Tinjauan Yuridis Terhadap Pelaksanaan Kliring Sebagai Pengatur Arus Pembayaran Uang Giral Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Cabang Kisaran

(1)

PENGATUR ARUS PEMBAYARAN UANG GIRAL PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) CABANG KISARAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas

Dan Memenuhi Syarat-syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Hukum

OLEH :

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2007

WULAN ANGGRAENI ZEGA

NIM : 030200083


(2)

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN KLIRING SEBAGAI PENGATUR ARUS PEMBAYARAN UANG GIRAL PADA

PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) CABANG KISARAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas

Dan Memenuhi Syarat-syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

OLEH :

WULAN ANGGRAENI ZEGA NIM : 030200083

DEPARTEMEN HUKUM PERDATA DAGANG

Ketua Departemen

Prof. Dr. Tan Kamello, SH., MS NIP. 131 764 556

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

Prof. Dr. Tan Kamello, SH., MS Dr. Dedi Harianto, SH., M.Hum

NIP. 131 764 556 NIP. 132 134 700

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil alamin, segala puji dan syukur Penulis ucapkan pada Allah SWT, Sang Khalik, Sang Maha Pemberi Jalan kepada umat, yang telah mencurahkan rahmat dan karunia yang begitu besar kepada Penulis sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai tepat pada waktunya. Begitu pula shalawat beriring salam Penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, (Allahumma sholli ala sayyidina Muhammad, wa ala alihi sayyidina Muhammad) semoga kita mendapat syafaatnya di hari akhir kelak.

Adalah menjadi kewajiban bagi mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara untuk membuat suatu karya ilmiah dalam rangka menyelesaikan masa kuliahnya. Untuk mencapai gelar Sarjana Hukum itulah Penulis juga membuat suatu karya ilmiah yang berjudul “Tinjauan Yuridis Terhadap

Pelaksanaan Kliring Sebagai Pengatur AruS Pembayaran Uang Giral Pada Pt. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Cabang Kisaran”.

Kesadaran Penulis akan tidak sempurnanya hasil penulisan skripsi ini membawa harapan yang besar kepada semua pihak agar dapat memberikan kritik dan saran yang konstruktif guna menghasilkan sebuah karya ilmiah yang lebih baik dan lebih sempurna lagi, baik dari segi materi maupun cara penulisannya di masa mendatang.

Terlepas dari semua kekurangan yang ada pada skripsi ini, Penulis persembahkan skripsi ini dan Penulis memberikan penghargaan serta ucapan terima kasih kepada:


(4)

Kedua Orangtuaku tercinta, yang selalu dengan tulus mencintai dan menyayangiku, memberikan perhatian dan kasih sayang, melakukan pengorbanan dengan penuh keikhlasan dan tanpa pamrih, Ayahanda D. Zega (Disiplin, semangat, kasih sayang,& pengorbanan yang Ayah berikan selama ini memberikan bukti dan pelajaran bahwa hidup itu akan menjadi lebih indah dan berharga apabila kita menjalaninya dengan penuh keikhlasan, semuanya itu milik Allah), dan Mama Misriani R (Tiada kata seindah doa yang selama ini mama berikan, di setiap malam yang panjang Mama selalu panjatkan doa untuk anak-anak Mama, ketulusan, kesabaran, keikhlasan dan kelucuan Mama mengajarkan kami arti sebuah kasih sayang), Adek-adekku tersayang Desima Rumanda Bulan Z (PeDe Nda…ga’ ada orang yang sempurna di dunia ni, cerewet begini tapi ka2’ sayang x loh ama kau..hehehe…And jangan plin-plan lagi yach dalam menentukan masa depanmoe), Afni Milanda Z (Cepet gede ya dek & jangan malas-malas skulah…). Wulan sayang semuanya…, Ayah, Mama, dan adek-adek quy merupakan sumber semangat hidup Wulan, maafkan semua kesalahan Wulan dan terima kasih atas segalanya…

Bapak Prof. Dr. Tan Kamello SH., MS., selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Dr. Dedi Harianto., SH., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing II yang berkenan menyediakan segenap waktu, tenaga, pikiran dan membagikan wawasan serta pengetahuan dan membimbing sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM, K, Sp. A (K), Sebagai Rektor Universitas Sumatera Utara, atas kesempatan yang berharga mengikuti segala


(5)

kegiatan yang dilaksanakan di dalam kampus USU, semoga ada kemajuan yang lebih baik lagi dalam mendukung proses belajar mengajar.

2. Bapak Prof. Dr. Runtung SH., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, atas dukungan yang besar terhadap seluruh mahasiswa/i di dalam lingkungan kampus Fakultas Hukum USU. Kami menyadari telah banyak sekali kemajuan pada fakultas sejak kepemimpinan Bapak.

3. Bapak Prof. Dr. Suhaidi, SH, M.Hum selaku Pembantu Dekan I FH-USU, Bapak Syafrudin Hasibuan, SH, M.Hum, DFM selaku Pembantu Dekan II FH-USU dan Bapak M. Husni , SH, M.Hum selaku Pembantu Dekan III.

4. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution SH., M.H, selaku Dosen Wali Penulis, terima kasih atas dukungan dan bimbingan yang selama ini Bapak berikan kepada Penulis.

5. Bapak Prof. Dr. Tan Kamello SH., MS., selaku Ketua Departemen Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara,

6. Seluruh staf pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan ilmu dan membimbing Penulis dalam proses pembelajaran selama masa perkuliahan.

7. Seluruh pegawai tata usaha Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (Especially For Pak ISMAIL) yang telah banyak memberikan bantuan kepada seluruh mahasiswa/i, mulai dari kami masuk kuliah hingga kami menyelesaikan perkuliahan di Fakultas Hukum tercinta ini.


(6)

8. Bapak H. Harisman, SE selaku Pimpinan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Cabang Kisaran Sumatera Utara, Bapak H. Abu Sofyan selaku Asisten Manager Operasional, Bapak Rusli Nasution selaku Petugas Kliring, Bapak M. Samosir selaku Supervisor Panunjang Bisnis, Bapak Darto serta pihak PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Cabang Kisaran Sumatera Utara, yang telah memberikan informasi demi kelancaran penyusunan skripsi ini. 9. Seluruh Bapak dan Ibu Guru yang telah berjasa memberikan ilmu

pengetahuan yang bermanfaat dalam hidupku, mulai dari SD (SD Negeri Galang, SD Negeri 013860 Kisaran), SLTP (SLTP Negeri 2 Kisaran), hingga SMU (SMU Negeri 01 Kisaran).

11. Buat anak-anak UBBS (Zuliana Maro Batubara SH (wakil awaq ni yang paling im ut, langgeng-langgeng aj yach hubungannya m a AWR sam pe kakek nenek. Hehehe…), Nora Am elia SH (sekretaris awaq ni yang paling caem , m asih am a “Noov” kan, m bak??? ), M. Anwar Tanjun g SH (Mana nich janjinya, katanya klw dah kerja m w neraktir WAZ, dit unggu yach janjinya….), M. Ayodia Rizaldy (bodyguardnya anak-anak UBBS, Cepetan Yo slesaikan skripsi awaq, jangan m ikirin Rally aja yach…), Ari Masias Sem biring (nich bodyguardnya anak-anak UBBS yang paling...? Chairunita SH (Selebnya UUBS, dah brojol belum anaknya Bu’ ? J angan lupa kabar-kabari yach…), Henny Sekartati (Seleb UBBS atunya lagi), Taufik Mustaqim (Modelnya UBBS, kem ana aja say ? Koq ga’ pernah nongol-nongol di kam pus ? Pa dah jadi orang SUKSES yach…, m akanya ga’ m w wisuda), & Rafida Aflah SH. 12. Kawan-kawan senasib dan seperjuan gan di kam pus Hukum USU, Diegi Dona

Sari (Thank’s ya Gi, buat sm ua yang telah Egi berikan & lakukan tuk’s WAZ, Wulan ga’ tw pa yang kan terjadi klw ga’ da Egi yang m em bantu Wulan. Sm ua


(7)

ni kan tetap Wulan ingat sam pe kapan pun , Alw ay s & Forever), Fitri Hadijah (Makasih ya Fit,,. Atas sem ua saran-sarannya & telah m em berikan Wulan t4 berlindung dari h ujan dan panas selam a Wulan m enyelesaikan skripsi ini), Ayu Andanaly, Ahm ad Azhary Lubis, Atria Fachrina, Ayu Lestari, Suci Yun ita Siregar, Wan Yusnizar, Ferdiansyah, Anju Ciptani Dam anik, Abdul Muluk Lubis, Hayatun Puspa Nain ggolan, M. Saleh Mukaddam , Rudi Sunardi, Besti R.A Sitom pul, Eka Krisnawati, Rahm ah, Nuridayanti, Nurainun , Trian i br Ginting, M. Budi Ibrahim , Sri Cipta, Adra, Nur Him m y Falahiyati SH, Ernita Ram adani SH, Mega Kartika SH, Putri Marlin a Sari SH di Sukabum i, Nia Avenasari SH, Izzatul Him m ah Sinaga SH, Laswinda Diana Nasution SH, Maharani SH, Sri Ram adhani SH, Puspita Senjayu SH, Masnari Darnisa Hutasuhut SH, Erlan R Banjarnahor SH, ‘n sem ua anak m atrikulasi stb 20 0 3, thank u…I will be m iz u…

13. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

14.Para penghuni Kampus: all of Stb ’03, ’04, ’05, ’06, dan buat yang baru datang ’07….

15. Serta sem ua waktu yang telah terlalui, m asa yang telah terjalani, kenangan yang sudah terciptakan, yang benar-benar akan senantiasa tersim pan di dalam m em ori hatiku di sekian kejadian dalam hidupku, m ulai dari aq lahir kedunia hin gga aq berada disini sekarang…thanks for everything……

Medan, Agustus 2007 Penulis,


(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL DAN SKEMA ... ix

ABSTRAKSI ... x

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 9

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 9

D. Keaslian Penulisan ... 10

E. Tinjauan Kepustakaan... 11

F. Metode Penulisan ... 13

G. Sistematika Penulisan ... 16

BAB II : TINJAUAN UMUM UANG GIRAL SEBAGAI SALAH SATU BENTUK JASA-JASA LAYANAN PERBANKAN A. Definisi Bank, Jenis-jenis Bank dan Jasa-jasa Layanan Bank 1. Definisi Bank ... 18

2. Jenis-jenis Bank ... 19

3. Jasa-jasa Layanan Bank ... 26

B. Definisi dan Bentuk-bentuk Uang Giral ... 37

1. Definisi Uang Giral ... 37

2. Bentuk-bentuk Uang Giral ... 38


(9)

PEMBAYARAN UANG GIRAL

A. Latar Belakang Timbulnya Lembaga Kliring ... 48

B. Fungsi dan Jenis-jenis Kliring ... 51

C. Syarat-syarat Peserta Kliring dan Prosedur Setoran Kliring .... 52

1. Syarat- syarat Peserta Kliring ... 52

2. Prosedur Setoran Kliring ... 56

D. Sanksi dan Jaminan Kliring ... 65

1. Sanksi Kliring ... 65

2. Jaminan Kliring ... 67

BAB IV : TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN KLIRING SEBAGAI PENGATUR ARUR PEMBAYARAN UANG GIRAL PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) CABANG KISARAN A. Aspek Hukum Kliring Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Cabang Kisaran ... 69

1. Hak dan Kewajiban pihak Bank Rakyat Indonesia dan Nasabah dalam Penggunaan Sarana Kliring ... 69

2. Syarat-syarat yang Harus Dipenuhi oleh Nasabah untuk dapat Menggunakan Sarana Kliring ... 72

B. Akibat Hukum yang Timbul dalam Penggunaan Sarana Kliring di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Cabang Kisaran ... 73

