jendela, lampu, pohon dan sebagainya. Setting yang sempurna pada prinsipnya adalah setting yang otentik. Setting harus mampu meyakinkan
penonton jika film tersebut tampak benar-benar terjadi pada lokasi dan waktu sesuai konteks cerita film tersebut.
2. Tata Cahaya.
Tata cahaya dalam film secara umum dapat dikelompokan menjadi empat unsur yakni, kualitas, arah, sumber, serta warna cahaya. Ke empat
unsur ini sangat mempengaruhi tata cahaya dalam membentuk suasana serta mood sebuah film.
Kualitas cahaya
merujuk pada
besar-kecilnya intensitas
pencahayaan. Cahaya terang hard light cenderung menghasilkan bentuk objek serta bayangan yang jelas sinar matahari dan cahaya lampu yang
menyorot sangat tajam. Sementara cahaya lembut soft light cenderung menyebarkan cahaya sehingga menghasilkan bayangan yang tipis cahaya
langit yang cerah. Pada dasarnya arah cahaya lebih di tekankan pada posisi obyek yang
di tuju. Objek yang dituju biasanya adalah pelaku cerita dan paling sering adalah bagian wajah. Arah cahaya itu sendiri dibagi menjadi lima jenis
yakni, arah depan frontal lighting arah ini cenderung menghapus bayangan dan menegaskan bentuk sebuah objek atau wajah karakter, arah
samping side lighting arah ini cenderung menampilkan bayangan ke arah samping tubuh karakter atau bayangan pada wajah, arah belakang back
lighting mampu menampilkan bentuk siluet sebuah objek, arah bawah
under lighting biasanya ditempatkan tepat dibagian depan bawah karakter dan biasanya di tujukan pada bagian wajah untuk memberikan kesan atau
efek horor, dan arah atas top lighting arah ini sangat jarang digunakan dan umumnya untuk mempertegas sebuah benda atau karakter. Top lighting
bisa juga untuk sekedar menunjukan jenis pencahayaan buatan dalam sebuah adegan, seperti lampu ganjung atau lampu jalan.
3. Kostum Kostum adalah segala hal yang dikenalkan pemain bersama seluruh
pelengkap asesoris. Pelengkap kostum termasuk diantaranya, topi, perhiasan, jam tangan, kacamata, sepatu, tongkat, dan sebagainya.
4. Tata rias wajah make up’ Tata rias wajah secara umum memiliki dua fungsi, yakni untuk
menunjukan usia dan untuk menggambarkan wajah nonmanusia. Tata rias wajah lazimnya digunakan karena wajah pemain tidak seperti yang
diharapkan seperti dalam cerita film.
5
Dalam membuat film setidaknya melibatkan tujuh departement yang masing-masing mempunyai andil dan peran tersendiri, akan tetapi perlu
dicatat bahwa dalam membuat film merupakan kerja tim atau kolektif, saling melengkapi satu sama lainnya, departemen itu adalah:
1. Departemen Produksi 2. Penyutradaraan
3. Penulis Skenario
5
Himawan Pratista, Memahami Film Yogyakarta, Homerian Pustaka, 2008, h.61-77.
4. Penata Kamera Director of Photography DOP 5. Penata Artistik Art Director
6. Penata Suara Sound Designer 7. Penyunting Gambar Editor
6
Film itu sendiri memiliki beberapa fungsi yaitu, sebagai media hiburan, informatif maupun edukatif bahkan persuasif. Hal ini berjalan sesuai
dengan misi perfilman di dunia yang didalamnya termasuk perfilman indonesia, bahwa selain sebagai media hiburan tetapi bisa dijadikan sebagai
media pembelajaran dan sarana informasi. Film mempunyai ciri-ciri tersendiri yakni menggunakan layar lebar,
pengambilan gambar menggunkan layar lebar memungkinkan untuk
pengambilan jarak jauh atau long shot bahkan extrem long shot, konsentrasi penuh dan identifikasi psikologi yang mana saat kita menonton pikiran dan
perasaan kita larut dalam alur cerita yang disajikan.
