25
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini merupakan studi deskriptif potong lintang dengan pendekatan retrospektif, yang menggambarkan profil pasien DBD di RSUD
Cengkareng tahun 2014. Pada penelitian ini sampel yang didapatkan 67 pasien. Data yang didapatkan adalah jumlah angka kejadian DBD dan sebaran sosio-
demografi pasien yaitu kelompok usia, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, suku, tingkat pendidikan, status pernikahan, agama, bulan rawat inap, ruang rawat inap,
lama rawat inap, jalur masuk rumah sakit, indeks massa tubuh IMT. Selain itu, juga didapatkan data gambaran klinis meliputi keluhan, pemeriksaan fisik, hasil
laboratorium, pemeriksaan penunjang, tatalaksana cairan, tatalaksana tindakan dan tatalaksana tambahan, serta angka kematian pasien.
4.1. Angka Kejadian DBD.
4.2 Sebaran Sosio-Demografi Pasien DBD
Tabel 4.1. Tabel Distribusi Pasien DBD di RSUD Cengkareng Tahun 2014 Berdasarkan Kelompok Usia
Kategori Frekuensi
n=67 Persentase
Pasien AnakDewasa
Kelompok usia Pasien Anak
Pra sekolah 3-5 1
1,5 Kanak-kanak 6-11
20 29,9
Remaja muda 12-14 10
14,9 Remaja 15-17
10 14,9
Total 41
61,2 Pasien Dewasa
Dewasa muda 18-35 17
25,4 Dewasa menengah 36-55
8 11,9
Dewasa akhir 55 1
1,5 Total
26 38,8
Dari 67 sampel pasien, terdapat 41 pasien 61,2 anak dan 26 pasien 38,8 pasien dewasa.
Dari 41 pasien anak, didapatkan jumlah pasien terbanyak dari kelompok usia kanak-kanak 6-11 tahun sebanyak 20 pasien 48,8 bila dibandingkan
26
dengan penelitian serupa lainnya di Thailand yang memiliki jumlah sampel 394 kasus anak didapatkan jumlah kasus tertinggi pada kelompok usia 10-14 tahun
yaitu sebanyak 50,8, sementara pada kelompok usia 5-9 tahun memiliki jumlah kasus yang sedikit lebih rendah yaitu sebanyak 48,7.
18
Terdapat perbedaan hasil mungkin dikarenakan penelitian yang dilakukan di Thailand menggunakan sampel
anak dengan rentang usia 4-14 tahun saja, sedangkan sampel anak yang masuk di dalam penelitian ini memiliki rentang usia antara 5-17 tahun sehingga jatah
sampel anak dari usia 15-17 tahun yang tidak masuk ke dalam persentase hasil bisa diisi oleh sampel anak dari kelompok usia 10-14 tahun.
Dari 26 pasien dewasa, pasien dewasa terbanyak terdapat pada kelompok usia 35-44, yaitu sebanyak 9 dari 26 pasien 34,6. Apabila hasil ini
dibandingkan dengan penelitian serpa lainnya di Singapura didapatkan kesamaan hasil yang menunjukkan bahwa pada pasien dewasa, kelompok usia 35-44
merupakan kelompok dengan jumlah pasien terbanyak dengan 1.046 kasus dari 4.152 sampel pasien usia dewasa atau setara dengan 25,2 kasus.
19
Tabel 4.2. Distribusi Pasien DBD Anak dan Dewasa di RSUD Cengkareng Tahun 2014 Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi n=67
Persentase Pasien Anak
n=41 Laki-Laki
25 61,0
Perempuan 16
39,0 Pasien Dewasa
n=26 Laki-Laki
9 34,6
Perempuan 17
65,4
Dari tabel di atas, kita dapat melihat perbandingan antara pasien laki-laki dan perempuan dari masing-masing kelompok pasien anak dan dewasa. Pada
kelompok pasien anak, jumlah pasien laki-laki sebanyak 25 paien 61 dan jumlah pasien perempuan sebanyak 16 pasien 39. Bila dihitung, didapatkan
rasio pasien laki-laki:perempuan pada kelompok pasien anak adalah 1:0,64. Bila dibandingkan dengan penelitian lain di Thailand, didapatkan hasil rasio pada
pasien anak laki-laki:perempuan sebesar 1:0,83.
18
Sementara itu, pada kelompok pasien dewasa, jumlah pasien laki-laki sebanyak 9 pasien 34,6 dan pasien perempuan sebanyak 17 pasien 65,4.
