Analisis semiotik pada poster anti merokok Departemen Kesehatan R.I

(1)

ANALISIS SEMIOTIK PADA POSTER

ANTI MEROKOK DEPARTEMEN KESEHATAN R.I

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh

DENI SOFIANSYAH

NIM: 106051001796

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2010 M/1431 H


(2)

(3)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar stara 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta,14 Juli 2010


(4)

(5)

ABSTRAK

Deni Sofiansyah

Analisis Semiotik Pada Poster Anti Merokok Departemen Kesehatan RI Poster merupakan salah satu media iklan dalam bentuk cetak dan dapat dipajang dimana saja. Keberadaannya sangat menarik karena memadukan unsur kata yang singkat dan gambar dalam satu tempat, sehingga memungkinkan untuk para pembaca agar mudah membacanya. Dan Departemen Kesehatan RI (Depkes) yang merupakan salah satu badan besar yang bergerak khusus dibidang kesehatan juga menjadikan media poster sebagai salah satu cara untuk memberikan informasi kepada khalayak tentang bahaya dari suatu penyakit. Salah satu hal yang dapat merugikan kesehatan bahkan dapat sampai membuat kematian ialah merokok. Karena mengisap rokok banyak sekali menyimpan racun-racun yang berbahaya, yang terdapan di dalam rokok diantaranya ialah zat kimia, nikotin, dapat menyebabkan paru-paru dan juga dapat berdampak terhadap jantung serta dapat mengakibatkan impotensi.

Penelitian mengenai poster anti merokok ini menggunakan pendekatan kualitatif, merupakan penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif dan mendalam. Dan menggunakan analisis semiotik dari teori Roland barthes, melihat tanda dan makna dari kode-kodenya. Di dalam buku Semiotika Komunikasi VisualKarya Sumbo Tinarbuko dijelaskan kode-kode Roland barthes terdiri dari lima kode. Dan adapun kode-kode tersebut ialah: pertama, kode hermeunetik, yaitu artikulasi berbagai cara pertanyaan, teka-teki, respon, enigma, penangguhan jawaban, dan akhirnya menuju pada jawaban. Kedua, kode semantik, yaitu kode yang mengandung konotasi pada level penanda. Ketiga, kode simbolik, yaitu kode yang berkaitan dengan psikoanalisis, antitesis, kemenduaan, pertentangan dua unsur. Keempat, kode narasi atau proairetik, yaitu kode yang mengandung cerita, urutan, narasi atau antinarasi. Dan yang kelima, kode kebudayaan atau kultural, yaitu suara-suara yang bersifat kolektif, anomin, bawah sadar, mitos, kebijaksanaan, pengetahuan, sejarah, moral, psikologi, sastra, seni, legenda.

Poster yang diteliti berjumlah tiga buah terdiri dari poster makanan bergizi, poster impotensi dan poster membunuh. Dalam penelitian ini yang menjadi perumusan masalah yakni apa makna yang terkandung didalam poster? Lalu dapat disimpulkan bahwa makna yang terkandung didalam poster menyatakan bahwa menjaga kesehatan sangatlah penting, dan jika penyakit akibat merokok sudah datang maka proses penyembuhannya dapat berlangsung lama dan memerlukan biaya yang tidak sedikit. Jika diaplikasikan dengan teori dari Barthes, maka seluruh poster dapat mempunyai makna pengetahuan karena mempunyai unsur kode kebudayaan dengan unsur pengetahuan mengenai bahaya tentang merokok dengan membertaukan akibat yang akan dialami jika terus merokok.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Dzat yang maha luhur Allah SWT atas segala rahmat dan karunia yang tiada henti selalu mengalir beriringan dengan denyut nadi dan aliran darah. Sehingga Penulis bisa sampai pada kesempatan saat ini dan semoga selalu dalam naungan-Nya hingga hari akhir kelak.

Kepada junjungan umat Islam diseluruh dunia, kekasih Allah dan makhluk paling mulia yaitu baginda besar Nabi Muhammad SAW. Penulis kirimkan SMS (shalawan ma’a salam) yang terkira, yang tak pernah mengeluh terhadap Sang khalik dalam menyebar luaskan syiar Islam.

Alhamdulillah pada akhirnya penulis dapat merampungkan skripsi ini walaupun masih banyak kekurangan dan segala sesuatunya. Begitu banyak cobaan dirasakan dalam proses pembuatan skripsi ini baik godaan dari diri sendiri yang berupa rasa malas, lalai dan perasaan untuk menunda-nunda. Namun pada akhirnya semua hilang bagai kesejukan embun dipagi hari seiring dengan selesainya sebuah tugas akhir ini.

Kepada kedua orang tua tersayang ayahanda Syamsudin dan ibunda Sofiah yang tiada lelah dan henti memberikan segala bentuk dukungan dan perhatian kepada penulis mulai dari balita, remaja hingga dewasa. Kasih sayangnya takkan terbayar dengan apapun didunia ini. Kedua kakak cantikku Yusi Syamsiah dan Yulianti Ningrum yang selalu men-support penulis ketika susah ataupun senang. Kakak iparku Nurhasan dan Nana, terima kasih telah menyayangi keluarga penulis. Adikku Didit Saputra belajar yang rajin, banyak-banyak baca buku.


(7)

Ponakan-ponakanku yang bandel dan lucu-lucu, Fathir, Azril, Naura dan Niken, dengan canda tawa mereka membuat keluarga lebih berwarna.

Kemudian penulis juga mengucapkan banyak-banyak terima kasih tak terhingga kepada pihak-pihak terkait yang membantu dalam penulisan skripsi, kepada :

1. Bapak Dr. H. Arief Subhan M.A sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, kepada bapak Drs. Wahidin Saputra, M.A selaku Pudek I, bapak Drs. H. Mahmud Jalal, M.A selaku Pudek II dan bapak Drs. Study Rizal LK, M.A selaku Pudek III.

2. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi bapak Drs. Jumroni. M.Si. dan Sekretaris Jurusan ibu Hj. Umi Musyarofah. M.A.

3. Ibu Rubiyanah, M.A sebagai pembimbing yang telah banyak memberikan masukan dan ilmunya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Para Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang tidak mungkin disebut satu persatu, namun tetap tidak mengurangi rasa takdzim penulis terhadap beliau-beliau.

5. Para staf dan karyawan Fakultas dan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas yang telah membantu peneliti dengan penyediaan buku-buku dan bahan untuk menyelesaikan skripsi ini.

6. Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan RI yang telah bersedia memberikan waktu dan tempat bagi penulis untuk melakukan penelitian.


(8)

7. Afaf Sholihin dan keluarga yang telah memberikan dukungan dan banyak masukan kepada penulis. Komunitas kecilku B4 Org (Bedu, Lelew dan eko) teman untuk berjelajah dihari senggang.

8. Sahabat sepanjang masa, Hari Haryanto, Badru Tamam, Eko maulana, Dafik, Fikri riva’i, Hambali, Fahmi Ali, Erza Handayani, Annisa Balqis (Piglet united). Mukhtar Fauzi, Said Muhsin, Sarif, Lukman Hakim, ibu dan bapak kost yang selalu ada setiap hari dalam lingkungan penulis. Serta pasangan kekasih yang selalu bersama dan mendukung penulis, Nurmansyah dan Andri Ratih.

9. Keluarga kecilku, KPI 06 b. Badru Tamam, Hari Haryanto, Dafik Nurul Fitron, Dedi Kurniansyah Putra, Asep Faiz, Dian Putra, Dian Komalasari, Besse Hermawati, Nisfi Ramadiati, Nurhasanah, Fatonah, Selly Cahyanti, Halimah, Fitri Susilawati, Fitriyani, Dhini Utami, Devi Rahayu, Gita Andini, Ida nurul Huda, Desti Eka, Fifit fitriansyah, heni Yunita, Eki sushanti, Didi Rustandi, Fikri Riva’i, Erza Handayani. Dan Teman-teman seperjuangan KPI a, c dan d. Yang selalu membuat tertawa disaat yang membosankan.

10.Divisi Tenis Meja UIN Jakarta. Said, Gandhi, Abdi, Farid, Rodhi, Fauzi, Kholid dan Rifki yang selalu menemani mengisi latihan. Terus berolahraga.

Demikian ungkapan cinta dan terima kasih yang tulus dari penulis, semoga Allah membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Tanpa mengurangi rasa hormat, penulis ucapkan banyak terima kasih kepada para pendukung dan pembantu yang mungkin tidak


(9)

bisa disebutkan disini secara detail. Namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan semua pembaca pada umumnya walaupun penulis sadar masih banyk kekurangan dalam penulisan skripsi ini.

Jakarta, 20 September 2010


(10)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

D. Metodologi Penelitian ... 8

E. Tinjauan Pustaka ... 10

F. Sistematika Penulisan ... 12

BAB II TINJAUAN TEORI A. Analisis Semiotik ………. 13

B. Teori Roland Barthes ………..………. 16

C. Poster 1. Pengertian Poster ………... 19

2. Sejarah Poster ……… 24

3. Poster Anti Merokok ……….. 27

D. Bahaya Merokok ……….. 27

BAB III PROFIL DEPARTEMEN KESEHATAN RI A. Visi dan Misi ……….... 44

B. Strategi ………. 45


(11)

D. Profil Pusat Promosi Kesehatan

1. Sejarah Pusat Promosi Kesehatan………... 50 2. Visi dan Misi Promkes ... 52 3. Fungsi dan Tugas Pokok ... 54

BAB IV DATA DAN ANALISIS DATA

A. Poster Anti Merokok 1

1. Data Poster ………. 57 2. Analisis Data ……….. 58 B. Poster Anti Merokok 2

1. Data Poster ……….. 61 2. Analisis Data ………... 62 C. Poster Anti Merokok 3

1. Data Poster ……….. 64 2. Analisis Data ………... 65

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ……….. 68

B. Saran ………. 69


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Poster adalah media cetak yang tidak hanya menampilkan gambar-gambar kosong memikat mata tapi juga sebagai media yang dapat memberikan informasi pada khalayak. Jika dilihat poster hanyalah gambar-gambar biasa yang dibuat dengan perpaduan warna yang menarik, tapi jika diteliti lebih dalam poster memiliki karakter yang kuat dalam menyampaikan informasi yang penekannya berbentuk gambar-gambar dan warna-warna yang menarik. Disamping gambar dan warna yang menarik, poster disandingkan dengan kalimat-kalimat singkat, agar mudah dipahami oleh khalayak akan pesan dari poster tersebut.

Poster pada awalnya lahir dari perlawanan Martin Luther King (1483-1546), seorang biarawan katolik dari Ordo Santo Agustinus yang di mata katolik berbalik menjadi bid’ah. Martin memilih poster sebagai media informasi kepada khalayak karena poster dianggap sebagai media paling produktif untuk menyampaikan informasi dengan mereka yang buta huruf, poster dapat menyampaikan pesan tanpa harus bisa membaca1.