C. Tindakan Pengamanan dalam Pelaksanaan Kliring untuk menghindari Praktek-praktek Kejahatan Melalui kliring ... 74


(10)

A. Kesimpulan ... 81 B. Saran ... 84

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL DAN SKEMA

1. TABEL

1. 1. Tabel Neraca Kliring Bank ... 62 1. 2. Tabel Neraca Kliring Bank Indonesia ... 63

2. SKEMA


(12)

ABSTRAKSI

Kliring dapat diartikan sebagai sarana perhitungan warkat antarbank yang dilaksanakan olen Bank Indonesia guna memperluas dan memperlancar lalu lintas pembayaran giral. Pembayaran giral adalah pemindahbukuan dari suatu rekening ke rekening lain pada kantor bank yang sama atau dari suatu bank ke bank lain. Biasanya pemindahbukuan dari suatu rekening bank ke rekening bank yang lain dilakukan melalui lembaga kliring dengan cara tukar-menukar surat-surat berharga, dalam hal ini bilyet giro. Nasabah memberikan perintah pemindahbukuan dengan bilyet giro. Dapat juga dengan cek silang (crossed

cheque). Bilyet giro yang diseragamkan memudahkan bank dalam melakukan

administrasinya.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penulis mencoba mengkaji peranan Bank khususnya PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Cabang Kisaran dalam hal pelaksanaan kliring guna memperluas dan memperlancar lalu lintas pembayaran giral. Skripsi ini berupaya menelaah dan mengulas tentang hak dan kewajiban para pihak dalam penggunanaan sarana kliring, syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh nasabah untu dapatmenggunakan sarana kliring dan akibat hukum yang timbul dalam penggunaan sarana kliring pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Cabang Kisaran serta tindakan pengamanan Tindakan Pengamanan dalam Pelaksanaan Kliring untuk menghindari Praktek-praktek Kejahatan Melalui kliring

Didalam pembahasan terhadap permasalahan tersebut penulis melakukan penelitian dengan metode penelitian hukum normatif deskriptif dimana tahap awal penulis melakukan penelitian terhadap data sekunder dan tahap selanjutnya penulis melakukan penelitian dengan melakukan teknik wawancara dan mengumpulkan bahan dari narasumber yaitu Bagian Kliring Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Cabang Kisaran untuk mengetahui bagaimana pelakasanaan kliring sebagai pengatur arus pembayaran uang giral.

Dari penelitian tersebut dapat diketahui bahwa aspek-aspek hukum yang berkaitan langsung dengan pelaksanaan kliring adalah beberapa persoalan yang menyangkut perikatan dan perjanjian. Dengan adanya suatu perikatan/perjanjian akan melahirkan hak dan kewajiban masing-masing pihak yaitu bank dan nasabah, kemudian tanggungjawab hukum masing-masing pihak dalam menggunakan sarana kliring dan tanggungjawab setelah diadakannya kliring, akibat hukum yang timbul dari pelaksanaan kliring yang harus dipikul oleh pihak bank dan nasabah yang bersangkutan, serta tindakan-tindakan pengamanan dalam pelaksanaan kliring untuk menghindari praktek-praktek kejahatan melalui kliring. Dapat disebutkan dalam pelaksanaan kliring, sanksi yang terberat yang akan dihadapi oleh nasabah adalah penutupan rekeningnya dan pencantuman nama nasabah dalam daftar hitam (black list) Bank Indonesia, sehingga nasabah tersebut tidak dapat membuka rekening di bank manapun yang menjadi peserta kliring. Sedangkan, akibat yang akan dihadapi pihak bank apabila menyalahgunakan kepercayaan nasabah adalah tidak akan ada lagi nasabah yang mau menyimpan dananya di bank bersangkutan dan pada akhirnya bank tersebut akan tutup.


(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pembangunan ekonomi suatu negara di samping memerlukan program pembangunan yang terencana dan terarah untuk mencapai sasaran pembangunan, faktor lainnya adalah dibutuhkannya modal/dana pembangunan yang cukup besar. Peningkatan pembangunan ekonomi maupun pertumbuhan ekonomi perlu ditunjang dengan peningkatan dana pembangunan, untuk itu diperlukan mobilisasi dana dari masyarakat. Demikian pula negara Indonesia, hal ini dicirikan dengan dikeluarkannya berbagai kebijakan pemerintah di bidang moneter, keuangan, dan perbankan dari paket deregulasi perbankan tahun 1983, paket kebijaksanaan 27 Oktober 1988, paket kebijaksanaan Januari 1990, dan paket deregulasi perbankan 29 Mei 1993.1

Serangkaian kebijaksanaan pemerintah Republik Indonesia tersebut bertujuan untuk menghimpun dana pembangunan, baik melalui lembaga keuangan maupun dalam bentuk kredit likuiditas Bank Indonesia (KLBI), sehingga mampu menciptakan pemerataan usaha bagi pelaku-pelaku pembangunan ekonomi baik pengusaha berskala kecil koperasi maupun pengusaha berskala menengah dan besar. Dengan demikian, terjadi keterkaitan kerja sama harmonis dan saling menunjang antar pelaku ekonomi riil dengan pelaku ekonomi financial dalam menunjang pembagunan ekonomi nasional.2

1

Faisal Afiff, dkk, Strategi dan Operasinal Bank, PT. Erresco, Bandung, 1996, hal. 1 2

Ibid, hal. 2

Dengan serangkaian kebijaksanaan deregulasi itu betapa besar dan pentingnya peranan bank selaku lembaga


(14)

keuangan dalam memobilisasi dana masyarakat serta menyalurkan dana dalam rangka meningkatkan kemajuan ekonomi Indonesia.

Dengan adanya kebijaksanaan-kebijaksaan tersebut, dewasa ini banyak sekali bank-bank yang memberikan keyakinan serta pilihan bagi masyarakat untuk menyimpan uangnya di bank-bank tersebut. Dengan iming-iming bunga yang tinggi serta kemudahan-kemudahan yang ditawarkan itu, menimbulkan minat serta daya tarik bagi masyarakat untuk menanamkan sahamnya pada bank yang diminatinya, karena bank yang bersangkutan dianggap dapat memberikan jaminan keamanan uang yang disimpannya, juga memberikan kemudahan-kemudahan terhadap nasabahnya.

Perbankan adalah merupakan prasarana di bidang pembangunan ekonomi Indonesia. Dalam rangka kegiatannya untuk mencapai usaha pembangunan, bank melakukan usaha pokok antara lain memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang serta memberikan jasa kredit. Untuk dapat melakukan usaha tersebut, maka bank telah menciptakan beberapa jenis sarana dalam bentuk surat-surat berharga dan ini dapat dipergunakan sebagai alat pembayaran, adapun jenis-jenis itu dapat berupa : wesel, cek, promes, bilyet giro dan surat-surat lainnya yang dapat disebut sebagai alat tukar menukar atau alat pembayaran yang sah. Sarana bank seperti ini disebut uang giral.

Uang giral yang dipergunakan sebagai alat pembayaran dalam lalu lintas pembayaran dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Peningkatan ini disebabkan adanya peningkatan penggunaan jasa-jasa perbankan oleh masyarakat maupun perkembangan kegiatan usaha. Uang giral yang merupakan sarana lalu


(15)

lintas pembayaran dan peredaran uang dapat terdiri atas surat perintah pembayaran dan surat perintah pemindahbukuan.

Dalam pembayaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Bank juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam uang (kredit) bagi masyarakat yang membutuhkannya. Kemudian, bank juga dikenal sebagai tempat untuk menukar uang, memindahkan uang atau menerima segala macam bentuk pembayaran atau setoran seperti pembayaran listrik, telepon, air, pajak, uang kuliah dan pembayaran lainnya.3

Disamping itu bank juga melakukan kegiatan jasa-jasa pendukung lainnya. Jasa-jasa ini diberikan untuk mendukung kelancaran kegiatan menghimpun dana, baik yang berhubungan langsung dengan kegiatan simpanan dan kredit maupun tidak langsung.4

Kliring diartikan sebagai sarana perhitungan warkat antarbank yang dilaksanakan olen Bank Indonesia guna memperluas dan memperlancar lalu lintas pembayaran giral. Pembayaran giral adalah pemindahbukuan dari suatu rekening ke rekening lain pada kantor bank yang sama atau dari suatu bank ke bank lain. Biasanya pemindahbukuan dari suatu rekening bank ke rekening bank yang lain dilakukan melalui lembaga kliring dengan cara tukar-menukar surat-surat Salah satu jasa yang ditawarkan adalah jasa kliring, dan jasa kliring ini banyak dimanfaatkan oleh nasabah dan bahkan nasabah kliring ini makin bertambah dan makin meningkat setiap tahunnya.

3

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (Edisi Keenam), PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hal. 23.

4


(16)

berharga, dalam hal ini bilyet giro. Nasabah memberikan perintah pemindahbukuan dengan bilyet giro. Dapat juga dengan cek silang (crossed

cheque). Bilyet giro yang diseragamkan memudahkan bank dalam melakukan

administrasinya.5

Dewasa ini banyak sekali terjadi praktek-praktek kejahatan perbankan melalui kliring, sehingga dapat merugikan berbagai pihak. Salah satu bentuk dari jenis kecurangan atau kejahatan yang sering terjadi dalam transaksi perbankan melalui kliring adalah penyalahgunaan alat-alat lalu lintas pembayaran giral. Kecurangan jenis ini bisa terjadi oleh pihak ekstern bank, bahkan dalam satu komplotan atau sindikat kejahatan yang juga bisa melibatkan orang dalam bank itu sendiri, antara lain:6

5

O.P. Simorangkir, Pengantar Lembaga keuangan Bank dan Nonbank, Ghalia Indonesia, Bogor, 2004, hal. 71

1. Penyalahgunaan oleh penarik/pemegang

Berbagai cara dilakukan oleh para pelaku untuk membobol bank ini, antara lain dengan melakukan :

a. Pemalsuan identitas penarik

b. Membuat identitas fiktif, seperti KTP, Paspor dsb.

c. Melakukan penarikan namun tujuannya justru agar warkat yang diajukan tersebut supaya ditolak dan tentunya warkat yang ditolak tersebut dikembalikan padanya, setelah melalui proses di bank. Dari warkat yang dikembalikan tersebut dia akan memperoleh data contoh stempel bank ybs., tandatangan, paraf petugas bank. Data ini akan digunakannya sebagai contoh untuk alat pemalsuan dikemudian hari.

6


(17)

d. Dalam teknis melakukan kejahatannya dia menghapus, mengubah, menambah data pada alat-alat giral. Mengganti dengan angka, huruf, nomor dsb, dengan maksud mengecoh bank dalam upaya pembobolannya. e. Penarik ini kemudian menandatangani alat-alat giral yang belum diisi

lengkap

f. Pemegang mengkopi alat-alat giral seperti Cek/BG dsb. Untuk dijadikan contoh model tindak kecurangan dan kejahatannya.

2. Penyalahgunaan oleh bank penagih

Oknum bank penagih, yang menagihkan titipan kliring nasabah bisa melakukan kecurangan dengan penyalahgunaan sebagai berikut;

a. Dilakukan oleh oknum bank penagih terhadap cek yang diamanatkan nasabah untuk dikliringkan namun sengaja tidak dibubuhkan stempel KLIRING padahal Cek-nya adalah “cek pembawa”, sehingga cek yang seharusnya dikliringkan tersebut dapat diuangkan secara tunai.

b. Hasil kliring yang baik ternyata tidak dibukukan ke rekening penyetor sesuai dengan amanatnya, tapi dibukukannya ke rekening nasabah lainnya. c. Menghapus dan mengganti Stempel Kliring dari satu bank yang dituju ke

bank lainnya.

