebagai ajakan. 3. Dakwah sebagai pekerjaan menanam, dapat diartikan sebagai dakwah mengandung arti mendidik manusia agar mereka bertingkah laku sesuai dengan hukum islam, karena bagaimanapun juga mendidik adalah pekerjaan nilai-nilai kedalam jiwa kemanusiaan. 4. Dakwah sebagai akulturasi nilai. 5. Dakwah sebagai pekerjaan membangun. 29 29 Wahyu Ilahi, Komunikasi Dakwah Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2010 , h. 23-24. “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang maruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.” Q.S. Ali Imran [3]: 104. Di era yang serba canggih saat ini, berdakwah tidak akan berjalan dengan baik atau maksimal jika tidak menggunakan suatu alat atau media wasilah dalam menyebarkan pesan nya. Ada dua media yang cukup besar peranannya dalam menyebarkan pesan tentang islam yakni, media audio radio, media audio visual televisi, dan juga media maya internet. Dan penggunaan media-media ini bertujuan untuk mengantisipasi perkembangan zaman tersebut. 30 Seiring berjalannya waktu, para seniman mulai mengembangkan imajinasi nya kedalam bentuk karya seni film. Film adalah salah satu media yang cukup berkembang dengan pesat pada saat ini. Media ini memberikan pengaruh yang cukup besar kepada pola pikir masyarakat umum. Hal ini dapat memberikan pandangan bahwa film dapat menjadi media yang cukup efektif dalam menjalankan dakwah. Film merupakan perangkat komunikasi yang dapat menyerap komunikan secara luas. Film sangat memikat komunikannya karena operasionalisasi dari film itu di dahului oleh adanya persiapan yang cukup matang. Jika di kombinasikan antara komponen yang terkandung dalam film dan apa-apa yang ada di dalam dakwah itu cukup efektif. Ada perwatakan, 30 Nurul Badruttamam, Dakwah Kolaboratif Tarmizi Taher Jakarta Selatan: Grafindo Khazanah Ilmu, 2005, h. 157.