Wulan Anggraeni Zega : Tinjauan Yuridis Terhadap Pelaksanaan Kliring Sebagai Pengatur Arus Pembayaran Uang Giral Pada PT. Bank Rakyat Indonesia Persero Cabang Kisaran, 2007.
USU Repository © 2009
DAFTAR TABEL DAN SKEMA
1. TABEL
1. 1. Tabel Neraca Kliring Bank ........................................................... 62 1. 2. Tabel Neraca Kliring Bank Indonesia ........................................... 63
2. SKEMA
2. 1. Skema Flowchart Kliring Sebelum Otomasi .................................. 64
Wulan Anggraeni Zega : Tinjauan Yuridis Terhadap Pelaksanaan Kliring Sebagai Pengatur Arus Pembayaran Uang Giral Pada PT. Bank Rakyat Indonesia Persero Cabang Kisaran, 2007.
USU Repository © 2009
ABSTRAKSI
Kliring dapat diartikan sebagai sarana perhitungan warkat antarbank yang dilaksanakan olen Bank Indonesia guna memperluas dan memperlancar lalu lintas
pembayaran giral. Pembayaran giral adalah pemindahbukuan dari suatu rekening ke rekening lain pada kantor bank yang sama atau dari suatu bank ke bank lain.
Biasanya pemindahbukuan dari suatu rekening bank ke rekening bank yang lain dilakukan melalui lembaga kliring dengan cara tukar-menukar surat-surat
berharga, dalam hal ini bilyet giro. Nasabah memberikan perintah pemindahbukuan dengan bilyet giro. Dapat juga dengan cek silang crossed
cheque. Bilyet giro yang diseragamkan memudahkan bank dalam melakukan administrasinya.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penulis mencoba mengkaji peranan Bank khususnya PT. Bank Rakyat Indonesia Persero Cabang Kisaran dalam hal
pelaksanaan kliring guna memperluas dan memperlancar lalu lintas pembayaran giral. Skripsi ini berupaya menelaah dan mengulas tentang hak dan kewajiban
para pihak dalam penggunanaan sarana kliring, syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh nasabah untu dapatmenggunakan sarana kliring dan akibat hukum yang
timbul dalam penggunaan sarana kliring pada PT. Bank Rakyat Indonesia Persero Cabang Kisaran serta tindakan pengamanan Tindakan Pengamanan
dalam Pelaksanaan Kliring untuk menghindari Praktek-praktek Kejahatan Melalui kliring
Didalam pembahasan terhadap permasalahan tersebut penulis melakukan penelitian dengan metode penelitian hukum normatif deskriptif dimana tahap awal
penulis melakukan penelitian terhadap data sekunder dan tahap selanjutnya penulis melakukan penelitian dengan melakukan teknik wawancara dan
mengumpulkan bahan dari narasumber yaitu Bagian Kliring Pada PT. Bank Rakyat Indonesia Persero Cabang Kisaran untuk mengetahui bagaimana
pelakasanaan kliring sebagai pengatur arus pembayaran uang giral.
Dari penelitian tersebut dapat diketahui bahwa aspek-aspek hukum yang berkaitan langsung dengan pelaksanaan kliring adalah beberapa persoalan yang
menyangkut perikatan dan perjanjian. Dengan adanya suatu perikatanperjanjian akan melahirkan hak dan kewajiban masing-masing pihak yaitu bank dan
nasabah, kemudian tanggungjawab hukum masing-masing pihak dalam menggunakan sarana kliring dan tanggungjawab setelah diadakannya kliring,
akibat hukum yang timbul dari pelaksanaan kliring yang harus dipikul oleh pihak bank dan nasabah yang bersangkutan, serta tindakan-tindakan pengamanan dalam
pelaksanaan kliring untuk menghindari praktek-praktek kejahatan melalui kliring. Dapat disebutkan dalam pelaksanaan kliring, sanksi yang terberat yang akan
dihadapi oleh nasabah adalah penutupan rekeningnya dan pencantuman nama nasabah dalam daftar hitam black list Bank Indonesia, sehingga nasabah tersebut
tidak dapat membuka rekening di bank manapun yang menjadi peserta kliring. Sedangkan, akibat yang akan dihadapi pihak bank apabila menyalahgunakan
kepercayaan nasabah adalah tidak akan ada lagi nasabah yang mau menyimpan dananya di bank bersangkutan dan pada akhirnya bank tersebut akan tutup.
Wulan Anggraeni Zega : Tinjauan Yuridis Terhadap Pelaksanaan Kliring Sebagai Pengatur Arus Pembayaran Uang Giral Pada PT. Bank Rakyat Indonesia Persero Cabang Kisaran, 2007.
USU Repository © 2009
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pembangunan ekonomi suatu negara di samping memerlukan program pembangunan yang terencana dan terarah untuk mencapai sasaran pembangunan,
faktor lainnya adalah dibutuhkannya modaldana pembangunan yang cukup besar. Peningkatan pembangunan ekonomi maupun pertumbuhan ekonomi perlu
ditunjang dengan peningkatan dana pembangunan, untuk itu diperlukan mobilisasi dana dari masyarakat. Demikian pula negara Indonesia, hal ini dicirikan dengan
dikeluarkannya berbagai kebijakan pemerintah di bidang moneter, keuangan, dan perbankan dari paket deregulasi perbankan tahun 1983, paket kebijaksanaan 27
Oktober 1988, paket kebijaksanaan Januari 1990, dan paket deregulasi perbankan 29 Mei 1993.
1
Serangkaian kebijaksanaan pemerintah Republik Indonesia tersebut bertujuan untuk menghimpun dana pembangunan, baik melalui lembaga keuangan
maupun dalam bentuk kredit likuiditas Bank Indonesia KLBI, sehingga mampu menciptakan pemerataan usaha bagi pelaku-pelaku pembangunan ekonomi baik
pengusaha berskala kecil koperasi maupun pengusaha berskala menengah dan besar. Dengan demikian, terjadi keterkaitan kerja sama harmonis dan saling
menunjang antar pelaku ekonomi riil dengan pelaku ekonomi financial dalam menunjang pembagunan ekonomi nasional.
