BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Poster adalah media cetak yang bukan hanya menampilkan gambar tapi juga dapat memberikan informasi yang sesungguhnya kepada khalayak. Sekilas
memang poster terihat hanyalah sekedar gambar yang biasa-biasa saja, melalui poster sebuah informasi akan terlihat lebih menarik karena khalayak akan sangat
mudah memahami sebuah informasi. Poster tidak semata-mata hanya menampilkan gambar dan warna saja namun tampilan poster biasanya
disandingkan dengan kalimat-kalimat yang singkat namun dibaliknya
mengandung beribu makna sehingga lebih memudahkan khalayak untuk memahami makna gambar yang terdapat pada poster.
Poster merupakan salah satu dari kemajuan teknologi dalam bidang media cetak, kemajuan teknologi ini tidak lepas dari era globalisasi yang kian hari
kian menunjukkan eksistensinya. Melalui kemajuan teknologi semua orang akan sangat mudah mendapatkan informasi hingga kepelosok daerah sekalipun, hanya
dengan hitungan detik khalayak akan mendapatkan informasi yang diinginkan. Disatu sisi kemajuan teknologi ini menjadi sesuatu yang membanggakan namun
bila dilihat dari sisi lain kemajuan teknologi ini akan menjadi sesuatu yang mengkhawatirkan bila khalayak tidak dengan benar memanfaatkannya, baik
media cetak maupun media elektronik.
Kemajuan teknologi berdampak pada arus informasi yang demikian pesat dan tentunya menimbulkan masalah baru. Terpaan berbagai media massa cetak
maupun elektronik sebagian besar telah mengiringi masyarakat mengikuti kebudayaan global. Media menjalankan tugasnya untuk memberikan informasi
yang sesungguhnya kepada khalayak dan keputusan atau opini terakhir tergantung pada khalayak sendiri. Tidak dapat dipungkiri banyak khalayak yang terpengaruh
dengan informasi yang disajikan oleh media, seperti mulai mengadopsi perilaku yang bebas, gaya hidup hura-hura bahkan pikiran yang liberal dari dunia barat
yang dianggap trend dan jauh dari adat ketimuran. Kebiasaan-kebiasan tersebut cukup tabu di awal kemunculannya, namun
seiring dengan berjalannya waktu, kemajuan teknologi dan dengan bantuan media pulalah lambat laun menjadi suatu yang wajar dan lumrah bahkan sudah menjadi
kebiasaan sebagian besar orang. Contoh tersebut merupakan konsekuensi dari modernisasi, industrialisasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
sekularisasi Alat penyambung lidah pada prilaku tersebut adalah media massa, baik cetak maupun elektronik. Tidak bermaksud menyalahkan, menyudutkan atau
menjelekkan media, sebenarnya banyak juga hal positif yang dihasilkan oleh media namun kebiasan yang bisa dibilang negatif bagi adat ketimuran inilah yang
sering disorot dan tentunya bila dibiarkan akan merusak akal mental bangsa serta merusak citra media itu sendiri. Di Indonesia contoh negatif tersebut merupakan
pelanggaran dari nilai adat ketimuran umumya serta agama secara khusus. Kasus HIV Human Immunodeficiency Virus yang berlanjut dengan AIDS
Acquired Immune Deficiency Syndrome adalah penyakit yang marak
berkembang dikarenakan menurunnya kekebalan tubuh. Virus ini berkembang sangat cepat, tidak hanya dalam hitungan tahun, bulan, minggu, hari dan tidak
pula dalam hitungan jam; melainkan dalam hitungan menit, yaitu setiap menit 5 orang terinfeksi HIV. Penyakit ini merupakan penyakit kelamin yang
menyengsarakan baik fisik, mental maupun sosial yang berakhir dengan kematian, karena gaya hidup bebas yang melampaui batas.