27
Dari data tersebut, didapatkan rasio pasien laki-laki:perempuan sebesar 1:1,89. Dari penelitian lain di Taiwan didapatkan rasio antara pasien dewasa laki-laki:
perempuan sebesar 1:1,27.
20
Terdapat perbedaan hasil yang cukup berbeda antara rasio pasien laki-laki dewasa:pasien perempuan dewasa di RSUD Cengkareng
dengan Kaohsiung Chang Gung Memorial Hospital, hal ini dimungkinkan karena sampel yang diambil di RSUD Cengkareng kurang, sehingga sampel yang diambil
tidak mewakili keseluruhan pasien di tahun 2014. Tabel 4.3. Distribusi Alamat Pasien DBD di RSUD Cengkareng
Tahun 2014
Alamat Frekuensi n=67
Presentase Cengkareng
47 70,1
Kali Deres 10
14,9 Kembangan
3 4,5
Kali Angke 1
1,5 Tambora
1 1,5
Ciledug 1
1,5 Duri Kosambi
1 1,5
Jasinga Bogor 1
1,5 Tidak ada data
2 3,0
Dari tabel di atas, didapatkan data berupa alamat tempat tinggal pasien rawat inap dengan DBD di RSUD Cengkareng pada Tahun 2014, adapun sebaran
alamat pasien paling banyak terdapat di Kecamatan Cengkareng sebanyak 47 pasien 70,1, kemudian Kecamatan Kali Deres 10 pasien 14,9, Kecamatan
Kembangan 10 pasien 14,9, Kecamatan Kali Angke, Tambora, Ciledug, Duri Kosambi, dan dari kota lain yaitu Kota Bogor, Kecamatan Jasinga masing-masing
terdapat 1 pasien 1,5. Sementara terdapat dua pasien yang tidak tertulis alamatnya di dalam rekam medis, sehingga jumlah pasien yang alamatnya tertera
dalam rekam medis yaitu 65 pasien dari 67 pasien yang menjadi sampel. Hal ini menunjukkan masih ada kekurangan dalam pencatatan dan pemeriksaan
kelengkapan rekam medis yang dilakukan oleh pihak RSUD Cengkareng. Hal ini
28
penting untuk dievaluasi, karena identitas pasien seperti kolom alamat merupakan hal yang penting untuk dilengkapi.
Tabel 4.4. Distribusi Pasien DBD di RSUD Cengkareng Tahun 2014 Berdasarkan Pekerjaannya.
Pekerjaan Frekuensi n=67
Persentase Pelajar
46 68,7
Mahasiswa 2
3,0 Karyawan
8 11,9
Ibu Rumah Tangga 8
11,9 Guru
1 1,5
Lainnya 1
1,5 Tidak ada data
1 1,5
Mayoritas pasien DBD di RSUD Cengkareng merupakan seorang pelajar, dari keseluruhan 67 pasien, didapatkan 46 pasien merupakan seorang pelajar atau
sama dengan 68,7. Pekerjaan lainnya yang sehari-hari pasien jalani yaitu sebagai seorang pelajar, terdapat 2 pasien yang merupakan seorang pelajar, atau
setara dengan 3 dari keseluruhan pasien. Pekerjaan sebagai karyawan dijalani oleh 8 pasien, atau sama dengan 11,9, jumlah ini juga sama dengan pekerjaan
sebagai ibu rumah tangga yang dilakoni oleh 8 pasien juga. Selain itu, ada 1 pasien 1,5 yang merupakan seorang guru. Sementara 2 pasien lainnya terdiri
dari 1 pasien termasuk kategori pekerjaan lainnya, dan 1 pasien tidak diketahui jenis pekerjaannya.
Tabel 4.5. Distribusi Pasien DBD di RSUD Cengkareng Tahun 2014 Berdasarkan Suku
Suku Frekuensi n=67
Presentase Jawa
11 16,4
Sunda 3
4,5 Betawi
2 3,0
Makassar 1
1,5
29
Palembang 1
1,5 Nias
1 1,5
Batak 1
1,5 Tidak ada data
47 70,1
Dari tabel di atas, didapatkan Suku terbanyak adalah Jawa dengan 11 pasien 16,4, kemudian Sunda sebanyak 3 pasien 4,5, Betawi 2 pasien
3,0, Makassar, Palembang, Nias, dan Batak masing-masing terdapat 1 pasien 1,5. Data di atas tidak dapat mewakili untuk menggambarkan sebaran Suku
pada pasien rawat inap dengan DBD di RSUD Cengkareng tahun 2014. Hal ini dikarenakan hanya 20 rekam medis yang tertulis data mengenai Suku pasien dari
67 rekam medis yang dijadikan sampel. Hal ini kembali menunjukkan ketidaklengkapan pengisian rekam medis oleh pihak RSUD Cengkareng. Hal ini
bisa menjadi evaluasi untuk pihak RSUD Cengkareng agar kedepannya mampu memperbaiki masalah ketidaklengkapan rekam medis, khususnya mengenai
identitas pasien. Tabel 4.6. Distribusi Tingkat Pendidikan pada Pasien DBD Anak dan Dewasa
di RSUD Cengkareng Tahun 2014
Pasien anakdewasa Kategori
Frekuensi n=67
Persentase Tingkat pendidikan saat ini
Anak n=41
SD 15
36,6 SMP
14 34,1
SMA 10
24,4 Kuliah
1 2,4
Tidak ada data 1
2,4 Tingkat pendidikan terakhir
Dewasa n=26 SD
0,0 SMP
2 7,7
SMA 17
65,1 Diploma
3 11,5
Strata 1 2
7,7 Tidak ada data
2 7,7
30
Untuk status pendidikan pasien, dikarenakan kelompok usia pasien dibagi menjadi anak dan dewasa, peneliti membagi vaiabel tingkat pendidikan menjadi
dua kategori, yakni tingkat pendidikan saat ini dan tingkat pendidikan terkahir. Tingkat pendidikan saat ini ditujukan untuk pasien anak dan diartikan sebagai
pendidikan yang sedang pasien jalani saat ini, klasifikasinya terdiri dari, SD, SMP, SMA, dan kuliah. Sementara untuk tingkat pendidikan terakhir ditujukan
untuk pasien dewasa dan diartikan sebagai jenjang pendidikan terakhir yang telah pasien jalani, peneliti membaginya menjadi klasifikasi SD, SMP, SMA, diploma,
dan strata 1. Dari tabel di atas, didapatkan rincian sebaran tingkat pendidikan pasien
saat ini dari total 41 pasien anak sebagai berikut, SD sebanyak 15 pasien 36,6, SMP 14 pasien 34,1, SMA 10 pasien 24,4, kuliah 1 pasien 2,4,
sedangkan yang tidak diketahui karena tidak ada data sebanyak 1 pasien 2,4 Dari 26 pasien dewasa, didapatkan sebaran sebagai berikut, tidak ada
pasien yang memiliki tingkat pendidikan terakhir SD, sedangkan SMP sebanyak 2 pasien 7,7, SMA sebanyak 17 pasien 65,1, Diploma sebanyak 3 pasien
11,5, dan Strata 1 sebanyak 2 pasien 7,7, sedangkan yang tidak diketahui karena tidak ada data sebanyak 2 pasien 7,7.
Tabel 4.7. Distribusi Status Pernikahan DBD Pasien Anak dan Dewasa di RSUD Cengkareng Tahun 2014
Pasien anakdewasa
Status Pernikahan Frekuensi n=67
Persentase Anak
Belum menikah 40
97,6 Sudah menikah
1 2,4
Dudajanda 0,0
Dewasa Belum menikah
8 30,8
Sudah menikah 17
65,3 Dudajanda
1 3,8
Berdasarkan tabel 4.6, 40 pasien anak 97,6 belum menikah, terdapat 1 pasien anak 2,4 yang sudah menikah, dan tidak ada pasien anak yang berstatus
duda atau janda.
31
Sementara pada pasien dewasa, didapatkan data berupa 8 pasien 30,8 belum menikah, 17 pasien 5,3 sudah menikah, dan terdapat 1 pasien 3,8
yang duda atau janda.
Gambar 4.1. Diagram Sebaran Pasien DBD di RSUD Cengkareng Tahun 2014 Berdasarkan Bulan Rawat Inap
Dari diagram 4.1 di atas, dapat ditarik simpulan bahwa jumlah pasien rawat inap selama 3 bulan terbanyak pada bulan Maret hingga Mei, yaitu
sebanyak 34 pasien 50,7. Pada bulan Maret terdapat 11 pasien 16,4 yang dirawat inap, 13 pasien 19,4 di bulan April dan 10 pasien 14,9 di bulan
Mei. Hal ini sesuai dengan epidemiologi DBD yang meningkat setelah musim
hujan. Dari BMKG dan informasi laporan berita mengenai curah hujan dan banjir di Jakarta, pada Januari dan Februari 2014 merupakan bulan dengan curah hujan
tertinggi di Jakarta dan menyebabkan banjir di beberapa daerah di Jakarta. Selain itu, curah hujan yang tinggi juga terjadi di bulan November dan Desember.
21,22
Angka kejadian DBD tinggi pada beberapa minggu setelah musim hujan, hal ini dikarenakan musim hujan menyebabkan banyak genangan air yang merupakan
tempat yang cocok untuk perkembangan vektor untuk DBD.
4,21
2 4
6 8
10 12
14
Jum lah K
as us
R aw
at I
nap
Bulan Rawat Inap
32
Tabel 4.8. Karakteristik Lama Rawat Inap Pasien DBD di RSUD Cengkareng Tahun 2014
Lama rawat inap Jumlah
n=67 Persentase
1-3 Hari 7
10,4 4-6 Hari
46 68,7
7-10 Hari 14
20,9
Bila dilihat dari tabel 4.8 di atas, pasien DBD di RSUD Cengkareng memiliki rentang rawat inap terbanyak pada rentang 4-6 hari, yaitu sebanyak 46
pasien 68,7, diikuti oleh rentang 7-10 hari, yaitu sebanyak 14 pasien 20,9, dan rentang 1-3 hari sebanyak 7 pasien 10,4.
Tabel 4.9. Sebaran Pasien DBD di RSUD Cengkareng Tahun 2014 Berdasarkan Jalur Masuk Rumah Sakit
Berdasarkan jalur masuknya, sebanyak 73,1 kasus 49 pasien masuk melalui IGD, 22,4 kasus 15 pasien melalui poli umum, dan sebanyak 3 pasien
4,5 merupakan pasien rujukan dari fasilitas pelayanan kesehatan lain.
Tabel 4.10. Distribusi Indeks Massa Tubuh pada Pasien DBD Anak Berdasarkan Kurva Pertumbuhan WHO 2007 di RSUD Cengkareng Tahun 2014
23,24
Jenis kelamin LP Usia
tahun BB
Kg TB
cm IMT kgm
2
Status gizi
P 10
41 140
20.91 Overweight
L 12
40 140
20.4 Overweight
L 13
55 165
20.22 Normal
L 13
50 158
20.03 Normal
L 14
47 165
17.26 Normal
L 15
43 164
15.98 Kurus
L 15
50 155
20.81 Normal
L 15
60 165
22.03 Normal
L 16
50 155
20.83 Normal
L 16
48 170
16.6 Normal
P 16
45 156
18.49 Normal
Jalur Masuk Rumah Sakit Jumlah n
Persentase Poli umum
15 22,4
Instalasi gawat darurat IGD 49
73,1 Rujukan
3 4,5
33
Dari tabel di atas hanya terdapat 11 dari 41 pasien anak yang memiliki BB dan TB yang lengkap sehingga dapat diukur indeks massa tubuhnya. Dari 11 anak
tersebut peneliti mengukur IMT yang didapat dari perhitungan rumus BB dibagi TB kuadrat. Setelah mengukur IMT, peneliti mengklasifikasikan IMT tersebut ke
dalam kelas-kelas yang terdapat dalam IMT WHO untuk anak laki-laki dan perempuan usia 5-19 tahun. Dari 11 pasien yang IMTnya dapat diukur, 8 pasien
memiliki status gizi yang normal sesuai dengan usianya. Terdapat 1 pasien yang memiliki status gizi kurus dan terdapat 2 pasien yang memiliki status gizi
overweight.
Tabel 4.11. Distribusi Indeks Massa Tubuh pada Pasien DBD Dewasa di RSUD Cengkareng Tahun 2014 Berdasarkan Klasifikasi WHO Asia Pasifik
12
Klasifikasi IMT Jumlah n=26
Persentase Underweight
1 3,8
Normal 13
50,0 Obesitas
2 7,7
Pre Obesitas 4
15,4 Tidak ada data
6 23,1
Pada pasien dewasa, peneliti mengukur IMT dan mengklasifikasikannya berdasarkan Klasifikasi IMT WHO Asia Pasifik. Didapatkan hasil sebagai berikut,
1 pasien 3,8 memiliki IMT yang rendah, 13 pasien 50 memiliki IMT yang normal, 2 pasien 7,7 memiliki IMT yang tergolong obesitas, dan 4 pasien
15,4 memiliki IMT pre obesitas. Ada 6 pasien 23,1 yang tidak dapat diklasifikasikan IMT nya, hal ini dikarenakan ketidaklengkapan data berat badan
dan atau tinggi badan di rekam medis pasien. Berat badan dan tinggi badan merupakan hal yang penting untuk diukur dan ditulis dalam rekam medis,
khususnya berat badan, karena berat badan sangat berkaitan dalam tatalaksana cairan pada pasien DBD.
34
4.3. Gambaran Klinis Pasien