2
1
Faisal Afiff, dkk, Strategi dan Operasinal Bank, PT. Erresco, Bandung, 1996, hal. 1
2
Ibid, hal. 2
Dengan serangkaian kebijaksanaan deregulasi itu betapa besar dan pentingnya peranan bank selaku lembaga
Wulan Anggraeni Zega : Tinjauan Yuridis Terhadap Pelaksanaan Kliring Sebagai Pengatur Arus Pembayaran Uang Giral Pada PT. Bank Rakyat Indonesia Persero Cabang Kisaran, 2007.
USU Repository © 2009
keuangan dalam memobilisasi dana masyarakat serta menyalurkan dana dalam rangka meningkatkan kemajuan ekonomi Indonesia.
Dengan adanya kebijaksanaan-kebijaksaan tersebut, dewasa ini banyak sekali bank-bank yang memberikan keyakinan serta pilihan bagi masyarakat
untuk menyimpan uangnya di bank-bank tersebut. Dengan iming-iming bunga yang tinggi serta kemudahan-kemudahan yang ditawarkan itu, menimbulkan
minat serta daya tarik bagi masyarakat untuk menanamkan sahamnya pada bank yang diminatinya, karena bank yang bersangkutan dianggap dapat memberikan
jaminan keamanan uang yang disimpannya, juga memberikan kemudahan- kemudahan terhadap nasabahnya.
Perbankan adalah merupakan prasarana di bidang pembangunan ekonomi Indonesia. Dalam rangka kegiatannya untuk mencapai usaha pembangunan, bank
melakukan usaha pokok antara lain memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang serta memberikan jasa kredit. Untuk dapat
melakukan usaha tersebut, maka bank telah menciptakan beberapa jenis sarana dalam bentuk surat-surat berharga dan ini dapat dipergunakan sebagai alat
pembayaran, adapun jenis-jenis itu dapat berupa : wesel, cek, promes, bilyet giro dan surat-surat lainnya yang dapat disebut sebagai alat tukar menukar atau alat
pembayaran yang sah. Sarana bank seperti ini disebut uang giral. Uang giral yang dipergunakan sebagai alat pembayaran dalam lalu lintas
pembayaran dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Peningkatan ini disebabkan adanya peningkatan penggunaan jasa-jasa perbankan oleh masyarakat
maupun perkembangan kegiatan usaha. Uang giral yang merupakan sarana lalu
Wulan Anggraeni Zega : Tinjauan Yuridis Terhadap Pelaksanaan Kliring Sebagai Pengatur Arus Pembayaran Uang Giral Pada PT. Bank Rakyat Indonesia Persero Cabang Kisaran, 2007.
USU Repository © 2009
lintas pembayaran dan peredaran uang dapat terdiri atas surat perintah pembayaran dan surat perintah pemindahbukuan.
Dalam pembayaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Bank
juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam uang kredit bagi masyarakat yang membutuhkannya. Kemudian, bank juga dikenal sebagai tempat untuk menukar
uang, memindahkan uang atau menerima segala macam bentuk pembayaran atau setoran seperti pembayaran listrik, telepon, air, pajak, uang kuliah dan
pembayaran lainnya.
3
Disamping itu bank juga melakukan kegiatan jasa-jasa pendukung lainnya. Jasa-jasa ini diberikan untuk mendukung kelancaran kegiatan menghimpun dana,
baik yang berhubungan langsung dengan kegiatan simpanan dan kredit maupun tidak langsung.
4
Kliring diartikan sebagai sarana perhitungan warkat antarbank yang dilaksanakan olen Bank Indonesia guna memperluas dan memperlancar lalu lintas
pembayaran giral. Pembayaran giral adalah pemindahbukuan dari suatu rekening ke rekening lain pada kantor bank yang sama atau dari suatu bank ke bank lain.
Biasanya pemindahbukuan dari suatu rekening bank ke rekening bank yang lain dilakukan melalui lembaga kliring dengan cara tukar-menukar surat-surat
Salah satu jasa yang ditawarkan adalah jasa kliring, dan jasa kliring ini banyak dimanfaatkan oleh nasabah dan bahkan nasabah kliring ini makin
bertambah dan makin meningkat setiap tahunnya.
3
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya Edisi Keenam, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hal. 23.
4
Ibid., hal. 26.
Wulan Anggraeni Zega : Tinjauan Yuridis Terhadap Pelaksanaan Kliring Sebagai Pengatur Arus Pembayaran Uang Giral Pada PT. Bank Rakyat Indonesia Persero Cabang Kisaran, 2007.
USU Repository © 2009
berharga, dalam hal ini bilyet giro. Nasabah memberikan perintah pemindahbukuan dengan bilyet giro. Dapat juga dengan cek silang crossed
cheque. Bilyet giro yang diseragamkan memudahkan bank dalam melakukan administrasinya.
5
Dewasa ini banyak sekali terjadi praktek-praktek kejahatan perbankan melalui kliring, sehingga dapat merugikan berbagai pihak. Salah satu bentuk dari
jenis kecurangan atau kejahatan yang sering terjadi dalam transaksi perbankan melalui kliring adalah penyalahgunaan alat-alat lalu lintas pembayaran giral.
Kecurangan jenis ini bisa terjadi oleh pihak ekstern bank, bahkan dalam satu komplotan atau sindikat kejahatan yang juga bisa melibatkan orang dalam bank
itu sendiri, antara lain:
6
5
O.P. Simorangkir, Pengantar Lembaga keuangan Bank dan Nonbank, Ghalia Indonesia, Bogor, 2004, hal. 71
1. Penyalahgunaan oleh penarikpemegang Berbagai cara dilakukan oleh para pelaku untuk membobol bank ini, antara
lain dengan melakukan : a. Pemalsuan identitas penarik
b. Membuat identitas fiktif, seperti KTP, Paspor dsb. c. Melakukan penarikan namun tujuannya justru agar warkat yang diajukan
tersebut supaya ditolak dan tentunya warkat yang ditolak tersebut dikembalikan padanya, setelah melalui proses di bank. Dari warkat yang
dikembalikan tersebut dia akan memperoleh data contoh stempel bank ybs., tandatangan, paraf petugas bank. Data ini akan digunakannya sebagai
contoh untuk alat pemalsuan dikemudian hari.
6
www.google.com, Kecurangan dengan Penyalahgunaan Alat-alat Lalu Lintas Pembayaran Giral, diakses pada hari Rabu, 05 September 2007
Wulan Anggraeni Zega : Tinjauan Yuridis Terhadap Pelaksanaan Kliring Sebagai Pengatur Arus Pembayaran Uang Giral Pada PT. Bank Rakyat Indonesia Persero Cabang Kisaran, 2007.
