Peneliti berharap penelitian ini dapat menambah referensi yang ada mengenai gambaran klinis pasien DBD di Indonesia, khususnya di wilayah Cengkareng dan
sekitarnya.
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana profil pasien demam berdarah dengue di Rumah Sakit Umum Daerah Cengkareng pada tahun 2014?
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui sebaran gambaran klinis pasien rawat dengan demam berdarah dengue di RSUD Cengkareng pada tahun 2014.
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran sosio-demografi pasien dengan demam berdarah dengue di RSUD Cengkareng pada tahun 2014.
b. Mengetahui sebaran gambaran klinis pasien anak dan dewasa dengan demam berdarah dengue di RSUD Cengkareng pada tahun 2014.
c. Mengetahui angka kematian pasien demam berdarah dengue di RSUD Cengkareng pada tahun 2014.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Bagi Peneliti
a. Meningkatkan pengetahuan peneliti mengenai sebaran gambaran klinis demam berdarah dengue berdasarkan sosio-demografi pasien.
b. Menjadi prasyarat kelulusan dalam memperoleh gelar sarjana kedokteran.
1.4.2. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi tambahan kepada masyarakat mengenai gambaran klinis pasien dengan demam berdarah dengue dan bagaimana sebaran
berdasarkan sosio-demografinya.
1.4.3. Bagi Institusi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan baru dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan menjadi bahan referensi bagi peneliti
berikutnya.
1.4.4. Bagi Tenaga Medis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan evaluasi mengenai diagnosis pasien demam berdarah dengue.
4
`BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
Demam Berdarah Dengue 2.1.1. Definisi
Penyakit demam berdarah dengue DBD merupakan suatu penyakit yang didasari oleh infeksi Virus Dengue.
1
Virus dengue dapat masuk ke dalam sistem peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes.
1
Gejala pada pasien yang terkena DBD dapat berupa demam ringan sampai tinggi, sakit kepala,
nyeri pada sekitar mata, nyeri otot dan persendian, ruam, hingga perdarahan spontan.
2
Pada keadaan yang lebih berat, pasien dapat mengalami syok hipovolemik akibat kebocoran plasma yang disebut sebagai sindrom syok dengue
SSD.
2.1.2. Epidemiologi
Gambar 2.1. Angka Kesakitan DBD per 100.000 Penduduk Tahun 2008-2013 di Indonesia.
1
Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia 2013 yang dibuat oleh Kementrian Republik Indonesia menunjukkan bahwa, sepanjang tahun 2013
jumlah pasien DBD sebanyak 112.511 kasus yang sebanding dengan 45,85 kasus per 100.000 penduduk Indonesia, dengan 871 kasus berujung pada kematian.
1
Berdasarkan gambar 2.1 di atas, bila dibandingkan dengan tahun 2008 yang
memiliki angka kesakitan sebesar 59,02 kasus per 100.000 penduduk, angka kesakitan pada tahun 2013 memiliki nilai yang lebih rendah. Akan tetapi, bila
dilihat dalam 3 tahun terakhir, yakni tahun 2011, 2012, dan 2013 yang masing- masing memiliki angka kesakitan sebesar 27,67, 37,27, dan 45,85 kasus, angka
kesakitan dari tahun ke tahun cenderung memiliki tren peningkatan.
1
Tiga daerah dengan angka kesakitan tertinggi adalah Bali dengan 168,48 kasus, Daerah Khusus Ibukota Jakarta dengan 104,04 kasus, dan Daerah Istimewa
Yogyakarta sebesar 95,99 kasus per 100.000 penduduk.
1
Bila jumlah kasus pada tahun 2013 dibandingkan dengan jumlah kasus pada tahun 2012, maka terjadi
peningkatan sebanyak 90.425 kasus.
1
Akan tetapi, angka kesakitan DBD yang ditargetkan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2013 telah
tercapai, yakkni ≤52 kasus per 100.000 penduduk.
1
Tingginya kasus, terutama kematian akibat DBD di Indonesia tidak terlepas dari kontrol dan pencegahan yang lemah oleh berbagai pihak, khususnya
dari pemerintah dan masyarakat. Kebanyakan dokter di Indonesia juga belum menerapkan standar penanganan kasus DBD, sehingga jumlah kematian masih
tinggi. Faktor penting lainnya adalah belum tersedianya obat spesifik atau vaksin untuk menangani dengue.