Poster merupakan salah satu satu bentuk kemajuan teknologi dalam bidang media cetak. Kemajuan teknologi ini tidak lepas dari era globalisasi yang kian hari menunjukkan eksistensinya. Globalisasi merupakan suatu kondisi di mana

1

Asa Briggs dan Peter Burke, Sejarah Sosial Media: Dari Guttenberg Sampai Internet, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2004


(13)

batas-batas geografis seolah-olah tidak ada. Penduduk dunia berada dalam ruang kaca di mana mereka dapat melihat kejadian di luar daerahnya dengan jelas tanpa perlu mendatangai daerah tersebut. Keadaan ini merupakan dampak dari pesatnya perkembangan teknologi2.

Kemajuan teknologi berdampak pada arus informasi yang demikian pesat dan ternyata menimbulkan masalah baru. Terpaan berbagai media massa sebagian besar telah mengiringi masyaraat mengikuti kebudayaan global. Media menjalankan tugasnya untuk menyampaikan informasi yang sesungguhnya pada khalayak dan keputusan di tangan khalayak sendri. Tidak dapat dipungkiri, media telah berhasil mempengaruhi masyarakat yang mengonsumsinya, mulai dari gaya hidup yang bebas, pola pikir dan westernisasi.

Tanpa disadari poster adalah salah satu media dakwah, dimana dakwah sebagai proses untuk menyampaikan informasi-informasi ilahi kepada manusia agar mereka mengikuti aturan-aturan islam dan menjauhi apa yang dilarang hingga tercapai kebahagiaan hidup baik di dunia dan akirat. karena salah satu tujuan tujuan dari dakwah adalah menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar dan membimbing kembali kejalan yang lurus yakni jalan Allah3. sesuai dengan firman Allah SWT yang artinya:

“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah

2 Bakri Abbas MA, Komunikasi Internasional: Peranan Dan Permasalahnya, IISIP,


(14)

terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”. (Q.S Lukman: 17)

Para dai islam di jaman modern ini tidak lagi hanya berbicara melalui mimbar tetapi telah melirik media cetak dan elektronik. Hal ini mengimbangi sajian media yang semakin terbuka untuk menyajikan tayangan manca negara (khususnya barat) yang tentu saja bertolak belakang dengan norma-norma islam, disampang meluaskan objek dakwahnya.

Salah satu cara media berkomunikasi dengan khalayak ialah dengan pemasangan iklan. Ketika seseorang telah melihat iklan, maka ia diyakini telah memasukkan iklan itu sebagai informasi tambahan dalam ingatannya. Di masa mendatang, ia berpotensi besar untuk bertindak dan mengambil keputusan atas dasar informasi tersebut. iklan memang sangat efektif dalam mempengaruhi persepsi konsumen terutama kalangan anak-anak, remaja dan dewasa muda. Yang menjadi targetnya adalah kebanyakan anak--anak, remaja dan dewasa muda, Karena pola pikir mereka belum terlalu matang, cenderung labil sehingga masih mudah dipengaruhi. Dan poster merupakan salah satu iklan dalam bentuk media cetak.

Departemen Kesehatan RI (depkes) merupakan badan yang bergerak khusus menangani masalah kesehatan juga melakukan berbagai cara untuk menyehatkan bangsa Indonesia. Diantara nya ialah dengan pemasangan iklan akan bahaya suatu penyakit, seperti halnya mengenai bahaya dari penggunaan merokok. Depkes telah memberikan informasi mengenai bahaya merokok dalam bentuk iklan menggunakan media poster.


(15)

Menggunakan poster sebagai media iklan untuk memberikan informasi mengenai bahaya dari merokok dianggap penting karena rokok adalah benda beracun yang memberi efek santai dan sugesti merasa lebih jantan. Di balik kegunaan atau manfaat rokok yang secuil itu terkandung bahaya yang sangat besar bagi orang. Dari sisi kesehatan bahaya rokok sudah tidak terbantahkan lagi bukan hanya menurut WHO, tetapi, lebih dari 70 artikel ilmiah membuktikan itu. Dalam kepulan asap rokok terkandung 4000 racun kimia berbahaya, dan 43 di antaranya bersifat karsinogenik (merangsang tumbuhnya kanker).

Berbagai zat berbahaya itu, adalah tar, karbon monoksida (CO), dan nikotin. Akibatnya berbagai penyakit kanker mengintai, seperti: kanker paru- paru 90% pada laki-laki disebabkan oleh rokok, dan 70% untuk perempuan, kanker mulut, kanker bibir, asma, kanker leher rahim, jantung koroner, darah tinggi stroke, kanker darah, kanker hati, bronchitis, mati mendadak pada bayi, impotensi pada pria, bahkan rusaknya kesuburan wanita. Yang aneh adalah dampak rokok agak unik. Tidak ada yang mati mendadak karena rokok. Dampaknya tidak instan, beda dengan narkoba atau minuman keras. Dampak rokok nanti terasa setelah 10-20 tahun pasca penggunaannya.

Bahaya rokok tidak hanya dirasakan oleh perokok aktif saja, tapi juga pada perokok pasif. Efeknya itu sendiri ada dua macam, efek langsung dan tidak langsung. Efek langsungnya seperti iritasi mata, batuk-batuk, pusing, dan mual-mual. Buat penderita asma bahkan bisa membuat penurunan fungsi paru-paru (walaupun baru sebentar kena asapnya).


(16)

Efek tidak langsung lebih mengerikan. Secara umum, perokok pasif memiliki peningkatan risiko untuk terkena kanker sebanyak 25%. Buat bayi, ada yang namanya Sudden Infant Death Syndrome atau kematian mendadak bayi, biasanya yang umurnya kurang dari 1 tahun. Jangankan bayi yang belum lahir saja bisa terkena dampaknya, calon ibu yang merokok atau terpapar asap rokok saat mengandung bisa menyebabkan berbagai kelainan saat melahirkan, seperti kekurangan berat badan, posisi janin yang tidak benar, dan lain-lain.

Menurut Setyo Budiantoro dalam makalahnya yang berjudul “Epidemi Tembakau” rokok dapat membunuh 1 dari 2 pengguna jangka panjang, kematian dini dan kehilangan 20-25 tahun masa produktif. Jumlah perokok di dunia mencapai 1.3 milyar sedangkan Indonesia sendiri adalah salah satu negara pengkonsumsi rokok tertinggi di dunia dengan rangking ke 3. Jumlah perokok Indonesia di dunia mencapai 4,8% dan jumlah perokok indonesia di ASEAN mencapai 46 %3.

Bila diteliti lebih jauh maka media massa mempunyai andil yang sangat besar dalam meningkatkan kecendrungan masyarakat untuk rokok, seperti tayangan iklan rokok di televisi. Yang lebih memprihatinkan, iklan-iklan rokok semakin lihai menjerat konsumen. Tidak jarang, hal-hal positif diselipkan dan disalahgunakan untuk menanamkan persepsi tentang merokok yang sebenarnya menjerumuskan.

3

Set yo Budiant oro & Widyast ut i Soerojo, M akalah Berjudul:Epidemi Tem bakau,

dipr esent asikan di seminar kesehat an at as kerjasama Tobacco Cont rol Support Cent er (TCSC)- Ikat an Ahli Kesehat an M asyarakat Indonesia (IAKM I).


(17)

Kanada salah satu negara yang sukses mengurangi konsumsi rokok setelah pemasangan gambar seram di bungkus Seorang remaja tampak melongo memperhatikan gambar yang terpampang pada bungkus rokok Marlboro. Pada bungkus rokok itu, persis di atas tulisan Marlboro, terlihat gambar mulut dengan gigi-gigi menguning, sebagian hitam membusuk. Bibir pada gambar itu berwarna merah kehitaman dan melepuh. Negara-negara tetangga seperti: Singapura, Filipina atau Thailand, sangat mudah menemukan rokok- rokok bergambar menyeramkan itu.

Di Indonesia sendiri akan sangat sulit untuk menggunakan media massa (khususnya elektronik) sebagai alat kampanye anti rokok, karena iklan rokok merupakan salah satu iklan yang besar keuntungannya untuk industri media. Banyak lembaga yang mengeluarkan poster mengenai anti rokok, namun saya lebih menyoroti poster yang diedarkan oleh Departemen Kesehatan (DEPKES), karena selain mengandung unsur pendidikan poster yang itu pun berisikan gambar yang menarik.

Karena begitu besarnya jumlah penduduk yang mengkonsumsi rokok di Indonesia, padahal dampak negatif merokok cukup mengerikan. Maka depkes membuat poster dengan tujuan sebagai peringatan dan kepedulian kepada masyarakat akan ancaman kesehatan yang akan dirasakan jika terus menerus merokok. Oleh karena itu, tepat kira nya penulis melakukan penelitian dengan judul “ANALISIS SEMIOTIK PADA POSTER ANTI MEROKOK DEPARTEMEN KESEHATAN RI”.


(18)

B. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah

Poster yang diteliti yakni poster yang bertemakan anti merokok yang di produksi oleh Departemen Kesehatan RI yakni hanya sebanyak 3 buah poster, dan ketiga poster ini saling berkaitan antara satu dengan lainnya.

Penelitian ini menggunakan teori kode dari Roland Barthes yang terdiri dari lima kode, dan kelima kode tersebut terkandung didalam masing-masing poster yang diteliti.

2. Rumusan masalah

Mengacu pada batasan masalah, maka perumusan masalahnya adalah:

Apa makna yang terkandung dalam poster anti merokok Departemen Kesehatan RI?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui makna dibalik gambar dan kata-kata pada poster Departemen Kesehatan terhadap anti merokok sehingga dapat mengatasi kesalahpahaman dalam mengartikan poster.


(19)

Dengan tujuan di atas maka penulis berharap dapat memahami makna pada poster dan dapat mempelajari cara yang benar dalam menentukan gambar serta kata-kata yang tepat pada poster.

2. Manfaat Penelitian: a. Manfaat Akademis

Penulis ingin mengaplikasikan teori atau model dan metode yang digunakan penulis agar dapat menjadi suatu teori yang memberikan pemahaman kepada penulis akan menganalisis media massa. Analisis ini berguna sebagai wacana positif dalam rangka menerapkan suatu bentuk pesan dalam media cetak yang sesuai dengan keajuan teknologi yang dan guna memnuhi kebutuhan masyarakat.

b. Manfaat Praktis

Penulis dapat memberikan gambaran sebelum membuat poster dan dapat mengetahui makna secara jelas tentang poster. Penulis juga berharap penelitian dapat memberikan masukan pada Departemen Kesehatan dalam pembuatan poster mengenai anti rokok, selain agar poster Departemen Kesehatan dapat memberikan pengetahuan yang luas kepada masyarakat mengenai penyebab meningkatnya kecendrungan merokok di masyarakat.

D. Metodologi penelitian 1. Metode Penelitian


(20)

Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor (1975:5) Kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati. Kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna.4

2. Unit analisis

Unit analisis pada penelitian ini adalah poster yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan terhadap anti merokok (bahaya rokok). Unit pengamatannya adalah pesan yang terdapat pada poster, bagaimana tanda yang digunakan oleh Departemen Kesehatan dalam menyatukan pesan ke dalam poster anti merokok sehingga terbentuk makna.