USU Repository © 2009
d. Dalam teknis melakukan kejahatannya dia menghapus, mengubah, menambah data pada alat-alat giral. Mengganti dengan angka, huruf,
nomor dsb, dengan maksud mengecoh bank dalam upaya pembobolannya. e. Penarik ini kemudian menandatangani alat-alat giral yang belum diisi
lengkap f. Pemegang mengkopi alat-alat giral seperti CekBG dsb. Untuk dijadikan
contoh model tindak kecurangan dan kejahatannya. 2. Penyalahgunaan oleh bank penagih
Oknum bank penagih, yang menagihkan titipan kliring nasabah bisa melakukan kecurangan dengan penyalahgunaan sebagai berikut;
a. Dilakukan oleh oknum bank penagih terhadap cek yang diamanatkan nasabah untuk dikliringkan namun sengaja tidak dibubuhkan stempel
KLIRING padahal Cek-nya adalah “cek pembawa”, sehingga cek yang seharusnya dikliringkan tersebut dapat diuangkan secara tunai.
b. Hasil kliring yang baik ternyata tidak dibukukan ke rekening penyetor sesuai dengan amanatnya, tapi dibukukannya ke rekening nasabah lainnya.
c. Menghapus dan mengganti Stempel Kliring dari satu bank yang dituju ke bank lainnya.
3. Penyalahgunaan oleh Bank Pembayar a. Bank pembayar tidak segera membayar dengan alasan warkat cek atau BG
diragukan kebenarannya. Hal ini bisa karena bank tsb illikuid atau ada persekongkolan dengan orang lain. Kadangkala ini dilakukan atas
permintaan nasabahnya, kemudian dibuatlah alasan seperti resi buku cek yang belum kembali.
Wulan Anggraeni Zega : Tinjauan Yuridis Terhadap Pelaksanaan Kliring Sebagai Pengatur Arus Pembayaran Uang Giral Pada PT. Bank Rakyat Indonesia Persero Cabang Kisaran, 2007.
USU Repository © 2009
b. Bank tetap melakukan pembayaran, walaupun warkatnya tidak sesuai dengan syarat bank teknis yang seharusnya ditolaknya. Hal ini dilakukan
dengan kerjasama pemegang rekening. c. Bank melakukan pembayaran atas beban bukan rekening penarik, artinya
petugas bank ybs membebankanya ke rekening nasabah lainnya. d. Bank melakukan pembayaran tanpa melalui prosedur dan tidak memenuhi
syarat pembayaran. 4. Penyalahgunaan oleh Penerima Pembayaran
a. Penerima Pembayaran adalah orang yang tidak berhak. Seorang nasabah yang seharusnya menerima pembayaran dari hasil penagihannya, misalnya
Cek yang dikliringkan, ternyata hasilnya masuk kepada rekening orang lain. Hal ini bisa terjadi baik karena dilakukan oleh petugas bank atau bisa
juga perintah yang ditujukan kepada banknya diubah oleh orang yang tidak berhak.
b. Penerima Pembayaran yang Dikuasakan Tidak Menyampaikan Pembayaran Kepada Yang Berhak. Seorang nasabah yang mengkuasakan
untuk menagih sejumlah CekBG kepada karyawannya, bisa saja hasilnya tidak disetorkan ke rekening nasabahnya. Bisa diambil tunai maupun
diubah penyetorannya ke rekeningnya atau rekening lainnya. 5. Penyalahgunaan dalam Lembaga Komunikasi
Lembaga komunikasi ini adalah pihak yang mengirimkan alat giral dari pihak bank yang memberi perintah kepada bank yang akan melakukan amanat
tersebut. Dia bisa Clearingman Bank, petugas lain, petugas ekspedisi untuk penagihan inkaso dsb. Cara yang bisa dilakukannya adalah;
Wulan Anggraeni Zega : Tinjauan Yuridis Terhadap Pelaksanaan Kliring Sebagai Pengatur Arus Pembayaran Uang Giral Pada PT. Bank Rakyat Indonesia Persero Cabang Kisaran, 2007.
USU Repository © 2009
a. Sengaja mengubah, menambahmengurangi data yg tercantum dalam alat giral tersebut.
b. Sengaja melambatkan, tidak menyampaikan ke alamat yang berhak. c. Membuang atau memusnahkan alat-alat giral yang harus disampaikan.
d. Membocorkan data yang tercantum pada alat-alat giral kepada yang tidak berhak dan merugikan perusahaan ybs.
6. Penyalahgunaan dengan Cek Untuk melakukan penyalah-gunaan cek, pelaku harus memiliki blanko cek
asli atau palsu dan harus mengetahui data nasabah seperti, tandatangan yang sesuai spesimen di bank, mengetahui saldo nasabahnya. Hal ini diperoleh
dengan berbagai cara seperti; mencuri dari nasabah secara langsung, mengakali atau bekerja sama dengan pegawai perusahaan nasabah, mengambil
langsung dari bank dengan memalsu bukti pengambilan cek atau bisa dengan memalsu formulir cek. Cara Pencairan Cek. Setelah pelaku memiliki cek yang
akan dijadikan media obyek pembobolan salah satu rekening nasabah bank secara lengkap dia datang ke bank untuk melakukan transaksi, bisa tunai
ataupun disetorkan di bank lain untuk dikliringkan. a. Pengambilan Tunai. Dalam pencairan cek tunai, setelah memenuhi
prosedur yang standar di teller, data legitimasi wajib tandatangani di balik cek. Penerima uang ini akan menggunakan identitas palsu untuk
mempersulit penelusuran bank. b. Penguangan melalui Kliring CekBG. Upaya pembobolan dengan cara
melalui kliring biasanya jumlahnya relatif besar. Untuk itu pelaku telah mempersiapkan rekening penampungan di beberapa bank lain yang dibuka
Wulan Anggraeni Zega : Tinjauan Yuridis Terhadap Pelaksanaan Kliring Sebagai Pengatur Arus Pembayaran Uang Giral Pada PT. Bank Rakyat Indonesia Persero Cabang Kisaran, 2007.
