Hubungan Fungsi Kepemimpinan Camat Dengan Efektivitas Kerja Pegawai (Studi Pada Kantor Camat Kota Pinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan)

(1)

HUBUNGAN FUNGSI KEPEMIMPINAN CAMAT DENGAN EFEKTIVITAS KERJA PEGAWAI

( Studi Pada Kantor Camat Kota Pinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan )

Disusun Oleh Karmilah Amin R

070921013

Program Studi Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara

Medan 2009


(2)

DAFTAR ISI

Halaman

BAB I PENDAHULUAN……… 1

A. Latar Belakang Masalah………... 2

B. Perumusan Masalah……….. 6

C. Tujuan Penelitian……….. 6

D. Manfaat Penelitian……… 7

E. Kerangka Teori………. 8

1. Kepemimpinan………. 8

2. Fungsi Kepemimpinan………. 9

3. Gaya dan Tipe Kepemimpinan……… 16

4. Syarat Pemimpin Ideal………. 18

5. Camat………... 21

6. Tugas dan Fungsi Camat………. 23

7. Efektivitas Kerja………. 24

F. Defenisi Konsep……….. 26

G. Defenisi Operasional……….. 27

H. Sistematika Penulisan………. 28


(3)

A. Bentuk Penelitian... 30

B. Lokasi Penelitian... 30

C. Populasi dan Sampel... 30

D. Teknik Pengumpulan Data... 31

E. Teknik Penentuan Skor... 32

F. Teknik Analisa Data... 33

BAB III Deskripsi Lokasi Penelitian... 36

A. Letak Geografis... 36

B. Penduduk... 36

C. Struktur Organisasi... 37

BAB IV Penyajian Data... 45

A. Identitas Rsponden... 45

B. Distribusi Jawaban Responden... 50

I. Variabel (X) Fungsi Kepemimpinan... 50

2. Variabel (Y) Efektivitas Kerja... 63

BAB V Analisa Data... 73

A. Fungsi Kepemimpinan (X)... 73

B. Efektivitas Kerja (Y)... 80

C. Analisis Korelasi... 85

D. Koefisien Determinant... 87

BAB VI Kesimpulan dan Saran... 88

A. Kesimpulan... 88


(4)

Daftar Tabel

Tabel 1. Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ...54

2. Identitas Responden Berdasarkan Usia...55

3. Identitas Responden Berdasarkan Lama Bekerja...56

4. Identitas Responden Berdasarkan Pangkat atauGolongan...57

5. Identitas Responden Berdasarkan Berdasarkan Pendidikan Terakhir...58

6. Distribusi Jawaban Responden Tentang Frekuensi Pimpinan Dalam Memberikan Penjelasan Tugas...60

7. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Perintah Yang di Jalankan...61

8. Distribusi Jawaban Responden Tentang Kemampuan Camat Dalam Mengikut Sertakan Pegawai Dalam Mengambil Keputusan...62

9. Distribusi Jawaban Responden Tentang Kemampuan Pimpinan Dalam Memberikan Arahan...64

10. Distribusi Jawaban Responden Tentang Kemampuan Pimpinan Dalam Meningkatkan Kerjasama...65

11. Distribusi Jawaban Responden Tentang Frekuensi Pimpinan Dalam Melibatkan Pegawainya...66

12. Distribusi Jawaban Responden Tentang Frekuensi Pimpinan Dalam Memberikan Kelimpahan Wewenang...68

13. Distribusi Jawaban Responden Tentang Pengawasan Pekerjaan...69

14. Distribusi Jawaban Responden Tentang Kemampuan Pimpinan Dalam Memberikan Arahan Dan Bimbingan...70


(5)

15. Distribusi Jawaban Responden Tentang Mencapai Tujuan Organisasi...72 16. Distribusi Jawaban Responden Tentang Efektivitas Program Yang Sudah

Dijalankan...73 17. Distribusi Jawaban Responden Tentang Pemberitahuan Tujuan

Organisasi...74 18. Distribusi Jawaban Responden Tentang Penyelesaian Pekerjaan Yang

Sesuai Dengan Target...75 19. Distribusi Jawaban Responden Tentang Keikut Sertaan Pegawai Dalam

Mewujudkan Tujuan Keorganisasian...76 20. Distribusi Jawaban Responden Tentang Pemamfaatan Waktu Yang

Efisien...77 21. Distribusi Jawaban Responden Tentang Penyelesaian Pekerjaan Yang

Tepat Waktu...78 22. Distribusi Jawaban Responden Tentang Pekerjaan Yang Di

Tunda-Tunda...79 23. Distribusi Jawaban Responden Tentang Pemahamam Pegawai Dalam

Mengerjakan Tugas Yang Akan di Kerjakan...80 24. Tabulasi Jawaban Tentang Fungsi Kepemimpinan...88 25. Tabulasi Jawaban Tentang Efektivitas Kerja...93


(6)

ABSTRAK

HUBUNGAN FUNGSI KEPEMIMPINAN CAMAT DENGAN EFETIVITAS KERJA PEGAWAI

( Studi Pada Kantor Camat Kotapinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan)

Nama : Karmilah Amin R NIM : 070921013

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Pembimbing : Drs. Rasudyn Ginting, MSI

Kepemimpinan merupakan kebutuhan mutlak yang harus dimiliki karena kepemimpinan sebagai penggerak roda organisasi, yang dilakukan dengan meyakinkan bawahannya agar bekerja dengan baik untuk mencapai tujuan organisasi.

Pemimpin di setiap organisasi memerlukan dan mengharapkan sejumlah pegawai yang cakap dan terampil di bidang pekerjaannya, sebagai seorang yang membantunya dalam melaksanakan tugas-tugas yang menjadi beban kerja masing-masing pegawai. Dalam arti seorang pemimpin menginginkan sejumlah pegawai yang efektif dalam melakukan pekerjaannya

Kepemimpinan akan berlangsung efektif bilamana mampu memenuhi fungsinya. Maksud fungsi disini adalah jabatan dari pekerjaan yang dilakukan. Untuk itu setiap pemimpin harus mampu menganalisa situasi sosial kelompok organisasinya, yang dapat dimanfaatkan dalam mewujudkan fungsi kepemipinan yakni dengan cara kerja sama. Fungsi kepemimpinan itu berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan organisasinya, yang mengusyaratkan bahwa setiap pemimpin berada dalam situasi sosial tersebut. Pemimpin harus berusaha agar menjadi bagian dalam situasi kelompok oganisasinya.

Efektivitas kerja pegawai merupakan suatu uasaha pegawai untuk mencapai tujuan organisasi yang sesuia dengan standar organisasi. Efektivitas pegawai sangat tergantung pada sumber daya manusianya, karena pada hakikatnya keberhasilan organisasi merupakan keberhasilan yang dicapai oleh perorangan dalam organisasi tersebut.


(7)

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengukur seberapa besar hubungan fungsi kepemimpinan camat dengan efektivitas kerja pegawai pada Kantor Camat Kotapinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan pendekatan korelasional yang terdiri dari 30 sampel. Setelah melakukan pengumpulan data baik melalui kuesioner dan observasi langsung ke lapangan kemudian di analisa berdasarkan analisa koefisien korelasi produk moment yang menghasilkan nilai r sebesar 0,298 dan nilai koefosoen determinant (D) sebesar 8,89% yang artinya sebanyak 91,11% disebabkan oleh faktor lain-lain. Dengan demikian terbukti bahwa fungsi kepemimpinan camat mampu menunjang efektivitas kerja pegawai pada Kantor Camat Kotapinang Kabupaten Labuhanbatu selatan.


(8)

KATA PENGANTAR

Setinggi puji dan syukur, penulis ucapkan kehadirat ALLAH SWT, karena hinga pada saat ini penulis masih diberikan nikmat berupa iman, kehidupan serta berkat rahmat dan kasih sayang-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul:” Hubungan Fungsi Kepemimpinan Camat dengan Efektivitas Kerja Pegawai ( Studi Pada Kantor Camat Kotapinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan”)

Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW yang mana berkat kegigihan beliau dalam membela ummatnya dari Zaman gelap gulita menuju ke Zaman yang terang benderang seperti yang kita rasakan sekarang ini.

Dalam usaha untuk menyelesaikan skripsi ini, penulis telah banyak diberi bantuan baik berupa waktu, tenaga, fikiran dan kerja sama guna kesempurnaan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah berpartisipasi kepada penulis terutama kepada:

1. Bapak Prof. DR. Muhammad Arif Nasution, MA. Selaku Dekan Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Prof. DR. Marlon Sihombing, MA. Selaku Ketua Departemen Ilmu

Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

3. Kepada Bapak Drs. Rasudyn Ginting, MSI. Selaku dosen pembimbing dalam

penulisan skripsi, yang selam ini telah banyak membimbing penulis dalam penyempurnaan skripsi ini.

4. Kepada Bapak Kariono, MSI selaku dosen penguji yang telah banyak

meluangkan waktunya untuk menguji skripsi ini

5. Kepada Ayahandan dan Ibunda tercinta, yang merupakan kebanggaan tersendiri bagi penulis yang telah dilahirkan dan dididik dengan kasih sayang yang tiada


(9)

kehidupan ananda. Keringat dan airmata yang ayahanda dan ibunda keluarkan yang dapat dirubah manjadi senyuman di hadapan kami dan kami pun bahagia. Walaupun kami tahu itu tak mungkin terbalas, namun yakinlah anak-anakmu ini kelak nantinya akan selalu berbakti kepada ALLAH, ayahanda dan aibunda serta bangsa.

6. Bapak/Ibu Dosen yang telah banyak memberikan ilmu kepada penulis selam

penulis menuntut ilmu di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Univeristas Sumatera Utara

7. Buat kak Dian dan Kak Mega yang telah banyak membantu dalam hal

administrasi

8. Buat adik-adikk_ku tersayang (Lia A.R, Ummy A.R, Novita A.R, dan pangeran kecil_ku Rizky A.R). Terima kasih atas doa nya ya. Teruskan perjuangan kalian dalam menempuh pendidikan. Kelak nantinya kita bisa membahagiakan kedua orangtua tercinta. Dan jangan lupa pesan orang tua kita.

9. Buat seluruh keluarga besar Ritonga dan Sitanggang. Terima kasih atas doa doanya.

10.Tema-teman seperjuangan angkatan 07 Administarsi Negara Eks. Ada

Refy(Helm), santy(4 Giga), bang anung, tanzilal, dayat, tohap, rail, kak ayu, lia, kak dewi. Terima kasih atas doa dan motivasi kalian semua. Janagan lupa kebersamaan kita waktu dikampus dulu yaaaa.

11.Buat teman kost 38. ada iin, vika, idah, imai, entin dll. Terima kasih atas doa kalian semua.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna,karena yang maha sempurna adalah hanya milik ALLAH semata. Dan semoga sktipsi ini bermanfaat bagi yang membaca.

Medan, Juni 2009 Karmilah Amin R 070921013


(10)

ABSTRAK

HUBUNGAN FUNGSI KEPEMIMPINAN CAMAT DENGAN EFETIVITAS KERJA PEGAWAI

( Studi Pada Kantor Camat Kotapinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan)

Nama : Karmilah Amin R NIM : 070921013

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Pembimbing : Drs. Rasudyn Ginting, MSI

Kepemimpinan merupakan kebutuhan mutlak yang harus dimiliki karena kepemimpinan sebagai penggerak roda organisasi, yang dilakukan dengan meyakinkan bawahannya agar bekerja dengan baik untuk mencapai tujuan organisasi.

