tempat umum atau ramai, yang berukuran cukup besar dan terdapat tulisan dengan gambar serta di dalamnya terdapat maksud untuk memperkenalkan sesuatu.
Poster pada hakikatnya sama dengan iklan tetapi sasarannya lebih pada segi-segi sosial.
23
Bila dilihat dari tujuannya, poster adalah media cetak yang di satu pihak adalah produk kehumasan pulicity announcing some event, namun di
pihak lain juga merupakan produk bisnis atau komoditas .....berupa iklan. Beda keduanya kadang-kadang sangat tipis, namun sebenarnya disparitas antara produk
kehumasan dan produk bisnis bisa saja dibuat jelas-tegas, sesuai dengan tujuannya.
a. Poster sebagai produk humas: yakni sebuah poster yang dirancang untuk
mengkomunikasikan atau menjelaskan sesuatu kepada audience, tidak atau hanya sedikit sekali unsur komunikasi bisnis di dalamnya. Artinya, tidak ada
sama sekali tujuan bisnis di dalam rancangan maupun kegiatan produksi maupun exposure-nya.
b. Poster sebagai produk bisnis: Poster yang dengan sengaja dan sacara strategi
dirancang untuk mengkomunikasikan suatu produk, atau perusahaan, agar khalayak sadar, dan akhirnya mengonsumsi, atau membeli suatu produk yang
dikomunikasikan melalui poster tersebut.
24
4. Sejarah Poster
Sampai sekarang belum ada yang dapat menjelaskan siapa yang pertama kali memproduksi atau memasang poster. Juga tidak ditemukan catatan, yang
pertama kali diproduksi. Poster bila dilihat dari sisi kreatif medianya, poster
23
Artini Kusmiati R, Teori Dasar Disain Komunikasi Visual, Jakarta: Djambatan, 1999, h. 87.
24
M. Masri Sareb Putra, MEDIA CETAK, h. 61.
merupakan perkembangan dari tulisan di dinding dan gua-gua yang sudah lebih maju dan modern, dengan menggunakan teknik tinggi yang lebih beradab.
Meskipun bukan penemu, agaknya tokoh reformator abad 15, Martin Luther yang tercatat sebagai pengguna media cetak poster dengan exposure paling
dahsyat. Karena merasa keberatan atas praktik tertentu dari Gereja Katolik Paus Leo X Luther menuliskan keberatan-keberatannya yang dikenal dengan 95 Dalil
atau Keberatan Luther yang ditulis dalam huruf latin, lalu menempelkan dalil itu di depan pintu gereja Wittenberg, Jerman. Penempelan poster itu dilakukan pada
tanggal 30 Oktober 1517. ”On the Eve of All Saints, October 31st, 1517, Luther marched out of the Black Cloister gate towards the castke church. Inhis hands he
held a poster, a hammer an some nails. He was spotted by a couple of university students who then followed him... the poster was printed by a local man who kept
a copy from himself. Within two weeks the theses were reprinted and distributed throughout Germany, without Luther’s permission. Within another two weeks they
had been transleted an were being read all over Europe. Little did Luther know they would eventually become the declaration of independence for the reformation
movement that broke with the Catholic Church.”
Martin Luther: The German Monk Who Changed The Church
: p.31
25
Melalui poster yang dibuat oleh Luther banyak jemaat dari gereja yang melihatnya kemudian jemaat terprovokasi oleh isi dari pesan yang termuat di
dalam poster tersebut. Mereka yang belum sadar akhirnya bertindak, dari sini dapat dilihat letak keberhasilan poster. Setelah dua minggu maka dalil itu keluar
di pintu gereja Wittenberg, pengaruh pikiran Luther tersebar ke seluruh Eropa, hingga akhirnya mendunia dan Luther mendapatkan simpati. Hal ini disebabkan
isi dari Poster tersebut adalah memprotes Paus, inilah yang menyebabkan Luther dan pengikutnya dijuluki ”Protestan” dan pahamnya disebut ”Protestanisme”.
Ada satu pelajaran yang dapat diambil dari protes Luther yaitu, orang menjadi terbuka pikirannya bahwa poster memiliki power, exposure, dan daya
yang luar biasa untuk mempengaruhi khalayak. Setelah kejadian itu pula di serambi-serambi dan pintu-pintu masuk tempat ibadah dipasang semacam poster,
25
R. Masri Sareb Putra, Media Cetak Bagaimana Merancang dan Memproduksi, h. 62.
di tempat ibadah orang Yahudi semacam poster disebut ”anales”, di Masjid juga dapat ditemukan poster.
Hingga kini seiring dengan kemajuan teknologi dan zaman kekreatifan untuk membuat poster lebih menarik lagi semakin dapat teruji dan dibuktikan.
Dalam proses pembuatan poster mengalami proses kreatif yang panjang, dibutuhkan ketelitian dalam setiap detail gambar atau tulisan serta warna yang
merupakan pelengkap kesempurnaan dari sebuah poster. Ukuran yang terbatas namun harus membuat banyak informasi dengan singkat, jelas dan padat tentu ini
bukanlah hal mudah dalam proses pembuatan poster. Di dalam proses kreatif poster, biasanya dikenal adanya tiga macam pola pendekatan:
1. Dogmatis: Bahwasannya apa yang hendak kita sampaikan what to say dalam
poster kepada audience, kita yakinin sebagai kebenaran yang mutlak, tak terbantahkan. Oleh karena itu diperlukan persuasi-persuasi yang meyakinkan,
bahwa klaim yang bersifat dogmatis itu benar adanya. 2.
Menjelaskan secara argumentatif reason why: Dengan mengunakan logika yang
beruntut, dari kalimat pertama dan terakhir saling terkait. Pada pendekatan ini, terdapat kaitan persoalan dan solusinya.
3. Menonjolkan daya tarik appeal: memperlihatkan gambarfotokartun yang
unik dan didukung dengan warna yang menarik sehingga yang melihat poster akan terpancing untuk melihat poster serta pesan yang disampaikan didalam
poster.
26
26
Ibid., h. 70-72.
Jadi dalam proses pembuatan poster maka ketiga hal ini tidak boleh diremehkan dan dapat dikatakan suatu kewajiban guna mendapatkan poster yang
menarik.
5. Poster Sebagai Media Dakwah