USU Repository © 2009
dengan identitas palsu. Bila kejahatan ini berlangsung lancar, penarikannya dilakukan tunai.
7. Penyalahgunaan dengan Nota DebetNota Kredit Penyalah-gunaan dengan Nota Debet Debit Advice atau Nota Kredit Credit
Advice sangat pasti berkaitan dengan pihak intern bank. Dalam hal ini pelaku harus mengetahui data nasabah sperti tandatangan sesuai spesimen di bank,
mengetahui saldo nasabah, tandatangan pejabat bank yang berhak untuk melakukan otorisasi atas transaksi bank. Adapun cara penyalahgunaan dengan
Nota Debet DA atau Nota Kredit CA ini adalah a. Memindahkan dana atas beban suatu rekening nasabah ke rekening
nasabah lain dengan Nota DebetKredit dalam satu bank, tanpa perintah dari nasabah.
b. Pemindahan dana nasabah tanpa amanatnya ini bisa juga di kliring-kan ke bank lain
c. Kemudian penarikannya di bank lain tersebut dilakukan melalui rekening yang memang telah dipersiapkan.
Untuk menghindari praktek-praktek kejahatan melalui kliring tersebut, maka pihak bank memberikan suatu tindakan pengamanan guna kelencaran
pelaksanaan kliring. Usaha pengamanan dalam kliring dimaksudkan untuk memperlancar, mempermudah, meningkatkan pelaksanaan pengawasan intern
peserta kliring, menghindarkan usaha menipulasi serta usaha-usaha lain dari orang yang tidak bertanggungjawab yang dapat merugikan bank.
Wulan Anggraeni Zega : Tinjauan Yuridis Terhadap Pelaksanaan Kliring Sebagai Pengatur Arus Pembayaran Uang Giral Pada PT. Bank Rakyat Indonesia Persero Cabang Kisaran, 2007.
USU Repository © 2009
Berbagai masalah hukum yang timbul dan berkaitan dengan pelaksanaan kliring, telah mendorong penulis untuk menyusun skripsi yang berjudul
“TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN KLIRING SEBAGAI PENGATUR ARUS PEMBAYARAN UANG GIRAL PADA
PT.BANK RAKYAT INDONESIA PERSERO Tbk CABANG KISARAN”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka yang menjadi perumusan masalah di dalam skiripsi ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah Aspek Hukum Kliring Pada PT. Bank Rakyat Indonesia
Persero Tbk Cabang Kisaran ? 2.
Bagaimanakah Akibat Hukum Sarana Kliring di PT. Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk Cabang Kisaran ?
3. Bagaimanakah Tindakan Pengamanan Yang Dilakukan Pihak PT. Bank
Rakyat Indonesia Persero Tbk Cabang Kisaran dalam Pelaksanaan Kliring Untuk Menghindari Praktek-Praktek Kejahatan Melalui Kliring ?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan pembahasan dalam skripsi ini dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui aspek hukum kliring pada Bank Rakyat Indonesia Cabang Kisaran.
2. Untuk mengetahui akibat hukum sarana kliring di Bank Rakyat Indonesia Cabang Kisaran.
Wulan Anggraeni Zega : Tinjauan Yuridis Terhadap Pelaksanaan Kliring Sebagai Pengatur Arus Pembayaran Uang Giral Pada PT. Bank Rakyat Indonesia Persero Cabang Kisaran, 2007.
USU Repository © 2009
3. Untuk mengetahui apa saja tindakan pengamanan yang dilakukan pihak Bank Rakyat Indonesia Cabang Kisaran dalam pelaksanaan kliring untuk
menghindari praktek-pratek kejahatan melalui kliring. Manfaat penulisan yang dapat diperoleh dari penulisan skripsi adalah
sebagai berikut : 1.
Secara Teoritis Skripsi ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi ilmu pengetahuan
hukum dan sumbangan pemikiran untuk pengembangan ilmu pengetahuan terutama yang berkaitan dengan dunia perbankan dan khususnya yang berkaitan
dengan kliring serta untuk mengetahui secara yuridis formal tentang pelaksanaan kliring dalam dunia perbankan terutama aspek hukum yang berkaitan dengan
pelaksanaan kliring. 2.
Secara Praktis Skripsi ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan ataupun
sumbang saran bagi pihak yang terkait khususnya insan perbankan dalam rangka lebih menyempurnakan sistem perbankan Indonesia khususnya lembaga kliring
sebagai salah satu cara penyerahan hak.
D. Keaslian Penulisan
Penulisan skripsi ini didasarkan oleh ide, gagasan, pemikiran dan yang utama adalah ketertarikan terhadap fenomena pelaksanaan kliring sebagai
lembaga yang mengatur arus pembayaran uang giral yang dilakukan oleh lembaga perbankan. Artinya keaslian ini bukanlah hasil ciptaan atau jiplakan dari hasil
karya orang lain. Kalaupun ternyata ada yang membuat, pembahasan dilakukan dengan sudut pandangtinjauan yang berbeda. Skripsi ini disusun melalui referensi
Wulan Anggraeni Zega : Tinjauan Yuridis Terhadap Pelaksanaan Kliring Sebagai Pengatur Arus Pembayaran Uang Giral Pada PT. Bank Rakyat Indonesia Persero Cabang Kisaran, 2007.
USU Repository © 2009
buku-buku, media cetak serta bantuan dari berbagai pihak. Dengan demikian keaslian penulisan skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan oleh penulis secara
ilmiah.
E. Tinjauan Kepustakaan
Menurut kamus istilah hukum Fockema Andreae yang dimaksud dengan : “Bank adalah suatu lembaga atau orang pribadi yang menjalankan
perusahaan dalam menerima dan memberikan uang dari dan kepada pihak ketiga. Berhubungan dengan adanya cek yang hanya dapat diberikan kepada
banker sebagai tertarik, maka bank dalam arti luas adalah orang atau lembaga yang dalam pekerjaannya secara teratur menyediakan uang untuk
pihak ketiga.”
7
Bank adalah “lembaga moneter yang berhubungan dengan peredaran uang, sebagai pangkal utamanya yang bertolak dari pelaksanaan anggaran belanja dan
pendapatan Negara yang membuku pintu keluar masuknya uang dari dan ke tangan masyarakat yang mempunyai pengaruh secara langsung pada nilai tukar
uang.”