Pemimpin di setiap organisasi memerlukan dan mengharapkan sejumlah pegawai yang cakap dan terampil di bidang pekerjaannya, sebagai seorang yang membantunya dalam melaksanakan tugas-tugas yang menjadi beban kerja masing-masing pegawai. Dalam arti seorang pemimpin menginginkan sejumlah pegawai yang efektif dalam melakukan pekerjaannya

Kepemimpinan akan berlangsung efektif bilamana mampu memenuhi fungsinya. Maksud fungsi disini adalah jabatan dari pekerjaan yang dilakukan. Untuk itu setiap pemimpin harus mampu menganalisa situasi sosial kelompok organisasinya, yang dapat dimanfaatkan dalam mewujudkan fungsi kepemipinan yakni dengan cara kerja sama. Fungsi kepemimpinan itu berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan organisasinya, yang mengusyaratkan bahwa setiap pemimpin berada dalam situasi sosial tersebut. Pemimpin harus berusaha agar menjadi bagian dalam situasi kelompok oganisasinya.

Efektivitas kerja pegawai merupakan suatu uasaha pegawai untuk mencapai tujuan organisasi yang sesuia dengan standar organisasi. Efektivitas pegawai sangat tergantung pada sumber daya manusianya, karena pada hakikatnya keberhasilan organisasi merupakan keberhasilan yang dicapai oleh perorangan dalam organisasi tersebut.


(11)

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengukur seberapa besar hubungan fungsi kepemimpinan camat dengan efektivitas kerja pegawai pada Kantor Camat Kotapinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan pendekatan korelasional yang terdiri dari 30 sampel. Setelah melakukan pengumpulan data baik melalui kuesioner dan observasi langsung ke lapangan kemudian di analisa berdasarkan analisa koefisien korelasi produk moment yang menghasilkan nilai r sebesar 0,298 dan nilai koefosoen determinant (D) sebesar 8,89% yang artinya sebanyak 91,11% disebabkan oleh faktor lain-lain. Dengan demikian terbukti bahwa fungsi kepemimpinan camat mampu menunjang efektivitas kerja pegawai pada Kantor Camat Kotapinang Kabupaten Labuhanbatu selatan.


(12)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di dalam kehidupan ini manusia tidak bisa hidup sendiri sehingga disebut makhluk sosial yang hidupnya saling berdampingan dan membutuhkan manusia yang satu dengan manusia yang lainnya. Dengan hidup yang saling bergantungan tersebut sehingga membentuk manusia kedalam sesuatu kelompok. Suatu kelompok tersebut mempunyai tujuan yang sama, dalam hal ini disebut organisasi.

Suatu organisasi pada dasarnya adalah suatu bentuk kerjasama antar dua orang atau lebih. Baik yang disebut orang ataupun kelompok, tujuannya adalah untuk mencapai sesuatu yang efektif.

Kepemimpinan merupakan kebutuhan mutlak yang harus dimiliki karena kepemimpinan sebagai penggerak roda organisasi, yang dilakukan dengan meyakinkan bawahannya agar bekerja dengan baik untuk mencapai tujuan organisasi.

Menurut Sondang P. Siagian (1991 : 24), kepemimpinan adalah kemampuan dan ketrampilan seseorang yang menduduki jabatan sebagai pemimpin satuan kerja untuk mempengaruhi perilaku orang lain terutama bawahannya untuk berfikir, bertindak sedemikian rupa sehingga melalui fikiran yang positif, memberikan sumbangsih nyata dalam mencapai tujuan organisasi. Sedangkan menurut Terry dan Frankin dalam Yuli (2005 : 165), mendefinisikan Kepemimpinan dengan hubungannya dimana seorang pemimpin mempengaruhi orang lain untuk mau bekerja sama melaksanakan tugas-tugas yang saling berkaitan guna mencapai tujuan yang diinginkan pemimpin dan


(13)

antara lain dengan memberikan tanggung jawab, memberikan perintah, melimpahkan wewenang, mempercayakan bawahan, memberikan penghargaan, memberikan kedudukan, memberikan tugas dan lain-lain.

Keberhasilan dan kegagalan pemimpin ditentukan oleh gaya bersikap dan bertindak. Gaya bersikap dan bertindak akan tampak dari cara melakukan sesuatu pekerjaan, salah satunya adalah dengan cara mendorong para pegawai agar dapat bekerja dengan efektif sehingga tercapainya tujuan organisasi yang diinginkan. Dengan demikian dibutuhkan kerja sama yang baik antar pemimpin dan para pegawainya.

Pemimpin di setiap organisasi memerlukan dan mengharapkan sejumlah pegawai yang cakap dan terampil di bidang pekerjaannya, sebagai seorang yang membantunya dalam melaksanakan tugas-tugas yang menjadi beban kerja unit masing-masing. Dalam arti seorang pemimpin menginginkan sejumlah pegawai yang efektif dalam melakukan pekerjaannya.

Kepemimpinan akan berlangsung efektif bilamana mampu memenuhi fungsinya. Maksud fungsi di sini adalah jabatan (pekerjaan) yang dilakukan atau kegunaan sesuatu hal atau kerja suatu bagian tubuh (Veitsal Rivai, 2004:53). Untuk itu setiap pemimpin harus mampu menganalisa situasi sosial kelompok atau organisasinya, yang dapat di manfaatkan dalam mewujudkan fungsi kepemimpinan dengan kerja sama dan bantuan orang-orang yang dipimpinnya. Fungsi kepemimpinan itu berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan organisasinya masing-masing, yang mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada di dalam bukan di luar situasi itu. Pemimpin harus berusaha agar menjadi bagian di dalam situasi kelompok atau organisasinya (Nawawi 2000:74). Pemimpin yang membuat keputusan dengan


(14)

memberikan situasi kelompok atau organisasi akan dirasakan sebagai keputusan bersama yang menjadi tanggung jawab bersama pula dalam melaksanakannya. Dengan demikian akan terbuka peluang bagi pemimpin untuk mewujudkan fungsi-fungsi kepemimpinan sejalan dengan situasi sosial yang dikembangkannya. Oleh karena itu fungsi kepemimpinan merupakan gejala sosial, karena harus diwujudkan dalam interaksi antar individu di dalam situasi sosial suatu kelompok/organisasi.

Di lain pihak, seorang pemimpin harus berani dan mampu mengambil tindakan terhadap para pegawainya yang malas dan berbuat salah sehingga merugikan organisasi, dengan jalan memberikan teguran dan hukuman yang setimpal dengan kesalahannya. Untuk melaksanakan fungsi-fungsi ini sebaiknya seorang pemimpin perlu menyelenggarakan daftar kecakapan dan kelakuan baik bagi semua pegawai sehingga tercatat semua hadiah dan hukuman yang telah di berikan kepada mereka.

Fungsi kepemimpinan adalah menggerakkan orang yang dipimpin menuju tercapainya tujuan organisasi. Agar dapat menanamkan kepercayaan pada orang yang dipimpinnya dan menyadarkan bahwa mereka mampu berbuat sesuatu dengan baik. Disamping itu, pemimpin harus memiliki pikiran, tenaga dan kepribadian yang dapat menimbulkan kegiatan dalam hubungan antar manusia. Selanjutnya menurut Yuki (1998), fungsi kepemimpinan adalah usaha untuk mempengaruhi dan mengarahkan para pegawainya untuk bekerja keras, memiliki semangat tinggi, dan memotivasi tinggi guna mencapai tujuan organisasi. Fungsi kepemimpinan adalah usaha untuk memandu, menuntun, membimbing, memberi atau membangunkan motivasi-motivasi kerja, menjalin hubungan komunikasi yang baik dalam memberikan pengawasan yang efisien


(15)

dan membawa para bawahannya kepada sasaran yang ingin di tuju sesuai dengan kriteria dan waktu yang telah ditetapkan. (Kartini kartono, 2005:93).

Selain itu, fungsi kepemimpinan adalah mempengaruhi dan mengarahkan individu atau kelompok yang bertujuan untuk membantu organisasi bergerak kearah pencapaian tujuan. Dengan demikian inti kepemimpinan bukan pertama-tama terletak pada kedudukannya dalam organisasi, melainkan bagaimana pemimpin melaksanakan fungsinya sebagai pemimpin.

Setiap organisasi selalu dihadapkan pada persoalan keterbatasan sumber daya manusia dalam mencapai tujuannya. Interaksi antara berbagai sumber daya tersebut harus dikelola dengan baik agar dapat mencapai sasarannya secara efektif. Efektivitas kerja dapat didefenisikan sebagai kemampuan melakukan sesuatu secara benar dan sebagai kemampuan melakukan sesuatu tepat pada sasaran.

Efektivitas merupakan unsur pokok aktivitas organisasi dalam mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Bila dilihat dari aspek keberhasilan pencapaian tujuan, maka efektivitas adalah memfokuskan pada tingkat pencapaian terhadap tujuan organisasi. Selanjutnya ditinjau dari aspek ketepatan waktu, maka efektivitas adalah tercapainya berbagai sasaran yang telah ditentukan tepat pada waktunya dengan menggunakan sumber-sumber terkait yang telah dialokasikan untuk melakukan berbagai kegiatan.

Menurut Siagian (2000:56), efektivitas kerja adalah penyelesaian pekerjaan tepat waktu yang telah ditetapkan. Artinya apakah pelaksanaan tugas dinilai baik atau tidak, sangat tergantung bila tugas itu diselesaikan atau tidak, terutama menjawab pertanyaan


(16)

dan bagaiman cara melaksanakan dan berapa biaya anggaran yang dikeluarkan untuk menyelesaikan tugas tersebut.

Dapat disimpulkan bahwa efektivitas kerja adalah kemampuan kerja bagi pegawai untuk dapat bekerja secara maksimal dengan membawa keuntungan bagi organisasi dan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Jadi, apabila kepemimpinan camat mampu meningkatkan efektivitas kerja para pegawainya maka, organisasi tersebut akan mendapatkan keuntungan terhadap pencapaian tujuan dengan waktu yang singkat dalam bekerja dan perolehan hasil kerja yang singkat. Apabila usaha-usaha positif tersebut untuk meningkatkan efektivitas kerja pegawai telah dilakukan, maka hal itu akan memberikan nilai tambah terhadap kepemimpian camat itu sendiri.

Kecamatan Kotapinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan adalah salah satu instansi pemerintahan. Camat adalah perangkat pemerintahan wilayah kecamatan yang menyelenggarakan pelaksanaan tugas pemerintahan diwilayah kecamatan Kotapinang LabuhanBatu Selatan yang bekerja untuk masyarakat sudah seharusnya memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat. Untuk mendapatkan pelayanan yang baik, pegawai Kantor Camat Kotapinang harus dapat bekerja seefektif mungkin dalam menjalankan tugasnya. Namun, yang sering terjadi sering sekali para pegawai datang terlambat ke kantor pada jam yang telah ditentukan, bahkan meninggalkan kantor sebelum jam kerja berakhir. Disinilah dituntut fungsi kepemimpinan Camat dalam mengelola para pegawainya dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab agar dapat bekerja dengan efektif demi terwujudnya tujuan organisasi yang diinginkan.


(17)

Untuk mencapai efektivitas kerja yang diinginkan, camat Kotapinang harus dapat menjalankan peran dan tugasnya dengan baik dan diharapkan adanya hubungan komunikasi yang baik antara pemimpin dengan bawahannya sehingga para pegawai dapat bekerja dengan sebaik-baiknya. Camat dan para pegawainya harus saling bekerja sama dalam usaha pencapaian tujuan tesebut.

Oleh sebab itu dalam kesempatan ini penulis mengupayakan suatu kajian ilmiah dalam judul penelitian sebagai berikut “ Hubungan Fungsi Kepemimpinan Camat Dengan Efektivitas Kerja Pegawai ( Studi Pada Kantor Camat Kotapinag Kabupaten Labuhanbatu Selatan )”.