7
Di dalam film juga terdapat unsur-unsur dramatik. Unsur dramatik dalam istilah lainnya disebut dengan dramaturgi, yaitu unsur-unsur yang
dibutuhkan untuk melahirkan gerakan dramatik pada alur cerita atau pada pikiran masyarakat penonton antara lain: konflik, suspense, curiosity, dan
surprise. Konflik adalah suatu pertentangan yang terjadi dalam sebuah film misalnya, pertentangan antara tokoh yang bermain dalam suatu film. Suspense
adalah ketegangan yang dapat menuntun penonton untuk ikut berdebar
6
Prima, Rusdi, Bikin Film Kata 40 Pekerja Film, Jakarta: PT. Penerbit Majalah BoBo, 2007, h.Vi-vii.
7
Elvinaro, Ardianto, Dkk, Komunikasi Massa, Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007, h.145-147.
menantikan adengan selanjutnya dan juga membuat penonton seakan ada didalam alur cerita. Coriosity adalah rasa keingin tahuan atau menimbulkan
rasa penasaran penonton terhadap jalan cerita sehingga penonton terus mengikuti alur film sampai film itu selesai. Surprise kejutan adalah suatu
trik yang biasa digunakan pada alur cerita film yang sulit untuk ditebak.
8
2. Jenis-Jenis Film
9
1. Film Cerita Story Film Film cerita jelas film mengandung suatu cerita, yaitu yang lazim
dipertunjukan di gedung-gedung bioskop dengan para bintang filmnya yang tenar. Film jenis ini di distribusikan sebagi barang dagangan dan di
peruntukan semua publik di mana saja. Film cerita terbagi menjadi dua bagian yakni film panjang dan film pendek, tidak ada perbedaan yang
signifikan hanya durasi, buget, dan tingkat kesulitan dalam penyampaian pesan kepada khalayak disamakan. Dalam waktu sesingkat itu sutradara
harus bisa memberikan pemahaman arti akan film yang dibuatnya kepada publik.
2. Film Berita Newsreel Film berita atau newsreel adalah film mengenai fakta, peristiwa yang
benar-benar terjadi. karena sifatnya berita maka film yang disajikan kepada public harus mengandung nilai berita newsvalue
8
Elizabet Luters, Kunci Sukses Menulis Skenario Jakarta: Grasindo, 2004, cet. Ke-3 h. 100-103.
9
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi Bandung: PT Citra aditya Bakti, 1993, hal.210-216.
3. Film Dokumentar Dokumentary Film Menurut Grierson definisi film dokumenter adalah “karya ciptaan
mengenai kenyataan creative treatment of actualitly”, berbeda dengan film dokumenter menurut Flaherty merupakan interprestasi yang puitis
yang bersikap pribadi dari kenyataan-kenyataan. 4. Film Kartun cartoon film
Film kartun atau sebagai film yang biasa kita sebut sebagai film anak-anak ini, seperti yang kebanyakan kita lihat di layar televisi banyak
film-film kartun yang dibuat production hause PH. Gagasan awal pem buatan film kartun bermula dari para seniman pelukis. Ditemukannya
cinematopografy telah menimbulkan gagasan untuk menghidupkan gambar-gambar yang mereka lukis.
3. Teknik Pengambilan Gambar
Dalam teknik pengambilan gambar, ada lima hal yang diperlukan untuk jurnalistik televisi, yaitu :
a. Camera Angle sudut pengambilan gambar,
10
yakni posisi kamera pada saat pengambilan gambar. Masing-masing angle mempunyai makna tersendiri.