3. Penyalahgunaan oleh Bank Pembayar

a. Bank pembayar tidak segera membayar dengan alasan warkat cek atau BG diragukan kebenarannya. Hal ini bisa karena bank tsb illikuid atau ada persekongkolan dengan orang lain. Kadangkala ini dilakukan atas permintaan nasabahnya, kemudian dibuatlah alasan seperti resi buku cek yang belum kembali.


(18)

b. Bank tetap melakukan pembayaran, walaupun warkatnya tidak sesuai dengan syarat bank teknis yang seharusnya ditolaknya. Hal ini dilakukan dengan kerjasama pemegang rekening.

c. Bank melakukan pembayaran atas beban bukan rekening penarik, artinya petugas bank ybs membebankanya ke rekening nasabah lainnya.

d. Bank melakukan pembayaran tanpa melalui prosedur dan tidak memenuhi syarat pembayaran.

4. Penyalahgunaan oleh Penerima Pembayaran

a. Penerima Pembayaran adalah orang yang tidak berhak. Seorang nasabah yang seharusnya menerima pembayaran dari hasil penagihannya, misalnya Cek yang dikliringkan, ternyata hasilnya masuk kepada rekening orang lain. Hal ini bisa terjadi baik karena dilakukan oleh petugas bank atau bisa juga perintah yang ditujukan kepada banknya diubah oleh orang yang tidak berhak.

b. Penerima Pembayaran yang Dikuasakan Tidak Menyampaikan Pembayaran Kepada Yang Berhak. Seorang nasabah yang mengkuasakan untuk menagih sejumlah Cek/BG kepada karyawannya, bisa saja hasilnya tidak disetorkan ke rekening nasabahnya. Bisa diambil tunai maupun diubah penyetorannya ke rekeningnya atau rekening lainnya.

5. Penyalahgunaan dalam Lembaga Komunikasi

Lembaga komunikasi ini adalah pihak yang mengirimkan alat giral dari pihak bank yang memberi perintah kepada bank yang akan melakukan amanat tersebut. Dia bisa Clearingman Bank, petugas lain, petugas ekspedisi untuk penagihan inkaso dsb. Cara yang bisa dilakukannya adalah;


(19)

a. Sengaja mengubah, menambah/mengurangi data yg tercantum dalam alat giral tersebut.

b. Sengaja melambatkan, tidak menyampaikan ke alamat yang berhak. c. Membuang atau memusnahkan alat-alat giral yang harus disampaikan. d. Membocorkan data yang tercantum pada alat-alat giral kepada yang tidak

berhak dan merugikan perusahaan ybs. 6. Penyalahgunaan dengan Cek

Untuk melakukan penyalah-gunaan cek, pelaku harus memiliki blanko cek asli atau palsu dan harus mengetahui data nasabah seperti, tandatangan yang sesuai spesimen di bank, mengetahui saldo nasabahnya. Hal ini diperoleh dengan berbagai cara seperti; mencuri dari nasabah secara langsung, mengakali atau bekerja sama dengan pegawai perusahaan nasabah, mengambil langsung dari bank dengan memalsu bukti pengambilan cek atau bisa dengan memalsu formulir cek. Cara Pencairan Cek. Setelah pelaku memiliki cek yang akan dijadikan media obyek pembobolan salah satu rekening nasabah bank secara lengkap dia datang ke bank untuk melakukan transaksi, bisa tunai ataupun disetorkan di bank lain untuk dikliringkan.

a. Pengambilan Tunai. Dalam pencairan cek tunai, setelah memenuhi prosedur yang standar di teller, data legitimasi wajib tandatangani di balik cek. Penerima uang ini akan menggunakan identitas palsu untuk mempersulit penelusuran bank.

b. Penguangan melalui Kliring (Cek/BG). Upaya pembobolan dengan cara melalui kliring biasanya jumlahnya relatif besar. Untuk itu pelaku telah mempersiapkan rekening penampungan di beberapa bank lain yang dibuka


(20)

dengan identitas palsu. Bila kejahatan ini berlangsung lancar, penarikannya dilakukan tunai.

7. Penyalahgunaan dengan Nota Debet/Nota Kredit

Penyalah-gunaan dengan Nota Debet (Debit Advice) atau Nota Kredit (Credit Advice) sangat pasti berkaitan dengan pihak intern bank. Dalam hal ini pelaku harus mengetahui data nasabah sperti tandatangan sesuai spesimen di bank, mengetahui saldo nasabah, tandatangan pejabat bank yang berhak untuk melakukan otorisasi atas transaksi bank. Adapun cara penyalahgunaan dengan Nota Debet (D/A) atau Nota Kredit (C/A) ini adalah

a. Memindahkan dana atas beban suatu rekening nasabah ke rekening nasabah lain dengan Nota Debet/Kredit dalam satu bank, tanpa perintah dari nasabah.

b. Pemindahan dana nasabah tanpa amanatnya ini bisa juga di kliring-kan ke bank lain

c. Kemudian penarikannya di bank lain tersebut dilakukan melalui rekening yang memang telah dipersiapkan.

Untuk menghindari praktek-praktek kejahatan melalui kliring tersebut, maka pihak bank memberikan suatu tindakan pengamanan guna kelencaran pelaksanaan kliring. Usaha pengamanan dalam kliring dimaksudkan untuk memperlancar, mempermudah, meningkatkan pelaksanaan pengawasan intern peserta kliring, menghindarkan usaha menipulasi serta usaha-usaha lain dari orang yang tidak bertanggungjawab yang dapat merugikan bank.


(21)

Berbagai masalah hukum yang timbul dan berkaitan dengan pelaksanaan kliring, telah mendorong penulis untuk menyusun skripsi yang berjudul

“TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN KLIRING SEBAGAI PENGATUR ARUS PEMBAYARAN UANG GIRAL PADA PT.BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) Tbk CABANG KISARAN”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka yang menjadi perumusan masalah di dalam skiripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah Aspek Hukum Kliring Pada PT. Bank Rakyat Indonesia

(Persero) Tbk Cabang Kisaran ?

2. Bagaimanakah Akibat Hukum Sarana Kliring di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Kisaran ?

3. Bagaimanakah Tindakan Pengamanan Yang Dilakukan Pihak PT. Bank

Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Kisaran dalam Pelaksanaan Kliring Untuk Menghindari Praktek-Praktek Kejahatan Melalui Kliring ?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Adapun yang menjadi tujuan pembahasan dalam skripsi ini dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui aspek hukum kliring pada Bank Rakyat Indonesia Cabang Kisaran.

2. Untuk mengetahui akibat hukum sarana kliring di Bank Rakyat Indonesia Cabang Kisaran.


(22)

3. Untuk mengetahui apa saja tindakan pengamanan yang dilakukan pihak Bank Rakyat Indonesia Cabang Kisaran dalam pelaksanaan kliring untuk menghindari praktek-pratek kejahatan melalui kliring.

Manfaat penulisan yang dapat diperoleh dari penulisan skripsi adalah sebagai berikut :

1. Secara Teoritis

Skripsi ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi ilmu pengetahuan hukum dan sumbangan pemikiran untuk pengembangan ilmu pengetahuan terutama yang berkaitan dengan dunia perbankan dan khususnya yang berkaitan dengan kliring serta untuk mengetahui secara yuridis formal tentang pelaksanaan kliring dalam dunia perbankan terutama aspek hukum yang berkaitan dengan pelaksanaan kliring.

2. Secara Praktis

Skripsi ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan ataupun sumbang saran bagi pihak yang terkait khususnya insan perbankan dalam rangka lebih menyempurnakan sistem perbankan Indonesia khususnya lembaga kliring sebagai salah satu cara penyerahan hak.

D. Keaslian Penulisan

Penulisan skripsi ini didasarkan oleh ide, gagasan, pemikiran dan yang utama adalah ketertarikan terhadap fenomena pelaksanaan kliring sebagai lembaga yang mengatur arus pembayaran uang giral yang dilakukan oleh lembaga perbankan. Artinya keaslian ini bukanlah hasil ciptaan atau jiplakan dari hasil karya orang lain. Kalaupun ternyata ada yang membuat, pembahasan dilakukan dengan sudut pandang/tinjauan yang berbeda. Skripsi ini disusun melalui referensi


(23)

buku-buku, media cetak serta bantuan dari berbagai pihak. Dengan demikian keaslian penulisan skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan oleh penulis secara ilmiah.

E. Tinjauan Kepustakaan

Menurut kamus istilah hukum Fockema Andreae yang dimaksud dengan : “Bank adalah suatu lembaga atau orang pribadi yang menjalankan perusahaan dalam menerima dan memberikan uang dari dan kepada pihak ketiga. Berhubungan dengan adanya cek yang hanya dapat diberikan kepada banker sebagai tertarik, maka bank dalam arti luas adalah orang atau lembaga yang dalam pekerjaannya secara teratur menyediakan uang untuk pihak ketiga.”7

Bank adalah “lembaga moneter yang berhubungan dengan peredaran uang, sebagai pangkal utamanya yang bertolak dari pelaksanaan anggaran belanja dan pendapatan Negara yang membuku pintu keluar masuknya uang dari dan ke tangan masyarakat yang mempunyai pengaruh secara langsung pada nilai tukar uang.”8

Rumusan mengenai pengertian bank yang lain, dikemukakan oleh G. M. Verryn Stuart, dalam bukunya Bank Politik, berpendapat bahwa bank adalah “suatu badan yang bertujuan memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat-alat pembayarannya sendiri atau dengan uang yang diperolehnya dari orang lain, maupun dengan jalan mengedarkan alat-alat penukar baru berupa uang giral.”9

Kliring berasal dari kata to clear artinya pelunasan utang piutang sesama bank anggota kliring yang dikoordinasikan oleh Bank Sentral (Bank Indonesia) di

7

Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Kencana Prenada Media, Jakarta, 2005, hal. 8

8

Mustafa Siregar, Pengantar Beberapa Pengertian Hukum Perbankan, USU Press, Medan, 1991, hal. 1

9


(24)

dalam lembaga kliring. Kliring merupakan pelaksanaan Lalu Lintas Pembayaran Dalam Negeri dan Luar Negeri (LLPDNLN) yang dilakukan dalam suatu kota atau dalam satu lembaga kliring.10

Menurut Malayu S.P. Hasibuan, kliring adalah “proses perhitungan, pelunasan dan pertukaran warkat-warkat kliring antarbank anggota yang dikoordinasi Bank Indonesia.”11

Menurut The New Grolier Webster International Dictionary of the English

Language, “clearing is the act exchanging draft an each and settling the differences” (kliring adalah kegiatan tukar menukar warkat dari bank satu dengan

bank yang liannya dan menetapkan perbedaan-perbedaannya).12

Kliring adalah “penyelesaian pembukuan dan pembayaran antarbank dengan memindahkan saldo kepada pihak yang berhak.13 Sedangkan menurut Kamus ekonomi Uang dan Bank, kliring adalah tindakan tukar menukar cek dan perhitungan rekening bank di bawah pengawasan lembaga kliring.”14

Kliring adalah suatu kegiatan untuk menyelesaikan utang piutang antarbank dalam bentuk giral di mana penerima dan bank tertariknya berada dalam satu wilayah kerja lembaga penyelenggara kliring dengan jadwal pelaksanaan yang telah ditetapkan.