B. Perumusan Masalah

Untuk dapat mempermudah penelitian ini nantinya dan agar penelitian ini memiliki arah yang jelas dalam menginterprestasikan fakta dan data kedalam penulisan skripsi, maka terlebih dahulu dirumuskan permasalahan yang akan diteliti.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dijelaskan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah Fungsi Kepemimpinan Camat mempunyai hubungan Dengan Efektivitas Kerja Pegawai Pada Kantor Camat Kotapinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan”.

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana fungsi kepemimpinan Camat pada Kantor Camat


(18)

2. Untuk mengetahui bagaimana efektivitas kerja pegawai pada Kantor Camat Kotapinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan

3. Untuk mengetahui apakah Fungsi Kepemimpinan Camat mempunyai hubungan

dengan efektivitas kerja pegawai pada Kantor Camat Kotapinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan.

D. Manfaat Penelitian

Disamping tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini, maka suatu penelitian harus memiliki manfaat. Adapun manfaat yang hendak dicapai oleh penulis melalui penelitian ini adalah:

1. Bagi penulis khususnya, penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan

kemampuan menulis karya ilmiah, terutama dalam menganalisa permasalahan yang terjadi di masyarakat yang ada kaitannya dengan teori akademis.

2. Bagi instansi terkait, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan yang berguna dalam meningkatkan efektivitas kerja pegawai bagi instansi itu sendiri.

3. Bagi Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sumatera Utara, penelitian ini bermanfaat untuk memperkaya ragam penelitian mahasiswa dan sebagai sumbangan pemikiran yang berguna untuk penelitian selanjutnya.


(19)

E. Kerangka Teori 1. Kepemimpinan

Kepemimpinan berasal dari kata pemimpin, yang berarti seorang pribadi yang memiliki kacakapan dan kelebihan, khususnya kecakapan dan kelebihan di satu bidang sehingga dia mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas demi tercapainya suatu maksud dan tujuan. (Kartono, 2005:76).

Jadi kepemimpinan itu adalah seorang yang mempunyai kelebihan sehingga ia memiliki kekuasaan dan kewibawaan untuk mengarahkan dan membimbing bawahannya.

Pada dasarnya kepemimpinan mengacu pada suatu proses untuk menggerakkan sekelompok orang menuju kesuatu tujuan yang telah ditetapkan atau disepakati bersama dengan mendorong atau memotivasi para pegawai untuk bertindak dengan cara tidak memaksa. Dengan kemampuannya seorang pemimpin yang baik harus mampu menggerakkan orang yang dipimpinnya menuju ke tujuan jangka panjang dan betul-betul merupakan upaya untuk memenuhi kepentingan organisasi. Dengan demikian kepemimpinan dapat dikatakan sebagai proses untuk mempengaruhi orang lain. (Rivai, 2004:64).

Menurut Nawawi (2005), kepemimpinan adalah proses mengarahkan, membimbing, mempengaruhi atau mengawasi fikiran, perasaan, tindakan dan tingkah laku orang yang dipimpinnya.

Sedangkan menurut Sunarto (2005:53), kepemimpinan adalah proses memberi inspirasi kepada semua pegawai agar bekerja dengan sebaik-baiknya untuk mencapai hasil yang diharapkan.


(20)

Pengertian kepemimpinan yang lain adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain, dalam hal ini para bawahannya sehingga orang tersebut maumelakukan apa yang diperintahkan pemimpin. (Winardi, 2002:62)

Keberhasilan seorang pemimpin banyak tergantung dari keberhasilannya dalam kegiatan komunikasi. Seorang tidak mungkin menjadi pemimpin tanpa mempunyai pengikut. Akan tetapi tidak mungkin pemimpin dapat menaiki anak tangga kepamimpinannya tanpa kemampuan membina hubungan komunikatif dengan pengikutnya.

2. Fungsi Kepemimpinan

Menurut Rivai (2004:53) fungsi adalah jabatan (pekerjaan) yang dilakukan atau kegunaan sesuatu hal atau kerja suatu bagian tubuh.

Kepemimpinan merupakan relasi dan pengaruh antara pimpinan dan yang dipimpin. Kepemimpinan tersebut muncul dan berkembang sebagai hasil dari interaksi antara pemimpin dan individu-individu yang dipimpin. Kepemimpinan dapat berfungsi atas dasar kekuasaan pemimpin untuk mengajak, mempengaruhi, dan menggerakkan orang lain guna melakukan sesuatu, demi pencapaian tujuan tertentu. Dengan begitu pemimpin tersebut ada bila terdapat kelompok atau organisasi. Maka keberadaan pemimpin itu selalu ada ditengah-tengah kelompoknya (bawahan). ( Kartono 2005:6)

Dalam upaya mewujudkan kepemimpinan yang efektif, maka kepemimpinan tersebut harus di jalankan sesuai dengan fungsinya. Sehubungan dengan hal tersebut, menurut Hadari Nawawi (2004:74), fungsi kepemimpinan berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan kelompok masing-masing yang mengisyaratkan


(21)

bahwa setiap pemimpin berada di dalam bukan di luar situasi itu. Pemimpin harus berusaha agar menjadi bagian didalam situasi sosial kelompok atau organisasinya.

Menurut Kartono (2005:93) fungsi kepemimpinan adalah usaha untuk memandu, menuntun, memimpin, memberi, atau membangunkan motivasi-motivasi kerja, mengemudikan organisasi, menjalin jaringan komunikasi kerja yang baik dalam memberikan pengawasan yang efisien dan membawa para pengikutnya kepada sasaran yang ingin dituju sesuai dengan ketentuan waktu dan perencanaan yang telah ditetapkan.

Sedangkan menurut Rivai (2004:53) fungsi kepemimpinan berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan kelompok/organisasi masing-masing, yang mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada didalam dan bukan diluar situasi itu.

Kemudian menurut Yuki (1998) fungsi kepemimpinan adalah usaha untuk mempengaruhi dan mengarahkan para pegawai untuk bekerja keras, memiliki semangat kerja yang tinggi dan memotivasi tinggi guna mencapai tujuan organisasi. Hal ini terutama terikat dengan fungsi mengatur hubungan antara individu atau kelompok dalam organisasi. Selain itu, fungsi pemimpin dalam mempengaruhi dan mengarahkan individu atau kelompok yang bertujuan untuk membantu organisasi bergerak kearah pencapaian tujuan organisasi. Dengan demikian, inti kepemimpinan bukan terletak pada kedudukannya dalam organisasi, melainkan bagaimana pemimpin melaksanakan fungsinya sebagai pemimpin.


(22)

Fungsi kepemimpinan menurut Hadari Nawawi (2005), memiliki dua dimensi yaitu:

1. Dimensi yang berhubungan dengan tingkat kemampuan mengarahkan dalam

tindakan atau aktivitas pemimpin, yang terlihat pada tanggapan orang-orang yang dipimpinnya.

2. Dimensi yang berhubungan dengan tingkat dukungan atau keterlibatan orang-orang yang dipimpin dalam melaksanakan tugas-tugas pokok kelompok atau organisasi, yang dijabarkan melalui keputusan-keputusan dan kebijakan pemimpin.

Sehubungan dengan kedua dimensi tersebut, menurut Hadari Nawawi, secara opersional dapat dibedakan lima fungsi pokok kepemimpinan yaitu:

1. Fungsi Instruktif

Fungsi ini berlangsung dan bersifat komunikasi dua arah. Pemimpin sebagai pengambil keputusan berfungsi memerintahkan pelaksanaannya kepada orang-orang yang dipimpin. Pemimpin berfungsi sebagai komunikator yang menentukan apa (isi perintah), bagaimana (cara mengerjakan perintah), bilamana (waktu memulai, melaksanakan dan melaporkan hasilnya), dan dimana (tempat mengerjakan perintah) agar keputusan dapat diwujudkan secara efektif. Sehingga fungsi orang yang dipimpin hanyalah melaksankan perintah. Inisiatif tentang segala sesuatu yang ada kaitannya dengan perintah itu, sepenuhnya merupakan fungsi pemimpin. Fungsi ini berarti juga keputusan yang ditetapkan pimpinan tidak akan ada artinya tanpa kemauan mewujudkan perintah tersebut. Selanjutnya perintah tidak akan ada artinya, jika tidak dilaksanakan. Intinya kemampuan pimpinan menggerakkan para pegawainya agar melaksanakan perintah, yang bersumber dari keputusan yang telah


(23)

ditetapkan. Perintah yang jelas dari pemimpin berarti juga sebagai perwujudan proses bimbingan dan pengarahan yang dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan organisasi.

2. Fungsi Konsultatif

Fungsi ini berlangsung dan bersifat komunikasi dua arah, meskipun pelaksanaannya sangat tergantung pada pemimpin. Hal tersebut digunakan manakala pemimpin dalam usaha menetapkan keputusan yang memerlukan bahan pertimbangan dan berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya. Selanjutnya konsultasi dapat dilakukan secara meluas melalui pertemuan dengan sebagian besar atau semua angota kelompok organisasi. Konsultasi seperti ini dilakukan apabila keputusan yang akan ditetapkan sifatnya sangat penting. Konsulatasi dimaksudkan untuk memperoleh masukan berupa umpan balik (feed back), yang dapat dipergunakan untuk memperbaiki dan menyempurnakan keputusan yang telah ditetapkan dan dilaksanakan.

3. Fungsi Partisipasi

Fungsi ini tidak sekedar berlangsung dan bersifat dua arah, tetapi juga perwujudan pelaksanaan hubungan manusia yang efektif, antara pemimpin dengan orang yang dipimpin. Dalam menjalankan fungsi ini pemimpin berusaha mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan mengambil keputusan maupun dalam melaksanakannya. Setiap anggota kelompok memperoleh kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam melaksanakan kegiatan yang dijabarkan dari tugas-tugas pokok, sesuai dengan posisi masing-masing. Partisipasi tidak berarti bebas berbuat semaunya, tetapi dilakukan secara terkendali dan terarah berupa kerja sama


(24)

dengan tidak mencampuri atau mengambil tugas pokok orang lain. Sehubungan dengan itu musyawarah menjadi hal yang penting dalam kesempatan berpartisipasi melaksanakan program organisasi. Pemimpin tidak boleh sekedar mampu membuat keputusan dan memerintahkan pelaksanaannya, tetapi juga ikut dalam proses pelaksanaannya, dalam batas tidak menggeser dan menganti petugas yang bertanggung jawab melaksanakannya. Keikutsertaan pemimpin harus tetap dalam fungsi sebagai pemimpin dan bukan pelaksana.

4. Fungsi Delegasi

Dalam menjalankan fungsi delegasi, pemimpin memberikan pelimpahan wewenang membuat atau menetapkan keputusan. Fungsi delegasi sebenarnya adalah kepercayaan seorang pemimpin kepada orang yang diberi kepercayaan untuk pelimpahan wewenang dengan melaksanakannya secara bertanggungjawab. Fungsi ini mengharuskan pemimpin memilah milih tugas pokok organisasinya dan mengevaluasi yang dapat dan tidak dapat dilimpahkan pada orang-orang yang dipercayainya. Fungsi pendelegasian ini, harus diwuudkan karena kemajuan dan perkembangan kelompok tidak mungkin mewujudkan oleh seorang pemimpin seorang diri. Pemimpin seorang diri tidak akan dapat berbuat banyak dan bahkan mungkin tidak ada artinya sama sekali. Oleh karena itu sebagian wewenangnya perlu didelegasikan kepada para bawahannya agar dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.


(25)

5. Fungsi Pengendalian

Fungsi ini cenderung bersifat komunisasi dua arah, meskipun tidak mustahil untuk dilakukan dengan cara komunikasi dua arah. Fungsi pengendalian berasumsi bahwa kepemimpinan yang efektif harus mampu mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal. Dalam melaksanakan fungsi pengendalian, pemimpin dalam mewuujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi dan pengawasan. Dalam kegiatan tersebut pimpinan harus aktif, namun tidak mustahil untuk dilakukan dengan mengikutsertakan anggota organisasinya. Dengan melakukan kegitan tersebut berarti pemimpin berusaha mencegah terjadinya kekeliruan atau kesalahan setiap perseorangan dalam melaksanakan beban kerja atau perintah dari pemimpinnya.

Seluruh fungsi kepemimpinan tersebut di atas di selenggarakan dalam aktivitas kepemimpinan secara integral. Aktivitas atau kegiatan kepemimpinan yang bersifat integral itu, pelaksanaannya akan berlangsung sebagai berikut:

a. Pemimpin berkewajiban menjabarkan program kerja yang menjadi keputusan yang konkrit untuk dilaksanakan, sesuai dengan prioritasnya masing-masing. Keputusan-keputusan itu harus jelas hubungannya dengan tujuan kelompok/organisasi, agar jelas pula sumbangannya bila diwujudkan menjadi kegiatan di dalam atau diluar organisasi.

b. Pemimpin harus mampu menterjemahkan keputusan-keputusannya menjadi


(26)

Setiap anggota harus mengetahui dari siapa instruksi diterima dan kepada siapa mempertanggungjawabkan hasilnya.

c. Pemimpin harus berusaha untuk mengembangkan dan menyalurkan kebebasan

berfikir dan mengeluarkan pendapat baik secara perseorangan maupun kelompok kecil. Pemimpin harus mampu menghargai gagasan, pendapat, saran, kritik angotanya sebagai wujud dari partisipasinya. Usaha mengembangkan partisipasi anggota tidak sekedar ikut aktif dalam melaksankan instruksi, tetapi juga dalam memberikan informasi dan masukan untuk dijadikan bahan pertimbangan bagi pemimpin dalam membuat dam memperbaiki keputusan-keputusan.

d. Mengembangkan kerja sama yang harmonis, sehingga setiap anggota mengerjakan apa yang harus dikerjakannya, dan bekerja sama dalam mengerjakan sesuatu yang memerlukan kebersamaan. Pemimpin harus mampu memberikan pengakuan dan penghargaan terhadap kemampuan, prestasi atau kelebihan yang dimiliki setiap anggota kelompok/organisasinya.

e. Pemimpin harus membantu dalam mengembangkan kemampuan memecahkan

masalah dan mengambil keputusan sesuai dengan batas tanggung jawab masing-masing. Setiap anggota harus didorong agar tumbuh menjadi orang yang mampu menyelesiakan masalah-masalahnya, dengan menghindari ketergantungan yang berlebihan dari pemimpin atau orang lain. Setiap anggota harus dibina agar tidak menjadi orang yang selau menunggu perintah, sehingga tidak bekerja jika tidak diperintah.


(27)

3. Gaya dan Tipe Kepemimpinan

Pemimpin itu mempunyai sifat, kebiasaan, watak dan kepribadian tersendiri yang unik dan khas, hingga tingkah laku dan gaya yang membedakan dirinya dengan orang lain.

Menurut Nawawi (2004 : 83), bahwa apabila aktivitas kepemimpinan dipilih-pilih, maka akan terlihat gaya kepemimpinan dengan polanya masing-masing. Gaya kepemimpinan ini merupakan dasar dalam mengklasifikasikan tipe kepemimpinan.

Dari berbagai studi tentang kepemimpinan, diketahui ada beberapa gaya kepemimpinan yang paling umum dikenal, yaitu:

1. Gaya dan Tipe Kepemimpinan Otoriter

Kepemimpinan otoriter, mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan yang mutlak yang harus dipatuhi. Setiap perintah dan kebijakan ditetapkan tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan bawahannya. Pemimpin dengan gaya dan tipe otoriter ini selalu jauh dari bawahannya dan senantiasa memiliki kakuasaan tunggal. Pemimpin bergaya dan bertipe otoriter ini juga tidak dapat dikritik oleh bawahannya, dan bawahan pun tidak pernah diberi kesempatan dalam memberikan saran ataupun pendapat yang membangun. Apabila pimpinan ini sudah mengambil keputusan, biasanya keputusan itu berbentuk perintah dan bawahan hanya melaksanakan saja. 2. Gaya dan Tipe Paternalistik

Gaya dan tipe paternalistik ini merupakan kepemimpinan yang bersifat kebapakan, namun bukan tipe yang ideal dan yang didambakan. Pemimpin dengan gaya dan tipe paternalistik ini lebih senang menonjolkan keberadaan dirinya sebagai simbol organisasi dan memperlakukan bawahannya sebagai orang-orang yang belum


(28)

dewasa. Pemimpin tidak akan mendorong kemandirian bawahannya karena tidak ingin para bawahannya berbuat kesalahan. Terkait dengan itu, maka pemimpin dengan gaya dan tipe ini bersifat terlalu melidungi bawahannya, itikadnya memang baik, tetapi prakteknya akan negatif. Karena ia tidak akan mendorong para bawahannya untuk mengambil resiko disebabkan karena takut akan timbul dampak yang negatif pada organisasi.

3. Gaya dan Tipe Kepemimpinan Leissez Faire

Gaya dan tipe kepemipinan ini adalah gaya dan tipe kepemimpinan yang ‘aneh’. Dimana dikatakan seseorang dikatakan pemimpin, namun pada praktisnya ia tidak memimpin. Ini dapat dilihat dari gaya kepemimpinan yang santai, karena berpendapat bahwa organisasi tidak memiliki masalah yang serius, dan kalaupun ada masalah selalu dapat diketemukan penyelesainnya. Pemimpin dengan gaya dan tipe ini tidak senang mengambil resiko namun lebih senang melimpahkan wewenang kepada bawahannya dan menganggap para bawahan yang seharusnya yang mengambil keputusan.

4. Gaya dan Tipe Kepemimpinan Kharismatik

Gaya dan tipe kepemimpinan kharismatik memiliki kekuatan daya tarik dan pembawaan yang luar biasa dalam mempengaruhi orang lain, sehinnga ia mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya.

5. Gaya dan Tipe Kepemimpinan Demokratis

Gaya dan tipe kepemimpinan demokratis adalah gaya kepemimpinan yang berorientasi pada manusia dan memberikan bimbingan yang efektif kepada para bawahannya. Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahannya, dengan


(29)

penekanan rasa tanggung jawab dan kerja sama yang baik. Pemimpin demokratis bersifat mendidik, membina bahkan menghukum.

Oleh karena itu, dalam rangka mempersoalkan gaya-gaya kepemimpinan, hendaknya jangan beranggapan bahwa seorang pemimpin harus tetap konsisten untuk tetap mempertahankan gaya kepemimpinan dalam segala situasi. Hal ini justru akan bersifat memperburuk keadaan organisasi yang dipimpinnya. Tetapi sebaliknya, harus bersifat fleksibel, yakni menyesuaikan gayanya dengan situasi yang ada, kondisi dan individu dalam organisasi.

4. Syarat-syarat Pemimpin Ideal

Pemimpin ideal harus memiliki kelebihan dibandingkan dengan kelompok yang dipimpinnya, sekaligus ada kesadaran di dalam dirinya bahwa ia memiliki kelemahan. Misalnya, ia memiliki kelemahan dalam pekerjaan teknis, akan tetapi memiliki kelebihan dalam menggerakkan orang dan harus memiliki persyaratan atau sifat-aifat sebagai berikut:

1. Bertakwa Terhadap Tuhan Yang Maha Esa

Pemimpin menghargai manusia tidak hanya sebagaimana adanya, akan tetapi manusia sebagaimana makhluk Tuhan. Dengan demikian seorang pemimpin tidak melihat manusia dari satu sisi saja, misalnya agama, inteligensi, kondisi fisik latar belakang dan lain-lain. Penghargaan dan pengakuan bahwa manusia makhluk Tuhan amat esensial, agar pemimpin tidak bertatalaku semena-mena. Dengan berketuhanan dia tidak akan menindas, sebab alur hidup ini bersifat rotatif. Sehebat apapun dan seotoriter apapun seorang pemimpin, serta sekuat apapun dia memperdaya yang


(30)

dipimpinnya, tetap akan ditelan oleh perjalanan waktu. Sesuai dengan sila pertama Pancasila, yaitu, Ketuhanan Yang Maha Esa, berarti siapapun yang yang menjadi pemimpin di Indonesia harus percaya

2. Memiliki Inteligensi yang Tinggi

Kemampuan analisis yang tinggi adalah syarat mutlak bagi kepemimpinan yang efektif. Organisasi besar menuntut seorang pemimpin dapat berfikir secara luas, mendalam dan dapat memecahkan masalah dalam waktu yang relatif singkat. Banyak masalah oganisasi harus dipecahkan pada saat detik-detik akhir dimana masalah itu muncul. Disinilah kecerdasan atau intelegensi memegang peranan penting. Tugas pemimpin tidak hanya memecahkan masalah, akan tetapi pamimpin modern harus membantu anggota kelompok melalui perlakuan khusus, sehingga mereka dapat berkembang secara optimal.

3. Memiliki Fisik yang Kuat

4. Berpengetahuan Luas, Baik Teoritis Maupun Praktis

Kegagalan seorang pemimpin antara lain disebabkan karena rendahnya kemampuan teoritis dan ketidakmampuan bertindak secara praktis. Sebaliknya, pemimpin yang profesional perlu memiliki kedua-duanya. Dengan pengetahuan luas, tidak berarti bahwa seorang pemimpin harus lulusan universitas atau akademi. Insan akademi tidak jarang memiliki pengetahuan yang sempit secara keorganisasian, sementara itu orang yang berpendidikan rendah ada kalanya memiliki pengetahuan luas dengan kecakapan praktis yang memadai.


(31)

5. Percaya Diri

6. Dapat Menjadi Anggota Kelompok

Seorang pemimpin selalu bekerja dengan dan melalui anggota kelompoknya. Seorang pemimpin berada didalam kelompok dan bukan di luarnya. Kelompok mempercayai pimpinan sebagai bagian dari dirinya. Aktivitas pemimpin didasari atas kepentingan kelompok atau organisasi bukan karena misi pribadi yang terlepas dari sistem lain.

7. Adil dan Bijaksana

Keadilan mengandung makna kesesuaian antara hak dan kewajiban, posisi dengan tugas, dan prinsip keseimbangan lain. Bijaksana berarti bahwa seorang pemimpin harus menjangkau aspek manuasiawi individu yang dipimpin.

8. Tegas dan Berinisiatif

Tegas tidak identik dengan kaku dan keras, buka pula otoriter atau diktator. Ketegasan adalah kemampuan mengambil keputusan atas dasar keyakinan tertentu dengan didukung oleh data yang kuat. Berinisiatif berarti bahwa seorang yang menduduki posisi pimpinan mampu membuat gagasan baru, inovasi baru yang memberikan pencerminan bahwa dia mempunyai pemikiran tertentu. Berinisiatif berarti pula kemampuan memancing kreativitas pegawai berbuat dengan cara-cara sendiri.

9. Berkapasitas Membuat Keputusan

Organisasi yang baik adalah organisasi yang dapat mengambil keputusan dengan kualitas yang baik. Membuat keputusan pada intinya adalah memecahkan persoalan


(32)

keorganisasian. Pemimpin yang mempunyai kapasitas membuat keputusan akan dapat mambawa organisasinya mencapai tujuan tertentu.

10.Memiliki Kestabilan Emosi

Ciri manusia beremosi stabil adalah sabar dan tidak mengambil inisiatif dalam situasi emosional, kecuali benar-benar terpaksa. Di dalam menentukan tindakan seorang pemimpin dituntut tetap berada pada posisi sikap normal dan tahan terhadap godaan. Emosi yang stabil berarti pula sikap tidak tergesa-gesa. Pemimpin harus sabar, teliti, dan hati-hati, karena sikap dan tindakan atau keputusannya menggandung suatu konsekuensi tertentu.

11.Sehat Jasmani dan Rohani 12.Bersifat Prospektif

Organisasi beroperasi dengan memanfaatkan tiga kondisi, yaitu pengalaman masa lalu, kearifan masa kini, dan harapan masa depan. Masa depan memang tidak dapat di ramalkan secara pasti. Sifat prospektif itu di perlukan terutama untuk menghadapi suprasistem yang dinamis, seperti pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi, perubahan kondisi politik di dalam dan luar negeri, perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, kebijakan moneter, dan sebagainya.

5. Camat

a. Pengertian Camat

Sesuai UU No 32 tahun 2004, kecamatan merupakan perangkat daerah yang mempunyai wilayah kerja tertentu, dipimpin oleh seorang camat yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Kecamatan


(33)

mempunyai tugas membantu Bupati dalam peenyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan dalam wilayah kecamatan serta melaksanakan tugas pemerintahan lainnya yang tidak termasuk dalam tugas perangkat daerah atau instansi lainnya.

Berdasarkan Pasal 126 Undang-undang No 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memuat bahwa:

1. Kecamatan dibentuk di wilayah kabupaten/kota dengan peraturan daerah yang

berpedoman kepada peraturan pemerintah.

2. Kecamatan dipimpin oleh camat yang dalam tugasnya memperoleh pelimpahan

sebagai wewenang bupati/walikota untuk menangani sebagai urusan otonomi daerah.

3. Camat juga menyelenggarakan umum pemerintahan yang meliputi: a. Mengkoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat

b. Mengkoordinasikan upaya menyelenggarakan ketentraman dan ketertiban umum c. Mengkoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan perundang-undangan d. Mengkoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum

e. Mengkoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan ditingkat

kecamatan

f. Pembina penyelenggara pemerintahan desa dan atau kelurahan

g. Melaksanakan peleyanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya dan atau yang belum dapat dilaksanakan pemerintahan desa atau kelurahan


(34)

4. Camat diangkat oleh bupati/walikota atas usul sekretaris daerah kabupaten/kota dari pegawai negeri sipil yang menguasai pengetahuan tekhnis pemerintahan dan memenuhi persyaratan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

5. Camat dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh perangkat kecamatan dan

bertanggung jawab kepada bupati/walikota melalui sekretaris daerah kabupaten/kota 6. Perangkat kecamatan bertanggung jawab kepada camat

7. Pelaksanaan ketentuan ditetapkan dengan peraturan bupati walikota dengan

berpedoman pada peraturan pemerintah.

b. Tugas dan Fungsi Camat

Sesuai dengan UU nomor 32 tahun 2004, tugas dan fungsi camat adalah sebagai berikut:

a. Mengkoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat

b. Mengkoordinasikan upaa penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum c. Mengkoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan perundang-undangan d. Mengkoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum

e. Mengkoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan ditingkat

kecamatan

f. Membina penyelenggaraan pemerintahan desa atau kelurahan

g. Melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya dan atau yang belum dapat dilaksanakan pemerintahan desa atau kelurahan.


(35)

6. Efektivitas Kerja

Setiap organisasi selalu dihadapkan pada persoalan keterbatasan sumber daya, baik sumber daya manusia maupun sumber daya non manusia dalam mencapai tujuan organisasi. Interaksi antara berbagai sumberdaya tadi harus dikelola dengan baik sehingga dapat mecapai tujuan sasarannya secara efisien dan efektif. Secara sederhana efektivitas kerja dapat diartikan sebagai kemampuan melakukan sesuatu secara benar dan efektivitas sebagai kemampuan melakukan sesuatu tepat pada sasaran.

Efektivitas merupakan unsur pokok aktivitas organisasi dalam mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Bila dilihat dari aspek segi keberhasilan pencapaian tujuan, maka efektivitas adalah memfokuskan pada tingkat pencapaian terhadap tujuan organisasi. Selanjutnya ditinjau dari aspek ketepatan waktu, maka efektivitas adalah tercapainya berbagai sasaran yang telah ditentukan tepat pada waktunya dengan menggunakan sumber-sumber tertentu yang telah dialokasikan untuk melakukan berbagai kegiatan. Dari pengertian diatas terdapat empat hal yang menonjol dalam unsur efektivitas yaitu:

b. Pencapaian tujuan, yaitu suatu kegiatan dikatakan efektif apabila dapat mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya.

b. Ketepatan waktu, yaitu suatu kegiatan yang dikatakan efektif apabila penyelesaian atau tercapai tujuan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

b. Manfaat, yaitu suatu kegiatan yang dikatakan efektif apabila tujuan itu bermanfaat bagi masyarakat setempat sesuai dengan kebutuhnnya.

b. Hasil, yaitu suatu kegiatan yang dikatakan efektif apabila kegiatan tersebut mendatangkan hasil.


(36)

Berbicara tentang efektivitas kata efektif berarti terjadi sesuatu yang efektif atau akibat dari yang dikehendaki dalam suatu perbuatan. Setiap pekerjaan yang efisien tentu yang berarti yang efektif karena bila dilihat dari segi hasil, tujuan ataupunakibat yang di kehendaki dengan perbuatan yang telah tercapai bahkan secara maksimal (mutu dan jumlah), sebaliknya jika di lihat dari segi usaha setiap pekerjaan yang efektif belum tentu selalu efisien karena hasil dapat tercapai mungkin dengan penghamburan fikiran, tenaga dan waktu.

Bagi suatu organisasi konsep efektivitas selalu identik dengan konsep efisiensi, dimana suatu tujuan di katakan tercapai apabila efisiensi juga tercapai, naun sebaliknya bila bterjadi inefisiensi (pemborosan) maka efektivitas kerja tidak tercapai. Efektivitas kerja berhubungan dengan pencapaian hasil yang ingin di capai dalam suatu rencana yang telah di tentukan lebih dahulu. Efektivitas kerja merupakan suatu keadaaan yang menunjukkan tingkat keberhasilan kegiatan.

Menurut Komaruddin (1994:269), efektivitas adalah suatu keadan yang menunjukkan tingkat keberhasilan kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan lebih dahulu.

Sedangkan menurut Siagian (2000:56), efektivitas kerja adalah penyelesaian pekerjaan tepat waktu yang telah ditetapkan. Artinya apakah pelaksanaan suatu tugas dinilai baik atau tidak, terutam menjawab pertanyaan bagaiman cara melaksanakan dan berapa biaya anggaran yang dikeluarkan untuk menyelesaikan tugas tersebut.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa efektvitas kerja adalah suatu bentuk usaha yang dilaksanakanoleh para pegawaisecara bersamaterhadap


(37)

pencapaian dan pemenuhan berberapa ketentuan yang dicapai sesuai dengan standar yang berlaku dalam organisasi.

F. Defenisi Konsep

Menurut Singarimbun (1989 : 31), konsep adalah istilah atau defenisi yang digunakan untuk menggambarkan fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari sejumlah kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat penelitian. Maka, dalam hal ini penulis mengemukakan defenisi dari konsep yang dipergunakan, yaitu:

1. Fungsi Kepemimpinan

Usaha untuk mempengaruhi, memberikan wewenang dan mengarahkan para pegawainya untuk bekerja keras, memiliki semangat tinggi, memotivasi, dan memelihara kesediaan kerja sama guna mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

2. Efektivitas kerja pegawai

Efektivitas kerja adalah penyelesaian pekerjaan tepat waktu yang telah ditetapkan yang dilakukan oleh pegawaidalam sebuah organisasi. Artinya apakah pelaksanan suatu tugas di nilai baik atau tidak, sangat tergantung pada bilamana suatu tugas diselesaikan tepat pada waktunya atau tidak, dan apakah sesuai dengan yang telah ditentukan.


(38)

G. Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah unsur-unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana mengukur suatu variabel sehingga dengan pengukuran tersebut dapat diketahui indikator-indikator apa saja sebagai pendukung untuk dianalisa kedalam variabel-variabel tersebut (Singarimbun, 1989 : 46)

1. Variabel Bebas (x)

Yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah Fungsi kepemimpinan, dengan indikatornya adalah:

a. Fungsi Instruktif

1. Penjelasan mengenai cara mengerjakan perintah

2. Kemampuan pemimpin dalam menggerakkan pegawainya agar melaksanakan

perintah b. Fungsi Konsultatif

1. Merumuskan serta mengambil keputusan selalu melibatkan bawahan dalam

menyusun perencanaan program kerja c. Fungsi Partisipasi

1. Kerja sama dengan tidak mencampuri tugas pegawai lainnya

2. Selalu melibatkan seluruh pegawai dalam pelaksanaan program organisasi yang sesuia dengan tugasnya masing-masing

d. Fungsi Delegasi

1. Pelimpahan wewenang kepada bawahan dalam merumuskan dan mengambil


(39)

e Fungsi Pengendalian

1. Mengawasi bawahan dalam bekerja

. 2. Variabel Terikat (y)

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah efektivitas kerja pegawai dengan indikatornya adalah:

a. Pencapaian tujuan

Yaitu suatu kegiatan yang dikatakan efektif apabila dapat mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya.

b. Waktu yang digunakan

Yaitu penyelesaian pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan .

H. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memuat latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, defenisi konsep, defenisi operasional dan sisitematika penulisan.

BAB II METODE PENELITIAN

Bab ini memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian, populasi, dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data


(40)

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang gambaran atau karakteristik lokasi penelitian berupa sejarah singkat, serta struktur organisasi

BAB IV PENYAJIAN DATA

Bab ini memuat hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan yang dianalisis

BAB V ANALISIS DATA

Bab ini memuat pembahasan atau interprestasi dari data-data yang disajikan pada bab sebelumnya

BAB VI PENUTUP


(41)

BAB II

METODE PENELITIAN

A. Bentuk Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriftif kuantitatif. Dengan metode ini diharapkan dapat menjelaskan fenomena yang ada berdasarkan data dan informasi yang diperoleh, dengan maksud untuk mencari hubungan antara variabel independent dengan variabel dependent

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kantor Camat Kotapinang Kabupaten Labuhan

Batu Selatan

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari atas objek dan subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik untuk tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan(Sugiyono, 2005 : 90). Berdasarkan penjelasan diatas maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluuruh pegawai yang terdapatpada kantor Camat Kotapinang Kabupeten Labuhan Batu Selatan, yang berjumlah 30 orang.


(42)

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang menjadi sumber data. Selanjutnya yang menjadi sampelnya diambil berdasarkan teknik sampling jenuh, dimana sampling ini digunakan apabila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel, yang didasarkan atas adanya tujuan tertentu dan tetap berhubungan dengan permasalahan penelitian.

Untuk itu, sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua jumlah populasi yakni yang berjumlah 30 orang pegawai.

D.Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua macam data menurut klasifikasijenis dan sumbernya, yaitu:

1. Pengumpulan data primer, adalah pengumpulan data yang dilakukan secara langsung pada lokasi penelitian. Pengumpulan data primer tersebut dilakukan dengan instrumen sebagai berikut:

a. Metode angket (keusioner), yaitu pemberian daftar pertanyaan secara tertutup kepada responden.

b. Metode observasi, yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap fenomena-fenomena yang berkaitan dengan fokus penelitian.

2. Pengumpulan data sekunder, yaitu kegiatan penelitian yang dilakukan dengan cara menelaah sejumlah buku, karya ilmiah, dan dokumen/arsip yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.


(43)

E.Teknik Penentuan Skor

Melalui penyebaran angket yang berisikan beberapa pertanyaan maka ditentukan skor dari setiap jawaban sehingga menjadi data yang bersifat kuantitatif.

Adapun skor dari setiap pertanyaan yang ditentukan adalah sebagai berikut: - Untuk jawaban alternatif “a”diberi skor 5

- Untuk jawaban alternatif “b”diberi skor 4 - Untuk jawaban alternatif “c” diberi skor 3 - Untuk jawaban alternatif “d” diberi skor 2 - Untuk jawaban alternatif “e” diberi skor 1

Kemudian untuk menetukan kategori jawaban responden alternatif

jawaban apakah tergolong tinggi , sedang, sangat rendah, terlebih dahulu menentukan interval dengan cara sebagai berikut:

Skor tertinggi – skor terendah Banyak bilangan

Maka diperoleh : 5

1 5−

= 0,8

Dengan demikian dapat diketahui kategori jawaban responden untuk masing-masing variabel dan sub variabel yaitu:

a. Skor untuk kategori sangat tinggi : 4,21-5,00

b. Skor untuk kategori tinggi : 3,41-4.20

c. Skor untuk kategori sedang : 2,61-3,40

d. Skor untuk kategori rendah : 1,81-2,60


(44)

Untuk dapat memberi interprestasi terhadap kuatnya hubungan tersebut, maka dapat digunakan pedoman seperti berikut: (Sugiyono, 2005 : 214)

- Untuk interval 0,00-0,199, maka tingkat hubungan sangat rendah - Untuk interval 0,20-0,399, maka tingkat hubungan rendah

- Untuk interval 0,40-0,599, maka tingkat hubungan sangat sedang - Untuk interval 0,60-0,799, maka tingkat hubungan kuat

- Untuk interval 0,80-1,000, maka tingkat hubungan sangat kuat

F.Teknik Analisa Data

1. Koefisien Korelasi Product Moment

Teknik analisa data dalam penelitian ini menggunakan teknik kuantitatif. Adapun metode yang digunakan yaitu:

Rumus Koefisien roduct Moment (Sugiono, 2005 : 212)

rxy =

[

∑ ∑

][

∑ ∑

]

∑ ∑ ∑ − − − ) ² ( ) ² ( ² ) ( ² ( ) )( ( y y N x x N y x xy N Keterangan :

r xy = Angka indeks korelasi “r”product moment

N = Sampel

Σxy= Jumlah hasil perkalian skor x dan y

(Σx)= jumlah seluruh skor x


(45)

Untuk melihat hubungan kedua variabel tersebut maka dapat dirumuskan sebagai berikut:

1.Nilai r yang positif menunjukkan hubungan kedua variabel positif,

artinya kenaikan nilai variabel yang satu diikuti oleh variabel yang lain.

2.Nilai r yang negatif menunjukkan kedua nilai variabel negatif, artinya

menurunnya nilai variabel yang satu diikuti dengan meningkatnya nilai

variabel yang lain.

3.Nilai r yang sama dengan nol menunjukkan kedua variabel tidak

mempunyai hubungan artinya variabel yang satu tetap meskipun yang

lainnya berubah.

Untuk mengetahui adanya hubungan yang tinggi atau rendah antara kedua variabel berdasarkan nilai r (koefisien relasi), digunakan penafsiran/interprestasi angka yang dikemukakan yakni :

- Antara 0,00 s/d 0,199 : hubungan sangat rendah

- Antara 0,20 s/d 0,399 : hubungan rendah

- Antara 0,40 s/d 0,599 : hubungan sedang

- Antara 0,60 s/d 0,799 : hubungan tinggi


(46)

2.Koefisien Determinant

Teknik ini digunakan untuk mengetahui berapa persen besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Perhitungan dilakukan dengan mengkuadratkan nilai koefisien product moment (rxy)2 x 100%

KD = (rxy)2 x 100%

Keterangan

D : Koefisien Determinant


(47)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

A. Letak Geografis

Kecamatan Kotapinang merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Kabupaten labuhanbatu selatan ini dibentuk berdasarkan UU No 22 tahun 2008 yang merupakan pemekaran dari kabupaten Labuhanbatu. Luas wilayah Kecamatan Kotapinang adalah 48.240 Ha, yang terdiri dari 1 kelurahan yaitu Kelurahan Kotapinang. Kecamatan Kotapinang berbatasan dengan:

- sebelah utara : berbatasan dengan Kecamatan Kampung Rakyat

- sebelah timur : berbatasan dengan Kecamatan Torgamba

- sebelah selatan : berbatasan dengan Sei Kanan

- sebelah barat : berbatasan dengan Kecamatan Silangkitang

B. Penduduk

Jumlah penduduk di Kecamatan Kotapinang adalah 49.013 jiwa yang terdiri dari laki-laki berjumlah 24.388 jiwa, dan perempuan berjumlah 24.625 jiwa.

sementara jumlah penduduk menurut kepala keluarga adalah 10.194 kepala keluarga. Mata pencaharian penduduk Kecamatan Kotapinang pada umumnya adalah sebagai pedagang dan petani.


(48)

C. Struktur Organisasi Kecamatan Kotapinang 1. Camat

Tugas pokok Camat adalah membantu Bupati dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan kehidupan masyarakat berdasarkan kewenangan yang dilimpahkan oleh Bupati.

Fungsi Tugas pokok Camat adalah sebagai berikut:

1. Pelaksanaan pelimpahan sebagai kewenangan pemerintahan dari Kabupaten; 2. Pelayanan penyelenggaraan pemerintahan kecamatan;

3. Mengkoordinasikan kegiatan penyelenggaraan pelayanan lintas Kelurahan/Desa;

4. Penyiapan data informasi Kecamatan; 5. Penyelenggaraan urusan ketatausahaan;

6. Pembinaan ketentraman dan ketertiban Kecamatan;

7. Pembinaan pembangunan yang meliputi pembinaan perekonomian, produksi dan distribusi serta pembinaan sosial;

8. Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas-tugas dinas/instansi yang ada di Kecamatan.


(49)

2. Sekretaris Camat

Tugas pokok sekretaris Camat adalah menyusun program dan

penyelenggaraan pelayanan teknis administrasi kepada semua unsur dilingkungan organisasi Kecamatan yang meliputi urusan tata usaha, rumah tangga, keprotokolan, perjalanan dinas, perlengkapan, keuangan, kepegawaian, urusan hukum dan

organisasi tatalaksana.

Uraian tugas sekretaris Camat adalah sebagai berikut:

1. Penyusunan rencana program, jadwal kegiatan sesuai dengan bidang tugasnya dengan berpedoman kepada petunjuk yang diberikan oleh Camat 2. Melakukan koordinasi dengan seluruh instansi/unit kerja yang terkait

melalui rapat atau pertemuan untuk kelancaran pelaksanaan tugas sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh Camat;

3. Penyelenggaraan pelayanan tata usaha yang meliputi naskah dinas, urusan rumah tangga, keprotokolan, perjalanan dinas, perlengkapan, administrasi kepegawaian dan keuangan;

4. Melaksanakan pengurusan surat masuk, yang meliputi pengambilan, pengiriman, pengaturan, pencatatan dan pengarahan surat serta pngurusan surat keluar yang meliputi penomoran, pencatatan, penyimpanan dan pengiriman;

5. Mengolah dan menganalisis data untuk menyusun rencana kebutuhan barang;


(50)

6. Melakukan penyusunan anggaran serta penatausahaan dan menyusun

rencana diberikan oleh Camat dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

7. Melakukan penerimaan dan pemerikasaan fisik serta dokumen barang yang pengadaannya dibiayai dari APBD;

8. Melakukan pengaturan penggunaan dan perawatan kantor, peralatan kantor, kenderaan dinas dan rumah dinas;

9. Melakukan pengaturan rapat-rapat dinas;

10.Menyiapkan dan memproses urusan kepegawaian meliputi rencana kebutuhan pegawai, formasi, mutasi, cuti dan pensiun serta rencana pengembangan dan pendidikan dan latihan, ujian dinas, promosi penghargaan dan tanda jasa;

11.Mengolah dan menyajikan data kepegawaian serta menyusun Daftar Urut Kepegawaian (DUK) Dan Buku Induk Pegawai;

12.Menyiapkan dan memproses usul dan pengurusan kartu ASKES, kartu pegawai, kartu istri dan kartu suami;

13.Menyiapkan, menghimpun dan melakukan evaluasi daftar hadir pegawai dan daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan (DP-3) Pegawai Negeri Sipil

14.Menyiapkan bahan informasi dan hubungan masyarakat serta kerja sama kelembagaan baik pemerintah maupun swasta;

15.Melakukan tugas lain yang diperintahkan atasan sesuai dengan bidang tugasnya.


(51)

3. Seksi Pemerintahan

Uraian tugas seksi pemerintahan:

1. Menyusun rencana program dibidang pemerintahan yang meliputi urusan umum pemerintahan dan pembinaan pemerintahan di Kecamatan, urusan kependudukan dan catatan sipil, urusan keagrariaan, pembinaan

pemerintahan Kelurahan Desa dan lintas Kelurahan/Desa dengan

berpedoman pada rencana kegiatan Camat, petunjuk dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

2. Melakukan pengendalian dan pengevalusian penyelenggaraan pemerintahan; 3. Melakukan pembinaan administrasi kependudukan dan catatan sipil;

4. Melaksanakan sebagian tugas penyelenggaraan dan pembinan keagrariaan sesuai dengan petunjuk Camat dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

5. Melaksankan sebagian tugas penyelenggaraan dan pembinaan administrasi Kelurahan dan Desa sesuai dengan petunjuk Camat dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

6. Melakukan kegiatan-kegiatan dalam angka usaha menetapkan koordinasi pelaksanaan pemerintahan dengan instansi-instansi lain;

7. Melaksankan tugas lain yang diperintahkan atasan sesuai dengan bidang tugasnya.


(52)

4. Seksi Ketentraman dan Ketertiban

Uraian tugas seksi pemerintahan dan ketertiban:

1. Menyusun rencana program dibidang ketentraman dan ketertiban wilayah, pembinaan ideologi, dan hak azasi manusia, serta pembinaan polisi pamong praja dan perlindungan masyarakat;

2. Melaksanakan penyelenggaraan ketertiban umum di Kecamatan dengan berkoordinasi dengan instansi terkait;

3. Melaksanakan bahan penyusunan program penyiapan pembinaan ideologi, membantu kelancaran pelaksanaan pemilu, kesatuan bangsa, organisasi sosial politik dan organisasi sosial masyarakat, hak azasi manusia, kesatuan bangsa dan perlindungan masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

4. Menyelenggarakan mengolah data dan informasi, menyusun rencana kegiatan operasional dalam rangka pelaksanaan pengamanan peraturan perundang-undangan baik yang diterbitkan oleh pemerintah pusat, daerah dan peraturan Perundang-undangan lainnya dengan berkoordinasi dengan instansi terkait;

5. Menyusun laporan tentang pelaksanaan tugas seksi ketentraman dan ketertiban;

6. Melakukan penertiban, menindak terhadap anggota mayarakat yang tidak mematuhi Peraturan Daerah dan keputusan Bupati serta Keputusan Camat dengan berkoordinasi dengan instansi terkait;


(53)

7. Melakukan tindakan preventif atas terjadinya pelanggaran trantib oleh masyarakat;

8. Melaksanakan tugas lain yang diperintahkan atasan sesuai dengan bidang tugasnya;

5. Seksi Pembangunan Masyarakat Desa/Kelurahan

Uraian tugas Seksi pembangunan Masyarakat Desa/Kelurahan:

1. Membuat rencana kerja atau jadwal kegiatan yang berhubungan dengan pembangunan, perekonomian, produksi, prasarana dan sarana fisik sesuai

dengan

ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

2. Mendata dan mengolah informasi yang berhubungan dengan perekonomian, Produksi, sarana dan prasarana fisik;

3. Melaksanakan pendidikan dan latihan ketrampilan bagi masyarakat Desa/Kelurahan dibidang perekonomian dan produksi;

4. Melakukan kegiatan dalam rangka koordinasi pelaksanaan pembangunan, pengendalian dan evaluasi pelaksanaan pembangunan Desa/Kelurahan;

5. Melakukan rencana kegiatan pengembangan dibidang pariwisata, pertambangan, lingkungan hidup, kehutanan dsb;


(54)

pelaksanaan bantuan pembangunan baik dari APBD Kabupaten, Propinsi,

APBN, Bantuan Luar Negeri maupun bantuan lainnya;

7. Memberikan petunjuk-petunjuk kepada masyarakat Desa/ Kelurahan untuk melaksanakan gotong royong, penataan pemukiman dan keindahan

kecamatan, Desa/Kelurahan;

8. Melakukan usaha-usaha untuk pembangunan listrik-listrik ditingkat Desa;

9. Melakukan pembinan terhadap lembaga-lembaga perekonomian

Desa/Kelurahan termasuk perkoperasian;

10.Melaksanakan tugas lain yang diperintahkan atasan sesuai dengan bidang tugas.