Makna yang diteliti dalam poster meliputi penanda dan petanda. Penanda merupakan aspek material tanda yang bersifat sensoris atau dapat diindrai yang berkaitan dengan sebuah konsep. Substansi penanda senantiasa bersifat material, entah berupa bunyi-bunyi, objek-objek, imaji-imaji. Sementara itu petanda merupakan aspek mental dari tanda-tanda, yang biasa disebut juga sebagai konsep, petanda bukanlah sesuatu yang diacu oleh tanda, melainkan semata-mata representasi mentalnya.5

3. Pengumpulan data

Pengumpulan data dalam penelitian ini melalui beberapa tahap:

4

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D ( Bandung, ALFABETA, 2009) hal.9

5


(21)

a. Pemilihan beberapa poster yang terkait dengan penelitian.

b. Melakukan wawancara dengan pembuat poster.

c. Melakukan pengumpulan data mengenai hal-hal yang berkaitan dengan penelitian.

4. Analisis data

Penelitian ini menggunakan analisis semiotik teori Roland Barthes. Barthes melihat tanda berdasarkan kode. Umberto Elo menyebut kode sebagai aturan yang menjadikan tanda sebagai tampilan yang kongkrit dalam sistem komunikasi. Dan menurut Barthes, di dalam teks setidak-tidaknya beroperasi lima kode pokok yang didalamnya semua penanda tekstual dapat dikelompokkan. Adapun kodekode pokok tersebut -yang denganya seluruh aspek tekstual -yang signifiksn dapat dipahami- meliputi aspek sigtagmatik dan semantik sekaligus, yaitu menyangkut bagaimana bagian-bagiannya berkaitan satu sama lain dan terhubungkan dengan dunia diluar teks. Kelima kode tersebut meliputi: kode hermeunetik, kode semantik, kode simbolik, kode narasi dan kode kultural atau kebudayaan.6

E. Tinjauan pustaka

Dari pengamatan peneliti telah dilakukan tinjauan pustaka dan ternyata penulis menemui beberapa mahasiswa/i yang terdahulu meneliti dengan latar belakang analisis semiotik. Adapun pembahasan tersebut ialah :

6


(22)

1. Skripsi yang berjudul “Analisis Semiotik Pada Poster HIV/AIDS di Yayasan Pelita Ilmu”, yang ditulis oleh : Ranita Erlanti Harahap, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi tahun 2008. Berisikan tentang makna yang terkandung dalam poster HIV/AIDS yang di produksi oleh Yayasan Pelita Ilmu. Adapun perbedaan dengan skripsi diatas dengan skripsi yang penulis buat ialah dari segi teori yang digunakan, skripsi diatas menggunakan teori Gilllian Dyer, sedangkan penelitian yang penulis lakukan menggunakan teori dari Rolland Barthes. Skripsi diatas meneliti poster tentang HIV di Yayasan Pelita Ilmu, sedangkan penelitian ini meneliti poster anti merokok di Departemen Kesehatan R.I.

2. Skripsi berjudul “Analisis Semiotika Iklan Politik Partai Bulan Bintang Di Media Televisi ( Versi Profil dan Syariah)”, yang ditulis oleh : Noviyanto, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah Dan komunikasi tahun 2009.

Perbedaan denghan skripsi diatas dengan skripsi yang penulis buat adalah terletak pada objek dan teori yang digunakan. Skripsi diatas membahas Iklan Politik di televisi, sedangkan penelitian yang penulis buat membahas tentang Poster. Teori yang digunakan skripsi di atas ialah teori dari Charles Sanders Pierce.

3. Dan dalam skripsi berjudul ”Analisis Semiotika Foto Cerita Pada Media Online Antara.Com”, yang ditulis oleh : Tedi Kriyanto, Konsentrasi Jurnalistik, Fakultas Dakwah dan Komunikasi tahun 2009.


(23)

Perbedaan dengan skripsi diatas dengan skripsi ini ialah terletak pada objeknya, skripsi diatas membahas mengenai foto di sebuah media.

F. Sistematika penulisan

Agar penelitian ini terlihat sistematis, peneliti membaginya dalam lima bab. Adapun sistematikanya sebagai berikut :

Bab I PENDAHULUAN: meliputi, Latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.

Bab II TINJAUAN TEORI: meliputi, analisis semiotik, teori semiotik Roland Barthes, pengertian poster, sejarah poster, poster anti merokok dan bahaya merokok.

Bab III PROFIL DEPARTEMEN KESEHATAN RI: meliputi, visi dan misi, strategi, struktur organisasi, tugas dan fungsi, dan profil pusat promosi kesehatan depkes.

Bab IV DATA DAN ANALISIS DATA


(24)

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Analisis Semiotik

Semiotika berasal darikata Yunani: semeion, yang berarti tanda. Dalam pandangan piliang, penjelajahan semiotika sebagai metode kajian ke dalam berbagai cabang keilmuan ini dimungkinkan karena ada kecenderungan untuk memandang berbagai wacana sosial sebagai fenomena bahasa. Dengan kata lain bahasa dijadikan model dalam berbagai wacana sosial.7 Berdasarkan pandangan semiotika, bila seluruh praktik sosial dapat dianggap sebagai fenomena bahasa, maka semuanya dapat juga dipandang sebagai tanda. Hal ini dimungkinkan karena luasnya pengertian tanda itu sendiri.

Dalam buku Semiotika Visual yang ditulis oleh Sumbo Tinarbuko menyatakan bahwa semiotika memiliki dua tokoh, yakni Ferdinand de Saussure (1857-1913) dan Charles sander Peirce (1839-1914). Kedua tokoh tersebut mengembangkan ilmu semiotika secara terpisah dan tidak mengenal satu sama lain. Saussure di Eropa dan Peirce di Amerika Serikat. Latar belakang keilmuannya adalah linguistik, sedangkan Peirce filsafat. Saussure menyebut ilmu yang dikembangkannya semiologi (semiology).

7

Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, (Yogyakarta: Penerbit Jalasutra, 2008), hal. 11


(25)

Semiologi menurut Saussure, didasarkan pada anggapan bahwa selama perbuatan dan tingkah laku manusia membawa makna atau selama berfungsi sebagai tanda, harus ada dibelakangnya sistem pembedaan dan konvensi yang memungkinkan makna itu. Dimana ada tanda disana ada sistem.8

Ada lima pandangan Saussure tentang prinsip dasar semiotika yaitu pertama, signifier (penanda) dan signified (petanda); kedua, form (bentuk) dan

content (isi); ketiga, langue (bahasa) dan parole (tuturan, ujaran); keempat,

synchronic (sinkronik) dan diachronic (diakronik); dan kelima, syntagmatik

(sintagmatik) dan associative (paradigmatik).9

Sedangkan Peirce menyebut ilmu yang dibangunnya semiotika (semiotics). Bagi Peirce yang ahli filsafat dan logika, penalaran manusia senantiasa dilakukan lewat tanda. Artinya, manusia hanya dapat bernalar lewat tanda. Dalam fikirannya, logika sama dengan semiotika dan semiotika dapat diterapkan pada segal amacam tanda (Berger, 2001:11-22). Dalam perkembangan selanjutnya, istilah semiotika lebih populer dibanding semiologi. Semiotika menurut Pierce adalah tidak lain dari sebuah nama lain dari logika yakni doktrin formal tentang tanda-tanda.10

Semiotika adalah ilmu yang mempelajari tentang tanda (sign), berfungsinya tanda, dan produlsi makna. Tanda adalh sesuatu yang bagi seseorang berarti sesuatu yang lain. Dalam pandangan Zoest, segala sesuatu yang dapat diamati atau dibuat teramati dapat disebut tanda. Karena itu, tanda tidaklah terbatas pada benda. Adanya peristiwa, tidak adanya peristiwa, struktur yang

8

Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual,hal. 12

9

Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004) hal.12

10


(26)

ditemukan dalam sesuatu, suatu kebiasaan, semua ini dapat disebut tanda. Sebuah bendera kecil, sebuah isyarat tangan, sebuah kata, suatu keheningan, suatu kebiasaan makan, sebuah gejala mode, suatu gerak syaraf, peristiwa memerahnya wajah, suatu kesukaan tertentu, letak bintang tertentu, suatu sikap, setangkai bunga, rambut uban, sikap diam membisu, gagap, berbicara cepat, berjalan sempoyongan, menatap, api, putih, bentuk, bersudut tajam, kecepatan, kesabaran, kegilaan, kekhawatiran, kelengahan, semuanya itu dianggap sebagai tanda.11

Sampai sejauh ini, bidang-bidang study semiotika sangatlah beragam, mulai dari kajian perilaku komunikasi hewan (zoosemiotics) sampai dengan analisis atas sistem-sistem pemaknaan seperti komunikasi tubuh (kinesik dan proksemik), tanda-tanda bebauan (olfactory signs), teori estetika, retorika, dan seterusnya (lihat Eco, 1979: 9-14; Hawkes, 1978: 124). Ruang lingkup studi semiotika, dengan demikian, sangatlah luas sehingga mungkin akan menimbulkan kesan sebagai suatu ilmu dengan, meminjam istilah Umberto Eco (1979: 6), “imperialisme” yang arogan. Sementara itu, bila kita mengkuti Charles Morris (1938: 6; dalam Levinson, 1983: 1),seorang filsuf yang juga menaruh perhatian atas ilmu tentang tanda-tanda, semiotika pada dasarnya dapat dibedakan kedalam tiga cabang penyelidikan (branches of inquiry), yakni sintaktik, semantik, dan pragmatik.

1. Sintaktik (syntactics) atau sintaksis (syntax): Suatu cabang penyelidikan semiotika yang mengkaji “hubungan formal diantara satu tanda dengan tanda-tanda yang lain”. Dengan kata lain, karena hubungan-hubungan formal ini merupakan kaidah-kaidah yang

11


(27)

mengendalikan tuturan dan interpretasi, pengertian sintaktik kurang-lebih adalah semacam “gramatika”

2. Semantik (semantics): Suatu cabang penyelidikan semiotika yang mempelajari “hubungan di antara tanda-tanda dengan designata atau objek-objek yang diacunya”. Bagi Morris, yang dimaksudkan dengan designata adalah makna tanda-tanda sebelum digunakan didalam tuturan tertentu.

3. Pragmatik (pragmatics): Suatu cabang penyelidikan semiotika yang mempelajari “hubungan di antara tanda-tanda dengan interpreter-interpreter atau para pemakainya”-pemakaian tanda-tanda. Pragmatik secara khusus berurusan dengan aspek-aspek komunikasi, khususnya fungsi-fungsi situasional yang melatari tuturan.12

B. Teori Roland Barthes

Konsep dasar semiotik yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada Roland Barthes yang berangkat dari pendapat Ferdinand De Saussure. Roland Barthes melihat semiotik dari kode.

Kode menurut Piliang (1998:17), adalah cara pengkombinasian tanda yang disepakati secara sosial, untuk memungkinkan suatu pesan disampaikan dari seseorang ke orang lainnya. Sedanglan kode dalam terminologi sosiolinguistik, ialah variasi tutur yang memiliki bentuk khas, serta makna yang khas pula (Poedjo Soedarmo, (1986:27). Di dalam praktik bahasa, sebuah pesan yang dikirim kepada

12


(28)

penerima pesan diatur seperangkat konvensi atau kode. Umberto Eco menyebut kode sebagai aturan yang menjadikan tanda sebagai tampilan yang konkrit dalam sistem komunikasi. ( Eco, 1979:9).