15

10

Malayu S.P.Hasibuan, Dasar-Dasar Perbankan, PT.Bumi Aksara, Jakarta, 2002, hal. 7 11

Ibid. 11

Ibid. 12

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga), Balai Pustaka, Jakarta, 2002, hal. 446

13

Edilius dan Sudarsono, Kamus Ekonomi Uang dan Bank, Rineka Cipta, Jakarta, 1994, hal. 47

14

Try Widiyono, Aspek Hukum Operasional Transakasi Produk Perbankan di Indonesia, Ghalia Indonesia, Bogor, 2006, hal. 231


(25)

Menurut kamus Perbankan yang disusun oleh Tim Penyusun Kamus Perbankan Indonesia 1980, kliring adalah “perhitungan utang piutang antara peserta secara terpusat di satu tempat dengan cara saling menyerahkan surat-surat berharga dan surat-surat dagang yang telah ditetapkan untuk dapat diperhitungkan.”16

Uang giral adalah “uang yang diterbitkan oleh Bank Umum berupa surat berharga sebagai ganti uang tunai yang disimpannya (uang tabungan), seperti cek, bilyet giro, wesel bank, kartu kredit.”17

Dalam menyususun skripsi ini, digunakan Metode Penelitian Hukum Normatif yang bersifat deskriptif. Penelitian hukum normatif biasanya dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan maka disebut juga metode kepustakaan. Penelitian hukum normatif adalah penelitian dengan hanya mengolah dan menggunakan data-data sekunder yang berhubungan dengan kliring. Sedangkan bersifat deskriptif maksudnya penelitian tersebut dilakukan untuk dapat menggambarkan tentang Pelaksanaan Kliring sebagai Pengatur Arus Pembayaran Uang Giral pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Kisaran, guna

F. Metode Penulisan

Untuk melengkapi penulisan skripsi ini agar tujuan dapat lebih terarah dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka metode penulisan yang digunakan antara lain:

1. Jenis Penelitian

15

Prathama Rahardja, Uang dan Perbankan, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 1997, hal. 132 16

Abdulkadir Muhammad dan Rilda Murniati, Segi Hukum Lembaga Keuangan dan


(26)

menjawab permasalahan yang ada dengan melakukan survey ke lapangan untuk mendapatkan informasi yang dapat mendukung teori yang ada.

2. Sumber Data a. Data Primer

Yaitu data yang diperoleh langsung di lapangan melalui wawancara dengan informan yang berasal dari karyawan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Kisaran dan pihak-pihak yang terkait dan memenuhi karakteristik untuk mendapat gambaran mengenai masalah yang akan diteliti. b. Data Sekunder

Data-data sekunder tersebut, meliputi:18

a) Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan.

1) Bahan Hukum Primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat dan terdiri dari:

b) Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 jo. Undang-Undang No. 3 Tahun 2004 Tentang Bank Indonesia.

c) Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.

d) Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 23/88/KEP/ DIR tentang Pemberian Garansi Bank.

e). Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal

2) Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti buku-buku rujukan tentang pelaksanaan kliring.

18

Amiruddin & Zainal Assikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hal. 31


(27)

3) Bahan Hukum Tersier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder seperti kamus Bahasa Indonesia, kamus Perbankan maupun kamus Ekonomi.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara:

a. Penelitian Kepustakaan (Library Research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau yang disebut dengan data sekunder. Adapun data sekunder yang digunakan dalam penulisan skripsi ini antara lain berasal dari buku-buku baik koleksi pribadi maupun dari perpustakaan, artikel-artikel baik yang diambil dari media cetak maupun media elektronik, dokumen-dokumen pemerintah, termasuk peraturan perundang-undangan. b. Penelitian Lapangan (Field Research), yaitu suatu pengumpulan data dengan

cara terjun ke lapangan guna memperoleh data-data yang diperlukan, dan data yang diperoleh itu disebut dengan data primer. Dalam penelitian ini dilakukan wawancara (interview). Wawancara (interview) adalah situasi peran antar pribadi bertatap muka (face to face), ketika seseorang yakni pewawancara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk memperoleh jawaban-jawaban yang relevan dengan masalah penelitian kepada seorang independen.

4. Analisis Data

Data primer dan data sekunder yang telah disusun secara sistematis kemudian dianalisa secara perspektif dengan menggunakan metode deduktif dan induktif. Metode deduktif dilakukan dengan membaca, menafsirkan dan membandingkan, sedangkan metode induktif dilakukan dengan menterjemahkan


(28)

berbagai sumber yang berhubungan dengan topik dalam skripsi ini, sehingga diperoleh kesimpulan yang sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika dalam penulisan skripsi ini dibagi dalam beberapa bab, dimana pada masing-masing bab diuraikan permasalahannya secara tersendiri, namun dalam konteks yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Secara sistematis penulis menempatkan materi pembahasan keseluruhannya ke dalam 5 bab yang terperinci sebagai berikut :

BAB I : Bab ini merupakan bab pendahuluan yang isinya antara lain memuat latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penulisan, serta sistematika penulisan.

BAB II : Bab ini merupakan bab yang memberikan pemahaman serta

gambaran tentang definisi bank, jenis-jenis bank dan jasa-jasa perbankan, definisi uang giral dan fungsi uang giral serta bentuk-bentuk uang giral.

BAB III : Bab ini merupakan bab yang memberikan pemahaman serta

gambaran latar belakang timbulnya lembaga kliring, fungsi dan macam-macam kliring, syarat-syarat peserta kliring dan tata cara kliring, sanksi dan jaminan kliring.

BAB IV : Bab ini merupakan perumusan pokok penulisan yang terdiri dari aspek hukum kliring pada Bank Rakyat Indonesia yaitu


(29)

hak dan kewajiban pihak bank dan nasabah dalam penggunaan sarana kliring dan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh nasabah untuk dapat menggunakan sarana kliring, akibat hukum sarana kliring, dan tindakan-tindakan pengamanan dalam pelaksanaan kliring untuk menghindari praktek-praktek kejahatan dalam kliring.

BAB V : Bab ini merupakan bab terakhir, yaitu bab penutup yang

berisi kesimpulan dan saran-saran mengenai permasalahan yang dibahas.


(30)

BAB II

PEMANFAATAN UANG GIRAL DALAM PERBANKAN

A. Definisi Bank, Jenis-Jenis Bank dan Jasa-Jasa Layanan Bank 1. Definisi Bank

Lembaga perbankan merupakan inti dari sistem keuangan dari setiap negara. Bank adalah lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi orang perseorangan, badan-badan usaha swasta, badan-badan usaha milik negara, bahkan lembaga-lembaga pemerintahan yang menyimpan dana-dana yang dimilikinya.

Apabila ditelusuri sejarah dari terminologi “bank”, maka kata bank berasal dari bahasa Italy “banca” yang berarti “bence” yaitu suatu bangku tempat duduk. Sebab, pada zaman pertengahan, pihak bankir Italy yang memberikan pinjaman-pinjaman melakukan usahanya tersebut dengan duduk di bangku-bangku. Dalam perkembangan dewasa ini, maka istilah bank yang dimaksudkan sebagai suatu jenis pranata financial yang melaksanakan jasa-jasa keuangan yang cukup beraneka ragam, seperti memberi pinjaman, mengedarkan mata uang, mengadakan pengawasan terhadap mata uang, bertindak sebagai tempat penyimpanan untuk benda-benda berharga serta membiayai usaha-usaha perusahaan.19

“Sebagai suatu institusi yang mempunyai peran yang besar dalam dunia komersil, yang berwenang untuk menerima deposito, memberikan pinjaman dan menerbitkan promissory notes yang sering disebut dengan bank bills Di samping itu, arti bank adalah :

19

Munir Fuady, Hukum Perbabnkan Modern (Buku Kesatu), PT. Citra Adyta Bakti, Bandung, 1999, hal. 13


(31)

atau bank notes. Namun, fungsi bank yang orisinil adalah hanya menerima deposito berupa uang logam, plate, emas dan lain-lain.”

Dalam suatu kamus, kata “bank” diartikan sebagai :20

Bank merupakan “lembaga keuangan yang menawarkan jasa keuangan seperti kredit, tabungan, pembayaran jasa dan melakukan fungsi-fungsi keuangan lainnya secara professional. Keberhasilan bank ditentukan oleh kemampuan mengidentifikasi permintaan akan jasa-jasa keuangan, kemudian memberikan pelayanan secara efesien dan menjualnya dengan harga yng bersaing.”

“a. Menerima deposito uang, kustodi, menerbitkan uang, untuk memberi pinjaman dan diskonto, memudahkan penukaran fund-fund tertentu dengan cek, notes dan lain-lain dan juga bank memperoleh keuntungan dengan meminjamkan uangnnya dengan memungut biaya.

b. Perusahaan yang melaksanakan bisnis bank tersebut.

c.Gabungan atau kantor tempat dilakukannya transaksi bank atau tempat beroperasinya perusahaan perbankan.”

21

Dalam praktik perbankan di Indonesia saat ini terdapat beberapa jenis bank yang diatur dalam Undang-Undang Perbankan. Jika kita melihat jenis Di Indonesia masalah yang terkait dengan bank diatur dalam Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998. Berkaitan dengan pengertian bank, Pasal 1 butir 2 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan merumuskan bahwa, “bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.”

2. Jenis-jenis Bank

20

Ibid., hal. 14 21

Juli Irmayanto, dkk, Bank Dan Lembaga Keuangan (Cetakan Ke-IV, Edisi Revisi), Penerbit Universitas Trisakti, Jakarta, 2004, hal. 53


(32)

perbankan sebelum keluar Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 dengan sebelumnya yaitu Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1967, maka terdapat perbedaan. Namun kegiatan utama atau pokok bank sebagai lembaga keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan dana tidak berbeda satu sama lainnya.22

Perbedaan jenis perbankan dapat dilihat dari segi fungsi bank, serta kepemilikan bank. Dari segi fungsi perbedaan yang terjadi terletak pada kegiatan atau jumlah produk yang dapat ditawarkan maupun jangkauan wilayah operasinya. Sedangkan kepemilikan perusahaan dilihat dari segi pemilikan saham yang ada serta akte pendiriannya.23

Menurut Undang-Undang Pokok Perbankan No.14 Tahun 1967 jenis perbankan menurut fungsinya terdiri dari :

Perbedaan lainnya adalah dilihat dari segi siapakah nasabah yang mereka layani, apakah masyarakat luas atau masyarakat dalam lokasi tertentu (kecamatan). Jenis perbankan juga dibagi kedalam caranya manentukan harga jual dan harga beli.

Adapun jenis perbankan dapat di tinjau dari berbagai segi antara lain : 1. Dilihat dari Segi Fungsinya

24

22

Kasmir, Op. Cit., hal. 32 23

Ibid. 24

Ibid.

“a. Bank Umum ;

b. Bank Pembangunan ; c. Bank Tabungan ; d. Bank Pasar ; e. Bank Desa ; f. Lumbung Desa ; g. Bank Pegawai ; h. dan bank lainnya.”


(33)

Namun setelah keluar UU Pokok Perbankan No. 7 Tahun 1992 dan ditegaskan lagi dengan keluarnya UU RI No. 10 Tahun 1998, maka jenis perbankan terdiri dari :

“a. Bank Umum;

b. Bank Perkreditan Rakyat.”

Di mana Bank Pembangunan dan Bank Tabungan berubah fungsinya menjadi Bank Umum, sedangkan Bank Desa, Bank Pasar, Lumbung Desa, Dan Bank Pegawai menjadi Bank Perkreditan Rakyat.

Adapun pengertian Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat sesuai dengan Undang-undang No.10 Tahun 1998 adalah sebagai berikut :

“a. Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Begitu pula dengan wilayah operasi dapat dilakukan di seluruh wilayah. Bank Umum sering disebut bank komersil (commercial bank).

b. Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dala kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Artinya disini BPR jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan kegiatan bank umum.”