Dalam perkembangan selanjutnya infeksi HIVAIDS ini tidak hanya ditularkan melalui perzinaan, tetapi dapat pula melalui transfusi darah dan jarum
suntik yang tercemar serta bayi dalam kandungan melalui tali pusat ibunya yang mengidap HIV. Meskipun demikian dalam penyebaran HIVAIDS sebagian besar
masih didominasi oleh perzinaan yaitu mencapai 97,5 Warta UI, 1995. Penyakit ini merupakan penyakit kelamin yang mematikan; dikatakan ”penyakit
kelamin” karena penularan penyebarannya terutama melalui hubungan seksual perzinaan, dikatakan ”mematikan” karena hingga sekarang 2003 dan 10 tahun
mendatang belum ditemukan obatnya dan yang bersangkutan akan meninggal karenanya.
1
Bila diteliti maka media massa mempunyai andil yang besar bagi penyebaran HIVAIDS, oleh karena itu sudah sewajarnya bila media massa ikut
mensosialisasikan HIVAIDS. Seperti menyebarkan informasi bahaya HIVAIDS melalui televisi, radio, internet Media elektronik, majalah-majalah, koran, surat
kabar, buku bahkan poster Media cetak. Poster sekarang tidak hanya sebagai suatu yang komersil untuk mengiklankan produk, namun poster yang sebenarnya
1
Dadang Hawari, Al-Qur’an Ilmu Kedokteran jiwa dan Kesehatan Jiwa, h. 366
memiliki daya magnet tersendiri dengan warna dan gambar yang unik dapat menginformasikan bahaya HIVAIDS.
Menurunnya minat masyarakat akan suatu informasi maka tidak salah bila poster dilirik untuk menginformasikan HIVAIDS. Poster yang dahulu hanya
dengan papan yang bergambar dengan cat, kini dapat dihiasi dengan cahaya listrik atau cat yang bersinar, dengan warna-warni yang mencolok dan mempesona, oleh
karena itu tidak salah apabila sekarang poster menempati posisi yang penting dalam menyebarkan informasi bagi khalayak.
Seiring dengan kehidupan manusia yang semakin modern, sejalan dengan kemajuan teknologi yang semakin berkembang dan akibat turunnya minat baca
masyarakat, akhirnya para pemilik media atau pengusaha media mulai membuat terobosan baru, dengan menggunakan poster dalam menyampaikan informasi.
Poster bisa dikatakan sebagai sarana informasi yang unik dan simpel namun mempunyai peran yang penting, karena dengan muatan yang sedikit namun
makna dibalik gambar yang disampaikan oleh poster mewakili beribu bahasa. Kenyataan ini mulai tampak di kota-kota besar yang secara meraksasa, menjulang
poster-poster berwarna-warni dan beraneka ragam yang digunakan untuk menyampaikan informasi, hanya dengan sedikit bahasa untuk memperjelas makna
yang terdapat pada poster sehingga dapat diterima oleh masyarakat secara luas, tentu hal ini menjadi nilai lebih bagi sebuah poster.
Dakwah sebagai proses menyeru kepada kebajikan dengan menyampaikan informasi-informasi Ilahi kepada manusia agar mereka mengikuti aturan-aturan
Islam dan menjauhi apa yang dilarang hingga tercapai kebahagiaan hidup, baik di
dunia maupun di akhirat.
2
Selain itu, kegiatan dakwah ini pun bertujuan mempertemukan kembali fitrah manusia dengan agama atau menyadarkan
manusia supaya mengakui kebenaran Islam dan mau mengamalkan ajaran Islam sehingga menjadi orang baik.
3
Dr. Taufiq Al-Wa’i menjelaskan makna yang terkandung dalam dakwah Islamiyah yaitu, ”Mengumpulkan manusia dalam kebaikan, menunjukkan mereka
jalan yang benar dengan cara merealisasikan manhaj Allah di bumi dalam ucapan dan amalan, menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar,
membimbing mereka dari shirathal mustaqim dan bersabar menghadapi ujian yang menghadang di perjalanan. ” Ini sesuai dengan firman Allah:
ﻥ ﺹ
ﺹ .