Kode pertama yang berlaku pada teks-teks ialah kode bahasa yang digunakan untuk mengutarakan teks yang bersangkutan. Kode bahasa itu dicantumkan dalam kamus dan tata bahasa. Selain itu, teks-teks tersusun menurut kode-kode lain yang disebut kode sekunder, karena bahannya ialah sebuah sistem lambang primer, yaitu bahasa. Sedangkan struktur cerita, prinsip-prinsip drama, bentuk-bentuk argumentasi, sistem metrik, itu semua merupakan kode sekunder yang digunakan dalam teks-teks untuk mengalihkan arti.

Roland Barthes mengelompokkan kode-kode tersebut menjadi lima kisi-kisi kode, yakni kode hermeunetik, kode semantik, kode simbolik, kode narasi, dan kode kultural atau kode kebudayaan. Uraian kode-kode tersebut dijelaskan oleh pradopo sebagai berikut:

1)Kode hermeunetik, yaitu artikulasi berbagai cara pertanyaan, teka-teki, respon, enigma, penangguhan jawaban, akhirnya menuju pada jawaban. Atau dengan kata lain, kode hermeunetik berhubungan dengan teka-teki yang timbul dalam sebuah wacana.siapakah mereka? Apa yang terjadi? Halangan apakah yang muncul? Bagaimanakah tujuannya? Jawaban yang satu menunda jawaban lain.13

13


(29)

2)Kode semantik, yaitu kode yang mengandung konotasi pada level penanda. Misalnya konotasi feminitas, maskulinitas. Atau dengan kata lain kode semantik adalah tanda-tanda yang ditata sehingga memberikan suatu konotasi maskulin, feminim, kebangsaan, kekuasaan, loyalitas.

3)Kode simbolik, yaitu kode yang berkaitan dengan psikoanalisis, antitesis, kemenduaan, pertentangan dua unsur.

4)Kode narasi atau proairetik, yaitu kode yang mengandung cerita, urutan, narasi atau antinarasi.

5)Kode kebudayaan atau kultural, yaitu suara-suara yang bersifat kolektif, anomin, bawah sadar, mitos, kebijaksanaan, pengetahuan, sejarah, moral, psikologi, sastra, seni, legenda.14

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa teori Barthes mengacu pada teori dari Saussure, Saussure membedakan makna denotatif dengan makna konotatif. Spradley menjabarkan makna denotatif meliputi hal-hal yang ditunjukan oleh kata-kata (makna referensial). Piliang mengartikan makna denotatif adalah hubungan eksplisit antara tanda dengan referensi atau realitas dalam pertandaan tahap denotatif, pada tahap ini hanya informasi data yang disampaikan.

Spradley menyebut makna konotatif meliputi semua signifikansi sugestif dari simbol yang lebih dari pada arti referensialnya. Menurut Piliang, makna

14

Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual (Yogyakarta:Jalasutra,2008), hal.17-19


(30)

konotatif meliputi aspek makna yang berkaitan dengan perasaan dan emosi serta nilai-nilai kebudayaan dan ideologi.15

C. Poster

Menurut Bittner, komunikasi massa adalah pesan-pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang.16 Sedangkan menurut Defleur dan Dennis mengartikan komunikasi massa adalah suatu proses dalam mana komunikator-komunikator menggunakan media untuk menyebarkan pesan-pesan secara luas, dan secara terus menerus menciptakan makna yang diharapkan daoat mempengaruhi khalayak yang besar dan berbeda-beda dengan melalui berbagai cara.17 Adapun media yang digunakan dalam komunikasi massa dapat melalui media elektronik juga media cetak. Dan penggunaan media poster termasuk kedalam media cetak.

1. Pengertian poster

Poster adalah plakat yang dipasang ditempat umum (berupa pengumuman atau iklan)18. Cambridge Advanced Learner’s Dictionary, Cambridge University Press (2003:966) mengartikan poster : a large printed picture, photograph or notice which you stick or pin to a wall or board, usually for decoration or to advertise something. Dictionary of America English (2002:1193) mengartikan poster a large sheet of paper, usually announcing some event: political workers put up posters around town their candidate’s name and picture on it.

15

Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, hal. 20

16

Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Ramadja Karya, 1986), hal.174

17

Sasa Djuarsa Sendjaya, Pengantar Komunikasi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1999), hal. 158

18


(31)

Dapat disimpulkan bahwa poster adalah:

a. Plakat (surat pengumuman).

b. Dipajang / dipasang ditempat umum c. Berukuran besar (a large of papper) d. Tulisan dengan gambar

e. Bertujuan untuk mengenalkan, atau mempromosikan sesuatu

Dilihat dari tujuannya, poster adalah media cetak yang di satu pihak adalah produk kehumasan (publicity announcing some event), namun di pihak lain juga merupakan produk bisnis atau komoditas (berupa iklan). Beda antara keduanya kadang sangat tipis, namun sebenarnya disparitas antara produk kehumasan dan produk bisnis bisa saja dibuat jelas-tegas, sesuai dengan tujuannya.

1) Poster sebagai produk humas: yakni sebuah poster yang dirancang untuk mengkomunikasikan atau menjelaskan sesuatu kepada audience, tidak atau hanya sedikit sekali unsur komunikasi bisnis didalamnya. Artinya, tidak ada sama sekali tujuan bisnis didalam rancangan maupun kegiatan produksi maupun exposure-nya.

Poster juga termasuk sebuah iklan, poster dengan tujuan sebagai produk humas merupakan jenis iklan non komersial yakni iklan yang bersifat secara tidak langsung menjual produk atau jasa.19 Yang termasuk kedalam iklan ini anatar lain:

a) Iklan Public relations: iklan yang bertujuan memberikan informasi-informasi penting tentang perusahaan kepada

19


(32)

publiknya. Seperti: pengumuman, pergantian direksi, pelayanan perusahaan, pindah gedung, ganti nomor telepon, gangguan pelayanan dan sebagainya.20

b) Iklan rekrutmen (iklan lowongan kerja)

c) Iklan layanan masyarakat: iklan yang berisi pesan-pesan yang mengingatkan dan mengajak masyarakat untuk berpatisipasi menyukseskan program-program yang ditujukan untuk kemaslahatan bersama.21

d) Iklan identitas korporat: salah satu alat pembentuk citra adalah identitas perusahaan (korporat). Identitas perusahaan pada dasarnya merupakan symbol-simbol yang digunakan untuk mempresentasikan perusahaan di mata public.22 Oleh karena itu diperlukan iklan yang memberikan citra baik terhadap suatu perusahaan.

2) Poster sebagai produk bisnis: poster yang dengan sengaja dan secara strategis dirancang untuk tujuan bisnis, untuk mendapatkan keuntungan atau untuk mengkomunikasikan suatu produk, atau perusahaan, agar khalayak sadar, dan akhirnya mengkonsumsi,

20 Rachmat Kriyantono, Public Relations Writing, (Jakarta: Kencana, 2008), hal. 184

21

Rachmat Kriyantono, Public Relations Writing, (Jakarta: Kencana, 2008), hal. 193

22


(33)

atau membeli suatu produk yang dikomunikasikan melalui poster tersebut.23

Poster jenis ini termasuk kedalam iklan komersial, yakni iklan yang bersifat menjual produk atau jasa secara langsung. Yang termasuk kedalam jenis ini antara lain:

a) Iklan konsumen: iklan yang menjual barang-barang konsumsi.

b) Iklan antarbisnis: iklan yang menawarkan barang-barang nonkonsumen.

c) Iklan perdagangan: iklan yang menawarkan barang yang akan dijual lagi, karena itu sasaran iklan ini adalah para pemasok, grosir, agen, pengecer.

d) Iklan pengecer: iklan yang dilakukan oleh pebgecer agar dagangannya laku, misalnya iklan diskon besar-besaran.

e) Iklan respon langsung: iklan jenis baru yang memungkinkan khalayak bias memberikan respon langsung ketika melihatnya.24

Bila dilihat dari penjelasan diatas, maka poster yang dikeluarkan oleh departemen kesehatan mengenai bahaya merokok termasuk kedalam poster sebagai media humas dan termasuk kedalam iklan layanan masyarakat. Melalui

23

Masri Saremba Putra, Media Cetak Bagaimana Merancang Dan Memproduksi,(Yogyakarta:Graha Ilmu,2007) hal.60-61

24


(34)

iklan layanan masyarakat ini humas berupaya mewujudkan tanggung jawab perusahaan dalam memberikan pendidikan kepada masyarakat.

Iklan ini berusaha memersuasi orang-orang untuk bersikap dan memerhatikan persoalan-persoalan social, mengubah kebiasaan yang buruk menjadi lebih baik, menginformasikan kepada public tentang cara pencegahan dan penanggulangan suatu penyakit.

Seperti hal nya media lain, pasti mempunyai kelebihan dan juga kekurangan, kekurangan pada media poster diantaranya ialah:

1) Ketidak mampuannya memuat pesan sekaligus.

2) Rentan terhadap vandalism atau cuaca.

3) Kurangnya konsentrasi penonton untuk mengingat pesan-pesan iklan poster karena mereka melihat poster tersebut secara sambil lalu.

4) Waktu yang digunakan untuk merancang, mencetak dan memamerkan poster cukup lama.25

2. Sejarah poster

Tidak ada yang tahu pasti, kapan poster untuk pertama kalinya di produksi dan dipasang. Juga tidak diketahui catatan, yang pertama kali di produksi, apakah jenis poster kehumasan atau poster bisnis.

25


(35)

Akan tetapi, dilihat dari sisi kreatif dan medianya, poster merupakan perkembangan dari tulisan di dinding ddan gua-gua yang sudah lebih maju dan modern, dengan menggunakan teknik tinggi yang lebih beradab. Didalam poster ditemukan tidak hanya pesan, tetapi juga ada unsur-unsur lain, seperti: ilustrasi dan pewarnaan, dengan sentuhan ilmu komunikasi modern-hal ini menunjukan bahwa didalam memproduksi poster, dibutuhkan kreatifitas yang tinggi dan ketajaman intuisi agar poster berhasil mencapai sasarannya.

Meski bukan penemu, agaknya tokoh reformator abad 15, Martin Luther yang tercatat sebagai pengguna media cetak poster dengan exposure paling dahsyat. Karena merasa keberatan atas praktik tertentu dari gereja katolik (Paus Leo X) Luther menuliskan keberatan-keberatannya (yang dikenal dengan 95 Dalil atau Keberatan Luther yang ditulis dalam huruf latin), lalu menempelkan dalil itu di depan pintu gereja Wittenberg, Jerman. Penempelan poster itu dilakukan pada 31 Oktober 1517.