2. Dilihat dari Segi Kepemilikannya

Jenis bank dilihat dari segi kepemilikan tersebut adalah :25

25

Ibid, hal. 34

a. Bank milik pemerintah

Di mana baik akte pendirian maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah, sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah pula. Contoh bank milik pemerintah antara lain : Bank Negara Indonesia 46 (BNI46), Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Tabungan Negara (BTN).


(34)

b. Bank milik Pemerintah Daerah

Bank pemerintah milik daerah terdapat di daerah tingkat I dan tingkat II masing-masing propoinsi.

c. Bank milik Swasta Nasional

Bank ini seluruh atau sebagian besarnya dimiliki oleh swasta nasional serta akte pendiriannya pun didirikan oleh swasta, begitu pula pembagian keuntungan swasta pula. Contoh bank milik swasta nasional antara lain : Bank Muamalat, Bank Central Asia, Bank Bumi Putera, Bank Danamon, Bank Niaga, Bank Internasional Indonesia, Bank Lippo.

d. Bank milik Koperasi

Kepemilikan saham-saham bank ini dimiliki oleh perusahaan yang berbadan hukum koperasi, contohnya adalah Bank Umum Koperasi Indonesia. e. Bank milik Asing

Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, baik bank swasta asing atau pemerintah asing. Jelas, kepemilikannya pun dimiliki oleh pihak luar negeri. Contoh Bank Asing antara lain : ABN AMRO Bank, City Bank, European Asian Bank, Bangkok Bank, Deutsche Bank, American Express Bank, Bank of America, Bank of Tokyo, Hongkok Bank, Standard Chartered Bank, Chase Manhattan Bank.

f. Bank milik Campuran

Kepemilikan saham bank campuran dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional. Kepemilikan sahamnya secara mayoritas dipegang oleh warganegara Indonesia. Contoh bank campuran adalah antara lain : Sumitomo Niaga Bank, Bank Merincorp, Bank Sakura Swadarma, Bank finconesia,


(35)

Mitsubishi, Buana Bank, Inter Pacifik Bank, Paribas BBD Indonesia, Ing Bank, Sanwa Indonesia Bank, Bank PDFCI.

3. Dilihat dari Segi Status

Dilihat dari segi kemampuannya dalam melayani masyarakat maka bank umum dapat dibagi ke dalam 2 (dua) macam. Pembagian jenis ini disebut juga pembagian berdasarkan kedudukan atau status bank tersebut. Kedudukan atau status ini menunjukkan ukuran kemapuan bank dalam melayani masyarakat baik dari segi jumlah produk, modal maupun kualitas pelayanannya. Oleh karena itu, untuk memperoleh status tersebut diperlukan penilaian-penilaian dengan kriteria tertentu.

Status bank yang dimaksud adalah :26

26

Ibid, hal. 37

a. Bank Devisa

Merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi keluar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan, misalnya transfer keluar negeri, inkaso keluar negeri, travelers cheque, pembukaan dan pembayaran

Letter of Credit, dan transaksi lainnya. Persyaratan untuk menjadi bank devisa ini

ditentukan oleh Bank Indonesia. b. Bank Non-devisa

Merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak dapat melaksanakan transaksi seperti halnya bank devisa. Jadi, bank non-devisa merupakan kebalikan daripada bank devisa, dimana transaksi yang dilakukan masih dalam batas-batas negara.


(36)

4. Dilihat dari Segi Cara menentukan Harga

Jenis bank jika dilihat dari segi atau caranya dalam menentukan harga baik harga jual maupun harga beli terbagi dalam 2 kelompok yaitu :27

27 Ibid.

a. Bank yang berdasarkan Prinsip Konvensional

Mayoritas bank yang berkembang di Indonesia dewasa ini adalah bank yang berorientasi pada prinsip konvensional. Hal ini tidak terlepas dari sejarah bangsa Indonesia dimana asal mula bank di Indonesia dibawa oleh oleh Kolonial Belanda.

Dalam mencari keuntungan dan menentukan harga kepada para nasabahnya, bank yang berdasarkan prinsip konvensional menggunakan dua metode yaitu :

1). Menetapkan bunga sebagai harga, baik untuk produk simpanaan giro, tabungan maupun deposito. Demikian pula harga untuk produk pinjamannya (kredit) juga ditentukan berdasarkan tingkat suku bunga tertentu. Penentuanharga ini dikenal dengan spread based. Apabila suku bunga simpanan lebih tinggi dari suku bunga pinjaman maka dikenal dengan

negative spread, hal ini terjadi di akhir tahun 1998 dan sepanjang tahun 1999.

2). Untuk jasa-jasa bank lainnya pihak perbankan barat menggunakan atau menerapkan berbagai biaya-biaya dalam nominal atau persentase tertentu. Sistem pengenaan biaya ini dikenal dengan istilah fee based.


(37)

b. Bank yang berdasarkan Prinsip Syariah

Bank berdasarkan prinsip syariah belum lama berkembang di Indonesia. Namun diluar negeri terutama di negara-negara Timur Tengah bank yang berdasarkan Prinsip syariah berkembang pesat sejak lama.

Bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah dalam penentuan harga produknya sangat berbeda dengan bank berdasarkan prinsip konvensional. Bank berdasarkan prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak lain untuk menyimpan dana atau pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan lainnya.

Dalam menentukan harga atau mencari keuntungan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah adalah sebagai berikut :

“1). Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah)

2). Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musharakah) 3). Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah) 4). Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan (ijarah) 5). Atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang

disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).”

Sedangkan penentuan biaya-biaya jasa bank lainnya bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah juga menentukan biaya sesuai dengan Syariat Islam. Sumber penentuan harga atau pelaksanaan kegiatan bank prinsip syariah dasar hukumnya adalah Al-Quran dan sunah Rasul. Bank berdasarkan prinsip syariah mengharamkan penggunaan harga produknya dengan bunga tertentu. Bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah bunga adalah riba.


(38)

3. Jasa-jasa Perbankan

Sebagai mana telah dikemukan dalam bab-bab terdahulu, bank adalah lembaga keuangan yang mempunyai usaha pokok menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Selain usaha pokok tersebut, bank juga memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang.

Adapun jasa yang diberikan bank dalam rangka lalu lintas pembayaran dan peredaran uang antara lain mencakup : pengiriman uang (transfer), inkaso, kliring, bank garansi, kotak pengaman simpanan, kartu kredit, kustodian, dan letter of kredit dalam transaksi perdagangan internasional dan dalam negeri.

1. Pengiriman Uang (transfer)

Pengiriman Uang (transfer) adalah salah satu pelayanan bank kepada masyrakat dengan bersedia melaksanakan amanat nasabah untuk mengirimkan sejumlah uang, baik dalam rupiah maupun valuta asing yang ditujukan kepada pihak lain (perusahaan, lembaga, atau perorangan) di tempat lain baik di dalam maupun di luar negeri. 28

Berdasarkan pengertian di atas dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan pengiriman uang (transfer) adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh bank untuk mengirim sejumlah uang yang ditujukan kepada pihak tertentu dan di tempat tertentu. Pengiriman uang (transfer) tersebut dilakukan atas permintaan nasabah atau untuk keperluan dari bank yang bersangkutan. Adapun cara

28


(39)

pengiriman tersebut dapat dilakukan dengan surat bukti pengiriman uang yang pemberitahuannya dapat melalui :29

29

Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan Di Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hal. 313

a. Surat atau pos (mail transfer/ MT).

b. Teleks/telegram (telegrafic tranfer/ TT) atau kawat.

c. Cara memberikan wesel tunjuk di antara sesama kantornya, tetapidapat pula dengan penarikan atas saldo kredit yang ada pada bank koresponden secara telegram, wesel tunjuk, atau dengan cek.

d. Melalui sarana elektronik lainnya (electronic funds transfer system) seperti melalui ATM. Penggunaan saat ini telah banyak dilakukan tetapi terbatas oleh mereka yang mempunyai akses dalam penggunaan ATM, seperti nasabah yang mempunyai rekening tabungan pada bank tertentu.

Transfer uang tak terbatas dalam suatu negara saja, tetapi juga dapat dilakukan dengan melampaui batas-batas negara atau ke luar negeri. Dalam hal transfer uang ke luar negeri, maka bank menerima perintah dari nasabah di dalam negeri untuk mengirimkan sejumlah uang ke luar negeri. Sedangkan dalam hal transfer uang masuk dari luar negeri, maka bank menerima perintah dari pihak luar negeri untuk membayarkan sejumlah uang kepada pihak tertentu di dalam negeri.

Dalam transfer uang tersebut dikenal Surat Bukti Pengirim Uang Dalam Negeri, yang menurut ketentuan Surat Edaran Bank Indonesia No.4/996/UPPB/PbB tanggal 13 Desember 1968, sekurang-kurangnya harus memuat:

“a. Amanat pengiriman uang dari bank pemberi perintah kepada bank penerima/pembayar transfer.


(40)

b. Nama dan tempat bank yang memberi amanat (pengiriman transfer). c. Nama dan tempat bank penerima transfer.

d. Jumlah bersih uang yang dikirimkannya, atau yang harus dibayarkannya. e. Tanggal pengiriman uang.

f. Tanggal pengeluaran Surat Bukti Pengiriman Transfer (SBPT) yang harus dilakukan oleh bank penerima transfer.

g. Nomor urut pengiriman uang dari pihak bank pengirim.

h. Tandatangan pejabat yang berwenang dari bank yang mengeluarkan Surat Bukti Pengiriman Transfer (SBPT).

i. Di samping syarat-syarat tersebut di atas, ketentuan-ketentuan lain perlu memperhatikan :

1. Formulir SBPT dapat dijadikan satu dengan formulir tanda pelunasan penerimaan (kwitansi) di halaman SBPT.”

2. Setelah penerima menandatangani kwitansi tersebut jumlah uang SBPT dapat diterima tunai atau disetorkan pada bank di mana yang bersangkutan memiliki rekening.

3. SBPT yang dikeluarkan oleh bank peserta kliring harus langsung dapat diterima sebagai bahan perhitungan kliring (warkat kliring).

4. Tentang sistem cover yang baik, yakni pengaturan likuiditas antarkantor cabang dari bank yang bersangkutan apabila transfer tersebut dilakukan antarkantor cabang, diatur lebih lanjut oleh Bank Indonesia.

2. Inkaso

Inkaso adalah “pemberian kuasa pada bank oleh perusahaan atau perorangan untuk menagihkan, atau memintakan persetujuan pembayaran (akseptasi) atau menyerahkan begitu saja kepada pihak yang bersangkut (tertarik) di tempat lain (dalam atau luar negeri) atas surat-surat berharga, dalam rupiah atau valuta asing seperti wesel, cek, kwitansi, surat aksep (promissory notes) dan lain-lain.”

Inkaso dapat dibedakan menjadi 2 (dua) macam, yaitu : 30

a. Inkaso berdokumen, yaitu apabila surat-surat berharga yang diinkasokan itu disertai (dilampirkan) dengan dokumen-dokumen lain yang mewakili barang dagangan konosemen (bill of loading), faktur, polis asuransi, dan lain-lain.

30


(41)

b. Inkaso tak berdokumen, yaitu apabila surat-surat berharga yang diinkasokan itu tidak disertai dokumen-dokumen yang mewakili barang.