8
Rumusan mengenai pengertian bank yang lain, dikemukakan oleh G. M. Verryn Stuart, dalam bukunya Bank Politik, berpendapat bahwa bank adalah
“suatu badan yang bertujuan memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat-alat pembayarannya sendiri atau dengan uang yang diperolehnya dari orang lain,
maupun dengan jalan mengedarkan alat-alat penukar baru berupa uang giral.”
9
Kliring berasal dari kata to clear artinya pelunasan utang piutang sesama bank anggota kliring yang dikoordinasikan oleh Bank Sentral Bank Indonesia di
7
Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Kencana Prenada Media, Jakarta, 2005, hal. 8
8
Mustafa Siregar, Pengantar Beberapa Pengertian Hukum Perbankan, USU Press, Medan, 1991, hal. 1
9
O.P. Simorangkir, Op. Cit., hal. 10
Wulan Anggraeni Zega : Tinjauan Yuridis Terhadap Pelaksanaan Kliring Sebagai Pengatur Arus Pembayaran Uang Giral Pada PT. Bank Rakyat Indonesia Persero Cabang Kisaran, 2007.
USU Repository © 2009
dalam lembaga kliring. Kliring merupakan pelaksanaan Lalu Lintas Pembayaran Dalam Negeri dan Luar Negeri LLPDNLN yang dilakukan dalam suatu kota
atau dalam satu lembaga kliring.
10
Menurut Malayu S.P. Hasibuan, kliring adalah “proses perhitungan, pelunasan dan pertukaran warkat-warkat kliring antarbank anggota yang
dikoordinasi Bank Indonesia.”
11
Menurut The New Grolier Webster International Dictionary of the English Language, “clearing is the act exchanging draft an each and settling the
differences” kliring adalah kegiatan tukar menukar warkat dari bank satu dengan bank yang liannya dan menetapkan perbedaan-perbedaannya.
12
Kliring adalah “penyelesaian pembukuan dan pembayaran antarbank dengan memindahkan saldo kepada pihak yang berhak.
13
Sedangkan menurut Kamus ekonomi Uang dan Bank, kliring adalah tindakan tukar menukar cek dan
perhitungan rekening bank di bawah pengawasan lembaga kliring.”
14
Kliring adalah suatu kegiatan untuk menyelesaikan utang piutang antarbank dalam bentuk giral di mana penerima dan bank tertariknya berada
dalam satu wilayah kerja lembaga penyelenggara kliring dengan jadwal pelaksanaan yang telah ditetapkan.
15
10
Malayu S.P.Hasibuan, Dasar-Dasar Perbankan, PT.Bumi Aksara, Jakarta, 2002, hal. 7
11
Ibid.
11
Ibid.
12
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, Balai Pustaka, Jakarta, 2002, hal. 446
13
Edilius dan Sudarsono, Kamus Ekonomi Uang dan Bank, Rineka Cipta, Jakarta, 1994, hal. 47
14
Try Widiyono, Aspek Hukum Operasional Transakasi Produk Perbankan di Indonesia, Ghalia Indonesia, Bogor, 2006, hal. 231
Wulan Anggraeni Zega : Tinjauan Yuridis Terhadap Pelaksanaan Kliring Sebagai Pengatur Arus Pembayaran Uang Giral Pada PT. Bank Rakyat Indonesia Persero Cabang Kisaran, 2007.
USU Repository © 2009
Menurut kamus Perbankan yang disusun oleh Tim Penyusun Kamus Perbankan Indonesia 1980, kliring adalah “perhitungan utang piutang antara
peserta secara terpusat di satu tempat dengan cara saling menyerahkan surat-surat berharga dan surat-surat dagang yang telah ditetapkan untuk dapat
diperhitungkan.”
16
Uang giral adalah “uang yang diterbitkan oleh Bank Umum berupa surat berharga sebagai ganti uang tunai yang disimpannya uang tabungan, seperti cek,
bilyet giro, wesel bank, kartu kredit.”
17
Dalam menyususun skripsi ini, digunakan Metode Penelitian Hukum Normatif yang bersifat deskriptif. Penelitian hukum normatif biasanya dilakukan
dengan cara penelitian kepustakaan maka disebut juga metode kepustakaan. Penelitian hukum normatif adalah penelitian dengan hanya mengolah dan
menggunakan data-data sekunder yang berhubungan dengan kliring. Sedangkan bersifat deskriptif maksudnya penelitian tersebut dilakukan untuk dapat
menggambarkan tentang Pelaksanaan Kliring sebagai Pengatur Arus Pembayaran Uang Giral pada PT. Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk Cabang Kisaran, guna
F.
Metode Penulisan
Untuk melengkapi penulisan skripsi ini agar tujuan dapat lebih terarah dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka metode penulisan yang
digunakan antara lain: 1. Jenis Penelitian
15
Prathama Rahardja, Uang dan Perbankan, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 1997, hal. 132
16
Abdulkadir Muhammad dan Rilda Murniati, Segi Hukum Lembaga Keuangan dan Pembiyaan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hal. 31
Wulan Anggraeni Zega : Tinjauan Yuridis Terhadap Pelaksanaan Kliring Sebagai Pengatur Arus Pembayaran Uang Giral Pada PT. Bank Rakyat Indonesia Persero Cabang Kisaran, 2007.
USU Repository © 2009
menjawab permasalahan yang ada dengan melakukan survey ke lapangan untuk mendapatkan informasi yang dapat mendukung teori yang ada.
2. Sumber Data a. Data Primer
Yaitu data yang diperoleh langsung di lapangan melalui wawancara dengan informan yang berasal dari karyawan PT. Bank Rakyat Indonesia
Persero Tbk Cabang Kisaran dan pihak-pihak yang terkait dan memenuhi karakteristik untuk mendapat gambaran mengenai masalah yang akan diteliti.
b. Data Sekunder Data-data sekunder tersebut, meliputi:
18
a Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan UU No.
10 Tahun 1998 Tentang Perbankan. 1 Bahan Hukum Primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat dan terdiri
dari:
b Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 jo. Undang-Undang No. 3 Tahun 2004
Tentang Bank Indonesia. c
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang. d Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 2388KEP DIR tentang
Pemberian Garansi Bank. e. Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
2 Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai
bahan hukum primer, seperti buku-buku rujukan tentang pelaksanaan kliring.