Artinya: Hai anakku, dirikanlah shalat, suruhlah manusia mengerjakan yang ma’ruf, cegahlah mereka dari perbuatan yang mungkar, dan
bersabarlah atas apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan.”
QS. Luqman: 17
4
Setelah berlangsung dalam kurun waktu berabad-abad, dakwah Islamiyah semakin mengalami perkembangan ditinjau dari metode penyebaran yang
dilakukannya. Penyebar syi’ar Islam di era globalisasi ini diantaranya melalui media media cetak dan elektronik. Hal ini sebagai cara untuk mengimbangi sajian
media yang semakin terbuka untuk menyajikan tayangan manca negara barat
2
Toha Yahya Omar, Ilmu Dakwah, Jakarta: Wijaya, 1992, Cet. Ke-5, h. 1.
3
Ki Moesa Machfoed, Filsafat Dakwah; Ilmu Dakwah dan Penerapannya, Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2004, edisi ke-2.
4
Taufiq Al-Wa’i. 1409 H 1989 M. An-Nisa’ud Daa’yaat. Cet. Ke. 1, Kuwait: Kementerian Waqaf.
yang tentu saja bertolak belakang dengan norma-norma Islam, di samping meluaskan sarana objek dakwah tentunya.
5
Dakwah Islam pada zaman ini sedang menghadapi berbagai macam tantangan karena begitu banyak ajaran-ajaran yang tidak sesuai dengan dakwah
Islam dan hal yang tidak bisa dianggap enteng adalah kemajuan teknologi yang dihasilkan oleh era informasi yang serba canggih, oleh karena itu dibutuhkan
keterampilan yang lebih untuk menguasai informasi agar proses dakwah dapat berjalan dengan lancar.
Dengan perkembangan manusia dan kemajuan ilmu pengetahuan, eksistensi media massa dapat menjadi salah satu media dakwah alternatif karena
memiliki beberapa fungsi, antara lain: 1.
Fungsi menyiarkan informasi 2.
Fungsi mendidik 3.
Fungsi menghibur 4.
Fungsi mempengaruhi
6
Dalam waktu yang singkat informasi dari daerah yang terpencil sekalipun dapat langsung diketahui, tentu ini tidak lepas dari kemajuan teknologi. Dakwah
sebagai sarana komunikasi dalam menyampaikan kebaikan tentang agama Islam dihadapakan pada kenyataan yang tidak mudah, dimana antara agama dan
teknologi diharapkan dapat berjalan beriringan. Untuk terus dapat menyampaikan dakwah Islam, maka menuntut adanya sikap adaptasi dengan terapan media
5
A. Muis, Komunikasi Islam, Bandung: Rosda Karya 2001, h. 155-156.
6
Asep Saeful Muhtadi, Jurnalistik: Pendekatan Teori dan Praktek, Ciputat: Logos Wacana Ilmu, 1999, Cet. Ke-1, h. 28.
komunikasi sesuai dengan mad’u yang dihadapi, apapun media yang digunakan, media cetak ataupun media elektronik.
Dakwah sebagai manifestasi keimanaan seorang muslim dapat disosialisasikan dalam berbagai media tanpa mengurangi makna dan tujuan
dakwah. Salah satu media dakwah yang memiliki peluang besar di era informasi ini adalah dakwah melalui media cetak.
7
Semua pesan yang disampaikan oleh media massa dikonsumsi oleh berbagai kalangan. Oleh karena itu seharusnya para mubaligh memiliki keahlian
bertabligh melalui tulisan media massa, atau sebagian dari mereka membidangi aktivitas tabligh melalui tulisan. Jika tidak dikhawatirkan masyarakat akan
terbentuk oleh pesan-pesan media yang “kering” tanpa nilai-nilai agama. Untuk mengantisipasi hal itu, diperlukan adanya pencerahan pesan media massa. Pesan-
pesan itu akan muncul dari penulis-penulis yang memang memiliki keterpanggilan akan nilai-nilai kebenaran. Dia adalah mubaligh yang tidak hanya mengisi
mimbar-mimbar ceramah, tetapi juga terampil mengisi lembaran-lembaran koran, tabloid, majalah atau yang lebih dikenal tabligh bil al qalam
8
Syner mengilustrasikan “karya tulis sendiri ibarat sebuah lautan yang seolah-olah tak bertepi”.