“On the eve of all saints, October 31st, 1517, Luther marched out of the black cloister gate towards the castle church. In his hands he held a poster, a hammer and some nails. He was spotted by a couple of university students who then followed him ... the poster was printed by a local man kept a copy from himself. Within two weeks the these were reprinted and distributed throughout Germany, without Luther’s permission. Within another two weeks they had been translated and were being read all over Europe. Little did Luther know they would eventually becpme the of independence for the reformation movement that broke with the Catholic Cruch”. (Martin Luther. The German Monk Who Changed The Chruch:31)26

26


(36)

Banyak jemaat melihat dan terprovokasi oleh isi dan pesan dalam poster itu. Mereka yang belum sadar, akhirnya bertindak. Di sinilah letak keberhasilan poster, ketika sanggup menggiring orang yang semula belum sadar sampai pada orang tersebut bertindak.

Ada satu pelajaran dan pengalaman yang perlu dipetik dari pemasangan poster oleh Luther: orang tercelik bahwa poster memiliki power, exposure, dan daya yang luar biasa di dalam memengaruhi publik untuk bertindak.

Tak lama setelah itu, di serambi dan pintu-pintu masuk setiap tempat ibadah pun dipasang semacam poster. Di tempat ibadah orang Yahudi, Sinagoga, semacam poster disebut “anales” – mirip majalah dinding sekarang. Di masjid-masjid juga dapat ditemukan poster. Funsinya selain memberikan informasi, juga ada unsur persuasui di dalamnya. Dengan menempelkan poster di rumah-rumah ibadah, jamaah yang datang dan melihatnya menjadi maklum segala informasi dan ihwal yang disampaikan melalui poster tersebut. Tidak hanya itu, poster pun harus bisa menrik perhatian baik dengan kata-kata yang digunakan atau dengan cara penggunaan dalam penerapan gambar. Poster yang ada pada zaman sekarang cenderung dituntut untuk lebih kreatif, baik dari segi isi pesan ataupun gambar. Dewasa ini di dalam proses pembuatan poster yang kreatif ada baiknya menggunakan tiga pola pendekatan:

a. Menjelaskan secara argumentatif: dengan menggunakan logika yang berurutan, mulai dari kalimat pertama sampai dengan kalimat terakhir harus saling terkait. Pada pola pendekatan ini, terdapat kaitan persoalan dan solusinya.


(37)

b. Dogmatis: bahwa apapun yang akan kita sampaikan dalam poster kepada khalayak, kita harus meyakini bahwa itu adalah suatu kebenaran yang mutlak dan tidak terbantahkan. Itu sebabnya diperlukan adanya persuasi-persuasi yang bersifat meyakinkan bahwa hal itu benar adanya.

c. Mengedepankan daya tarik: memperlihatkan gambar/kartun/foto yang unik dan disertai oleh paduan warna yang menarik sehingga membuat orang yang melihatnya merasa terpanggil dan tersentuh dengan isi pesan dari poster tersebut.

Dan kini poster sudah dikemas sedemikian rupa, tidak hanya konsep-konsep dan kreatif pembuatannya, tetapi juga aspek exposurenya diteliti dan semakin dikembangkan.27

Secara teknis, ukuran (format) poster yang lazimnya dipakai minimal ukuran A-3. Atau bisa juga lebih besar, A-2, A-1 dan A-0 tergantung di mana poster itu akan dipasang.28

3. Poster Anti Merokok

Poster atau plakat adalah karya seni atau desain grafis yang memuat komposisi gambar dan huruf di atas kertas berukuran besar. Pengaplikasiannya dengan ditempel di dinding atau permukaan datar lainnya dengan sifat mencari

27

Masri Saremba Putra, Media Cetak, hal. 61-63.

28


(38)

perhatian mata sekuat mungkin. Karena itu poster biasanya dibuat dengan warna-warna kontras dan kuat.

Poster bisa menjadi sarana iklan, pendidikan, propaganda, dan dekorasi. Selain itu bisa pula berupa salinan karya seni terkenal. Dan poster anti merokok merupakan poster sebagai saran pendidikan, karena didalmnya mengandung arti memberikan informasi berupa pengetahuan akan bahaya dari merokok. Poster jenis ini juga termasuk kedalam iklan layanan masyarakat.

D. Bahaya Merokok

Perilaku hidup bersih dan sehat menjadi kebutuhan dasar derajat kesehatan masyarakat, salah satu aspeknya adalah tidak ada anggota keluarga yang merokok.

Setiap kali menghirup asap rokok, baik sengaja atau tidak, berarti telah mengisap lebih dari 4.000 macam racun. Karena itulah, merokok sama dengan memasukkan racun-racun tadi ke dalam rongga mulut dan tentunya paru-paru. Merokok mengganggu kesehatan, dan kenyataan ini tidak dapat kita pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti dari akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kebiasaan merokok bukan saja merugikan si perokok, tetapi juga bagi orang di sekitarnya.

Saat ini jumlah perokok, terutama perokok remaja terus bertambah, khususnya di negara-negara berkembang. Keadaan ini merupakan tantangan berat bagi upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Bahkan organisasi kesehatan sedunia (WHO) telah memberikan peringatan bahwa dalam dekade 2020-2030 tembakau akan membunuh 10 juta orang per tahun, 70% di antaranya terjadi di negara-negara berkembang.


(39)

Melalui resolusi tahun 1983, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan tanggal 31 Mei sebagai Hari Bebas Tembakau Sedunia setiap tahun.

Bahaya merokok terhadap kesehatan tubuh telah diteliti dan dibuktikan oleh banyak orang. Efek-efek yang merugikan akibat merokokpun sudah diketahui dengan jelas. Banyak penelitian membuktikan bahwa kebiasaan merokok meningkatkan risiko timbulnya berbagai penyakit. Seperti penyakit jantung dan gangguan pembuluh darah, kanker paru-paru, kanker rongga mulut, kanker laring, kanker osefagus, bronkhitis, tekanan darah tinggi, impotensi, serta gangguan kehamilan dan cacat pada janin.

Penelitian terbaru juga menunjukkan adanya bahaya dari asap rokok yang terhirup oleh orang-orang bukan perokok karena berada di sekitar perokok, atau biasa disebut juga dengan perokok pasif.

1. Zat kimia

Rokok tentu tidak dapat dipisahkan dari bahan baku pembuatannya, yakni tembakau. Di Indonesia, tembakau ditambah cengkih dan bahan-bahan lain dicampur untuk dibuat rokok kretek. Selain kretek, tembakau juga dapat digunakan sebagai rokok linting, rokok putih, cerutu, rokok pipa, dan tembakau tanpa asap (chewing tobacco atau tembakau kunyah).

Komponen gas asap rokok adalah karbon monoksida, amoniak, asam hidrosianat, nitrogen oksida, dan formaldehid. Partikelnya berupa tar, indol, nikotin, karbarzol, dan kresol. Zat-zat ini beracun, mengiritasi, dan menimbulkan kanker (karsinogen).


(40)

Zat ini yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang, meracuni saraf tubuh, meningkatkan tekanan darah, menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi, dan menyebabkan ketagihan dan ketergantungan pada pemakainya. Kadar nikotin 4-6 mg yang diisap oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan. Di Amerika Serikat, rokok putih yang beredar di pasaran memiliki kadar 8-10 mg nikotin per batang, sementara di Indonesia berkadar nikotin 17 mg per batang.

3. Timah hitam (pb)

Timah hitam yang dihasilkan oleh sebatang rokok sebanyak 0,5 ug. Sebungkus rokok (isi 20 batang) yang habis diisap dalam satu hari akan menghasilkan 10 ug. Sementara ambang batas bahaya timah hitam yang masuk ke dalam tubuh adalah 20 ug per hari.

4. Gas karbonmonoksida (co)

Karbonmonoksida memiliki kecenderungan yang kuat untuk berikatan dengan hemoglobin dalam sel-sel darah merah. Seharusnya, hemoglobin ini berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernapasan sel-sel tubuh, tapi karena gas CO lebih kuat daripada oksigen, maka gas CO ini merebut tempatnya “di sisi” hemoglobin. Jadilah, hemoglobin bergandengan dengan gas CO. Kadar gas CO dalam darah bukan perokok kurang dari 1 persen, sementara dalam darah perokok mencapai 4 – 15 persen.

5. Tar

Tar adalah kumpulan dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen padat asap rokok, dan bersifat karsinogen. Pada saat rokok dihisap, tar masuk ke dalam


(41)

rongga mulut sebagai uap padat. Setelah dingin, akan menjadi padat dan membentuk endapan berwarna cokelat pada permukaan gigi, saluran pernapasan, dan paru-paru. Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg per batang rokok, sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24 – 45 mg.

6. Dampak paru-paru

Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran napas dan jaringan paru-paru. Pada saluran napas besar, sel mukosa membesar (hipertrofi) dan kelenjar mucus bertambah banyak (hiperplasia). Pada saluran napas kecil, terjadi radang ringan hingga penyempitan akibat bertambahnya sel dan penumpukan lendir. Pada jaringan paru-paru, terjadi peningkatan jumlah sel radang dan kerusakan alveoli.

Akibat perubahan anatomi saluran napas, pada perokok akan timbul perubahan pada fungsi paru-paru dengan segala macam gejala klinisnya. Hal ini menjadi dasar utama terjadinya penyakit obstruksi paru menahun (PPOM). Dikatakan merokok merupakan penyebab utama timbulnya PPOM, termasuk emfisema paru-paru, bronkitis kronis, dan asma.

Hubungan antara merokok dan kanker paru-paru telah diteliti dalam 4-5 dekade terakhir ini. Didapatkan hubungan erat antara kebiasaan merokok, terutama sigaret, dengan timbulnya kanker paru-paru. Bahkan ada yang secara tegas menyatakan bahwa rokok sebagai penyebab utama terjadinya kanker paru-paru.

Partikel asap rokok, seperti benzopiren, dibenzopiren, dan uretan, dikenal sebagai bahan karsinogen. Juga tar berhubungan dengan risiko terjadinya kanker.


(42)

Dibandingkan dengan bukan perokok, kemungkinan timbul kanker paru-paru pada perokok mencapai 10-30 kali lebih sering.

7. Dampak terhadap jantung

Banyak penelitian telah membuktikan adanya hubungan merokok dengan penyakit jantung koroner (PJK). Dari 11 juta kematian pertahun di negara industri maju, WHO melaporkan lebih dari setengah (6 juta) disebabkan gangguan sirkulasi darah, di mana 2,5 juta adalah penyakit jantung koroner dan 1,5 juta adalah stroke. Survei Depkes RI tahun 1986 dan 1992, mendapatkan peningkatan kematian akibat penyakit jantung dari 9,7 persen (peringkat ketiga) menjadi 16 persen (peringkat pertama).

Merokok menjadi faktor utama penyebab penyakit pembuluh darah jantung tersebut. Bukan hanya menyebabkan penyakit jantung koroner, merokok juga berakibat buruk bagi pembuluh darah otak dan perifer.

Asap yang diembuskan para perokok dapat dibagi atas asap utama (main stream smoke) dan asap samping (side stream smoke). Asap utama merupakan asap tembakau yang dihirup langsung oleh perokok, sedangkan asap samping merupakan asap tembakau yang disebarkan ke udara bebas, yang akan dihirup oleh orang lain atau perokok pasif.