18
Amiruddin Zainal Assikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hal. 31
Wulan Anggraeni Zega : Tinjauan Yuridis Terhadap Pelaksanaan Kliring Sebagai Pengatur Arus Pembayaran Uang Giral Pada PT. Bank Rakyat Indonesia Persero Cabang Kisaran, 2007.
USU Repository © 2009
3 Bahan Hukum Tersier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder seperti kamus Bahasa Indonesia, kamus Perbankan maupun kamus Ekonomi.
3. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara:
a. Penelitian Kepustakaan Library Research, yaitu penelitian yang dilakukan
dengan cara meneliti bahan pustaka atau yang disebut dengan data sekunder. Adapun data sekunder yang digunakan dalam penulisan skripsi ini antara lain
berasal dari buku-buku baik koleksi pribadi maupun dari perpustakaan, artikel-artikel baik yang diambil dari media cetak maupun media elektronik,
dokumen-dokumen pemerintah, termasuk peraturan perundang-undangan. b.
Penelitian Lapangan Field Research, yaitu suatu pengumpulan data dengan cara terjun ke lapangan guna memperoleh data-data yang diperlukan, dan data
yang diperoleh itu disebut dengan data primer. Dalam penelitian ini dilakukan wawancara interview. Wawancara interview adalah situasi peran antar
pribadi bertatap muka face to face, ketika seseorang yakni pewawancara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk memperoleh
jawaban-jawaban yang relevan dengan masalah penelitian kepada seorang independen.
4. Analisis Data Data primer dan data sekunder yang telah disusun secara sistematis
kemudian dianalisa secara perspektif dengan menggunakan metode deduktif dan induktif. Metode deduktif dilakukan dengan membaca, menafsirkan dan
membandingkan, sedangkan metode induktif dilakukan dengan menterjemahkan
Wulan Anggraeni Zega : Tinjauan Yuridis Terhadap Pelaksanaan Kliring Sebagai Pengatur Arus Pembayaran Uang Giral Pada PT. Bank Rakyat Indonesia Persero Cabang Kisaran, 2007.
USU Repository © 2009
berbagai sumber yang berhubungan dengan topik dalam skripsi ini, sehingga diperoleh kesimpulan yang sesuai dengan tujuan penelitian yang telah
dirumuskan.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penulisan skripsi ini dibagi dalam beberapa bab, dimana pada masing-masing bab diuraikan permasalahannya secara tersendiri,
namun dalam konteks yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Secara sistematis penulis menempatkan materi pembahasan keseluruhannya ke
dalam 5 bab yang terperinci sebagai berikut : BAB I
: Bab ini merupakan bab pendahuluan yang isinya antara lain
memuat latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan
kepustakaan, metode penulisan, serta sistematika penulisan. BAB II
: Bab ini merupakan bab yang memberikan pemahaman serta
gambaran tentang definisi bank, jenis-jenis bank dan jasa- jasa perbankan, definisi uang giral dan fungsi uang giral
serta bentuk-bentuk uang giral. BAB III
: Bab ini merupakan bab yang memberikan pemahaman serta
gambaran latar belakang timbulnya lembaga kliring, fungsi dan macam-macam kliring, syarat-syarat peserta kliring dan
tata cara kliring, sanksi dan jaminan kliring. BAB IV
: Bab ini merupakan perumusan pokok penulisan yang terdiri
dari aspek hukum kliring pada Bank Rakyat Indonesia yaitu
Wulan Anggraeni Zega : Tinjauan Yuridis Terhadap Pelaksanaan Kliring Sebagai Pengatur Arus Pembayaran Uang Giral Pada PT. Bank Rakyat Indonesia Persero Cabang Kisaran, 2007.
USU Repository © 2009
hak dan kewajiban pihak bank dan nasabah dalam penggunaan sarana kliring dan syarat-syarat yang harus
dipenuhi oleh nasabah untuk dapat menggunakan sarana kliring, akibat hukum sarana kliring, dan tindakan-tindakan
pengamanan dalam pelaksanaan kliring untuk menghindari praktek-praktek kejahatan dalam kliring.
BAB V :
Bab ini merupakan bab terakhir, yaitu bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran-saran mengenai permasalahan
yang dibahas.
Wulan Anggraeni Zega : Tinjauan Yuridis Terhadap Pelaksanaan Kliring Sebagai Pengatur Arus Pembayaran Uang Giral Pada PT. Bank Rakyat Indonesia Persero Cabang Kisaran, 2007.
USU Repository © 2009
BAB II PEMANFAATAN UANG GIRAL DALAM PERBANKAN
A. Definisi Bank, Jenis-Jenis Bank dan Jasa-Jasa Layanan Bank
1. Definisi Bank
Lembaga perbankan merupakan inti dari sistem keuangan dari setiap negara. Bank adalah lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi orang
perseorangan, badan-badan usaha swasta, badan-badan usaha milik negara, bahkan lembaga-lembaga pemerintahan yang menyimpan dana-dana yang
dimilikinya. Apabila ditelusuri sejarah dari terminologi “bank”, maka kata bank berasal
dari bahasa Italy “banca” yang berarti “bence” yaitu suatu bangku tempat duduk. Sebab, pada zaman pertengahan, pihak bankir Italy yang memberikan pinjaman-
pinjaman melakukan usahanya tersebut dengan duduk di bangku-bangku. Dalam perkembangan dewasa ini, maka istilah bank yang dimaksudkan sebagai suatu
jenis pranata financial yang melaksanakan jasa-jasa keuangan yang cukup beraneka ragam, seperti memberi pinjaman, mengedarkan mata uang,
mengadakan pengawasan terhadap mata uang, bertindak sebagai tempat penyimpanan untuk benda-benda berharga serta membiayai usaha-usaha
perusahaan.
19
“Sebagai suatu institusi yang mempunyai peran yang besar dalam dunia komersil, yang berwenang untuk menerima deposito, memberikan pinjaman
dan menerbitkan promissory notes yang sering disebut dengan bank bills Di samping itu, arti bank adalah :
19
Munir Fuady, Hukum Perbabnkan Modern Buku Kesatu, PT. Citra Adyta Bakti, Bandung, 1999, hal. 13
Wulan Anggraeni Zega : Tinjauan Yuridis Terhadap Pelaksanaan Kliring Sebagai Pengatur Arus Pembayaran Uang Giral Pada PT. Bank Rakyat Indonesia Persero Cabang Kisaran, 2007.