Berdasarkan laporan epidemiologi, angka kematian DBD di Indonesia mengalami penurunan dari 41,3 pada tahun 1968 menjadi 2,9 pada akhir
tahun 1992, tahun 2000 kurang dari 2, dan 0,8 pada tahun 2008. Laporan ini berbeda dengan angka kematian di rumah sakit yang masih cukup tinggi 5-15
terutama di rumah sakit rujukan. Sampai saat ini angka kematian SSD masih tinggi, terutama pada penderita dengan penyulit perdarahan dan ensefalopati.
Angka kematian di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta sebesar 20-26, di RS Dr. Soetomo Surabaya sebesar 16-20.
Sejak tahun 1968-1995 di Indonesia kasus DBD terutama menyerang kelompok umur 5-14 tahun, tetapi setelah tahun 1984 insidens kelompok umur
lebih dari 15 tahun meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2007 di provinsi DKI Jakarta, persentase kasus DBD terbanyak merupakan kelompok 5-14 tahun
36, diikuti kelompok umur lebih 5 tahun 31, kelompok 15-44 tahun 22 lebih dari 45 tahun 11. Data dari tahun menunjukkan proporsi jenis kelamin
lelaki banyak dibanding perempuan pada semua umur. Demam berdarah dengue biasanya paling banyak terjadi pada musim
hujan, ketika suhu dan kelembabannya mendukung untuk perkembangbiakan dari vektornya.
2
2.1.3. Etiologi
Penyakit demam berdarah dengue disebabkan oleh Virus Dengue yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk. Virus ini merupakan
virus dari genus Flavivirus dan family Flaviviridae. Virus ini beukuran 50 nm dan merupakan Virus dengan rantai RNA tunggal. Virus Dengue terbentuk dari tiga
protein struktural, yaitu protein inti core, protein membran, dan protein selubung, dan juga memiliki tujuh protein non-struktural. Salah satu protein non-
struktural yang dimiliki yaitu glikoprotein selubung, yaitu NS1, yang memiliki peran patogenesis yang penting terkait dengan kemampuan proses penggumpalan
darah. Selain itu, juga dapat dapat digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis infeksi dengue. Virus Dengue dibagi menjadi 4 serotipe, yaitu DENV-1,
DENV-2, DENV-3, dan DENV-4.
4
2.1.4. Penularan
4
DBD ditularkan melalui vektor nyamuk betina Aedes aegypti ataupun Aedes albopictus. Nyamuk ini mendapatkan Virus Dengue dari manusia yang
terkena infeksi dengue. Nyamuk harus menggigit manusia yang terinfeksi dengue pada fase viremia, yaitu 2 hari sebelum timbul demam hingga 4-5 hari setelah
gejala demam muncul. Nyamuk yang sudah menghisap darah yang mengandung Virus Dengue akan terinfeksi pada sel epitel usus dan virus akan bereplikasi di sel
tersebut. Setelah itu Virus Dengue akan menyebar ke kelenjar liur nyamuk dan akan masuk ke dalam air liur. Ketika nyamuk menggigit manusia, maka nyamuk
akan mengeluarkan air liurnya dan Virus Dengue pun akan masuk ke peredaran manusia dan memulai siklusnya di dalam tubuh manusia.
2.1.5. Patogenesis dan Patofisiologi
5,6
Pada saat nyamuk menggigit manusia, Virus Dengue masuk ke peredaran darah dan menyebar ke epidermis dan dermis. Virus Dengue yang masuk
ditangkap oleh sel Langerhans makrofag kulit dan selanjutnya sel tersebut memproses informasi tersebut dan berperan sebagai APC Antigen Presenting
Cell yang mengantarkan informasi mengenai virus ke kelenjar getah bening terdekat. Setelah itu, APC mengaktifasi sel T-Helper dan menginduksi monosit
dan makrofag lainnya untuk memfagosit virus. Akan tetapi, Virus Dengue yang difagosit dapat bertahan hidup di dalam
sel dan dapat menyebabkan pelepasan mediator kimiawi seperti interferon, interleukin 1 IL-1, IL-6, IL-12, dan TNF. Pelepasan mediator kimiawi inilah
yang dapat menyebabkan gejala sistemik seperti demam dan peningkatan permeabilitas pembuluh darah. Selain itu, Virus Dengue yang sudah difagosit oleh
makrofag juga dapat beramplifikasi dan menyebar ke peredaran darah, fase inilah yang disebut sebagai fase viremia. T-Helper yang diaktifasi tersebut akan
mengaktifasi sel T sitotoksik dan sel B, sel T sitotoksik berperan dalam melisiskan makrofag yang sudah terinfeksi Virus Dengue, sementara sel B akan
membentuk antibodi terhadap Virus Dengue. Proses di atas menyebabkan pelepasan mediator-mediator kimia yang dapat menyebabkan gejala sistemik.
Selain itu, infeksi dari Virus Dengue juga dapat menyerang ke sumsum tulang yang merupakan tempat pembentukan sel-sel darah sehingga dapat menurunkan
produksi sel-sel darah. Antibodi yang terbentuk sebagai respon dari infeksi Virus Dengue adalah
Imunoglobulin M IgM dan Imunoglobulin G IgG. Dalam peredaran darah, IgM dapat ditemukan pada hari kelima demam dan menghilang setelah 60-90 hari.
Sementara untuk IgG, pada infeksi primer dapat ditemukan mulai dari hari ke-14 setelah demam sedangkan pada infeksi sekunder, IgG sudah dapat dideteksi pada
hari kedua demam.
Gambar 2.2. Patogenesis Demam Berdarah Dengue.
5
Pada infeksi primer, antibodi yang terbentuk memiliki fungsi netralisasi dan non-netralisasi, fungsi tersebut akan mengenali protein E, NS1, Pre M, dan
NS3. Sel yang terinfeksi akan dikenali dan dilisiskan melalui aktifitas netralisasi maupun melalui aktivitas dari kompolemen yang pada akhirnya dapat mencegah
penyebaran infeksi dari Virus Dengue. Bila terjadi infeksi sekunder dengan serotipe yang sama maka antibodi yang ada sudah siap untuk memberikan
perlawanan dan mengatasi infeksi tersebut. Hal ini berbeda dengan infeksi sekunder Virus Dengue dengan serotipe yang berbeda. Pada keadaan ini, antibodi
dapat mengikat antigen, namun tidak dapat menetralisirnya. Kompleks antigen- antibodi ini justru bersifat opsonisasi, sehingga memancing makrofag datang dan
makrofag dengan mudah terinfeksi Virus Dengue. Pada akhirnya makrofag akan memproduksi IL-1, IL-6, TNFα, dan platelet activating factor PAF.
TNFα dan sistem komplemen dapat menyebabkan kebocoran plasma melalui perusakan endotel dan efek vasoaktif yang memvasodilatasi pembuluh
darah. Selain itu, efek dari komplemen dan PAF yang berlebihan juga dapat menginduksi koagulasi dan perdarahan. Selain itu, juga terdapat anti-NS1 yang
berikatan dengan hepatosit, sel endotel, dan platelet. Efek pengikatan anti-NS1 pada sel endotel dapat menyebabkan pengeluaran nitrit oksida NO yang
berlebihan dan dapat menyebabkan kerusakan pada sel endotel. Hal inilah yang dapat menyebabkan terganggunya fungsi endotel dan menyebabkan kebocoran
plasma. Kebocoran plasma ini dapat menyebabkan gangguan perfusi ke jaringan, sehingga terjadi kompensasi tubuh dalam upaya menghilangkan gangguan perfusi
ke jaringan. Bila keadaan kebocoran plasma memburuk dan berkepanjangan, maka dapat terjadi kondisi yang disebut sebagai sindrom syok dengue. Kebocoran
plasma juga dapat terlihat dengan adanya peningkatan kadar hematokrit hemokonsentrasi. Selain itu, ikatan anti-NS1 dengan sel endotel juga dapat
menginduksi pengeluaran interleukin-6 IL-6, IL-8, dan intracellular adhesion molecule 1 ICAM-1. Anti-NS1 juga berikatan dengan trombosit, yang bisa
berefek pada penurunan hitung trombosit trombositopenia dan bisa menyebabkan keluhan perdarahan.
Selain itu, pada keadaan yang lebih berat, infeksi ke sumsum tulang, reaksi silang antibodi dengan plasmin dan platelet, ketidakseimbangan mediator-
mediator kimia dalam darah, serta pengaktifan system fibrinolisis dapat menyebabkan
keadaan gangguan
pembekuan darah
yaitu diseminata
intravascular coagulation.
2.1.5. Gambaran Klinis
Pada pasien demam berdarah dengue secara umum gambaran klinis bergantung pada fase perjalanan penyakit. Pada fase pertama, yaitu febrile phase
akan muncul gejala demam tinggi yang akut dan sering diikuti dengan gejala lainnya seperti anoreksia, mual, muntah, sakit kepala, eritema pada kulit, nyeri
otot, nyeri sendi, nyeri retro-orbita, dan fotofobia.
7
Gejala perdarahan ringan seperti petekie, epistaksis, dan perdarahan gusi dapat muncul pada fase ini. Sedangkan perdarahan masif saat menstruasi dan
perdarahan saluran cerna jarang ditemukan pada fase ini.
4,7
Fase demam ini dapat berlangsung antara dua hingga tujuh hari pertama.
7
Fase kedua disebut dengan fase kritis, pada fase ini, suhu tubuh pasien menurun diantara 37,5-38 C, bahkan lebih rendah dari itu.
7
Pada fase ini terjadi kebocoran plasma yang didahului penurunan kadar leukosit yang progresif dan
penurunan hitung trombosit.
7
Kebocoran plasma yang signifikan biasanya akan berakhir setelah 24-48 jam. Kebocoran plasma ditandai dengan meningkatnya
kadar hematokrit dari nilai normalnya
.
5
Tingginya peningkatan hematokrit merupakan gambaran keparahan dari kebocoran plasma. Kebocoran plasma akan mempengaruhi tekanan darah pasien
yang dapat menyebabkab syok.
7
Bila terjadi syok yang berat dan atau
berkepanjangan, maka hipoperfusi dapat mengakibatkan asidosis metabolik,
kerusakan organ yang progresif, dan diseminata intravascular coagulation. Dan dapat berujung dengan keterlibatan banyak organ seperti hepatitis, ensefalitis, dan
miokarditis. Meskipun pada DBD akan terjadi peningkatan hematokrit dan penurunan kadar leukosit, namun pada kasus ini perdarahan yang berat dan respon
stress akan menyebabkan keadaan sebaliknya, yaitu meningkatnya leukosit dan menurunnya hematokrit.
6
Setelah melewati fase kritis, pasien akan memasuki fase pemulihan, pada fase ini, cairan yang keluar dari plasma akan kembali diserap masuk ke dalam
pembuluh darah. Pada fase ini, keadaan umum pasien akan membaik, nafsu
makan meningkat, keluhan pencernaan berkurang, keadaan hemodinamik mulai stabil, dan mulai terjadi pembentukan urin. Kadar hematokrit kembali ke nilai
normal, atau terlihat lebih rendah karena efek pengenceran akibat banyaknya cairan yang diserap ke vaskular dan kadar leukosit pun mulai meningkat, akan
tetapi pemulihan hitung trombosit terjadi lebih lambat dibanding dengan leukosit.
7
2.1.6. Klasifikasi dan Diagnosis
WHO membagi infeksi dengue dan derajat keparahannya ke dalam 5 tingkat klasifikasi, yaitu demam dengue DD, DBD tingkat 1, DBD tingkat 2,
DBD tingkat 3, dan DBD tingkat 4.
4
Tabel 2.1. Klasifikasi Infeksi Dengue dan Tingkat Keparahan DBD
Demam Dengue
DDDBD Tingkat
Tanda dan Gejala Hasil Laboratorium
DD Demam dengan 2 gejala berikut :
• Sakit kepala
• Nyeri daerah belakang mata
• Nyeri otot
• Nyeri sendinyeri tulang
• Bercak kemerahan
• Manifestasi perdarahan
• Tidak ada bukti kebocoran
plasma •
Leukopenia ≤5.000 selmm
3
• Trombositopenia hitung
trombosit 150.000 selmm
3
• Peningkatan hematokrit
5-10 •
Tidak ada bukti kebocoran plasma
DBD I
Demam dan manifestasi perdarahan positif pemeriksaan tourniquet dan
adanya bukti kebocoran plasma. Trombositopenia 100.000
selmm
3
; peningkatan hematokrit ≥20
DBD II
Sama seperti pada tingkat I dan ditambah dengan perdarahan spontan
Trombositopenia 100.000 selmm
3
; peningkatan hematokrit ≥20.
DBD III
Sama seperi pada tingkat I atau II dan ditambah dengan kegagalan
sirkulasi nadi lemah, selisih antara sistol-diastol ≤20 mmHg, hipotensi,
restlessness. Trombositopenia 100.000
selmm
3
; peningkatan hematokrit ≥20
DBD IV
Sama seperti pada tingkat III dan ditambah dengan syok yang
berkepanjangan dengan tekanan darah dan nadi yang tidak dapat
Trombositopenia 100.000 selmm
3
; peningkatan hematokrit ≥20.
diukur. Sumber : Diolah dari Comprehensive guidelines for prevention and control of dengue and dengue
haemorrhagic fever WHO SEAREO 2011
Berdasarkan gambaran klinis pada tabel di atas, diagnosis dapat ditegakkan. Pada demam dengue diagnosis dapat ditegakkan bila pasien
mengalami demam, tidak adanya bukti yang mendukung kebocoran plasma, dan memiliki minimal dua tanda dan gejala sebagai berikut,
a. Sakit kepala b. Nyeri pada bagian belakang mata
c. Nyeri otot d. Nyeri sendi atau tulang
e. Kemerahan pada kulit f.
Tanda-tanda perdarahan Data lainnya yang mendukung penegakkan diagnosis DD adalah dengan adanya
hasil laboratorium seperti berikut, a. Hitung leukosit 5.000 selmm
3
b. Hitung trombosit 150.000 selmm
3
c. Peningkatan hematokrit 5-10 Untuk penegakkan diagnosis DBD tingkat 1 adalah demam, adanya
manifestasi perdarahan, dan adanya tanda dari kebocoran plasma. Sementara hasil laboratorium yang mendukung adanya kebocoran plasma adalah hasil hitung
trombosit yang kurang dari 100.000 selmm
3
dan peningkatan kadar hematokrit ≥20.
DBD tingkat 2 dapat ditegakkan bila muncul gambaran klinis yang sama dengan DBD tingkat 1, namun ditambah dengan adanya perdarahan spontan pada
pasien. Pada DBD tingkat 3, diagnosis ditegakkan bila gambaran klinis pasien
sama dengan DBD tingkat 1 ataupun 2, namun ditambah dengan adanya tanda dari kegagalan sirkulasi yaitu, lemahnya pulsasi nadi, selisih antara tekanan darah
sistol dan diastol ≤20 mmHg, tekanan darah rendah, pasien terlihat resah.
Pada DBD tingkat 4, gambaran klinis sama dengan DBD tingkat 3, namun disertai ketidakbisaan pemeriksa untuk melakukan pengukuran tekanan darah dan
nadi pasien.
2.2. Kerangka Teori
: Yang diteliti Nyamuk yang
terinfeksi virus Dengue menggigit
manusia Infeksi virus Dengue
pada manusia
Asimptomatik Simptomatik
Demam Dengue Demam Berdarah
Dengue
Gambaran Gejala Klinis
Gambaran Laboratorium
2.3. Kerangka Konsep
Pasien Demam Berdarah Dengue
Gambaran Klinis −
Gejala −
Hasil laboratorium −
Pemeriksaan penunjang
− Diagnosis
− Tatalaksana
Sosio-Demografi Pasien −
Kelompok usia −
Jenis kelamin −
Alamat −
Pekerjaan −
Suku −
Tingkat pendidikan −
Status pernikahan −
Bulan rawat inap −
Lama rawat inap −
Jalur masuk rumah sakit
− Indeks massa tubuh
Angka Kematian
2.4. Definisi Operasional
No Variabel
Definisi Alat
Ukur Cara
Ukur Skala Ukur
1. Rekam medis
Suatu berkas yang berisikan catatan dalam bentuk dokumen
mengenai identitas pasien, hasil pemeriksaan,
pengobatan, ,tindakan dan pelayanan lain
yang telah diberikan kepada pasien.
8
Baca Kategorik
2. Demam
berdarah dengue DBD
Merupakan Pasien yang telah terdiagnosis DBD yang sudah
dituliskan oleh dokter dalam rekam medis pasien. Penyakit
demam berdarah dengue DBD merupakan suatu penyakit yang
didasari oleh infeksi Virus Dengue.
1
Rekam medis
Baca Kategorik
3. Kelompok usia
Usia pasien saat terdiagnosa Demam Berdarah Dengue dan
dikelompokkan menjadi Pra sekolah 3-5
Kanak-kanak 6-11 Remaja muda 12-14
Remaja 15-17 Dewasa muda 18-35
Dewasa menengah 36-55 Dewasa akhir 55
Rekam medis
Baca Kategorik
ordinal
4. Jenis kelamin
Jenis kelamin adalah perbedaan antara perempuan dengan laki-
laki secara biologis sejak Rekam
medis Baca
Kategorik nominal
seseorang lahir.
9
5. Alamat
Alamat merupakan
domisili tempat pasien tinggal yang telah
dituliskan di dalam rekam medis pasien.
Rekam medis
Baca Kategorik
nominal
6. Pekerjaan
Pekerjaan adalah
macam pekerjaan
yang dilakukan
seseorang atau
ditugaskan kepada seseorang yang sedang
bekerja atau yang sementara tidak bekerja.
Dikelompokkan menjadi: Pelajar
Mahasiswa Karyawan
Ibu Rumah Tangga Guru
Lainnya. Rekam
medis Baca
Kategorik ordinal
7. Suku
Asal suku pasien dibagi menjadi, Jawa, Sunda, Betawi,
Makassar, Palembang, Nias, Batak, atau yang lainnya.
Rekam medis
Baca Kategorik
ordinal
8. Tingkat
pendidikan Jenjang pendidikan pasien terdiri
dari tingkat pendidikan saat ini, yang berarti tingkat pendidikan
yang sedang pasien jalani, yaitu SD, SMP, SMA, dan kulia dan
tingkat pendidikan
terakhir pasien yang yaitu, SD, SMP,
SMA, diploma, dan strata 1. Rekam
medis Baca
Kategorik
9. Status
Pernikahan Pernikahan adalah sebuah ikatan
lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita ssebagai
Rekam medis
Baca Kategorik
ordinal
suami isteri dengan tujuan untuk membentuk keluarga atau rumah
tangga yang bahagia dan kekal.
10
Dikelompokkan menjadi : •
Menikah •
Belum Menikah •
DudaJanda 10.
Bulan rawat inap
Merupakan bulan dimana pasien dirawat inap di RSUD
Cengkareng. Rekam
medis Baca
Kategorik
11. Lama rawat
inap Didefinisikan sebagai lama
pasien di rawat inap dan dihitung dalam hari.
Rekam medis
Baca Kategorik
12. Jalur masuk
rumah sakit Dibagi menjadi Instalasi Gawat
Darurat IGD, poli umum, dan rujukan.
Rekam medis
Baca Kategorik
13. Indeks massa
tubuh IMT Indeks massa tubuh adalah berat
badan dalam kilogram kg dibagi
tinggi dalam
meter kuadrat m
2
, lalu IMT yang sudah
didapat digolongkan
berdasarkan klasifikasi
IMT menurut Kriteria Asia Pasifik.
12
Rekam medis dan
kriteria klasifikasi
IMT Asia Pasifik
Hitung Kategorik
14. Demam
Demam didefinisikan sebagai peningkatan suhu tubuh dari
nilai temperatur
normalnya 37,7
°C
13
. Pada penelitian ini, demam
merupakan keluhan
yang tercatat dalam rekam medis.
Rekam medis
Baca. Kategorik
15. Mual
Mual didefinisikan
sebagai perasaan ingin muntah dan
seringkali muncul
sebelum muntah.
13
Rekam medis
Baca Kategorik
16. Anoreksia
Anoreksia adalah tidak adanya nafsu makan.
14
Rekam medis
Baca Kategorik
17. Malaise
Didefinisikan sebagai perasaan tidak nyaman yang samar
15
Rekam medis
Baca Kategorik
18. Muntah
Muntah adalah keluarnya isi lambung
hingga ke
mulut dengan paksa atau dengan
kekuatan.
14
Rekam medis
Baca Kategorik
19. Sakit kepala
Nyeri pada kepala.
15
Rekam medis
Baca Kategorik
20. Nyeri perut
Nyeri pada abdomen. Rekam
medis Baca
Kategorik
21. Epistaksis
Perdarahan dari hidung, biasanya akibat pecahnya
pembuluh darah kecil yang terletak pada bagian anterior
septum nasal kartilaginosa.
15
Rekam medis
Baca Kategorik
22. Perdarahan
gusi Keluarnya darah dari gusi.
Rekam medis
Baca Kategorik
23. Perdarahan
saluran cerna Keluarnya darah darri saluran
pencernaan. Rekam
medis Baca
Kategorik
24. Mialgia
Nyeri pada otot.
15
Rekam medis
Baca Kategorik
25. Arthralgia
Nyeri pada daerah sendi. Rekam
medis Baca
Kategorik
26. Sakit tenggorok
Sensasi nyeri pada daerah tenggorok anterior leher.
15
Rekam medis
Baca Kategorik
27. Hitung
trombosit Didefinisikan sebagai jumlah sel
keping darah dalam mm
3
, selmm
3
. Rekam
medis Baca
Kategorik. Trombositop
enia trombosit
100.000 selmm
3
28. Kadar
hematokrit Didefinisikan sebagai persentase
sel darah merah terhadap volume darah total.
16
Rekam medis
Baca. Kategorik.
1 : 36 2 : 36
29. Hitung leukosit
Didefinisikan sebagai perhitungan jumlah sel darah
putih per satu mili liter kubik selmm
3
. Rekam
medis Baca.
Kategorik. Leukopenia
Leukosit 5.000
selmm
3
30. Nilai SGOT
Didefinisikan sebagai jumlah enzim SGOT dalam unit per
liter darah UL. Rekam
medis Baca.
Kategorik 1 : 30 UL
2 : 30 UL 3 : tidak
dilakukan pemeriksaan
31. Nilai SGPT
Didefinisikan sebagai jumlah enzim SGOT dalam unit per
liter darah UL. Rekam
medis Baca
Kategorik 1 : 35 UL
2 : 35 UL 3 : tidak
dilakukan pemeriksaan
32. Imunoglobulin
M IgM Merupakan antibodi yang
dibentuk tubuh sebagai respon dari infeksi Virus Dengue, dapat
dideteksi 3-5 hari setelah onset penyakit dan tidak terdeteksi
kembali setelah 2-3 bulan kemudian.
4
Rekam medis
Baca. Kategorik
1 : positif 2 : negatif
3 : tidak dilakukan
pemeriksaan 33.
Imunoglobulin G IgG
Merupakan antibodi yang dibentuk tubuh sebagai respon
dari infeksi Virus Dengue, dapat dideteksi di akhir minggu
Rekam medis
Baca. Kategorik
1 : positif
pertama dan tidak terdeteksi kembali setelah beberapa tahun.
4
2 : negatif 3 : tidak
dilakukan pemeriksaan
34. Tindakan
Suatu tatalaksana atau terapi invasif yang diberikan dokter
kepada pasien. Terdiri dari terapi cairan, pemberian
antibiotik, dan tindakan. Rekam
medis Baca
Kategorik
35. Antibiotika
Antibiotika adalah segolongan senyawa, baik alami maupun
sintetik, yang mempunyai efek untuk menekan atau
menghentikan suatu proses biokimia di dalam suatu
organisme, khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri.
Rekam medis
Baca Kategorik
1 : diberikan antibiotik
2 : tidak diberikan
antibiotic
36. Meninggal
Meninggal adalah
sudah menghilangnya
nyawa atau
tidak hidup lagi.
17
Rekam medis
Baca Kategorik
1 : meninggal 2 : tidak
meninggal
21
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan studi deskriptif dengan pendekatan retrospektif cross-sectional dengan mengumpulkan data di bagian rekam medis RSUD
Cengkareng. Data-data yang telah terkumpul akan digunakan untuk mengetahui Profil Pasien Demam Berdarah Dengue di Rumah Sakit Umum Daerah
Cengkareng 2014.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Cengkareng selama bulan Juli hingga Agustus 2015.
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi dan Sampel yang Diteliti
Populasi yang dijadikan subjek penelitian adalah sebagai berikut: a. Populasi target: pasien rawat inap dengan demam berdarah dengue.
b. Populasi terjangkau: pasien dengan demam berdarah dengue yang dirawat inap di RSUD Cengkareng.
c. Subjek yang diteliti: pasien rawat inap dengan demam berdarah dengue di RSUD Cengkareng pada Tahun 2014 yang memenuhi
kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditentukan oleh peneliti.
3.3.2. Jumlah Sampel
Jumlah sampel yang dijadikan subjek dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan rumus besar hitung sampel untuk data nominal, yaitu:
26
n = n =
, . , . ,
,
= 385
Z Tingkat kemaknaan ditetapkan peneliti
P : Proporsi penyakit dari pustaka Q : 1-P
d : Tingkat ketepatan relatif ditetapkan peneliti