Telah ditemukan 4.000 jenis bahan kimia dalam rokok, dengan 40 jenis di antaranya bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker), di mana bahan racun ini lebih banyak didapatkan pada asap samping, misalnya karbon monoksida (CO) 5 kali lipat lebih banyak ditemukan pada asap samping dari pada


(43)

asap utama, benzopiren 3 kali, dan amoniak 50 kali. Bahan-bahan ini dapat bertahan sampai beberapa jam lamanya dalam ruang setelah rokok berhenti.

Umumnya fokus penelitian ditujukan pada peranan nikotin dan CO. Kedua bahan ini, selain meningkatkan kebutuhan oksigen, juga mengganggu suplai oksigen ke otot jantung (miokard) sehingga merugikan kerja miokard.

Nikotin mengganggu sistem saraf simpatis dengan akibat meningkatnya kebutuhan oksigen miokard. Selain menyebabkan ketagihan merokok, nikotin juga merangsang pelepasan adrenalin, meningkatkan frekuensi denyut jantung, tekanan darah, kebutuhan oksigen jantung, serta menyebabkan gangguan irama jantung. Nikotin juga mengganggu kerja saraf, otak, dan banyak bagian tubuh lainnya. Nikotin mengaktifkan trombosit dengan akibat timbulnya adhesi trombosit (penggumpalan) ke dinding pembuluh darah.

Karbon monoksida menimbulkan desaturasi hemoglobin, menurunkan langsung persediaan oksigen untuk jaringan seluruh tubuh termasuk miokard. CO menggantikan tempat oksigen di hemoglobin, mengganggu pelepasan oksigen, dan mempercepat aterosklerosis (pengapuran/penebalan dinding pembuluh darah). Dengan demikian, CO menurunkan kapasitas latihan fisik, meningkatkan viskositas darah, sehingga mempermudah penggumpalan darah.

Nikotin, CO, dan bahan-bahan lain dalam asap rokok terbukti merusak endotel (dinding dalam pembuluh darah), dan mempermudah timbulnya penggumpalan darah. Di samping itu, asap rokok mempengaruhi profil lemak. Dibandingkan dengan bukan perokok, kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan trigliserida darah perokok lebih tinggi, sedangkan kolesterol HDL lebih rendah.


(44)

8. Penyakit jantung koroner

Merokok terbukti merupakan faktor risiko terbesar untuk mati mendadak. Risiko terjadinya penyakit jantung koroner meningkat 2-4 kali pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok. Risiko ini meningkat dengan bertambahnya usia dan jumlah rokok yang diisap. Penelitian menunjukkan bahwa faktor risiko merokok bekerja sinergis dengan faktor-faktor lain, seperti hipertensi, kadar lemak atau gula darah yang tinggi, terhadap tercetusnya PJK.

Perlu diketahui bahwa risiko kematian akibat penyakit jantung koroner berkurang dengan 50 persen pada tahun pertama sesudah rokok dihentikan. Akibat penggumpalan (trombosis) dan pengapuran (aterosklerosis) dinding pembuluh darah, merokok jelas akan merusak pembuluh darah perifer.

PPDP yang melibatkan pembuluh darah arteri dan vena di tungkai bawah atau tangan sering ditemukan pada dewasa muda perokok berat, sering akan berakhir dengan amputasi.

9. Penyakit (stroke)

Penyumbatan pembuluh darah otak yang bersifat mendadak atau stroke banyak dikaitkan dengan merokok. Risiko stroke dan risiko kematian lebih tinggi pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok.

Dalam penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat dan Inggris, didapatkan kebiasaan merokok memperbesar kemungkinan timbulnya AIDS pada pengidap HIV. Pada kelompok perokok, AIDS timbul rata-rata dalam 8,17 bulan, sedangkan pada kelompok bukan perokok timbul setelah 14,5 bulan. Penurunan kekebalan tubuh pada perokok menjadi pencetus lebih mudahnya terkena AIDS


(45)

sehingga berhenti merokok penting sekali dalam langkah pertahanan melawan AIDS.

Kini makin banyak diteliti dan dilaporkan pengaruh buruk merokok pada ibu hamil, impotensi, menurunnya kekebalan individu, termasuk pada pengidap virus hepatitis, kanker saluran cerna, dan lain-lain. Dari sudut ekonomi kesehatan, dampak penyakit yang timbul akibat merokok jelas akan menambah biaya yang dikeluarkan, baik bagi individu, keluarga, perusahaan, bahkan negara.

Penyakit-penyakit yang timbul akibat merokok mempengaruhi penyediaan tenaga kerja, terutama tenaga terampil atau tenaga eksekutif, dengan kematian mendadak atau kelumpuhan yang timbul jelas menimbulkan kerugian besar bagi perusahaan. Penurunan produktivitas tenaga kerja menimbulkan penurunan pendapatan perusahaan, juga beban ekonomi yang tidak sedikit bagi individu dan keluarga. Pengeluaran untuk biaya kesehatan meningkat, bagi keluarga, perusahaan, maupun pemerintah.

Sudah seharusnya upaya menghentikan kebiasaan merokok menjadi tugas dan tanggung jawab dari segenap lapisan masyarakat. Usaha penerangan dan penyuluhan, khususnya di kalangan generasi muda, dapat pula dikaitkan dengan usaha penanggulangan bahaya narkotika, usaha kesehatan sekolah, dan penyuluhan kesehatan masyarakat pada umumnya.

Tokoh-tokoh panutan masyarakat, termasuk para pejabat, pemimpin agama, guru, petugas kesehatan, artis, dan olahragawan, sudah sepatutnya menjadi teladan dengan tidak merokok. Perlu pula pembatasan kesempatan merokok di tempat-tempat umum, sekolah, kendaraan umum, dan tempat kerja, pengaturan


(46)

dan penertiban iklan promosi rokok, memasang peringatan kesehatan pada bungkus rokok dan iklan rokok.

Iklim tidak merokok harus diciptakan. Ini harus dilaksanakan serempak oleh kita semua, yang menginginkan tercapainya negara dan bangsa Indonesia yang sehat dan makmur.

Akibat kronik yang paling gawat dari penggunaan nikotin adalah ketergantungan. Sekali seseorang menjadi perokok, akan sulit mengakhiri kebiasaan itu baik secara fisik maupun psikologis. Merokok menjadi sebuah kebiasaan yang kompulsif, dimulai dengan upacara menyalakan rokok dan menghembuskan asap yang dilakukan berulang-ulang.

Karena sifat adiktifnya (membuat seseorang menjadi ketagihan) rokok dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM IV) dikelompokkan menjadi Nicotine Related Disorders. Sedangkan WHO menggolongkannya sebagai bentuk ketagihan. Proses farmakologis dan perilaku yang menentukan ketagihan tembakau sama dengan proses yang menimbulkan ketagihan pada obat, seperti heroin dan kokain.

Nikotin mempunyai sifat mempengaruhi dopamin otak dengan proses yang sama seperti obat-obatan tersebut. Dalam urutan sifat ketagihan zat psikoaktif, nikotin lebih menimbulkan ketagihan dibanding heroin, kokain, alkohol, kafein dan marijuana. Menurut Flemming, Glyn dan Ershler merokok merupakan tingkatan awal untuk menjadi penyalahguna obat-obatan (drug abuse). Mencoba merokok secara signifikan membuka peluang penggunaan obat-obatan terlarang di masa yang akan datang.


(47)

Berdasarkan data epidemiologi diketahui kurang lebih 20% dari perokok memiliki risiko delapan kali menjadi penyalahguna NAPZA, dan berisiko sebelas kali untuk menjadi peminum berat dibandingkan dengan mereka yang tidak merokok. Perhatian khusus mengenai masalah ini dikaitkan dengan meningkatnya jumlah perokok remaja.

Menangani masalah kebiasaan merokok pada remaja diharapkan dapat mencegah masalah yang akan timbul dikemudian hari berkaitan kebiasaan tersebut, salah satunya adalah pencegahan penyalahgunaan narkoba. Menurut Teddy Hidayat, Spesialis Kedokteran Jiwa, Remaja yang berisiko tinggi adalah remaja-remaja yang memiliki sifat pemuasaan segera, kurang mampu menunda keinginan, merasa kosong dan mudah bosan, mudah cemas, gelisah, dan depresif.

Pemahaman tentang kebiasaan merokok dan kecenderungan sifat kepribadian seseorang akan sangat membantu upaya menghentikan kebiasaan yang merugikan tersebut. Untuk pencegahan kebiasaan merokok pada anak-anak dan remaja. Orang tua serta guru memegang peranan besar untuk mengawasi, memberikan informasi yang benar dan yang terpenting tidak menjadi contoh perilaku individu yang ketagihan kebiasaan merokok.

10.Ganggu kesehatan jiwa

Merokok berkaitan erat dengan disabilitas dan penurunan kualitas hidup. Dalam sebuah penelitian di Jerman sejak tahun 1997-1999 yang melibatkan 4.181 responden, disimpulkan bahwa responden yang memilki ketergantungan nikotin memiliki kualitas hidup yang lebih buruk, dan hampir 50% dari responden perokok memiliki setidaknya satu jenis gangguan kejiwaan. Selain itu diketahui


(48)

pula bahwa pasien gangguan jiwa cenderung lebih sering menjadi perokok, yaitu pada 50% penderita gangguan jiwa, 70% pasien maniakal yang berobat rawat jalan dan 90% dari pasien-pasien skizrofen yang berobat jalan.

Berdasaran penelitian dari CASA (Columbian University`s National Center On Addiction and Substance Abuse), remaja perokok memiliki risiko dua kali lipat mengalami gejala-gejala depresi dibandingkan remaja yang tidak merokok. Para perokok aktif pun tampaknya lebih sering mengalami serangan panik dari pada mereka yang tidak merokok Banyak penelitian yang membuktikan bahwa merokok dan depresi merupakan suatu hubungan yang saling berkaitan. Depresi menyebabkan seseorang merokok dan para perokok biasanya memiliki gejala-gejala depresi dan kecemasan (ansietas).

Sebagian besar penderita depresi mengaku pernah merokok di dalam hidupnya. Riwayat adanya depresi pun berkaitan dengan ada tidaknya gejala putus obat (withdrawal) terhadap nikotin saat seseorang memutuskan berhenti merokok. Sebanyak 75% penderita depresi yang mencoba berhenti merokok mengalami gejala putus obat tersebut. Hal ini tentunya berkaitan dengan meningkatnya angka kegagalan usaha berhenti merokok dan relaps pada penderita depresi.

Selain itu, gejala putus zat nikotin mirip dengan gejala depresi. Namun, dilaporkan bahwa gejala putus obat yang dialami oleh pasien depresi lebih bersifat gejala fisik misalnya berkurangnya konsentrasi, gangguan tidur, rasa lelah dan peningkatan berat badan).

Nikotin sebagai obat gangguan kejiwaan Merokok sebagai salah satu bentuk terapi untuk gangguan kejiwaan masih menjadi perdebatan yang


(49)

kontroversial. Gangguan kejiwaan dapat menyebabkan seseorang untuk merokok dan merokok dapat menyebabkan gangguan kejiwaan, walau jumlahnya sangat sedikit, sekitar 70% perokok tidak memiliki gejala gangguan jiwa.