9
Maksudnya segala macam bentuk tulisan dapat dituangkan secara leluasa kemudian dimuat untuk disampaikan kepada
masyarakat dimana media yang digunakaan berupa tabloid, majalah, koran dan mungkin yang sering kita anggap sepele yaitu poster. Dakwah melalui poster
7
Sutirman Eka Ardhana, Jurnalistik Dakwah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995, Cet. Ke-1, h. 17-18.
8
Aep Kusnawan, Komunikasi Penyiaran Islam, Bandung: Benang Merah Press, 2004, h. 23-24.
9
Aep Kusnawan, Berdakwah Lewat Tulisan, Bandung: Mujahid Press, 2004, h. 10.
salah satu jalan yang dapat ditempuh oleh da’i dan orang yang ingin menyampaikan informasi tentang kebaikan.
Proses komunikasi yang menggunakan poster merupakan proses komunikasi secara primer, maksudnya adalah proses penyampaian pikiran atau
perasan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang symbol sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah
bahasa, kial, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang secara langsung mampu ”menerjemahkan” pikiran dan atau perasaan komunikator kepada
komunikan.
10
Banyak lembaga yang mengeluarkan poster mengenai HIVAIDS namun hanya sedikit yang memperhatikan nilai pendidikan dan terkadang gambar, bahasa
yang digunakan juga membuat khalayak bingung, sehingga pesan tidak dapat diterima dengan baik. Dengan alasan tersebut maka penulis memilih poster yang
dikeluarkan oleh YPI, karena poster tersebut lebih mengedepankan nilai pendidikan, bahasa dan tentunya telah mengalami beberapa proses pegujian.
Penempatan poster pun disesuaikan dengan target atau penerima pesan dan diuji terlebih dahulu. Selain itu poster yang dikeluarkan oleh YPI berbeda dari poster
HIVAIDS dari yayasan atau lembaga-lembaga lainnya, di mana poster yang dianalisis oleh penulis merupakan poster yang satu sama lain saling berhubungan
dan yang menjadi nilai lebih dari poster ini yaitu poster tidak secara langsung menampilkan gambar HIVAIDS tapi dengan cara menceritakan bagaimana
HIVAIDS dengan mudahnya tersebar.
10
Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: Rosdakarya, 1990 h. 11.
Dengan hal tersebut kita dapat mengetahui makna yang terdapat di balik gambar dan kata-kata, terutama pada poster YPI terhadap HIVAIDS sehingga
informasi dapat diterima oleh masyarakat luas. Agar komunikasi efektif untuk mempengaruhi khalayak terhadap pesan yang ditampilkan, maka pembuat poster
mencoba menggunakan simbol yang mudah diterjemahkan oleh orang awam selain itu nilai-nilai estetika juga di utamakan sebagai sesuatu yang berkesan lebih
baik sehingga pembuat poster mencoba menerjemahkan sendiri agar terkesan lebih baik. Sebaliknya komunikasi yang bermuatan simbol-simbol itu ditangkap
dan dimaknakan sendiri pula oleh khalayak sebagai konsekuensi logis dalam interaksi simbolik.
Poster-poster yang dibuat oleh YPI menampilan poster yang menceritakan relita yang terjadi pada remaja, berdasarkan penjelasan di atas, penulis ingin
melakukan penelitian sekaligus dijadikan sebagai judul skripsi penulis yaitu:
ANALISIS SEMIOTIK PADA POSTER HIVAIDS DI YAYASAN PELITA ILMU.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah