Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Defenisi Konsep

Untuk mencapai efektivitas kerja yang diinginkan, camat Kotapinang harus dapat menjalankan peran dan tugasnya dengan baik dan diharapkan adanya hubungan komunikasi yang baik antara pemimpin dengan bawahannya sehingga para pegawai dapat bekerja dengan sebaik-baiknya. Camat dan para pegawainya harus saling bekerja sama dalam usaha pencapaian tujuan tesebut. Oleh sebab itu dalam kesempatan ini penulis mengupayakan suatu kajian ilmiah dalam judul penelitian sebagai berikut “ Hubungan Fungsi Kepemimpinan Camat Dengan Efektivitas Kerja Pegawai Studi Pada Kantor Camat Kotapinag Kabupaten Labuhanbatu Selatan ”.

B. Perumusan Masalah

Untuk dapat mempermudah penelitian ini nantinya dan agar penelitian ini memiliki arah yang jelas dalam menginterprestasikan fakta dan data kedalam penulisan skripsi, maka terlebih dahulu dirumuskan permasalahan yang akan diteliti. Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dijelaskan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah Fungsi Kepemimpinan Camat mempunyai hubungan Dengan Efektivitas Kerja Pegawai Pada Kantor Camat Kotapinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan”.

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui bagaimana fungsi kepemimpinan Camat pada Kantor Camat Kotapinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan Universitas Sumatera Utara 2. Untuk mengetahui bagaimana efektivitas kerja pegawai pada Kantor Camat Kotapinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan 3. Untuk mengetahui apakah Fungsi Kepemimpinan Camat mempunyai hubungan dengan efektivitas kerja pegawai pada Kantor Camat Kotapinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan.

D. Manfaat Penelitian

Disamping tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini, maka suatu penelitian harus memiliki manfaat. Adapun manfaat yang hendak dicapai oleh penulis melalui penelitian ini adalah: 1. Bagi penulis khususnya, penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan menulis karya ilmiah, terutama dalam menganalisa permasalahan yang terjadi di masyarakat yang ada kaitannya dengan teori akademis. 2. Bagi instansi terkait, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan yang berguna dalam meningkatkan efektivitas kerja pegawai bagi instansi itu sendiri. 3. Bagi Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, penelitian ini bermanfaat untuk memperkaya ragam penelitian mahasiswa dan sebagai sumbangan pemikiran yang berguna untuk penelitian selanjutnya. Universitas Sumatera Utara

E. Kerangka Teori 1. Kepemimpinan

Kepemimpinan berasal dari kata pemimpin, yang berarti seorang pribadi yang memiliki kacakapan dan kelebihan, khususnya kecakapan dan kelebihan di satu bidang sehingga dia mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas demi tercapainya suatu maksud dan tujuan. Kartono, 2005:76. Jadi kepemimpinan itu adalah seorang yang mempunyai kelebihan sehingga ia memiliki kekuasaan dan kewibawaan untuk mengarahkan dan membimbing bawahannya. Pada dasarnya kepemimpinan mengacu pada suatu proses untuk menggerakkan sekelompok orang menuju kesuatu tujuan yang telah ditetapkan atau disepakati bersama dengan mendorong atau memotivasi para pegawai untuk bertindak dengan cara tidak memaksa. Dengan kemampuannya seorang pemimpin yang baik harus mampu menggerakkan orang yang dipimpinnya menuju ke tujuan jangka panjang dan betul- betul merupakan upaya untuk memenuhi kepentingan organisasi. Dengan demikian kepemimpinan dapat dikatakan sebagai proses untuk mempengaruhi orang lain. Rivai, 2004:64. Menurut Nawawi 2005, kepemimpinan adalah proses mengarahkan, membimbing, mempengaruhi atau mengawasi fikiran, perasaan, tindakan dan tingkah laku orang yang dipimpinnya. Sedangkan menurut Sunarto 2005:53, kepemimpinan adalah proses memberi inspirasi kepada semua pegawai agar bekerja dengan sebaik-baiknya untuk mencapai hasil yang diharapkan. Universitas Sumatera Utara Pengertian kepemimpinan yang lain adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain, dalam hal ini para bawahannya sehingga orang tersebut maumelakukan apa yang diperintahkan pemimpin. Winardi, 2002:62 Keberhasilan seorang pemimpin banyak tergantung dari keberhasilannya dalam kegiatan komunikasi. Seorang tidak mungkin menjadi pemimpin tanpa mempunyai pengikut. Akan tetapi tidak mungkin pemimpin dapat menaiki anak tangga kepamimpinannya tanpa kemampuan membina hubungan komunikatif dengan pengikutnya.

2. Fungsi Kepemimpinan

Menurut Rivai 2004:53 fungsi adalah jabatan pekerjaan yang dilakukan atau kegunaan sesuatu hal atau kerja suatu bagian tubuh. Kepemimpinan merupakan relasi dan pengaruh antara pimpinan dan yang dipimpin. Kepemimpinan tersebut muncul dan berkembang sebagai hasil dari interaksi antara pemimpin dan individu-individu yang dipimpin. Kepemimpinan dapat berfungsi atas dasar kekuasaan pemimpin untuk mengajak, mempengaruhi, dan menggerakkan orang lain guna melakukan sesuatu, demi pencapaian tujuan tertentu. Dengan begitu pemimpin tersebut ada bila terdapat kelompok atau organisasi. Maka keberadaan pemimpin itu selalu ada ditengah-tengah kelompoknya bawahan. Kartono 2005:6 Dalam upaya mewujudkan kepemimpinan yang efektif, maka kepemimpinan tersebut harus di jalankan sesuai dengan fungsinya. Sehubungan dengan hal tersebut, menurut Hadari Nawawi 2004:74, fungsi kepemimpinan berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan kelompok masing-masing yang mengisyaratkan Universitas Sumatera Utara bahwa setiap pemimpin berada di dalam bukan di luar situasi itu. Pemimpin harus berusaha agar menjadi bagian didalam situasi sosial kelompok atau organisasinya. Menurut Kartono 2005:93 fungsi kepemimpinan adalah usaha untuk memandu, menuntun, memimpin, memberi, atau membangunkan motivasi-motivasi kerja, mengemudikan organisasi, menjalin jaringan komunikasi kerja yang baik dalam memberikan pengawasan yang efisien dan membawa para pengikutnya kepada sasaran yang ingin dituju sesuai dengan ketentuan waktu dan perencanaan yang telah ditetapkan. Sedangkan menurut Rivai 2004:53 fungsi kepemimpinan berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan kelompokorganisasi masing-masing, yang mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada didalam dan bukan diluar situasi itu. Kemudian menurut Yuki 1998 fungsi kepemimpinan adalah usaha untuk mempengaruhi dan mengarahkan para pegawai untuk bekerja keras, memiliki semangat kerja yang tinggi dan memotivasi tinggi guna mencapai tujuan organisasi. Hal ini terutama terikat dengan fungsi mengatur hubungan antara individu atau kelompok dalam organisasi. Selain itu, fungsi pemimpin dalam mempengaruhi dan mengarahkan individu atau kelompok yang bertujuan untuk membantu organisasi bergerak kearah pencapaian tujuan organisasi. Dengan demikian, inti kepemimpinan bukan terletak pada kedudukannya dalam organisasi, melainkan bagaimana pemimpin melaksanakan fungsinya sebagai pemimpin. Universitas Sumatera Utara Fungsi kepemimpinan menurut Hadari Nawawi 2005, memiliki dua dimensi yaitu: 1. Dimensi yang berhubungan dengan tingkat kemampuan mengarahkan dalam tindakan atau aktivitas pemimpin, yang terlihat pada tanggapan orang-orang yang dipimpinnya. 2. Dimensi yang berhubungan dengan tingkat dukungan atau keterlibatan orang-orang yang dipimpin dalam melaksanakan tugas-tugas pokok kelompok atau organisasi, yang dijabarkan melalui keputusan-keputusan dan kebijakan pemimpin. Sehubungan dengan kedua dimensi tersebut, menurut Hadari Nawawi, secara opersional dapat dibedakan lima fungsi pokok kepemimpinan yaitu: 1. Fungsi Instruktif Fungsi ini berlangsung dan bersifat komunikasi dua arah. Pemimpin sebagai pengambil keputusan berfungsi memerintahkan pelaksanaannya kepada orang-orang yang dipimpin. Pemimpin berfungsi sebagai komunikator yang menentukan apa isi perintah, bagaimana cara mengerjakan perintah, bilamana waktu memulai, melaksanakan dan melaporkan hasilnya, dan dimana tempat mengerjakan perintah agar keputusan dapat diwujudkan secara efektif. Sehingga fungsi orang yang dipimpin hanyalah melaksankan perintah. Inisiatif tentang segala sesuatu yang ada kaitannya dengan perintah itu, sepenuhnya merupakan fungsi pemimpin. Fungsi ini berarti juga keputusan yang ditetapkan pimpinan tidak akan ada artinya tanpa kemauan mewujudkan perintah tersebut. Selanjutnya perintah tidak akan ada artinya, jika tidak dilaksanakan. Intinya kemampuan pimpinan menggerakkan para pegawainya agar melaksanakan perintah, yang bersumber dari keputusan yang telah Universitas Sumatera Utara ditetapkan. Perintah yang jelas dari pemimpin berarti juga sebagai perwujudan proses bimbingan dan pengarahan yang dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan organisasi. 2. Fungsi Konsultatif Fungsi ini berlangsung dan bersifat komunikasi dua arah, meskipun pelaksanaannya sangat tergantung pada pemimpin. Hal tersebut digunakan manakala pemimpin dalam usaha menetapkan keputusan yang memerlukan bahan pertimbangan dan berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya. Selanjutnya konsultasi dapat dilakukan secara meluas melalui pertemuan dengan sebagian besar atau semua angota kelompok organisasi. Konsultasi seperti ini dilakukan apabila keputusan yang akan ditetapkan sifatnya sangat penting. Konsulatasi dimaksudkan untuk memperoleh masukan berupa umpan balik feed back, yang dapat dipergunakan untuk memperbaiki dan menyempurnakan keputusan yang telah ditetapkan dan dilaksanakan. 3. Fungsi Partisipasi Fungsi ini tidak sekedar berlangsung dan bersifat dua arah, tetapi juga perwujudan pelaksanaan hubungan manusia yang efektif, antara pemimpin dengan orang yang dipimpin. Dalam menjalankan fungsi ini pemimpin berusaha mengaktifkan orang- orang yang dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan mengambil keputusan maupun dalam melaksanakannya. Setiap anggota kelompok memperoleh kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam melaksanakan kegiatan yang dijabarkan dari tugas- tugas pokok, sesuai dengan posisi masing-masing. Partisipasi tidak berarti bebas berbuat semaunya, tetapi dilakukan secara terkendali dan terarah berupa kerja sama Universitas Sumatera Utara dengan tidak mencampuri atau mengambil tugas pokok orang lain. Sehubungan dengan itu musyawarah menjadi hal yang penting dalam kesempatan berpartisipasi melaksanakan program organisasi. Pemimpin tidak boleh sekedar mampu membuat keputusan dan memerintahkan pelaksanaannya, tetapi juga ikut dalam proses pelaksanaannya, dalam batas tidak menggeser dan menganti petugas yang bertanggung jawab melaksanakannya. Keikutsertaan pemimpin harus tetap dalam fungsi sebagai pemimpin dan bukan pelaksana. 4. Fungsi Delegasi Dalam menjalankan fungsi delegasi, pemimpin memberikan pelimpahan wewenang membuat atau menetapkan keputusan. Fungsi delegasi sebenarnya adalah kepercayaan seorang pemimpin kepada orang yang diberi kepercayaan untuk pelimpahan wewenang dengan melaksanakannya secara bertanggungjawab. Fungsi ini mengharuskan pemimpin memilah milih tugas pokok organisasinya dan mengevaluasi yang dapat dan tidak dapat dilimpahkan pada orang-orang yang dipercayainya. Fungsi pendelegasian ini, harus diwuudkan karena kemajuan dan perkembangan kelompok tidak mungkin mewujudkan oleh seorang pemimpin seorang diri. Pemimpin seorang diri tidak akan dapat berbuat banyak dan bahkan mungkin tidak ada artinya sama sekali. Oleh karena itu sebagian wewenangnya perlu didelegasikan kepada para bawahannya agar dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien. Universitas Sumatera Utara 5. Fungsi Pengendalian Fungsi ini cenderung bersifat komunisasi dua arah, meskipun tidak mustahil untuk dilakukan dengan cara komunikasi dua arah. Fungsi pengendalian berasumsi bahwa kepemimpinan yang efektif harus mampu mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal. Dalam melaksanakan fungsi pengendalian, pemimpin dalam mewuujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi dan pengawasan. Dalam kegiatan tersebut pimpinan harus aktif, namun tidak mustahil untuk dilakukan dengan mengikutsertakan anggota organisasinya. Dengan melakukan kegitan tersebut berarti pemimpin berusaha mencegah terjadinya kekeliruan atau kesalahan setiap perseorangan dalam melaksanakan beban kerja atau perintah dari pemimpinnya. Seluruh fungsi kepemimpinan tersebut di atas di selenggarakan dalam aktivitas kepemimpinan secara integral. Aktivitas atau kegiatan kepemimpinan yang bersifat integral itu, pelaksanaannya akan berlangsung sebagai berikut: a. Pemimpin berkewajiban menjabarkan program kerja yang menjadi keputusan yang konkrit untuk dilaksanakan, sesuai dengan prioritasnya masing-masing. Keputusan- keputusan itu harus jelas hubungannya dengan tujuan kelompokorganisasi, agar jelas pula sumbangannya bila diwujudkan menjadi kegiatan di dalam atau diluar organisasi. b. Pemimpin harus mampu menterjemahkan keputusan-keputusannya menjadi instruksi yang jelas, sesuai dengan kemampuan anggota yang melaksanakannya. Universitas Sumatera Utara Setiap anggota harus mengetahui dari siapa instruksi diterima dan kepada siapa mempertanggungjawabkan hasilnya. c. Pemimpin harus berusaha untuk mengembangkan dan menyalurkan kebebasan berfikir dan mengeluarkan pendapat baik secara perseorangan maupun kelompok kecil. Pemimpin harus mampu menghargai gagasan, pendapat, saran, kritik angotanya sebagai wujud dari partisipasinya. Usaha mengembangkan partisipasi anggota tidak sekedar ikut aktif dalam melaksankan instruksi, tetapi juga dalam memberikan informasi dan masukan untuk dijadikan bahan pertimbangan bagi pemimpin dalam membuat dam memperbaiki keputusan-keputusan. d. Mengembangkan kerja sama yang harmonis, sehingga setiap anggota mengerjakan apa yang harus dikerjakannya, dan bekerja sama dalam mengerjakan sesuatu yang memerlukan kebersamaan. Pemimpin harus mampu memberikan pengakuan dan penghargaan terhadap kemampuan, prestasi atau kelebihan yang dimiliki setiap anggota kelompokorganisasinya. e. Pemimpin harus membantu dalam mengembangkan kemampuan memecahkan masalah dan mengambil keputusan sesuai dengan batas tanggung jawab masing- masing. Setiap anggota harus didorong agar tumbuh menjadi orang yang mampu menyelesiakan masalah-masalahnya, dengan menghindari ketergantungan yang berlebihan dari pemimpin atau orang lain. Setiap anggota harus dibina agar tidak menjadi orang yang selau menunggu perintah, sehingga tidak bekerja jika tidak diperintah. Universitas Sumatera Utara

3. Gaya dan Tipe Kepemimpinan

Pemimpin itu mempunyai sifat, kebiasaan, watak dan kepribadian tersendiri yang unik dan khas, hingga tingkah laku dan gaya yang membedakan dirinya dengan orang lain. Menurut Nawawi 2004 : 83, bahwa apabila aktivitas kepemimpinan dipilih- pilih, maka akan terlihat gaya kepemimpinan dengan polanya masing-masing. Gaya kepemimpinan ini merupakan dasar dalam mengklasifikasikan tipe kepemimpinan. Dari berbagai studi tentang kepemimpinan, diketahui ada beberapa gaya kepemimpinan yang paling umum dikenal, yaitu: 1. Gaya dan Tipe Kepemimpinan Otoriter Kepemimpinan otoriter, mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan yang mutlak yang harus dipatuhi. Setiap perintah dan kebijakan ditetapkan tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan bawahannya. Pemimpin dengan gaya dan tipe otoriter ini selalu jauh dari bawahannya dan senantiasa memiliki kakuasaan tunggal. Pemimpin bergaya dan bertipe otoriter ini juga tidak dapat dikritik oleh bawahannya, dan bawahan pun tidak pernah diberi kesempatan dalam memberikan saran ataupun pendapat yang membangun. Apabila pimpinan ini sudah mengambil keputusan, biasanya keputusan itu berbentuk perintah dan bawahan hanya melaksanakan saja. 2. Gaya dan Tipe Paternalistik Gaya dan tipe paternalistik ini merupakan kepemimpinan yang bersifat kebapakan, namun bukan tipe yang ideal dan yang didambakan. Pemimpin dengan gaya dan tipe paternalistik ini lebih senang menonjolkan keberadaan dirinya sebagai simbol organisasi dan memperlakukan bawahannya sebagai orang-orang yang belum Universitas Sumatera Utara dewasa. Pemimpin tidak akan mendorong kemandirian bawahannya karena tidak ingin para bawahannya berbuat kesalahan. Terkait dengan itu, maka pemimpin dengan gaya dan tipe ini bersifat terlalu melidungi bawahannya, itikadnya memang baik, tetapi prakteknya akan negatif. Karena ia tidak akan mendorong para bawahannya untuk mengambil resiko disebabkan karena takut akan timbul dampak yang negatif pada organisasi. 3. Gaya dan Tipe Kepemimpinan Leissez Faire Gaya dan tipe kepemipinan ini adalah gaya dan tipe kepemimpinan yang ‘aneh’. Dimana dikatakan seseorang dikatakan pemimpin, namun pada praktisnya ia tidak memimpin. Ini dapat dilihat dari gaya kepemimpinan yang santai, karena berpendapat bahwa organisasi tidak memiliki masalah yang serius, dan kalaupun ada masalah selalu dapat diketemukan penyelesainnya. Pemimpin dengan gaya dan tipe ini tidak senang mengambil resiko namun lebih senang melimpahkan wewenang kepada bawahannya dan menganggap para bawahan yang seharusnya yang mengambil keputusan. 4. Gaya dan Tipe Kepemimpinan Kharismatik Gaya dan tipe kepemimpinan kharismatik memiliki kekuatan daya tarik dan pembawaan yang luar biasa dalam mempengaruhi orang lain, sehinnga ia mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya. 5. Gaya dan Tipe Kepemimpinan Demokratis Gaya dan tipe kepemimpinan demokratis adalah gaya kepemimpinan yang berorientasi pada manusia dan memberikan bimbingan yang efektif kepada para bawahannya. Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahannya, dengan Universitas Sumatera Utara penekanan rasa tanggung jawab dan kerja sama yang baik. Pemimpin demokratis bersifat mendidik, membina bahkan menghukum. Oleh karena itu, dalam rangka mempersoalkan gaya-gaya kepemimpinan, hendaknya jangan beranggapan bahwa seorang pemimpin harus tetap konsisten untuk tetap mempertahankan gaya kepemimpinan dalam segala situasi. Hal ini justru akan bersifat memperburuk keadaan organisasi yang dipimpinnya. Tetapi sebaliknya, harus bersifat fleksibel, yakni menyesuaikan gayanya dengan situasi yang ada, kondisi dan individu dalam organisasi.

4. Syarat-syarat Pemimpin Ideal

Pemimpin ideal harus memiliki kelebihan dibandingkan dengan kelompok yang dipimpinnya, sekaligus ada kesadaran di dalam dirinya bahwa ia memiliki kelemahan. Misalnya, ia memiliki kelemahan dalam pekerjaan teknis, akan tetapi memiliki kelebihan dalam menggerakkan orang dan harus memiliki persyaratan atau sifat-aifat sebagai berikut: 1. Bertakwa Terhadap Tuhan Yang Maha Esa Pemimpin menghargai manusia tidak hanya sebagaimana adanya, akan tetapi manusia sebagaimana makhluk Tuhan. Dengan demikian seorang pemimpin tidak melihat manusia dari satu sisi saja, misalnya agama, inteligensi, kondisi fisik latar belakang dan lain-lain. Penghargaan dan pengakuan bahwa manusia makhluk Tuhan amat esensial, agar pemimpin tidak bertatalaku semena-mena. Dengan berketuhanan dia tidak akan menindas, sebab alur hidup ini bersifat rotatif. Sehebat apapun dan seotoriter apapun seorang pemimpin, serta sekuat apapun dia memperdaya yang Universitas Sumatera Utara dipimpinnya, tetap akan ditelan oleh perjalanan waktu. Sesuai dengan sila pertama Pancasila, yaitu, Ketuhanan Yang Maha Esa, berarti siapapun yang yang menjadi pemimpin di Indonesia harus percaya 2. Memiliki Inteligensi yang Tinggi Kemampuan analisis yang tinggi adalah syarat mutlak bagi kepemimpinan yang efektif. Organisasi besar menuntut seorang pemimpin dapat berfikir secara luas, mendalam dan dapat memecahkan masalah dalam waktu yang relatif singkat. Banyak masalah oganisasi harus dipecahkan pada saat detik-detik akhir dimana masalah itu muncul. Disinilah kecerdasan atau intelegensi memegang peranan penting. Tugas pemimpin tidak hanya memecahkan masalah, akan tetapi pamimpin modern harus membantu anggota kelompok melalui perlakuan khusus, sehingga mereka dapat berkembang secara optimal. 3. Memiliki Fisik yang Kuat 4. Berpengetahuan Luas, Baik Teoritis Maupun Praktis Kegagalan seorang pemimpin antara lain disebabkan karena rendahnya kemampuan teoritis dan ketidakmampuan bertindak secara praktis. Sebaliknya, pemimpin yang profesional perlu memiliki kedua-duanya. Dengan pengetahuan luas, tidak berarti bahwa seorang pemimpin harus lulusan universitas atau akademi. Insan akademi tidak jarang memiliki pengetahuan yang sempit secara keorganisasian, sementara itu orang yang berpendidikan rendah ada kalanya memiliki pengetahuan luas dengan kecakapan praktis yang memadai. Universitas Sumatera Utara 5. Percaya Diri 6. Dapat Menjadi Anggota Kelompok Seorang pemimpin selalu bekerja dengan dan melalui anggota kelompoknya. Seorang pemimpin berada didalam kelompok dan bukan di luarnya. Kelompok mempercayai pimpinan sebagai bagian dari dirinya. Aktivitas pemimpin didasari atas kepentingan kelompok atau organisasi bukan karena misi pribadi yang terlepas dari sistem lain. 7. Adil dan Bijaksana Keadilan mengandung makna kesesuaian antara hak dan kewajiban, posisi dengan tugas, dan prinsip keseimbangan lain. Bijaksana berarti bahwa seorang pemimpin harus menjangkau aspek manuasiawi individu yang dipimpin. 8. Tegas dan Berinisiatif Tegas tidak identik dengan kaku dan keras, buka pula otoriter atau diktator. Ketegasan adalah kemampuan mengambil keputusan atas dasar keyakinan tertentu dengan didukung oleh data yang kuat. Berinisiatif berarti bahwa seorang yang menduduki posisi pimpinan mampu membuat gagasan baru, inovasi baru yang memberikan pencerminan bahwa dia mempunyai pemikiran tertentu. Berinisiatif berarti pula kemampuan memancing kreativitas pegawai berbuat dengan cara-cara sendiri. 9. Berkapasitas Membuat Keputusan Organisasi yang baik adalah organisasi yang dapat mengambil keputusan dengan kualitas yang baik. Membuat keputusan pada intinya adalah memecahkan persoalan Universitas Sumatera Utara keorganisasian. Pemimpin yang mempunyai kapasitas membuat keputusan akan dapat mambawa organisasinya mencapai tujuan tertentu. 10. Memiliki Kestabilan Emosi Ciri manusia beremosi stabil adalah sabar dan tidak mengambil inisiatif dalam situasi emosional, kecuali benar-benar terpaksa. Di dalam menentukan tindakan seorang pemimpin dituntut tetap berada pada posisi sikap normal dan tahan terhadap godaan. Emosi yang stabil berarti pula sikap tidak tergesa-gesa. Pemimpin harus sabar, teliti, dan hati-hati, karena sikap dan tindakan atau keputusannya menggandung suatu konsekuensi tertentu. 11. Sehat Jasmani dan Rohani 12. Bersifat Prospektif Organisasi beroperasi dengan memanfaatkan tiga kondisi, yaitu pengalaman masa lalu, kearifan masa kini, dan harapan masa depan. Masa depan memang tidak dapat di ramalkan secara pasti. Sifat prospektif itu di perlukan terutama untuk menghadapi suprasistem yang dinamis, seperti pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi, perubahan kondisi politik di dalam dan luar negeri, perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, kebijakan moneter, dan sebagainya.

5. Camat a. Pengertian Camat

Sesuai UU No 32 tahun 2004, kecamatan merupakan perangkat daerah yang mempunyai wilayah kerja tertentu, dipimpin oleh seorang camat yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Kecamatan Universitas Sumatera Utara mempunyai tugas membantu Bupati dalam peenyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan dalam wilayah kecamatan serta melaksanakan tugas pemerintahan lainnya yang tidak termasuk dalam tugas perangkat daerah atau instansi lainnya. Berdasarkan Pasal 126 Undang-undang No 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memuat bahwa: 1. Kecamatan dibentuk di wilayah kabupatenkota dengan peraturan daerah yang berpedoman kepada peraturan pemerintah. 2. Kecamatan dipimpin oleh camat yang dalam tugasnya memperoleh pelimpahan sebagai wewenang bupatiwalikota untuk menangani sebagai urusan otonomi daerah. 3. Camat juga menyelenggarakan umum pemerintahan yang meliputi: a. Mengkoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat b. Mengkoordinasikan upaya menyelenggarakan ketentraman dan ketertiban umum c. Mengkoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan perundang-undangan d. Mengkoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum e. Mengkoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan ditingkat kecamatan f. Pembina penyelenggara pemerintahan desa dan atau kelurahan g. Melaksanakan peleyanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya dan atau yang belum dapat dilaksanakan pemerintahan desa atau kelurahan Universitas Sumatera Utara 4. Camat diangkat oleh bupatiwalikota atas usul sekretaris daerah kabupatenkota dari pegawai negeri sipil yang menguasai pengetahuan tekhnis pemerintahan dan memenuhi persyaratan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 5. Camat dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh perangkat kecamatan dan bertanggung jawab kepada bupatiwalikota melalui sekretaris daerah kabupatenkota 6. Perangkat kecamatan bertanggung jawab kepada camat 7. Pelaksanaan ketentuan ditetapkan dengan peraturan bupati walikota dengan berpedoman pada peraturan pemerintah.

b. Tugas dan Fungsi Camat

Sesuai dengan UU nomor 32 tahun 2004, tugas dan fungsi camat adalah sebagai berikut: a. Mengkoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat b. Mengkoordinasikan upaa penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum c. Mengkoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan perundang-undangan d. Mengkoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum e. Mengkoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan ditingkat kecamatan f. Membina penyelenggaraan pemerintahan desa atau kelurahan g. Melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya dan atau yang belum dapat dilaksanakan pemerintahan desa atau kelurahan. Universitas Sumatera Utara

6. Efektivitas Kerja

Setiap organisasi selalu dihadapkan pada persoalan keterbatasan sumber daya, baik sumber daya manusia maupun sumber daya non manusia dalam mencapai tujuan organisasi. Interaksi antara berbagai sumberdaya tadi harus dikelola dengan baik sehingga dapat mecapai tujuan sasarannya secara efisien dan efektif. Secara sederhana efektivitas kerja dapat diartikan sebagai kemampuan melakukan sesuatu secara benar dan efektivitas sebagai kemampuan melakukan sesuatu tepat pada sasaran. Efektivitas merupakan unsur pokok aktivitas organisasi dalam mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Bila dilihat dari aspek segi keberhasilan pencapaian tujuan, maka efektivitas adalah memfokuskan pada tingkat pencapaian terhadap tujuan organisasi. Selanjutnya ditinjau dari aspek ketepatan waktu, maka efektivitas adalah tercapainya berbagai sasaran yang telah ditentukan tepat pada waktunya dengan menggunakan sumber-sumber tertentu yang telah dialokasikan untuk melakukan berbagai kegiatan. Dari pengertian diatas terdapat empat hal yang menonjol dalam unsur efektivitas yaitu: b. Pencapaian tujuan, yaitu suatu kegiatan dikatakan efektif apabila dapat mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. b. Ketepatan waktu, yaitu suatu kegiatan yang dikatakan efektif apabila penyelesaian atau tercapai tujuan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. b. Manfaat, yaitu suatu kegiatan yang dikatakan efektif apabila tujuan itu bermanfaat bagi masyarakat setempat sesuai dengan kebutuhnnya. b. Hasil, yaitu suatu kegiatan yang dikatakan efektif apabila kegiatan tersebut mendatangkan hasil. Universitas Sumatera Utara Berbicara tentang efektivitas kata efektif berarti terjadi sesuatu yang efektif atau akibat dari yang dikehendaki dalam suatu perbuatan. Setiap pekerjaan yang efisien tentu yang berarti yang efektif karena bila dilihat dari segi hasil, tujuan ataupunakibat yang di kehendaki dengan perbuatan yang telah tercapai bahkan secara maksimal mutu dan jumlah, sebaliknya jika di lihat dari segi usaha setiap pekerjaan yang efektif belum tentu selalu efisien karena hasil dapat tercapai mungkin dengan penghamburan fikiran, tenaga dan waktu. Bagi suatu organisasi konsep efektivitas selalu identik dengan konsep efisiensi, dimana suatu tujuan di katakan tercapai apabila efisiensi juga tercapai, naun sebaliknya bila bterjadi inefisiensi pemborosan maka efektivitas kerja tidak tercapai. Efektivitas kerja berhubungan dengan pencapaian hasil yang ingin di capai dalam suatu rencana yang telah di tentukan lebih dahulu. Efektivitas kerja merupakan suatu keadaaan yang menunjukkan tingkat keberhasilan kegiatan. Menurut Komaruddin 1994:269, efektivitas adalah suatu keadan yang menunjukkan tingkat keberhasilan kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan lebih dahulu. Sedangkan menurut Siagian 2000:56, efektivitas kerja adalah penyelesaian pekerjaan tepat waktu yang telah ditetapkan. Artinya apakah pelaksanaan suatu tugas dinilai baik atau tidak, terutam menjawab pertanyaan bagaiman cara melaksanakan dan berapa biaya anggaran yang dikeluarkan untuk menyelesaikan tugas tersebut. Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa efektvitas kerja adalah suatu bentuk usaha yang dilaksanakanoleh para pegawaisecara bersamaterhadap Universitas Sumatera Utara pencapaian dan pemenuhan berberapa ketentuan yang dicapai sesuai dengan standar yang berlaku dalam organisasi.

F. Defenisi Konsep

Menurut Singarimbun 1989 : 31, konsep adalah istilah atau defenisi yang digunakan untuk menggambarkan fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari sejumlah kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat penelitian. Maka, dalam hal ini penulis mengemukakan defenisi dari konsep yang dipergunakan, yaitu: 1. Fungsi Kepemimpinan Usaha untuk mempengaruhi, memberikan wewenang dan mengarahkan para pegawainya untuk bekerja keras, memiliki semangat tinggi, memotivasi, dan memelihara kesediaan kerja sama guna mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. 2. Efektivitas kerja pegawai Efektivitas kerja adalah penyelesaian pekerjaan tepat waktu yang telah ditetapkan yang dilakukan oleh pegawaidalam sebuah organisasi. Artinya apakah pelaksanan suatu tugas di nilai baik atau tidak, sangat tergantung pada bilamana suatu tugas diselesaikan tepat pada waktunya atau tidak, dan apakah sesuai dengan yang telah ditentukan. Universitas Sumatera Utara

G. Defenisi Operasional