Secara umum merokok dapat menyebabkan peningkatan konsentrasi, menekan rasa lapar, menekan kecemasan, dan depresi. Dalam beberapa penelitian nikotin terbukti efektif untuk pengobatan depresi. Pada dasarnya nikotin memberikan peluang yang menjanjikan untuk digunakan sebagai obat psikoaktif. Namun nikotin memiliki terapheutic index yang sangat sempit, sehingga rentang antara dosis yang tepat untuk terapi dan dosis yang bersifat toksis sangatlah sempit.

Sehingga dipikirkan suatu bentuk pemberian nikotin tidak dalam bentuk murni tetapi dalam bentuk analognya. Namun, kerangka pemikiran pemberian nikotin sebagai obat tidaklah dalam bentuk kebiasaan merokok. Seperti halnya morfin yang digunakan sebagai obat analgesik kuat (penahan rasa sakit), pemberiannya harus dalam pengawasan dokter. Gawatnya, saat ini nikotin bisa didapatkan dengan bebas dan mudah dalam sebatang rokok, hal ini perlu diwaspadai karena kebiasaan merokok tidak lantas menjadi sebuah pembenaran untuk pengobatan gejala gangguan kejiwaan.

11.Sistim reproduksi

Studi tentang rokok dan reproduksi yang dilakukan sepanjang 2 dekade itu berkesimpulan bahwa merokok dapat menyebabkan rusaknya sistim reproduksi seseorang mulai dari masa pubertas sampai usia dewasa


(50)

Pada penelitian yang dilakukan Dr. Sinead Jones, direktur The British Medical Assosiation’s Tobacco Control Resource Centre, ditemukan bahwa wanita yang merokok memiliki kemungkinan relatif lebih kecil untuk mendapatkan keturunan. Pria akan mengalami 2 kali resiko terjadi infertil (tidak subur) serta mengalami resiko kerusakan DNA pada sel spermanya. Sedangkan hasil penelitian pada wanita hamil terjadi peningkatan insiden keguguran. Penelitian tersebut mengatakan dari 3000 sampai 5000 kejadian keguguran per tahun di Inggris, berhubungan erat dengan merokok.

120.000 pria di Inggris yang berusia antara 30 sampai50 tahun mengalami impotensi akibat merokok. Lebih buruk lagi, rokok berimplikasi terhadap 1200 kasus kanker rahim per tahunnya.

Perempuan yang merokok sangat mungkin untuk mulai memasuki masa menopause sebelum usia 45 tahun dan juga membuat mereka menghadapi resiko osteoporosis dan serangan jantung, demikian laporan beberapa peneliti Norwegia. “Di antara sebanyak 2.123 perempuan yang berusia 59 sampai 60 tahun, mereka yang saat ini merokok, 59% lebih mungkin mengalami menopause dini dibandingkan dengan perempuan yang tidak merokok,” kata Dr. Thea F. Mikkelsen dari University of Oslo dan rekannya.

Bagi perokok paling berat, resiko menopause dini hampir dua kali lipat. Namun, perempuan yang dulunya merokok, tapi berhenti setidaknya 10 tahun sebelum menopause, pada dasarnya kurang mungkin untuk berhenti menstruasi dibandingkan dengan perokok sebelum usia 45 tahun.


(51)

Ada bukti bahwa merokok belakangan dalam kehidupan membuat seorang perempuan lebih mungkin untuk mengalami menopause dini, sedangkan perokok yang berhenti sebelum berusia setengah baya mungkin tak terpengaruh, kata Mikkelsen dan timnya di dalam jurnal Online, BMC Public Health.

Mereka meneliti hubungan lebih lanjut dan menetapkan apakah menjadi perokok pasif juga mungkin mempengaruhi waktu menopause. Para peneliti tersebut mendapati bahwa hampir 10% perempuan memasuki menopause sebelum usia 45 tahun.

12.Kebijakan pemerintah

Menurut Menkessos, pertumbuhan yang sangat cepat ini membuat Indonesia diperkirakan akan mencapai rekor, terutama dengan berbagai masalah kesehatan yang cukup berat, di antaranya berkaitan dengan rokok. Sementara itu diakui Menkessos, larangan membatasi aktivitas merokok di tempat umum masih belum bisa dilakukan lebih tegas.

Meski PP nomor 81/1999 yang diperbarui dengan PP 38/2000 tentang Pengamanan Rokok bagi Kesehatan sudah diberlakukan, tetapi belum memiliki kekuatan.

Tingginya target penerimaan negara dari cukai rokok yang mencapai Rp 17 triliun pada anggaran 2001 dinilai telah menyebabkan pemerintah tidak konsisten menegakkan PP No.38/2000 tentang pengamanan rokok bagi kesehatan.

Komisi VII DPR mendesak untuk mengatur masalah rokok itu dibuat dalam bentuk UU, sehingga masyarakat akan mempunyai posisi tawar yang cukup


(52)

kuat. Disamping itu, DPR akan dapat melakukan pengawasan yang ketat terhadap pemerintah maupun industri rokok.

Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) akan menindak tegas perusahaan rokok yang menayangkan iklan rokok di media elektronik di bawah pukul 21:30 waktu setempat. “Bila teguran ini tidak diindahkan, BPOM akan melakukan upaya hukum sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,” tegasnya. Iklan rokok yang melanggar ketentuan PP No.81 tahun 1999 tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan dan PP No.38 tahun 2000 tentang Perubahan Atas PP no 81 tahun 1999 akan dikenakan pidana penjara paling lama lima tahun dan atau pidana denda paling banyak Rp100 juta. Penerimaan cukai rokok pada tahun 2000 mencapai Rp 10,27 triliun, sedangkan belanja kesehatan akibat merokok sesuai data dari Ditjen POM Depkes pada tahun yang sama mencapai Rp 11 triliun.

13.Impotensi

Merokok akan mengurangi aliran darah yang diperlukan untuk mencapai suatu keadaan ereksi. Karena hal tersebutlah rokok dapat mempengaruhi days ereksi penis.

14.Wajah keriput

Merokok dapat mengurangi aliran oksigen dan zat.29

29


(53)

BAB III

PROFIL DEPARTEMEN KESEHATAN R.I

Departemen Kesehatan RI (depkes) yang dahulu dinamakan Kementrian Kesehatan merupakan sebuah badan besar yang bergerak khusus menangani kesehatan, depkes mempunyai tanggung jawab penuh menangani kesehatan di negeri ini. Diantaranya ialah dengan mengantisipasi akan terjadinya penyakit berbahaya, memberitaukan kepada khalayak bagaimana cara mencegah dan menjaga kesehatan, serta memberitaukan cara penyembuhan akan suatu penyakit.

Depkes mempunyai banyak unit, diantaranya terdapat Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan (BALITBANGKES), Badan Pengembangan Dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan (BADAN PPSDM), Pusat


(54)

Promosi Kesehatan (PROMKES) dan lain sebagainya. Oleh karena itu depkes harus menjalani kegiatan agar target tercapai sesuai dengan visi dan misi.

A. Visi dan Misi

Sebagai sebuah badan yang bergerak khusus menangani kesehatan, Departemen Kesehatan R.I (DepKes) mempunyai visi yakni masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan. Adapun misi nya ialah:

1. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani.

2. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata bermutu dan berkeadilan.

3. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan.

4. Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik.30

B. Strategi

Adapun strategi Depkes yakni meliputi:

1. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat, swasta dan masyarakat madani dalam pembangunan kesehatan melalui kerja sama nasional dan global.

2. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau, bermutu dan berkeadilan, serta berbasis bukti; dengan pengutamaan pada upaya promotif dan preventif.

30


(55)

3. Meningkatkan pembiayaan pembangunan kesehatan, terutama untuk mewujudkan jaminan sosial kesehatan nasional.

4. Meningkatkan pengembangan dan pendayagunaan SDM kesehatan yang merata dan bermutu.

5. Meningkatkan ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat dan alat kesehatan serta menjamin keamanan, khasiat, kemanfaatan, dan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan.

6. Meningkatkan manajemen kesehatan yang akuntabel, transparan berdayaguna dan berhasilguna untuk memantapkan desentralisasi kesehatan yang bertanggungjawab.31

C. Struktur Organisasi, Tugas dan Fungsi

Struktur organisasi yang terbentuk dalam Departemen Kesehatan R.I ialah sebagai berikut:

31


(56)

Dan para pejabat yang menduduki Departemen Kesehatan ialah:

1. Menteri Kesehatan Republik Indonesia: dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr. PH


(57)

3. Inspektur Jenderal: Drg. H. Naydial Roesdal, M.Sc, PH, FICD

4. Direktur Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat (BINKESMAS): Dr. Budihardja, DTM&H,MPH

5. Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik (BINA YANMEDIK): dr.Farid Wadjdi Husain, Sp.B(K)

6. Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan (P2PL): Dr.Tjandra Yoga Aditama, Sp.P(K)

7. Direktur Jenderal Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan (YANFAR ALKES): Dra. Sri Indrawaty, Apt. M.Kes

8. Kepala Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan (BALITBANGKES): Prof .Dr.dr. Agus Purwadianto, Sp.F(K)

9. Kepala Badan Pengembangan Dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan (BADAN PPSDM): dr. Bambang Giatno Rahardjo, MPH

10.Staf Ahli Menteri Kesehatan Bidang Perlindungan Faktor Risiko Kesehatan: dr. R. Triono Soendoro, Ph.D

11.Staf Ahli Menteri Kesehatan Bidang Pembiayaan Dan Pemberdayaan Masyarakat: dr. H. A. Chalik Masulili, MSc

12.Staf Ahli Menteri Kesehatan Bidang Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Dan Desentralisasi: dr. Krishnajaya, MS


(58)

Kementerian Kesehatan RI mempunyai tugas membantu Presiden dalam menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang kesehatan. Dalam melaksanakan tugas, Kementerian Kesehatan RI menyelenggarakan fungsi, antara lain:

a. Perumusan kebijakan nasional, kebijakan pelaksanaan dan kebijakan teknis di bidang kesehatan.

b. Pelaksanaan urusan pemerintahan sesuai dengan bidang tugasnya

c. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawabnya

d. Pengawasan atas pelaksanaan tugasnya

e. Penyampaian laporan hasil evaluasi, saran dan pertimbangan di bidang tugas dan fungsinya kepada Presiden

Dalam menyelenggarakan fungsi, Kementerian Kesehatan RI mempunyai kewenangan :

1) Penetapan kebijakan nasional di bidang kesehatan untuk mendukung pembangunan secara makro

2) Penetapan pedoman untuk menetukan standar pelayanan minimal yang wajib dilaksanakan oleh kabupaten/Kota di bidang Kesehatan

3) Penyusunan rencana nasional secara makro di bidang kesehatan

4) Penetapan persyaratan akreditasi lembaga pendidikan dan sertifikasi tenaga profesional/ahli serta persyaratan jabatan di bidang kesehatan


(59)

5) Pembinaan dan pengawasan atas penyelenggaraan otonomi daerah yang meliputi pemberian pedoman, bimbingan, pelatihan, arahan dan supervisi di bidang kesehatan