6. Seksi Kesejahteraan Sosial

Uraian tugas Seksi Kesejahteraan Sosial:

1. Membuat rencana kerja atau jadwal kegiatan yang berhubungan dengan pembinaan sosial yang meliputi pelayanan dan bantuan sosial, kepemudaan,

pemberdayaan perempuan, olah raga, pembinaan kehidupan beragama,

kesehatan masyarakat, sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-


(55)

2. Mempersiapkan penyusunan program pembinaan, pengendalian terhadap penderita cacat, tuna karya, tuna wisma, panti asuhan, pengungsi dll; 3. Mempersiapkan bahan-bahan kegiatan dalam rangka pencegahan dan

pertolongan kepada bencana alam;

4. Mempersiapkan bahan dan petnjuk teknis dalam rangka pemberian rekomendasi/pemberian ijin keramaian, pasar malam, hiburan rakyat dll; 5. Menyelenggarakan kegiatan kesejahteraan sosial yang meliputi pembinaan

pelayanan dan bantuan sosial, kepemudaan, pemberdayaan perempuan, pembinaan kehidupan beragama, pendidikan dan kebudayaan, kesehatan masyarakat;

6. Melaksanakan pendidikan dan latihan keterampilan bagi masyarakat Desa/ Kelurahan dibidang kesejahteraan rakyat;

7. Menyelenggarakan kegiatan berhubungan dengan bidang mental spritual; 8. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan umum yang meliputi bantuan keada

masyarakat kurang mampu;

9. Melaksanakan tugas lain yang diperintahkan atasan sesuai dengan bidang tugasnya.


(56)

BAB IV

PENYAJIAN DATA

Pada bab ini dibahas tentang penyajian data yang diperoleh dari jawaban responden pada kuesioner yang disebarkan, yaitu kepada pegawai Kantor Camat Kotapinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Dengan tujuan, untuk mengetahui hubungan fungsi kepemimpinan camat dengan efektivitas kerja pegawai pada kantor Camat Kotapinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan.

A. Identitas Responden

1. Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Hasil kuesioner penelitian yang peneliti peroleh adalah bahwa pegawai pada Kantor Camat Kotapinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan adalah di dominasi oleh pegawai laki-laki dari pada pegawai perempuan. Hasil distribusi kuesioner yang dilakukan adalah sebagai berikut:

Tabel 1: Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin

No Jenis kelamin Frekuensi Persentase

1 Laki-laki 16 53,3

2 Perempuan 14 46,7


(57)

Sumber Data: Kuesioner Penelitian tahun 2009

Berdasarkan tabel 1 di atas, dapat dilihat bahwa dari seluruh responden yang berjumlah 30 orang, ditemukan bahwa pegawai laki-laki terdiri dari 16 orang (53,3%), sedangkan pegawai perempuan terdiri dari 14 orang (46,7%). Jadi dapat disimpulkan bahwa pegawai yang ada di Kantor Camat Kotapinang lebih banyak yang berjenis kelamin laki-laki dari pada yang berjenis perempuan.

2. Identitas Responden berdasarkan Usia

Salah satu faktor penentu produktifitas atau tidaknya seseorang didalam mengerjakan pekerjaannya dapat dilihat dari batas usia yang dimilikinya. Seperti yang kita ketahui tingkat produktifitas usia seseorang berkisar antara 20-50 tahun. Sedangkan usia 50 tahun keatas dapat dikategorikan kedalam usia non produktif. Dari hasil kuesioner yang telah peneliti lakukan usia pegawai pada Kantor Camat Kotapinang dapat dijabarkan pada tabel berikut ini.

Tabel 2: Distribusi Responden Menurut Usia

No Usia Frekuensi Persentase

1 21-27 tahun 7 23,3

2 28-34 tahun 5 16,7

3 35-41 tahun 6 20


(58)

5 49-55 tahun 6 20

Jumlah 30 100

Sumber Data: Kuesioner Penelitian tahun 2009

Berdasarkan tabel 2 di atas dapat kita ketahui bahwa jumlah pegawai yang lebih mendominasi adalah pegawai yang memiliki usia 21-27 tahun yaitu berjumlah 7 orang (23,3%), sedangkan yang memiliki usia 35-41 tahun berjumlah 6 orang (20%). Kemudian yang berusia 42-48 tahun berjumlah 6 orang (20%) dan yang berusia 49-55 tahun berjumlah 6 orang (20%). Dan sisanya yang memiliki usia 28-34 tahun ada 5 orang (16,7%).

3. Identitas Responden Berdasarkan Lama Waktu Kerja

Hasil kuesioner yang peneliti dapatkan adalah, bahwa dari 30 orang responden dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa frekuensi yang lebih dominan berada pada kategori lama bekerja 1-5 tahun yaitu berkisar 15 orang. Hasil tersebut akan disajikan pada tabel berikut:

Tabel 3: Distribusi Responden Menurut Masa Kerja

No Masa kerja Frekuensi Persentase

1 1-5 Tahun 15 50

2 6-10 Tahun 1 3,33


(59)

4 16-20 Tahun 12 40

Jumlah 30 100

Sumber Data: Kuesioner Penelitian tahun 2009

Masa kerja pegawai di Kantor Camat Kotapinang mayoritas memiliki masa kerja antara 1-5 tahun yang berjumlah 15 orang (50%). Kemudian ada 12 orang (40%) yang memiliki masa kerja 16-20 tahun. Dan masa kerja 11-15 tahun ada 2 orang (6,67%). Dan sisanya 1 orang (10%) yang memiliki masa kerja 6-10 tahun (3,33%).

4. Identitas Responden Berdasarkan Pangkat/Golongan

Dari hasil kuesioner yang peneliti temukan adalah Golongan jabatan yang paling mendominasi adalah Golongan IIIA-IIID.

Tabel 4: Distribusi Responden Berdasarkan Pangkat/Golongan

No Golongan Frekuensi Persentase

1 I 10 33,3

2 II 2 6,7

3 III 18 60

4 IV - -

Jumlah 30 100


(60)

Dilihat dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pegawai yang mendominasi adalah pegawai yang memiliki pangkat/golongan III/A-III/D adalah sebanyak 18 orang (60%), sedangkan golongan I/A-I/D terdiri dari 10 orang (33,3%), Dan pegawai yang memiliki golongan IIA-IID hanya 2 orang (6,7%). Namun yang memiliki golongan IVA-IVD tidak ada.

5. Identitas Responden Berdasarkan pendidikan Terakhir

Tingkat pendidikan pegawai pada Kantor Camat Kotapinang terdiri dari 5 jenis pendidikan terakhir yaitu: SMP, SMU, Sarjana muda, Sarjana (S1), dan Pasca sarjana. Dari data yang diperoleh pegawai yang tingkat pendidikan terakhirnya lebih banyak adalah sarjana(SI).

Tabel 5: Distribusi Responden Menurut Pendidikan Terakhir

No Pendidikan Terakhir Frekuensi Persentase

1 SMP - -

2 SMU 9 30

3 Sarjana Muda 7 23,3

4 Sarjana (SI) 14 46,7

5 Pasca Sarjana (S2) - -

Jumlah 30 100


(61)

Dari tabel 5 di atas, dapat dilihat bahwa pegawai yang ada di Kantor Camat Kotapinang lebih banyak yang berasal dari tamatan Sarjana (S1) sebanyak 14 orang (46,7%). Kemudian untuk latar belakang pendidikan SMU sebanyak 9 orang (30%). Sementara untuk pegawai dengan latar belakang Sarjana Muda ada 7 orang (23,3%). Dan untuk pendidikan dengan latar belakang SMP sama sekali tidak ada.

B. Variabel Jawaban Responden

Penelitian ini menggunakan 2 variabel yang terdiri dari variabel bebas yaitu Fungsi Kepemimpinan (X) dan variabel terikat yaitu Efektivitas Kerja Pegawai(Y). Variabel (X) terdiri dari 9 pertanyaan dan Variabel Terikat (Y) terdiri dari 10 pertanyaan.

1) Fungsi Kepemimpinan (X)

Untuk mengukur variabel Fungsi Kepemimpinan, digunakan 9 pertanyaan yang diperoleh dari indikator-indikator yang telah ditentukan. Pada setiap pertanyaan diberikan 5 alternatif jawaban, dan kepada responden diminta untuk memilih salah satu dari kelima alternatif jawaban tersebut. Berdasarkan jawaban responden dari kuesioner yang disebarkan yang berisi pertanyaan variabel X (Fungsi Kepemimpinan), maka hasil yang diperoleh dari penelitian akan dijabarkan dalam variabel dan tabel sebagai berikut:

a. Fungsi Instruktif

Pemimpin yang baik, adalah pemimpin yang mampu memberikan pengaruh dalam segala aspek untuk mempengaruhi para bawahannya. Salah satu fungsi yang harus di jalankan adalah memberikan petunjuk dan arahan kepada bawahannya tentang penjelasan tugas, memberikan perintah tentang bagaimana mengerjakan tugas tersebut.


(62)

Berikut ini akan disajikan hasil penelitian yang telah diperoleh selama penelitian, secara khusus yang berkaitan dengan bagaimana pemimpin dalam mensosialisasikan tugas yang harus dikerjakan dan juga bagaimana pengerjaan tugas tersebut.

Tabel 6: Distribusi jawaban responden tentang frekuensi pimpinan dalam

memberikan penjelasan tugas kepada bawahan

No Uraian Frekuensi Persentase

1 Selalu - -

2 Sering 15 50

3 Kadang-kadang 9 30

4 Jarang 6 20

5 Tidak pernah - -

Jumlah 30 100

Sumber Data: Kuesioner Penelitian tahun 2009

Dari tabel 6 di atas, dapat dilihat bahwa responden yang menyatakan camat sering memberikan penjelasan mengenai tugas yang akan di laksanakan berjumlah 15 orang (50%). Dan yang menyatakan kadang-kadang ada 9 orang (30%). Kemudian yang menyatakan jarang berjumlah 6 orang (20%). Sedangkan untuk kategori jawaban selalu dan tidak pernah tidak ada resonden yang memilih. Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa camat dalam memberikan tugas kepada pegawainya sering


(63)

kerjakan. Memberikan penjelasan sebelum pegawai mengerjakan tugasnya dapat mengefektifkan kerja pegawainya, karena dengan begitu pegawai dapat mengetahui betul apa-apa saja yang harus dilakukan.