Camera Angle dalam sudut pengambilan gambar terdapat lima bagian: 1. Bird Eye View adalah teknik pengambilan gambar yang dilakukan
kameramen dengan posisi kamera dari atas ketinggian tertentu, sehingga memperlihatkan lingkungan yang sedemikian luas dengan benda-benda
lain yang tampak dibawah sedemikian kecil. Pengambilan gambar
10
“Main” diakses pada tanggal 20 Mei 2013 pukul 15.46 WIB dari http:www.koma.od.id
biasanya memerlukan suatu alat untuk membantu saat pengambilan itu dilakukan, misalnya seperti menggunakan helikopter maupun dari
gedung-gedung yang cukup tinggi. 2. High Angle adalah teknik pengambilan gambar yang dilakukan tepat
diatas objek, pengambilan gambar seperti ini memiliki arti yang dramatik yaitu kecil atau kerdil, lemah, tak berdaya, kesendirian.
3. Low Angle adalah teknik pengambilan gambar yang diambil dari bawah objek, sudut pengambilan gambar ini merupakan kebalikan dari high
angle. Kesan yang ditampilkan dari teknik pengambilan gambar ini yaitu keagungan, kebesaran satau kejayaan.
4. Eye Level adalah teknik pengambilan gambar yang diambil dari sudut sejajar dengan mata objek. Kesan yang ditampilkan dari teknik
pengambilan gambar ini tidak terkesan dramatik, yang ada hanya memperlihatkan pandangan mata seseorang yang berdiri.
5. Frog Level dalam sudut pengambilan gambar ini, teknik nya diambil dari sudut sejajar dengan permukaan tempat objek berdiri, seolah-olah
memperlihatkan objek menjadi sangat besar. b. Frame Size ukuran gambar, yakni ukuran shot untuk memperlihatkan
situasi objek yang bersangkutan. Frame Size yang menjadi kekuatan gambar baik dalam film maupun acara audio visual lainnya. Ada dua belas bagian
dalam frame Size ukuran gambar yaitu: 1. ECU extreme clouse-up pengambilan gambar menunjukan detail suatau
objek seperti hidung, mata, telinga, bibir dari objek.
2. BCU big close up pengambilan gambar yang menonjolkan objek untuk menimbulkan ekspresi tertentu, seperti pengambilan gambar dari batas
kepala hingga bahu objek. 3. CU clouse up pengambilan gambar yang memberikan efek gambar
akan objek secara jelas, seperti dari batas kepala sampai leher bagian bawah.
4. MCU medium clouse up lebih menegaskan profile seseorang dari batas kepala hingga dada atas.
5. MS mid shot memperlihatkan seseorang dengan sosoknya, yakni pengambilan gambar dari atas kepala sampai pinggang.
6. KS knee shot menampilkan sosok objek yakni dari batas kepala hingga lutut.
7. FS full shot memperlihat objek secara penuh dari batas kepala hingga lutut.
8. LS long shot memperlihatkan objek dengan latar belakangnya. 9. MLS medium long shot yakni gambar objek diambil dari jarak yang
sewajarnya, misalnya ada sekelompok orang yang di dalamnya terdapat lima orang, maka semua objeknya terlihat, sedangkan jika objeknya
hanya satu orang maka tampak dari kepala sampai lutut. 10. Extreme Long Shot XLS gambar yang ditampilkan diambil dari jarak
yang sangat jauh, sehingga latar belakang terlihat nampak jelas. Dengan demikian terlihat posisi objek dengan lingkungan sekitarnya.
11. One Shot IS pengambilan gambar dengan satu objek
12. Two Shot 2S pengambilan gambar dengan dua objek 13. Three Shot 3S pengambilan gambar dengan tiga objek
14. Group Shot GS pengambilan gambar dengan sekelompok orang.
11
c. Gerakan kamera, yakni posisi kamera bergerak, sementara objek yang diambil tidak bergerak atau diam. Gerakan kamera ada tiga yaitu:
1. Zoom inzoom out mendekat dan menjauh. 2. Tilting pengambilan gambar dari bawah keatas dan dari atas kebawah.
3. Panning gerakan kamera dari kiri ke kanan dan dari kanan ke kiri. d. Gerakan objek, yakni posisi kamera diam, sementara objek yang diambil
bergerak. Gerakan objek yaitu: 1. Objek sejajar dengan kamera
2. Walk-inwalk-away menjauh atau mendekat dengan kamera 3. freming
e. Komposisi, yakni seni menempatkan gambar pada posisi yang baik dan enak dilihat. komposisi ada tiga yaitu:
1. Headroom H, yakni mengatur frem diatas kepala objek. 2. Noseroom N, jarak pandang seseorang terhadap objek lainnya, baik ke
kiri maupun kekanan. 3. Looking space L, yakni ruang depan maupun belakang objek.
12
11
“Teknik Pengambilan Gambar” diakses pada hari selasa tanggal 4 Juni 2013 pukul 00.20 WIB dari http:www.thingtep.wordpress.com
12
Askurifai, Baksin, Jurnalistik Televisi Teori dan Praktik, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006, h.120-137.
B. Semiotika Film 1. Pengertian Semiotika
Semiotika berasal dari kata Yunani semeion, yang berarti tanda. Maka, semiotika berarti ilmu tanda. Semiotika adalah cabang ilmu yang berurusan
dengan pengkajian tanda, seperti sistem tanda dan segala sesuatu yang berhubungan dengan tanda, seperti sistem tanda dan proses yang berlaku bagi
penggunaan tanda.
13
Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya mencari jalan di dunia ini, ditengah-tengah manusia dan bersama-sama
manusia. Semiotika, atau dalam istilah Barthes, semiologi, pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan humanity memaknai hal-hal
things. Memaknai to sinify dalam hal ini tidak dapat dicampuradukan dengan mengkomunikasikan to communicate. Memaknai berarti bahwa
objek-objek tersebut tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek- objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur
dari tanda.
14
Menurut Littlejohn tanda-tanda signs adalah basis dari seluruh komunikasi.
15
Manusia dengan perantaraan tanda-tanda, dapat melakukan komunikasi dengan
sesamanya. Banyak sekali hal-hal yang bisa dikomunikasikan di dunia ini.
Kajian semiotika sampai sekarang telah membedakan dua jenis, yakni semiotika komunikasi dan semiotika signifikasi. Semiotika komunikasi
13
Aart van Zoest, Semiotika Tentang Tanda, Cara Kerja, dan Apa Yang Kita Lakukan dengannya, Jakarta: Yayasan Sumber Agung, 1993, h.1.
14
Roland Barthes, The Semiotic Challenge New York: Hill and Wang, 1988
15
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009, h.15.
menekankan pada teori tentang produksi tanda yang salah satu diantaranya mengasumsikan adanya enam faktor dalam komunikasi, yaitu pengirim,
penerima kode sistem tanda, pesan, saluran komunikasi dan acuan hal yang dibicara.
Pada semiotik signifikasi lebih menekankan pada teori produksi tanda yang salah satu diantaranya mengasumsikan adanya enam faktor dalam
komunikasi, yaitu pengirim, penerima kode sistem tanda, pesan, saluran komunikasi, dan acuan hal yang di bicarakan.
16
Pada jenis ini tidak di persoalkan adanya tujuan komunikasi. Sebaliknya, yang diutamakan adalah
segi pemahaman suatu benda sehingga proses kognisinya pada penerima tanda lebih diperhatikan dari pada proses komunikasinya.
Macam-macam semiotik sampai saat ini, sekurang-kurang nya terdapat sembilan macam yang kita kenal sekarang:
1. Semiotik analitik adalah merupakan semiotik yang menganalisis sistem tanda. Peirce mengatakan bahwa semiotik berobjekkan tanda dan
menganalisisnya menjadi ide, objek dan makna. ide dapat dikatakan sebagai lambang, sedangkan makna adalah beban yang terdapat dalam
lambang yang mengacu pada objek tertentu. 2. Semiotik deskriptif adalah semiotik yang memperhatikan sistem tanda
yang dapat kita alami sekarang meskipun ada tanda yang sejak dahulu tetap seperti yang disaksikan sekarang.