6) Pengaturan penerapan perjanjian atau persetujuan internasional yang disahkan atas nama Negara di bidang kesehatan

7) Penetapan standar pemberian izin oleh daerah di bidang kesehatan

8) Penanggulangan wabah dan bencana yang berskala nasional di bidang kesehatan

9) Penetapan kebijakan sistem informasi nasional di bidang kesehatan

10)Penetapan persyaratan kualifikasi usaha jasa di bidang kesehatan

11)Penyelesaian perselisihan antar Propinsi di bidang kesehatan

12) Penetapan kebijakan pengendalian angka kelahiran dan penurunan angka kematian ibu, bayi, dan anak

13)Penetapan kebijakan sistem jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat

14)Penetapan pedoman standar pendidikan dan pendayagunaan tenaga kesehatan

15)Penetapan pedoman pembiayaan pelayanan kesehatan

16)Penetapan pedoman penapisan, pengembangan dan penerapan teknologi kesehatan dan standar etika penelitian kesehatan;


(60)

17)Penetapan standar nilai gizi dan pedoman sertifikasi teknologi kesehatan dan gizi

18)Penetapan standar akreditasi sarana dan prasarana kesehatan

19)Surveilans epidemiologi serta pengaturan pemberantasan dan penenggulangan wabah, penyakit menular dan kejadian luar biasa

20)Penyediaan obat esensial tertentu dan obat untuk pelayanan kesehatan dasar sangat essential (buffer stock nasional)

21)Kewenangan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu :

a) penempatan dan pemindahan tenaga kesehatan tertentu

b) pemberian izin dan pembinaan produksi dan distribusi alat kesehatan.32

D. Profil Pusat Promosi Kesehatan (Promkes)

Departeman Kesehatan mempunyai banyak unit, diantara ialah Pusat Promosi Kesehatan (Promkes). Promkes mempunyai kaitan dengan penelitian ini, dimana poster-poster yang diproduksi oleh Depkes semua berpusat di Promkes.

1. Sejarah Pusat Promosi Kesehatan

Istilah Health Promotion (Promosi Kesehatan) sebenarnya sudah mulai dicetuskan setidaknya pada tahun 1986, pada waktu diselenggarakan Konferensi International Pertama tentang Health Promotion di Ottawa, Canada, pada tahun 1986. Pada waktu itu dicanangkan the Ottawa Charter, yang memuat definisi dan

32


(61)

prinsip-prinsip dasar Health Promotion. Namun istilah tersebut pada waktu itu di Indonesia belum bergema. Pada waktu itu, istilah yang ada tetap Penyuluhan Kesehatan, disamping juga populer istilah-istilah lain seperti: KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi), Pemasaran Sosial (Social Marketing), Mobilisasi Sosial, dan lain sebagainya.

Suatu ketika pada sekitar akhir tahun 1994, Dr. Ilona Kickbush, yang baru saja menjabat sebagai Direktur Health Promotion WHO Headquarter Geneva, datang ke Indonesia. Sebagai direktur baru ia mengunjungi beberapa negara, termasuk Indonesia. Kebetulan pada waktu itu Kepala Pusat Penyuluhan Kesehatan Depkes juga baru saja diangkat, yaitu Drs. Dachroni MPH, yang menggantikan Dr. IB Mantra yang purna bakti (pensiun). Dengan kedatangan Dr. Kickbush, diadakanlah pertemuan dengan pimpinan Depkes dan pertemuan lainnya baik internal penyuluhan kesehatan maupun external dengan lintas program dan lintas sektor, termasuk FKM UI. Bahkan sempat pula mengadakan kunjungan lapangan ke Bandung, yang diterima dengan baik oleh Ibu Neni Surachni (kepala Sub Dinas PKM Jabar waktu itu) dan teman-teman lain di Bandung. Dari serangkaian pertemuan itu serta perbincangan selama kunjungan lapangan ke Bandung, kita banyak belajar tentang Health Promotion (Promosi Kesehatan). Barangkali karena terkesan dengan kunjungannya ke Indonesia, ia kemudian menyampaikan usulan agar Indonesia dapat menjadi tuan rumah Konferensi International Health Promotion yang keempat, yang sebenarnya memang sudah waktunya diselenggarakan.


(1)

3. Mengapa menggunakan warna biru pada teks bagian atas yang bertuliskan “Harga Sebatang Rokok Sebenarnya Dapat Digunakan Untuk Membeli Makanan Bergizi”?

Warna biru pada teks ini sebenarnya masih berkaitan makna nya dengan warna dasar putih poster ini. Sengaja dipilih warna biru untuk menyelaraskan warna putih. Warna ini juga dapat memberikan ketenangan, sama halnya dengan warna dasar.

4. Lalu mengapa memilih warna yang berbeda pada teks bagian tengah dan teks bagian bawah? (pada teks bagian tengah bertulis sebagai penjelas dari gambar yakni rokok = telur = tahu-tempe dengan warna teks orang dan teks bagian bawah dengan tulisan “Sehat Tanpa Rokok” dengan warna teks hijau)

Teks pada bagian tengah yang berwarna orange guna member penjelasan kepasa pembaca, sedangkan warna hijau pada teks bagian bawah member arti kesejukan. Kesemuanya ini sebenarnya masih saling berkaitan, ini bisa dilihat pada warna dasar poster, warna teks biru dan juga teks warna hijau, yang mana semuanya ditujukan pada satu makna, yakni agar masyarakat khususnya pembaca poster dapat segera berfikir jelas dan jernih agar dapat segera membedakan antara yang bermanfaat dan yang tidak bermanfaat untuk tubuh.

5. Mengapa menggunakan ikon telur, temped an tahu sebagai lambing makanan bergizi dalam poster ini?


(2)

Seperti yang sudah banyak orang tau bahwa makanan yang baik dikonsumsi tiap hari yakni makanan yang bergizi, yang mengandung unsur 4 sehat 5 sempurna. Makanan tahu, tempe dan telur masuk kedalam daftar makanan 4 sehat tadi. Dan bila diperhatikan, sebenarnya harga tahu, tempe dan telur sama dengan hara sebatang rokok. Tahu, tempe dan telur banyak mengandung vitamin dan protein sehingga bagus bagi tubuh, tapi rokok justru banyak mengandung bahan-bahan yang dapat membahayakan tubuh. Harga sama, namun khasiat nya jauh berbeda.

B. Poster Impotensi

1. Kapan poster ini diproduksi dan ukuran berapa?

Poster ini diproduksi pada tahun 2008 denga ukuran A3

2. Apa makna yang terdapat pada warna hitam sebagai warna dasar pada poster ini?

Warna hitam iu berarti gelap, kegelapan diri seseorang, yang juga dapat berarti kesuraman masa depan seorang perokok yang kuat, tidak mau berhenti merokok. Kerumana akan penyakit yang akan menimpanya kelak.selain itu, warna hitam juga dapat diartikan sebagai


(3)

ketegasan, yang dalam hal ini ketegasan mengenai suatu penyakit serius yang akan dialami oleh perokok.

3. Didalam poster juga terdapat warna merah sebagai warna dasar pada teks bagian bawah. Apa makna yang terkandung dalm warna merah tersebut?

Warna merah mempunyai arti suatu bahaya atau peringatan, guna memberikan pengetahuan yang sangat perlu diperhatikan oleh masyarakat. Begitu juga dengan warna merah yang terdapat pada teks bagian atas, mempunyai makna yang sama dengan warna merah bagian bawah.

4. Jika diperhatikan, mengapa poster ini jauh lebih simple dibanding poster lainnya? Hal ini terlihat pada penggunaan ikon yang berada pada didalam poster, yakni hanya terdapat gambar sebatang rokok.

Hal ini sengaja dilakukan dengan tujuan agar masyarakat dapat lebih mudah mengerti makna dalam poster, dan juga ini bagian dari seni yang mana dengan gambar sesimpel ini tentunya dapat memberikan kesan garang namun tegas. Dan kembali ketujuan awal, supaya seorang perokok dapat segera menghentikan kegiatannya merokok dan memulai hidup sehat.


(4)

Makna dari poster ini sebenarnya sangat sederhana, yakni ingin masyarakat tetap dan terus menjaga kesehatan jasmaninya. Karena jelas sekali, bahwa seseorang akan menyesal jika penyakit sudah datang menimpa. Karena cara pengobatan jauh lebih sulit dan memerlukan dana yang cukup lumayan dibanding jika kita menjaga kesehatan tubuh hanya dengan menerapkan hidup sehat yakni dengan memakan makanan bergizi setiap hari dan jauhkan dari kebiasaan merokok.

C. Poster Membunuh


(5)

Poster ini diproduksi pada tahun 2008 denga ukuran A3

2. Mengapa manggunakan warna dasar hitam dan memadukannya dengan warna teks merah?

Poster ini masih berhubungan dengan poster impotensi, oleh karena itu warna nya pun dibuat mirip. Dalam poster impotensi tadi dijelaskan salah satu penyakit yang dihadapi perokok jika tidak segera menghentikan rokoknya, selain impotensi juga terdapat penyakit lain yang bahkan dapat menyebabkan kematian seperti halnya yang terdapat pada poster ini.

3. Apa makna dari gambar seseorang yang hidup sedang merokok namun gambar orang tersebut disamarkan?

gambar kepala orang hidup memang sengaja disamarkan dengan tujuan untuk memberikan arti bahwa hidupnya seseorang namun ia selalu merokok bahkan jika sampai perokok berat, maka separuh badan nya sudah dipenuhi penyakit. Karena seperti yang kita ketahui bahwa didalam rokok tentunya banyak sekali mengandung bahan-bahan berbahaya. Banyak orang berkata bahwa dengan merokok dapat membuat rileks dan membuat pikiran tenang, sehingga orang-orang perokok tidak dapat menghentikan kegiatannya itu. Padahal yang membuat orang ketagihan merokok karena didalam rokok terdapat unsur nikotiknya yang dapat membuat seseorang ketagihan. Dan jika dikonsumsi terus menerus maka tentunya sangatlah berbahaya bagi tubuh.


(6)

Maka dari itu saya gambarkan kepala seseorang dalam poster ini agak samar dan dipenuhi dengan asap rokok, hal ini mewakilkan seorang perokok yang sangat kuat dan sebagian tubuhnya sudah dipenuhi penyakit akibat merokok.

4. Lalu mengapa gambar tengkorak ini terlihat lebih jelas? Dan mengapa tengkoraknya digambarkan sedang merokok?

tujuan dari adanya gambar tengkorak yang lebih jelas dan sedang merokok ialah agar memberi kejelasan kepada pembaca poster bahwa bahaya merokok itu dapat berujung pada kematian. Dan juga

memberikan peringatan kepada para perokok agar segera

menghentikan aktivitas merokoknya.

Sebenarnya semua poster anti merokok ini antara satu dengan lainnya saling berkaitan, yakni bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada khalayak tentang pentingnya menjaga kesehatan, jangan merokok karena merokok dapat merusak kesehatan. Bannyak sekali penyakit yang diderita akibat dari merokok dan semuanya dapat berujung pada kematian seperti yang terdapat dalam poster ini.