Setiap jasa yang diberikan oleh bank tentu mempunyai manfaat, baik bagi pengguna jasa (nasabah) maupun bagi bank yang bersangkutan. Manfaat Inkaso bagi nasabah adalah sebagai berikut :

a. Nasabah pengirim tidak perlu menagih sendiri atau mendatangi sendiri pihak yang ditagih, yang berada ditempat lain cukup dengan menyerahkan surat tagihan tersebut kepada bank.

b. Nasabah dapat menghemat tenaga dan biaya serta keamanan pun terjamin. Adapun yang menjadi objek inkaso adalah wesel, cek, surat undian, money

order, kupon dan deviden, surat aksep, kwitansi, dan nota-nota tagihan lainnya.

3. Kliring

Menurut kamus Perbankan yang disusun oleh Tim Penyusun Kamus Perbankan Indonesia 1980, kliring adalah perhitungan utang piutang antara peserta secara terpusat di satu tempat dengan cara saling menyerahkan surat-surat berharga dan surat-surat dagang yang telah ditetapkan untuk dapat diperhitungkan. Dalam pengertian lain, kliring diartikan sebagai sarana perhitungan warkat antarbank yang dilaksanakan oleh Bank Indonesia guna memperluas dan memperlancar lalu lintas pemabayaran giral. 31

31

Ibid., hal. 79

Berdasarkan pengertian di atas dapat dikatakan bahwa tujuan pokok diadakannya kliring adalah untuk memperlancar lalu lintas pembayaran giral dan merupakan pelayanan kepada masyarakat yang menjadi nasabah.


(42)

Kliring diselenggarakan oleh Bank Indonesia antara bank-bank di suatu wilayah kliring yang disebut kliring lokal. Wilayah kliring adalah suatu lingkungan tertentu yang memungkinkan kantor-kantor tersebut memperhitungkan warkat-warkatnya dalam jadwal kliring yang telah ditentukan.

Berkaitan dengan itu, untuk wilayah-wilayah yang tidak terdapat Kantor Bank Indonesia, maka penyelenggaraan kliring diserahkan kepada bank yang ditunjuk oleh Bank Indonesia. Tentu bank yang ditunjuk sebagai penyelenggara kliring harus memenuhi beberapa persyaratan, antara lain: kemampuan administrasi, tenaga pimpinan dan pelaksana, ruangan kantor, peralatan komunikasi dan lain-lain.

4. Bank Garansi

Kata garansi berasal dari bahasa Belanda garantie yang berarti jaminan. Bank garansi adalah jaminan yang diberikan oleh bank, dalam arti bank menyatakan suatu pengakuan tertulis yang isinya menyetujui mengikat diri kepada penerima jaminan dalam jangka waktu tertentu dan syarat-syarat tertentu apabila dikemudian hari ternyata si terjamin tidak memenuhi kewajibannya kepada si penerima jaminan. 32

Berdasarkan pengertian diatas, dapatlah dikatakan bahwa bank garansi adalah garansi atau jaminan yang diberikan oleh bank. Dalam arti bahwa, bank menjamin nasabah untuk memenuhi suatu kewajiban apabila nasabah yang bersangkutan di kemudian hari tidak memenuhi kewajibannya kepada pihak lain sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati bersama. Bank garansi diberikan

32


(43)

oleh bank kepada nasabah untuk tujuan membantu nasabah yang akan melakukan suatu transaksi tertentu yan tidak membutuhkan kredit dari bank.

Jelaslah bahwa dalam suatu pemberian bank garansi terdapat 3 (tiga) pihak yang terkait, yaitu :

a. Penjamin, yaitu bank sebagai pihak yang memberikan jaminan. b. Terjamin, yaitu pihak yang diberikan jaminan oleh bank.

c. Penerima jaminan, yaitu pihak yang menerima jaminan dari bank.

Menurut Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 23/88/KEP/DIR tentang Pemberian Garansi Bank tanggal 18 Maret 1991, bank garansi berbentuk :

“a. Garansi dalam bentuk warkat yang diterbitkan oleh bank yang mengakibatkan kewajiban membayar terhadap yang menerima garansi apabila pihak yang dijamin cedera janji (wanprestasi).

b. Garansi dalam bentuk penandatanganan kedua dan seterusnya atas surat berharga seperti aval dan endosemen dengan hak regres yang dapat menimbulkan kewajiban membayar bagi bank apabila yang dijamin cedera janji (wanprestasi).

c. Garansi lainnya yang tejadi karena perjanjian bersyarat sehingga dapat menimbulkan kewajiban finansial bagi bank.”

Berkaitan dengan penerbitan garansi tersebut, bank dapat memberikannya baik dalam mata uang rupiah maupun mata uang asing. Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan oleh bank yang menjalankan kegiatan pelayanan atau penerbitan garansi adalah :

a. Penerbitan garansi terkena ketentuan tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK/Legal Lending Limit) dan Kewajiban Pemenuhan Modal Minimum (KPMM) dimana perhitungannya dilakukan secara gabungan sehuingga meliputi pemberian garansi oleh kantor baik di dalam amupun di luar negeri (Pasal 7 Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 23/88/KEP/DIR).


(44)

b. Penerbitan garansi bank atau stand by L/C atas permintaan bukan penduduk hanya diperkenankan apabila disertai kontrak garansi dari bank di luar negeri yang bonafide (dalam pengertian bank tersebut tidak termasuk cabang dari bank yang bersangkutan diluar negeri) atau setoran sebesar 100 % (seratus persen) dari nilai garansi yang diberikan (Pasal 8 (1) Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 23/88/KEP/DIR).

c. Bank dilarang bertindak sebagai penjamin emisi efek (Pasal 8 ayat (2) Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 23/88/KEP/DIR).

Dalam kegiatan pelayanan jasa penerbitan garansi, maka bank penerbit akan menerima imbalan jasa dari si terjamin berupa provisi. Di samping pembebanan provisi, semua biaya yang timbul akibat pemberian bank garansi menjadi beban pihak yang diberi jaminan sebagaimana juga yang berlaku dalam pemberian kredit.

Menurut Thomas Suyatno, tujuan pemberian bank garansi adalah sebagai berikut :33

a. Untuk melaksanakan pembangunan proyek diadakan perjanjian antara pemborong dan pemberi pekerjaan pembanguna proyek. Pihak pemberi pekerjaan menginginkan adanya bak garansi untuk menutupi pekerjaan pembangunan proyek. Hal ini dilakukan untuk mencegah kemungkinan timbulnya resiko, yang terjadi akibat pemborong melakukan wanprestasi sebelum pembangunan proyek diselesaikannya.

b. Untuk pembelian barang-barang.

33


(45)

c. Untuk mendapatkan Keterangan Pemasukan Pabean (KPP) atas barang-barang yang L/C-nya belum dibayar penuh oleh importir.

5. Kotak Pengaman Simpanan (Safe Defosit Box)

Kotak Pengaman Simpanan (Safe Defosit Box) adalah salah satu pelayanan bank kepada masyarakat, dalam bentuk menyewakan boks dengan ukuran tertentu untuk menyimpan barang-barang berharga dengan jangka waktu tertentu dan nasabah menyimpan sendiri kunci boks pengaman tersebut. Kotak pengaman simpanan (safe defosit box) adalah simpanan tertutup, adalam arti pejabat bank tidak boleh memeriksa/menyaksikan wujub/bentuk barang yang disimpan.34

Kartu kredit (credit card) adalah alat pembayaran pengganti uang tunai atau cek. Menurut Suryohadibroto dan Prakoso, kartu kredit adalah “alat

Barang-barang yang diizinkan untuk disimpan dalam kotak pengaman adalah terbatas pada barang-barang sebagai berikut :

a. Mata uang, barang-barang berharga, logam mulia.

b. Kertas-kertas berharga, sertifikat, atau dokumen-dokumen penting lainnya. c. Barang-barang lain yang disetujui oleh bank secara tertulis.

Safe defosit box memiliki dua anak kunci, yang satu berupa kunci

cadangan (safe guard key) yang disimpan oleh bank dan kunci yang satu lagi disimpan oleh penyewa. Atas jasa yang diberikan oleh bank tersebut, mak pihak penyewa safe defosit box diwajibkan membayar uang sewa dan uang jaminan anak kunci.

6. Kartu Kredit (Credit Card)

34


(46)

pembayaran sebagai pengganti uang tunai yang sewaktu-waktu dapat digunakan konsumen untuk ditukarkan dengan produk barang dan jasa yang diinginkan pada tempat-tempat yang menerima kartu kredit atau bisa digunakan konsumen untuk menguangkan kepada bank penerbit atau jaringannya (cash advance).”35

a. Charge card, yaitu kartu yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran yang pelunasan tagihannya dilakukan secara keseluruhan saat tagihan itu datang. Pemegang kartu diberi keleluasaan untuk memakainya tidak terbatas (no

Kartu kredit (credit card) diterbitkan oleh bank atau lembaga pengelola kartu kredit untuk kepentingan nasabahnya, dan dapat digunakan oleh pemegangnya sebagai alat pembayaran yang sah secara kredit. Pedagang menerima pembayaran dengan kartu kredit, kemudian ia menagih pembayarannya kepada bank atau lembaga pengelola kartu kredit tersebut. Selanjutnya bank atau lembaga pengelola kartu kredit tersebut akan menagih pembayaran dari pemegang kartu kredit atau mendebit secara langsung dari rekening nasabah yang bersangkutan.

Pihak-pihak yang terkait dalam penggunaan kartu kredit adalah pemegang kartu kredit (card holder), penerima pembayaran dengan kartu kredit (merchant) dan penerbit kartu kredit (issuer). Pemegang kartu kredit adalah pihak yang telah memenuhi seluruh persyaratan yang ditetapkan oleh penerbit sehingga berhak memegang dan menggunakan kartu kredit tersebut. Penerima pembayaran dengan kartu kredit, biasanya pemilik tempat perbelanjaan dan hiburan, seperti pasar swalayan, hotel, restoran, dan perusahaan jasa lainnya. Sedangkan pihak penerbit

Berdasarkan cara pembayarannya, jenis kartu kredit terdiri dari :

35


(47)

limit), tetapi ia dibatasi dalam pelunasan tagihannya dalam jangka waktu

tertentu sejak ia menggunakannya sampai tagihan datang. Bila pemegangkartu tidak dapat melunasi seluruh tagihan, atas sisa tagihan akan dikenakan denda (penalty), tetapi ia masih tetap diharuskan untuk melunasinya dalam jangka waktu tertentu dan belum dibayar juga, maka kartu akan dibatalkan dan pemegangnya dicantumkan dalam daftar hitam.

b. Credit card, yaitu kartu yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran yang pelunasan tagihannya dapat dilakukan secara bertahap atau dicicil, dan kepada pemegang kartu kredit diberikan kredit yang jumlahnya dibatasi. Batas kredit (credit limit) biasanya bervariasi tergantung kepada kemampuan finansial pemegang kartu, dan kepercayaan pihak penerbit. Saat tagihan datang, pemegang kartu diwajibkan membayar jumlah tertentu (minimum payment) dan sisanya akan dikenakan bunga yang besarnya telah ditentukan oleh penerbit. Kartu kredit ini daya lakunya ada yang bersifat internasional dan ada juga yang hanya bersifat lokal, dalam arti daya lakunya atau penggunaannya terbatas di negara di mana kartu tersebut diterbitkan.

Selain kedua jenis kartu di atas, sekarang juga berkembang yang disebut

debit card, yaitu kartu yang berfungsi sebagai alat pembayaran yang praktis

sebagai pengganti uang tunai, yang dapat dibelanjakan sebatas kredit yang diberikan, dimana setiap transaksi memotong secara otomatis rekening pemegang kartu. Sebagai contoh dari jenis debit card yaitu kartu debit dari BCA dan kartu Mandiri, dimana pemegang kartu tersebut mempunyai rekening misalnya berupa tabungan.