USU Repository © 2009
atau bank notes. Namun, fungsi bank yang orisinil adalah hanya menerima deposito berupa uang logam, plate, emas dan lain-lain.”
Dalam suatu kamus, kata “bank” diartikan sebagai :
20
Bank merupakan “lembaga keuangan yang menawarkan jasa keuangan seperti kredit, tabungan, pembayaran jasa dan melakukan fungsi-fungsi keuangan
lainnya secara professional. Keberhasilan bank ditentukan oleh kemampuan mengidentifikasi permintaan akan jasa-jasa keuangan, kemudian memberikan
pelayanan secara efesien dan menjualnya dengan harga yng bersaing.” “a. Menerima deposito uang, kustodi, menerbitkan uang, untuk memberi
pinjaman dan diskonto, memudahkan penukaran fund-fund tertentu dengan cek, notes dan lain-lain dan juga bank memperoleh
keuntungan dengan meminjamkan uangnnya dengan memungut biaya.
b. Perusahaan yang melaksanakan bisnis bank tersebut. c.Gabungan atau kantor tempat dilakukannya transaksi bank atau tempat
beroperasinya perusahaan perbankan.”
21
Dalam praktik perbankan di Indonesia saat ini terdapat beberapa jenis bank yang diatur dalam Undang-Undang Perbankan. Jika kita melihat jenis
Di Indonesia masalah yang terkait dengan bank diatur dalam Undang- Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang No. 10 Tahun 1998. Berkaitan dengan pengertian bank, Pasal 1 butir 2 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan merumuskan
bahwa, “bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit
dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.”
2.
Jenis-jenis Bank
20
Ibid., hal. 14
21
Juli Irmayanto, dkk, Bank Dan Lembaga Keuangan Cetakan Ke-IV, Edisi Revisi, Penerbit Universitas Trisakti, Jakarta, 2004, hal. 53
Wulan Anggraeni Zega : Tinjauan Yuridis Terhadap Pelaksanaan Kliring Sebagai Pengatur Arus Pembayaran Uang Giral Pada PT. Bank Rakyat Indonesia Persero Cabang Kisaran, 2007.
USU Repository © 2009
perbankan sebelum keluar Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 dengan sebelumnya yaitu Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1967, maka terdapat
perbedaan. Namun kegiatan utama atau pokok bank sebagai lembaga keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan dana tidak berbeda satu
sama lainnya.
22
Perbedaan jenis perbankan dapat dilihat dari segi fungsi bank, serta kepemilikan bank. Dari segi fungsi perbedaan yang terjadi terletak pada kegiatan
atau jumlah produk yang dapat ditawarkan maupun jangkauan wilayah operasinya. Sedangkan kepemilikan perusahaan dilihat dari segi pemilikan saham
yang ada serta akte pendiriannya.
23
Menurut Undang-Undang Pokok Perbankan No.14 Tahun 1967 jenis perbankan menurut fungsinya terdiri dari :
Perbedaan lainnya adalah dilihat dari segi siapakah nasabah yang mereka layani, apakah masyarakat luas atau masyarakat dalam lokasi tertentu
kecamatan. Jenis perbankan juga dibagi kedalam caranya manentukan harga jual dan harga beli.
Adapun jenis perbankan dapat di tinjau dari berbagai segi antara lain : 1. Dilihat dari Segi Fungsinya
24
22
Kasmir, Op. Cit., hal. 32
23
Ibid.
24
Ibid.
“a. Bank Umum ; b. Bank Pembangunan ;
c. Bank Tabungan ; d. Bank Pasar ;
e. Bank Desa ; f. Lumbung Desa ;
g. Bank Pegawai ; h. dan bank lainnya.”
Wulan Anggraeni Zega : Tinjauan Yuridis Terhadap Pelaksanaan Kliring Sebagai Pengatur Arus Pembayaran Uang Giral Pada PT. Bank Rakyat Indonesia Persero Cabang Kisaran, 2007.
USU Repository © 2009
Namun setelah keluar UU Pokok Perbankan No. 7 Tahun 1992 dan ditegaskan lagi dengan keluarnya UU RI No. 10 Tahun 1998, maka jenis
perbankan terdiri dari : “a. Bank Umum;
b. Bank Perkreditan Rakyat.” Di mana Bank Pembangunan dan Bank Tabungan berubah fungsinya
menjadi Bank Umum, sedangkan Bank Desa, Bank Pasar, Lumbung Desa, Dan Bank Pegawai menjadi Bank Perkreditan Rakyat.
Adapun pengertian Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat sesuai dengan Undang-undang No.10 Tahun 1998 adalah sebagai berikut :
“a. Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa
perbankan yang ada. Begitu pula dengan wilayah operasi dapat dilakukan di seluruh wilayah. Bank Umum sering disebut bank komersil
commercial bank.
b. Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dala kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Artinya disini BPR jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan kegiatan bank umum.”
2. Dilihat dari Segi Kepemilikannya
Jenis bank dilihat dari segi kepemilikan tersebut adalah :
25
25
Ibid, hal. 34
a. Bank milik pemerintah Di mana baik akte pendirian maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah,
sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah pula. Contoh bank milik pemerintah antara lain : Bank Negara Indonesia 46 BNI46, Bank Rakyat
Indonesia BRI, Bank Tabungan Negara BTN.
Wulan Anggraeni Zega : Tinjauan Yuridis Terhadap Pelaksanaan Kliring Sebagai Pengatur Arus Pembayaran Uang Giral Pada PT. Bank Rakyat Indonesia Persero Cabang Kisaran, 2007.