16
Diambil dari buku Alex Sobur, Semiotika Komunikasi dengan rujukan dari Jakobson Roman. 1987. Language in Literature. Krystina Promorska dan Stephen Rudy ed.. London:
Harvard University Press 1996. “Linguistik dan Bahasa Puitik” dalam Panuti Sudjiman dan Aart van Zoest ed.
3. Semiotik faunal zoosemiotic
marupakan semiotik yang khusus
memperhatikan sistem tanda yang dihasilkan oleh hewan. 4. Semiotik kultural adalah semiotik yang khusus menelaah sistem tanda
yang ada dalam kebudayaan masyarakat. 5. Semiotik naratif adalah semiotik yang membahas sistem tanda dalam
narasi yang berwujud mitos dan cerita lisan folklore. 6. Semiotik natural atau semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang
dihasilkan oleh alam. 7. Semiotik normatif merupakan semiotik yang khusus membahas sistem
tanda yang dibuat oleh manusia yang berwujud norma-norma. 8. Semiotik social merupakan semiotik yang khusus menelaah sistem tanda
yang dihasilkan oleh manusia yang berwujud lambang, baik lambang kata maupun lambang rangkaian kata berupa kalimat.
9. Semiotik structural merupakan semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dimanifestasikan melalui structural bahasa.
17
2. Semiotika Charles Sanders Peirce
Charles Sanders Peirce merupakan salah satu tokoh yang cukup berkontribusi dalam kajian semiotika. Tokoh ini cukup terkenal dengan teori
tandanya. Menurut Aart van Zoest, Charles Sanders Peirce adalah salah seorang filsuf amerika yang paling orisinal dan multidimensional.
18
17
Artikel, di akses pada hari selasa 4 juni 2013 pada pukul 01.15 WIB dari http:www.journal.unair.ac.idfilerPDFtinjauan20Teoritik20tentang20Semiotik.pdf.
18
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi Bandung: PT. Remaja Rosdakarya 2006, h. 39.
Menurut Peirce, sebuah analisis tentang esensi tanda mengarah pada pembuktian bahwa setiap tanda ditentukan oleh objeknya. Pertama, dengan
mengikuti sifat objeknya, ketika kita menyebut tanda sebuah Ikon. Kedua, menjadi kenyataan dan keberadaannya berkaitan dengan objek individual,
ketika kita menyebut tanda sebuah Indeks. Ketiga, perkiraan yang pasti bahwa hal itu diinterpretasikan sebagai objek denotative sebab akibat dari suatu
kebiasaan ketika kita menyebut tanda sebuah Simbol. Peirce mengatakan bahwa tanda itu sendiri merupakan contoh dari
Kepertamaan, objeknya adalah keduaan, dan penafsiran-unsur pengantar adalah contoh dari ketigaan. Ketigaan yang ada dalam konteks pembentukan
tanda juga membangkitkan semiotika yang tak terbatas, selama suatu penafsiran gagasan yang membaca tanda sebagai tanda bagi yang lain dan
bisa ditangkap oleh penafsir lainnya. Penafsiran ini adalah unsur yang harus ada untuk mengaitkan tanda dengan objeknya induksi, dedukasi dan
penangkapan membentuk penafsiran yang penting. Agar bisa ada sebagai suatu tanda, maka tanda tersebut harus ditafsirkan dan harus memiliki unsur
penafsiran. Menurut Peirce tanda “is something which stands to somebody for
something in some respect or capacity.” Sesuatu yang digunakan agar tanda berfungsi, oleh Peirce disebut Ground. Tanda selalu terdapat dalam hubungan
triadic, yakni ground, object, dan interoretant.
19
Tanda yang dikaitkan dengan ground dibaginya menjadi qualisign, sinsign, dan legisign.
19
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009, h .4.