(48)

7. Kustodian

Dalam kegiatan pasar modal, salah satu lembaga penunjangnya adalah

kustodian. Menurut ketentuan Pasal 1 butir 8 Undang-Undang No. 8 Tahun 1995

tentang Pasar Modal dirumuskan bahwa yang dimaksud dengan kustodian adalah “pihak yang memberikan jasa penitipan efek atau harta lain yang berkaitan dengan efek serta jasa lain, termasuk menerima deviden, bunga dan hak-hak lain, menyelesaikan transaksi efek, dan mewakili pemegang rekening yangmenjadi nasabah.” Selanjutnya menurut ketentuan Pasal 43 ayat (1) Undang-Undang Pasar Modal tersebut bahwa yang dapat menyelenggarakan kegiatan usaha sebagai

kustodian adalah Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, Perusahaan Efek, atau

Bank Umum yang telah mendapat persetujuan Bapepam.36

36

Ibid., hal. 87

Dari ketentuan di atas, menunjukkan bahwa sebagai lembaga penunjang pasar modal yang dinamakan kustodian tersebut dalam kegiatannya adalah mewakili pemegang rekening atau penanam modal yang menjadi nasabahnya dalam kegiatan pasar modal yang bekerja berdasarkan perintah dari nasabahnya tersebut. Berkaitan dengan itu, sebagaimana yang ditentukan dalam undang-undang bahwa bank umum dapat juga menyelenggarakan kegiatan usaha sebagai kustodian setelah mendapat persetujuan Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam). Selanjutnya Bank Umum yang telah mendapat persetujuan dari Bapepam disebut Bank Kustodian.


(49)

B. Definisi dan Fungsi Uang Giral 1. Definisi Uang Giral

Uang giral adalah :

“Uang yang diterbitkan oleh Bank Umum berupa surat berharga sebagai ganti uang tunai yang disimpannya (uang tabungan), seperti cek, bilyet giro, wesel bank, kartu kredit. Uang giral digunakan dan berlaku dikalangan masyarakat tertentu seperti pengusaha, nasabah bank, ditulis sesuai dengan kebutuhan dan nominal yang tidak terbatas, dijamin oleh bank yang menerbitkannya, kepastian pembayaran bergantung pada lembaga keuangan yang menerbitkannya.” 37

Uang giral merupakan simpanan uang pada suatu bank yang dapat diambil setiap waktu dengan menulis cek yang merupakan perintah oleh pemilik simpanan giro tersebut kepada bank untuk membayar kepadanya atau kepada orang/pihak lain yang ditunjuknya dan dituliskan pada cek tersebut.38

Uang giral adalah nilai saldo rekening koran yang dimiliki masyarakat pada bank-bank umum. Uang giral sewaktu-waktu dapat diambil, dijadikan uang kartal dengan cek, atau dapat dilakukan pemindahan rekening dengan bilyet giro.39 Terjadinya uang giral :40

a. Seseorang menyetor uang tunai ke bank, kemudian bank mencatat dalam rekening koran atas nama penyetor. Saat itu terjadi perubahan uang kartal menjadi uang giral. Penyetor menerima buku blanko cek dari bank tersebut. Buku cek dapat digunakan sewaktu-waktu bila ingin mengambil uangnya di bank.

37

Abdulkadir Muhammad dan Rilda Murniati, Loc. Cit. 38

Faried Wijaya, Perkreditan, Bank dan Lembaga Keuangan (Edisi Pertama), BPFE-Yogyakarta, BPFE-Yogyakarta, 1999, hal. 119

39

Maksum Habibi dan N.I. Earlyanti, Pengantar Ilmu Ekonomi Jilid 2, Piranti Darma Kalokatama, Jakarta, 2005, hal. 82

40 Ibid.


(50)

b. Seseorang telah memiliki rekening koran di bank, ia menerima piutang dari debiturnya melalui bank tersebut. Selanjutnya, oleh bank uang itu dimasukkan ke dalam rekening koran orang tersebut.

c. Seseorang menjual surat-surat berharga ke bank, kemudian bank tidak membayar secara tunai tetapi dimasukkan ke dalam rekening koran si penjual.

Fungsi uang giral adalah untuk menarik dan pemindahanbukuan tabungan dari rekening giro nasabah dan alat lalu lintas pembayaran modern.41

Menurut Fress-Warren, cek adalah “suatu instrumen tertulis yang ditandatangani oleh penabung yang isinya menyuruh bank untuk membayar sejumlah uang kepada orang yang dituju.” Menurut Lucas dikutip oleh Achmad Anwari, cek adalah “perintah pembayaran (kepada bank) dari orang yang

B. Bentuk-bentuk Uang Giral

Karena kemajuan perdagangan dan perekonomian, banyak transaksi yang nilainya cukup besar. Untuk pembayaran transaksi yang besar ini, jika dibayar dengan uang kartal kurang praktis dan kurang ekonomis, karena waktu, biaya dan resikonya besar. Untuk memenuhi pemabayaran yang praktis dan ekonomis, diciptakanlah uang giral sebagai pengganti (subsitusi) dari uang kartal.

Uang giral ini tidak berlaku mutlak sebagai alat penukar karena dapat ditolak tanpa ada sanksi hukum. Uang giral ini antara lain adalah :

1. Cek (Cheque)

41

Malayu S.P.Hasibuan, Dasar-Dasar Perbankan, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2002, hal. 7


(51)

menandatanganinya untuk membayar kepada orang yang membawanya atau orang yang namanya tersebut di atas cek itu sejumlah uang yang tertera di atasnya.” 42

42 Ibid.

Menurut KUHD Bab 7 Bagian ( I ), cek adalah “perintah tidak bersyarat dari pemegang rekening atau nasabah giro kepada bank untuk membayar sejumlah uang tertentu. Jadi, cek merupakan surat perintah membayar tidak bersyarat yang merupakan pengganti alat pembayaran yang sah, yaitu uang.”

Ketentuan CEK menurut KUHD Pasal 178-299 dan Surat Edaran Bank Indonesia sebagai berikut :

a. Ada kata cek, nomor seri cek, nama dan lambing bank ; b. Perintah tak bersyarat untuk membayar sejumlah uang ; c. Nama si tertarik atau nama bank ;

d. Tempat dimana pembayaran harus dilakukan ; e. Tanggal dan tempat cek ditarik ;

f. Tanda tangan si penarik ;

g. Bermaterai sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia ; h. Ukurannya harus sama dengan ketentuan Bank Indonesia.

Menurut KUHD Pasal 206, masa berlaku cek atau tenggang waktu penawaran cek adalah 70 hari. Apabila setelah 70 hari penarik tidak membatalkan maka cek tersebut dapat dibayarkan. Kadaluarsa cek adalah 70 hari ditambah 6 bulan (250 hari). Sesudah 250 hari bank tidak boleh membayar (KUHD Pasal 229). Apabial cek lewat 70 hari (kadaluarsa), dapat diputihkan atau diperpanjang masa berlakunya 70 hari lagi di kantor pos dengan menambah materainya, dicap, dan ditandatangani pejabat kantor pos.


(52)

Jenis-jenis cek antara lain adalah :

a. Cek atas nama adalah cek yang nama pemiliknya dituliskan pada cek tersebut dan bank hanya akan membayar kepada orang/badan tersebut.

b. Cek atas unjuk adalah cek yang tertera tulisan atas nama pembawanya. Bank akan membayar kepada siapa saja yang membawa tau menunjukkan dan menguangkan cek kepada bank.

c. Cek tunai (cash cheque) adalah cek yang dapat dicairkan secara tunai kepada bank, baik cek atas nama nama maupun cek atas unjuk.

d. Cek silang (cross cheque) adalah cek yang disilang dengan dua garis pada pojok kiri atas oleh penariknya (drawer) dengan tujuan cek tersebut hanya dapat dipindahbukukan.

e. Cek mundur (postdated cheque) adalah cek yang tanggal jatuh temponya mundur atau diberi tanggal kemudian.

f. Cek kosong adalah cek yang dananya kurang atau tidak ada dana yang dicairkan pada saat dicairkan atau dipindahbukukan.

g. Cek fiat (certified cheque) adalah cek yang difiat oleh bank penerbit dengan maksud merupakan jaminan bahwa dananya telah disisihkan, tetapi penyisihan dana ini dilarang sehingga sering cek fiat itu kosong dan ada klaim dari pemegangnya.

h. Cek kadaluarsa adalah cek yang masa berlakunya telah habis (70 hari) dari tanggal jatuh temponya.

i. Cek bank atau wesel cek adalah cek yang diterbitkan oleh bank untuk nasabah, baik atas nama maupun atas unjuk dan di bank mana akan dicairkan. Bank penerbit dan bank pencair harus merupakan bank yang sama antarkota.


(53)

j. Cek pos adalah cek yang diterbitkan oleh kantor pos dan pencairannya di kantor pos tujuan nasabah.

k. Cek perjalanan atau traveler cheque adalah cek khusus yang diterbitkan oleh suatu bank dalam bentuk yang sudah tercetak (preprinted) dalam jenis mata uang dan denominasi tertentu tiap lembarnya.

2. Bilyet Giro

Bank Indonesia pada tanggal 24 Januari 1972 melalui Surat Edaran Bank Indonesia No. 46/6680 Uppb/Pb.b mengedarkan alat pembayaran baru, yaitu Bilyet Giro. Menurut Surat Keputusan Direktur Bank Indonesia No. 28/332/KEP/1 Juli 1995 tentang Bilyet Giro :

“ Bilyet Giro adalah surat perintah nasabah yang telah standarisasikan bentuknya kepada bank penyimpan dana untuk memindahbukukan sejumlah dana dari rekening yang bersangkutan kepada pihak penerima ang disebutkan namanya pada bank yang sama atau pada bank lainnya. Jadi, bilyet giro hanya dapat dipindahbukukan saja dan tidak dapat dicairkan secara tunai.” 43

a. Nasabah yang telah menarik cek kosong atau bilyet giro kosong 3 (tiga) lembar atau lebih dalam jangka waktu 6 (enam) bulan atau menarik 1 (satu) lembar dengan nilai nominal Rp 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) atau lebih, namanya dicantumkan dalam daftar hitam (black list). Menurut Surat Edaran dan Surat Keputusan Bank Indonesia No.28/137 UPG tanggal 5 Januari 1996 tentang Cek Kosong dan Bilyet Giro Kosong bahwa mulai 1 Maret 1996 ditetapkan :

b. Sesuai dengan Pasal 1 di atas maka bank wajib menutup rekening nasabah tersebut.

43


(54)

Cek dan bilyet giro memiliki beberapa perbedaan diantaranya adalah :

1. Cek

a. Dapat dicairkan secara tunai.

b. Tanggalnya hanya satu, yaitu tanggal jatuh tempo (efektif). c. Dapat dicairkan sebelum tanggal efektif, jika dikliringkan. d. Alat pembayaran / penukaran.

e. Terdapat cek valas / Traveller Cheque. f. Inkaso (collection) cek dapat dilakukan.

2. Bilyet Giro

a. Tidak dapat dicairkan secara tunai.

b. Tangggalnya dua, yaitu tanggal penarikan dan tanggal jatuh tempo. c. Tidak dapat dicairkan sebelum tanggal efektif.

d. Alat pemindahbukuaan saja. e. Tidak terdapat Giro Valas.

f. Inkaso (collection) bilyet giri tidak ada.

3. Commersial Paper

Commersial Paper (CP) adalah surat pengakuan utang tanpa jaminan aset.