USU Repository © 2009
b. Bank milik Pemerintah Daerah Bank pemerintah milik daerah terdapat di daerah tingkat I dan tingkat II
masing-masing propoinsi. c. Bank milik Swasta Nasional
Bank ini seluruh atau sebagian besarnya dimiliki oleh swasta nasional serta akte pendiriannya pun didirikan oleh swasta, begitu pula pembagian
keuntungan swasta pula. Contoh bank milik swasta nasional antara lain : Bank Muamalat, Bank Central Asia, Bank Bumi Putera, Bank Danamon, Bank Niaga,
Bank Internasional Indonesia, Bank Lippo. d. Bank milik Koperasi
Kepemilikan saham-saham bank ini dimiliki oleh perusahaan yang berbadan hukum koperasi, contohnya adalah Bank Umum Koperasi Indonesia.
e. Bank milik Asing Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, baik
bank swasta asing atau pemerintah asing. Jelas, kepemilikannya pun dimiliki oleh pihak luar negeri. Contoh Bank Asing antara lain : ABN AMRO Bank, City Bank,
European Asian Bank, Bangkok Bank, Deutsche Bank, American Express Bank, Bank of America, Bank of Tokyo, Hongkok Bank, Standard Chartered Bank,
Chase Manhattan Bank. f. Bank milik Campuran
Kepemilikan saham bank campuran dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional. Kepemilikan sahamnya secara mayoritas dipegang oleh
warganegara Indonesia. Contoh bank campuran adalah antara lain : Sumitomo Niaga Bank, Bank Merincorp, Bank Sakura Swadarma, Bank finconesia,
Wulan Anggraeni Zega : Tinjauan Yuridis Terhadap Pelaksanaan Kliring Sebagai Pengatur Arus Pembayaran Uang Giral Pada PT. Bank Rakyat Indonesia Persero Cabang Kisaran, 2007.
USU Repository © 2009
Mitsubishi, Buana Bank, Inter Pacifik Bank, Paribas BBD Indonesia, Ing Bank, Sanwa Indonesia Bank, Bank PDFCI.
3. Dilihat dari Segi Status Dilihat dari segi kemampuannya dalam melayani masyarakat maka bank
umum dapat dibagi ke dalam 2 dua macam. Pembagian jenis ini disebut juga pembagian berdasarkan kedudukan atau status bank tersebut. Kedudukan atau
status ini menunjukkan ukuran kemapuan bank dalam melayani masyarakat baik dari segi jumlah produk, modal maupun kualitas pelayanannya. Oleh karena itu,
untuk memperoleh status tersebut diperlukan penilaian-penilaian dengan kriteria tertentu.
Status bank yang dimaksud adalah :
26
26
Ibid, hal. 37
a. Bank Devisa Merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi keluar negeri atau
yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan, misalnya transfer keluar negeri, inkaso keluar negeri, travelers cheque, pembukaan dan pembayaran
Letter of Credit, dan transaksi lainnya. Persyaratan untuk menjadi bank devisa ini ditentukan oleh Bank Indonesia.
b. Bank Non-devisa Merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan
transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak dapat melaksanakan transaksi seperti halnya bank devisa. Jadi, bank non-devisa merupakan kebalikan daripada
bank devisa, dimana transaksi yang dilakukan masih dalam batas-batas negara.
Wulan Anggraeni Zega : Tinjauan Yuridis Terhadap Pelaksanaan Kliring Sebagai Pengatur Arus Pembayaran Uang Giral Pada PT. Bank Rakyat Indonesia Persero Cabang Kisaran, 2007.
USU Repository © 2009
4. Dilihat dari Segi Cara menentukan Harga Jenis bank jika dilihat dari segi atau caranya dalam menentukan harga baik
harga jual maupun harga beli terbagi dalam 2 kelompok yaitu :
27
27
Ibid.
a. Bank yang berdasarkan Prinsip Konvensional Mayoritas bank yang berkembang di Indonesia dewasa ini adalah bank
yang berorientasi pada prinsip konvensional. Hal ini tidak terlepas dari sejarah bangsa Indonesia dimana asal mula bank di Indonesia dibawa oleh oleh Kolonial
Belanda. Dalam mencari keuntungan dan menentukan harga kepada para
nasabahnya, bank yang berdasarkan prinsip konvensional menggunakan dua metode yaitu :
1. Menetapkan bunga sebagai harga, baik untuk produk simpanaan giro, tabungan maupun deposito. Demikian pula harga untuk produk pinjamannya
kredit juga ditentukan berdasarkan tingkat suku bunga tertentu. Penentuanharga ini dikenal dengan spread based. Apabila suku bunga
simpanan lebih tinggi dari suku bunga pinjaman maka dikenal dengan negative spread, hal ini terjadi di akhir tahun 1998 dan sepanjang tahun 1999.
2. Untuk jasa-jasa bank lainnya pihak perbankan barat menggunakan atau menerapkan berbagai biaya-biaya dalam nominal atau persentase tertentu.
Sistem pengenaan biaya ini dikenal dengan istilah fee based.
Wulan Anggraeni Zega : Tinjauan Yuridis Terhadap Pelaksanaan Kliring Sebagai Pengatur Arus Pembayaran Uang Giral Pada PT. Bank Rakyat Indonesia Persero Cabang Kisaran, 2007.
USU Repository © 2009
b. Bank yang berdasarkan Prinsip Syariah Bank berdasarkan prinsip syariah belum lama berkembang di Indonesia.
Namun diluar negeri terutama di negara-negara Timur Tengah bank yang berdasarkan Prinsip syariah berkembang pesat sejak lama.
Bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah dalam penentuan harga produknya sangat berbeda dengan bank berdasarkan prinsip konvensional. Bank
berdasarkan prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak lain untuk menyimpan dana atau pembiayaan usaha
atau kegiatan perbankan lainnya. Dalam menentukan harga atau mencari keuntungan bagi bank yang
berdasarkan prinsip syariah adalah sebagai berikut : “1. Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil mudharabah
2. Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal musharakah 3. Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan murabahah
4. Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan ijarah 5. Atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang
disewa dari pihak bank oleh pihak lain ijarah wa iqtina.” Sedangkan penentuan biaya-biaya jasa bank lainnya bagi bank yang
berdasarkan prinsip syariah juga menentukan biaya sesuai dengan Syariat Islam. Sumber penentuan harga atau pelaksanaan kegiatan bank prinsip syariah dasar
hukumnya adalah Al-Quran dan sunah Rasul. Bank berdasarkan prinsip syariah mengharamkan penggunaan harga produknya dengan bunga tertentu. Bagi bank
yang berdasarkan prinsip syariah bunga adalah riba.
Wulan Anggraeni Zega : Tinjauan Yuridis Terhadap Pelaksanaan Kliring Sebagai Pengatur Arus Pembayaran Uang Giral Pada PT. Bank Rakyat Indonesia Persero Cabang Kisaran, 2007.
USU Repository © 2009
3. Jasa-jasa Perbankan