Tabel 7: Distribusi jawaban responden mengenai perintah yang dijalankan

oleh pegawai

No Uraian Frekuensi Persentase

1 Selalu menjalankan perintah 15 50

2 Sering menjalankan perintah 10 33,3

3 Kadang-kadang menjalankan

perintah

5 16,7

4 Jarang menjalankan perintah - -

5 Tidak pernah menjalankan

perintah

- -

Jumlah 30 100

Sumber Data: Kuesioner Penelitian tahun 2009

Dari tabel 7 di atas, dapat dilihat bahwa pegawai yang selalu menjalankan perintah yang diberikan oleh camat ada 15 orang (50%). Selanjutnya 10 orang (33,3%) yang menyatakan jawaban sering. Sedangkan sisanya 5 orang (16,7%) yang menyatakan jawaban kadang-kadang. Untuk kategori jawaban jarang dan tidak pernah tidak satu pun respon yang memilih. Dapat disimpulkan bahwa pegawai selalu menjalankan perintah yang diberikan oleh pimpinan. Hal ini menunjukkan bahwa pemimpin sudah


(64)

menjalankan fungsi kepemimpinannya dengan baik. Dengan demikian tugas yang diberikan kepada pegawai penyelesaiannya selalu tepat waktu yang ditentukan.

b. Fungsi Konsultatif

Konsultasi dengan bawahan merupakan salah satu strategi yang dimiliki pimpinan untuk mengetahui bahkan mengorek kapasitas maupun potensi yang ada dalam diri bawahannya. Dengan demikian sebagai seorang pemimpin, Ia harus mampu berkonsultasi dengan baewahannya. Dalam penelitian ini, ada dua item pertanyaan yang peneliti berikan kepada responden dalam hal mengetahui sejauh mana pemimpin menjalankan fungsi konsultatif di tempat penelitian, adapun pertanyaan tersebut mengacu kepada, keikutsertaan pegawai dalam merumuskan dan mengambil keputusan untuk menyusun rencana program kerja dan bagaiman pemipmpin memberikan arahan dan petunjuk ketika pegawai dihadapkan pada persoalan pekerjaan.

Tabel 8: Distribusi jawaban responden mengenai kemampuan camat

mengikut sertakan pegawai dalam mengambil keputusanuntuk

menyusun program kerja

No Uraian Frekuensi Persentase

1 Selalu 9 30

2 Sering 6 20


(65)

4 Jarang 5 16,7

5 Tidak pernah - -

Jumlah 30 orang 100

Sumber Data: Kuesioner Penelitian tahun 2009

Dari tabel 8 di atas, dapat dilihat bahwa responden yang menyatakan kadang-kadang camat mengikut sertakan pegawai dalam mengambil keputusan untuk menyusun program kerja ada 10 orang (33,3 %). Kemudian responden yang menjawab pada kategori jawaban selalu ada 9 orang dengan besar persentase (30 %). Sedangkan yang menjawab sering ada 6 responden (20 %). Selebihnya berjumlah 5 orang (16,7 %) yang menyatakan camat jarang mengikut sertakan pegawainya dalam menyusun program kerja. Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa camat masih belum maksimal dalam hal mengajak para bawahannya untuk bekerja sama dalam menyusun program kerja demi tercapainya tujuan organisasi yang telah ditentukan. Dengan mengikut sertakan pegawai dalam menyusun program kerja diharapkan akan dapat memberikan masukan-masukan yang berarti demi tercapainya tujuan organisasi yang telah ditentukan.


(66)

Tabel 9: Distribusi jawaban responden mengenai kemampuan yang dimiliki

pimpinan dalam memberikan arahan dan petunjuk, pada saat

pegawai diperhadapkan pada persoalan pekerjaan

No Uraian Frekuensi Persentase

1 Selalu memberikan arahan 9 30

2 Sering memberikan arahan 11 36,7

3 Kadang-kadang memberikan

arahan

6 20

4 Jarang memberikan arahan 4 13,3

5 Tidak pernah memberikan

arahan

- -

Jumlah 30 100

Sumber Data: Kuesioner Penelitian tahun 2009

Dari tabel 9 di atas, dapat dilihat bahwa ada 11 orang responden (36,7%) yang mengatakan bahwa camat selalu memberikan arahan dan petunjuk ketika pegawai dihadapkan pada persoalan pekerjaan. Sedangkan pegawai yang memberikan jawaban pada kategori selalu berjumlah 9 orang (30 %). sedangkan responden yang menyatakan kadang-kadang camat memberikan arahan dan petunjuk ketika para pegawai dihadapkan pada persoalan pekerjaan ada 6 orang (20 %). Selain pegawai yang menyatakan sering, selalu, ada juga responden yang menjawab bahwa pemimpin jarang memberikan arahan yaitu sejumlah 4 orang (13,3%). Pernyataan tersebut menunjukkan


(67)

bahwa pemimpin atau camat sudah cukup baik dalam mengerjakan fungsi konsultatifnya.

c. Fungsi Partisipasi

Pemimpin yang baik bukanlah pemimpin yang hanya mampu memberikan isntruksi dan juga mampu berkonsultasi dengan bawahannya. Namun ia harus turut berpartisipasi untuk mendorong dan memotivasi semangat para bawahannya dalam mengerjakan tugas dan bagiannya.

Tabel 10:Distribusi jawaban responden mengenai tingkat kemampuan

pimpinan dalam meningkatkan kerjasama diantara bawahan dan

menyarankan agar tidak mencampuri urusan pegawai lainnya.

No Uraian Frekuensi Persentase

1 Selalu berusaha meningkatkan

kerja sama

9 30

2 Sering meningkatkan kerja

sama

11 36,7

3 Kadang-kadang meningkatkan

kerja sama

6 20

4 Jarang meningkatkan kerja

sama

4 13,3

5 Tidak pernah meningkatkan

kerja sama

- -

Jumlah 30 100


(1)

hubungan antara variabel X dengan variabel Y) digunakan rumus koefisien korelasi product moment yaitu:

rxy =

[

∑ ∑

][

∑ ∑

]

∑ ∑ ∑ ² ) ( ) ² ( ² ) ( ² ( ) )( ( y y N x x N y x xy N

Sesuai dengan data yang diperoleh melalui penyebaran kuesioner dalam proses penelitian, maka diperoleh hasilnya sebagai berikut:

N = 30

ΣX = 1069

ΣY = 1228

ΣX2 = 38325 ΣY2

[

∑ ∑

][

∑ ∑

]

∑ ∑ ∑ ² ) ( ) ² ( ² ) ( ² ( ) )( ( y y N x x N y x xy N = 50684

ΣXY = 43851

Kemudian hasil tersebut dimasukkan ke dalam rumus Korelasi Pearson Product Moment, maka didapatkan hasil sebagai berikut:

rxy =

rxy =

[

(30.38325-∑ ∑(1069)²

][

30.50684)∑ ∑- (1228)²

]

28) (1069).(12 -30.43851 rxy = 1507984) -1520520 ).( 1142761 -(1149750 1312732 -1315530


(2)

rxy =

6989.12536 2798

rxy =

9360,2405 2798

rxy = 0,298

Dari hasil perhitungan yang menggunakan rumus koefisien korelasi product moment, antara Hubungan Fungsi Kepemimpinan Camat dengan Efektivitas Kerja Pegawai pada Kantor Camat Kotapinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan, maka didapat hasil koefisien korelasi sebesar 0,298. Maka hubungan antara fungsi kepemimpinan dengan efektivitas kerja pegawai termasuk kategori rendah karena terletak pada 0,20-0,399.

4. Koefisien Determinant

Selanjutnya untuk mengetahui besar pengaruh yang ditimbulkan oleh variabel (X) dan variabel terikat (Y) digunakan koefisien determinasi. Rumus yang digunakan untuk menentukan koefisien determinasi tersebut sebagai berikut:

D = (rxy)2x 100%

Maka diperoleh:


(3)

= 0, 088804 x 100%

= 8,89%

Peranan yang ditentukan oleh variabel bebas ( Fungsi Kepemimpinan Camat) terhadap variabel terikat (Efektivitas Kerja Pegawai) adalah sebesar 8,89%. Artinya sebesar 91,11 disebabkan oleh faktor lain-lain.

Berdasarkan hasil analisa diatas bahwa Fungsi Kepemimpinan Camat terhadap Efektivitas Kerja Pegawai memiliki hubungan sebesar 8,89% dan juga faktor lain-lain (91,11%) yang tidak terdapat dalam penelitian ini.


(4)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada Kantor Camat Kotapinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Fungsi kepemimpinan camat pada Kantor Camat Kotapinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan sudah cukup berjalan atau terlaksana dengan baik.. Artinya hal-hal yang berhubungan dengan penjelasan tugas yang akan dikerjakan, pemberian arahan manakala pegawai dihadapkan pada persoalan pekerjaan, keikut sertaan pimpinan dalam pelaksanaan organisasi, pelimpahan wewenang pekerjaan serta pengawasan yang sudah terlaksana dengan cukup baik. Hal tersebut dapat dilihat dari seluruh jawaban responden selama melakukan penelitian melalui penyebaran angket kuesioner, didapat bahwa fungsi kepemimpinan pada Kantor Camat Kotapinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan termasuk dalam kategori tinggi dengan hasil akhir diperoleh 3,56.

2. Efektivitas kerja pegawai pada Kantor Camat Kotapinang sudah cukup baik. Hal ini dapat terlihat dari jawaban responden mengenai efektivitas kerja pegawai yang terdiri dari pencapaian tujuan dan waktu yang digunakan melalui penyebaran angket kuesioner, maka hasilnya di dapat bahwa efektivitas kerja pegawai berada pada kategori tinggi dengan hasil akhir 4,09.


(5)

3. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara fungsi kepemimpinan

dengan efektivitas kerja pegawai pada Kantor Camat Kotapinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Hal tersebut dibuktikan melalui analisa korelasi sederhana atau X dan Y yang menghasilkan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,298 dan nilai koefisien determinant (D) sebesar 8,89%. Keadaan ini menunjukkan bahwa fungsi kepemimpinan memberikan kontribusi sebesar 8,89% yang artinya 91,11 disebabkan oleh faktor lain-lain yang tidak terdapat dalam penelitian ini. Dengan demikian terbukti bahwa fungsi kepemimpinan mampu menunjang efektivitas kerja pegawai di Kantor Camat Kotapinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan

B. Saran

Dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan, maka penulis menyarankan pada Kantor Camat Kotapinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan sebagai berikut:

1. hubungan antara unit kerja sebaiknya tetap ditingkatkan lagi guna menunjang efektivitas kerja pegawai tetap optimal

2. hubungan antara pegawai dalam kerangka kerja pekerjaan sebaiknya lebih diperhatikan lagi

3. dalam hal pemberian batas waktu pekerjaan, dan beban pekerjaan sebaiknya diusahakan agar sesuai dengan kemampuan pegawai.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Danim, Sudarwan. 2004. Motivasi, kepemimpinan dan efektivitas kelompok. PT Rineka Cipta: Jakarta

Darmadi, Z. Bambang. 2005 .Kepemimpinan,Manajemen dan Bisnis. Amara Books;Yogyakarta.

Gipson. 1995. Organisasi: Prilaku,Stuktur,dan Proses .Erlangga : jakarta.

Kartini, kartono. 2005. Pemimpin dan Kepemimpinan, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Komaruddin. 1994. Ensiklopedia Manajemen. Bumi Aksara : jakarta Thoha Miftah. 2007. Organisasi konsep dan aplikasinya, Jakarta :PT.Raja Grafindo Persada

Nawawi,Hadari. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia . Gajah Mada University Press: Yogyakarta

Rivai, Veitsal. 2005. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Raja Grafindo Persada: Jakarta

Siagian, S. P. 1994. Teori dan Praktek Kepemimpinan . PT Rineka Cipta : jakarta. Sigit, Suhardi . 2003 Prilaku Organisasional . BPFE UST : Yogyakarta.

Singarimbun, Masri . 1989. Metode penelitian Survey . LP3ES:Yogyakarta. Sudjana . 2002 . Metode statistik . Tarsito : bandung

Sugiyono .2002 .Metode Penelitian Administrasi . Alfabeta: Bandung. Winardi .2000. Kepemimpinan dalam manajemen. PT Rineka Cipta :Jakarta Yukl Gary, 1998. Kepemimpinan dalam organisasi. Prenhallindo :Jakarta