Penjualan surat berharga ini kepada publik tidak memerlukan izin Bapepam (Badan Pengawas Pasar Modal) dan tidak perlu adanya prospektus, bahkan relatif lebih mudah dibandingkan pengajuan kredit kepada bank. CP merupakan instrumen pasar uang untuk pinjaman jangka pendek maksimum 270 hari (±sembilan bulan). Dari segi likuiditas , bagi investor atau peminat CP ini kurang diminati karena dianggap sebagai liquidity reserves. Sedangkan bagi issue atau pencari dana, CP biasanya digunakan sebagai bridging atau untuk keperluan sementara saja sebelum pinjaman jangka panjang diperoleh, misalnya dengan


(55)

menjual obligasi. CP bakal marak jika kredit sulit diperoleh atau karena situasi

tight money policy. 44

Dibuat dalam bentuk janji akan membayar (to promise) artinya menjanjikan, sedangkan wesel adalah bentuk perintah untuk membayar.

Bagi perusahaan yang menerbitkan CP, mencari utang dengan cara ini relatif menguntungkan karena mendapatkan utang dengan bunga relatif rendah dibandingkan bunga kredit bank. Sebaliknya para investor juga senang karena tingkat bunganya lebih tinggi daripada deposito. CP ini tidak diperdagangkan di bursa, tetapi biasanya beredar di kalangan perbankan dan pasar uang. Namun CP mengandung bahaya jika digunakan untuk membiaya proyek jangka panjang karena CP adalah instrumen jangka pendek. Tahun 1996, pemerintah mulai menerbitkan CP dengan mengharuskan CP memperoleh peringkat terlebih dahulu dari PT Pemeringkat Efek Indonesia dan melarang bank untuk menjamin CP. Sejak saat itu perdagangan CP turun drastis.

4. Surat Promes

45

44

Ibid., hal. 10 45

Ibid., hal. 11

5. Draft L/C

Wesel adalah “perintah tertulis dari drawer (penarik) kepada

drawee(tertarik) untuk membayar sejumlah uang kepada penerima (payee). Wesel

L/C adala surat perintah dari eksportir kepaad importir untuk melakukan pembayaran dengan sejumlah uang (bearer) wesel, jika persyaratannya telah dipenuhi.”


(56)

Pada Wesel L/C (draft L/C) sering dituliskan singkatan-singkatan : 46

Kata garansi berasal dari bahasa Belanda garantie yang berarti jaminan. Bank garansi adalah “jaminan yang diberikan oleh bank, dalam arti bank menyatakan suatu pengakuan tertulis yang isinya menyetujui mengikat diri kepada penerima jaminan dalam jangka waktu tertentu dan syarat-syarat tertentu a. S/D adalah sight draft (wesel unjuk) tanpa dokumen, jadi pembayaran wesek itu dilakukan begitu ditunjukkan kepada bank pembayaran tanpa disertai dokumen-dokumen.

b. S/DD/P adalah sight draft dengan dokumen yang akan diserahkan kalau drawee telah membayar lunas wesel tersebut.

c. D/DD/A adalah surat-surat wesel yang akan dibayar sekian hari setelah tanggal yang tercantum pada suratv wesel itu.

d. S/DD/A adalah surat-surat wesel yang akan dibayar sekian hari setelah surat wesel ditunjukkan . Dokumen-dokumen akan diserahkan kalau drawee telah mengakseptasi surat wesel yang ditulis untuknya.

e. D/P (Document against payment) adalah apabila wesel itu memuat klausul D/P, berarti penyerahan dokumen-dokumen kan dilakukan secara tunai.

f. D/A (Document against acceptance) adalah jika dalam wesel memuat klausul D/A, berarti bahwa importir akan menerima dokumen–dokumen apabila penjual telah mengakseptasi wesel yang diterbitkan oleh penjual. Dalam hal ini berarti pula pembayaran naru akan dilakukan sesudah waktu tertentu.

6. Bank Garansi

46 Ibid.


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari seluruh pemaparan tentang Tinjauan Yuridis Terhadap Pelaksanaan Kliring Sebagai Pengatur Arus Pembayaran Uang Giral, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Aspek hukum dari kliring dalam hal ini dimaksudkan segi-segi hukum yang berkaitan dengan kliring, dalam hal ini tentunya lebih ditekankan pada hukum perbankan dan hukum keperdataan secara luas. Dari transaksi dan aktivitas kliring pada bank dapat dilihat bahwa masing-masing pihak yaitu bank dan nasabah mempunyai hak dan kewajiban. Hak dan kewajiban tersebut timbul karena adanya suatu perikatan/perjanjian dan perikatan/perjanjian tersebut menjadi undang-undang yang mengikat bagi para pihak. Selain itu, sebelum seseorang ingin menggunakan sarana kliring harus terlebih dahulu memenuhi persyaratan formil dan materil sebagaimana yang telah ditentukan oleh pihak.

2. Akibat hukum yang timbul dari penggunaan sarana kliring pada Bank Rakyat Indonesia Cabang Kisaran lebih ditekankan kepada penutupan rekering giro nasabah yang bersangkutan dan mencantumkan nama nasabah dalam daftar hitam yang tersedia di Bank Indonesia, tujuannya adalah agar nasabah tidak dapat membuka rekening giro di bank mana pun yang menjadi peserta kliring. Hal ini dilakukan apabila nasabah tidak memenuhi persyaratan administrasi yang telah ditetapkan oleh Bank Rakyat Indonesia seperti dana nasabah yang bersangkutan tidak mencukupi untuk menggunakan sarana kliring dan apabila


(2)

terdapat kemungkinan bahwa nasabah menggunakan cek/bilyet giro untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang sifatnya melawan hukum, maka pihak Bank Rakyat Indonesia hanya bertanggung jawab sebatas persoalan administrasi perbankan atas cek/bilyet giro yang dikeluarkannya, Bank rakyat Indonesia tidak bertanggungjawab untuk persoalan pidana dan perdatanya. Hal itu adalah tanggungjawab dari nasabah yang bersangkutan yang telah melakukan perbuatan melawan hukum.

3. Usaha pengamanan dalam kliring dimaksudkan untuk memperlancar, mempermudah, meningkatkan pelaksanaan pengawasan intern peserta kliring, menghindarkan usaha manipulasi serta usaha-usaha lain dari pihak yang tidak bertanggungjawab yang dapat merugikan bank. Usaha pengamanan dalam kliring dapat meliputi :

a. Pengamanan terhadap pengolahan warkat-warkat kliring yang akan dibawa ke pertemuan kliring dengan beberapa tahap yaitu pemberian cap kliring oleh petugas loket, kemudian petugas kliring melakukan pemeriksaan terhadap warkat kliring apakah perinciannya sudah sesuai dengan slip setoran yang bersangkutan baik jumlah lembarnya maupun nominalnya dan apakah sudah dibubuhi cap oleh petugas loket, setelah itu petugas kliring membuat daftar rekapitulasi penyerahan kliring, daftar debit dan daftar kredit.

b. Pengamanan dalam pelaksanaan pertemuan kliring. Kehadiran wakil peserta tidak boleh terlambat dari waktu yang telah ditentukan karena keterlambatan dapat mengganggu kelancaran pelaksanaan kliring. Setiap ada perubahan yang terjadi dengan daftar-daftar kliring di dalam pertemuan


(3)

kliring harus dengan sepengetahuan pejabat bank yang berwenanng, di samping persetujuan pejabat penyelenggara yang bersangkutan. Dan kepada wakil peserta kliring hendaknya diwajibkan melaksanakan penyerahan warkat-warkat kliring dan penerimaan warkat kliring. Setelah petugas kembali dari bank penyelenggara (Bank Indonesia), petugas kliring harus memeriksa warkat-warkat yang dibawanya apakah sesuai jumlah nominal dan jumlah lembarannya yang tercantum dalam rekapitulasi penerimaan dan neraca kliring yang dibuatnya serta memeriksa rekapitulasi penyerahan dan warkat kliring retur. Berdasarkan neraca kliring penyerahan dan neraca kliring retur dibuat bilyet saldo kliring yang memuat hasil akhir kliring dari call money. Dengan bilyer saldo kliring setiap bank peserta kliring dapat melakukan pengecekan apakah rekeningnya di Bank Indonesia di debit atau di kredit dengan jumlah yang ssuai dengan saldo bilyet kliring pada hari yang besangkutan. Apabila terdapat kesalahan/ketidakcocokan pada bilyet saldo kliring maka peserta kliring harus segera memberitahukan kepada pimpinan penyelenggara pada akhir kliring hari itu juga atau paling lambat pada hari kerja berikutnya sebelum kas dibuka agar ada kesempatan untuk menindaklanjutinya.


(4)

B. Saran

1. Untuk meningkatkan pengawasan terhadap warkat yang diserahkan maupun yang diterima serta melakukan pencocokan dengan dokumen kliring dan laporan yang diterima sehingga dapat diketahui dengan segera bila terjadi suatu penyimpangan atau terjadi usaha manipulasi dalam pelaksanaan kliring oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab, maka diperlukan adanya suatu kerjasama yang baik antara pihak-pihak yang terlibat di dalam pelaksanaan kliring.

2. Untuk mencegah di tutupnya rekening nasabah yang ingin menggunakan sarana kliring oleh pihak bank, sebaiknya nasabah yang bersangkutan harus segera melakukan penyetoran dana ke rekeningnya sebelum petugas kliring melakukan pertemuan kliring selanjutnya.

3. Perlu disiapkannya sarana dan prasarana yang memadai seperti dengan

menggunakan Sistem Otomasi Kliring yang dapat mendukung kelancaran dan keefektifan pelaksanaan kliring dan diperlukannya kepatuhan setiap petugas bank terhadap penggunaan komputer, terutama dalam hal penggunaan password dan users ID, agar selalu dapat terjaga kerahasiaannya dan tidak terjadi kebocoran kepada pihak yang tidak berhak.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Afiff, Faisal, dkk, Strategi dan Operasinal Bank, PT. Erresco, Bandung, 1996 Amiruddin & Zainal Assikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada, 2003

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga), Balai Pustaka, Jakarta, 2002

Djumhana, Muhammad, Hukum Perbankan Di Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hal. 313

Edilius dan Sudarsono, Kamus Ekonomi Uang dan Bank, Rineka Cipta, Jakarta, 1994

Fuady, Munir , Hukum Perbankan Modern (Buku Kesatu), PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999

Habibi, Maksum dan N.I. Earlyanti, Pengantar Ilmu Ekonomi Jilid 2, Piranti Darma Kalokatama, Jakarta, 2005

Hasibuan, Malayu S.P, Dasar-Dasar Perbankan, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2002. Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Kencana Prenada Media,

Jakarta, 2005

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (Edisi Keenam), PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002

Muhammad, Abdulkadir, dan Rilda Murniati, Segi Hukum Lembaga Keuangan dan Pembiyaan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000.

Prathama Rahardja, Uang dan Perbankan, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 1997

Simorangkir, O.P, Pengantar Lembaga Keuangan Bank dan Nonbank, Ghalia Indonesia, Bogor, 2004

Siregar, Mustafa, Pengantar Beberapa Pengertian Hukum Perbankan, Universitas Sumatera Utara (USU) Press, Medan, 1991

Suyatno, Thomas, Kelembagaan Perbankan, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1991


(6)

Tri Santoso, Rudy, Mengenal Dunia Perbankan (Cetakan Kedua, Edisi I), PT. Andi Offset, Yogyakarta, 1996

Widiyono, Try, Aspek Hukum Operasional Transakasi Produk Perbankan di Indonesia, Ghalia Indonesia, Bogor, 2006

Wijaya, Faried, Perkreditan, Bank dan Lembaga Keuangan (Edisi Pertama), BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta, 1999

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD)

Republik Indonesia, Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal. Republik Indonesia, Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan. Republik Indonesia, Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 jo. Undang-Undang

No.3 Tahun 2004 Tentang Bank Indonesia.

INTERNET

Pembayaran Giral, 2007.