Tugas dan Wewenang dalam Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002
31
1 Dalam rangka penyelenggaraan tugas sebagaimana yang dimaksud
dalam pasal 13 dan 14 Kepolisian Negara Republik Indonesia secara umum berwenang
36
: a.
Menerima laporan danatau pengaduan; b.
Membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat menggangu ketertiban umum;
c. mencegah dan menanggulangi tumbuuhnya penyakit masyarakat;
d. Mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau
mengancam persatuan dan kesatuan bangsa; e.
Mengeluarkan peraturan kepolisian dalm lingkup kewenangan administratif kepolisian;
f. Melakukan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan
kepolisian dalam rangka pencegahan; g.
Melakukan tindakan pertama ditempat kejadian; h.
Mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret seseorang;
i. Mencari keterangan dan barang bukti;
j. Menyelenggarakan Pusat Informasi Kriminal Nasional;
k. Mengeluarkan surat izin danatau surat keterangan yang diperlukan
dalam rangka pelayanan masyrakat;
36
Pasal 15 ayat 1, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002
32
l. Memberikan bantuan pengamanan dalam siding dan pelaksanaan
putusan pengadilan, kegiatan instansi lainnya, serta kegiatan masyarakat;
m. Meneriama dan menyimpan barang temuan untuk sementara
waktu. Kewenangan di bidang proses pidana pasal 16 ayat 1 Undang-undang
Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia berbunyi:
37
1 Dalam rangka penyelenggaraan tugas sebagaimana yang dimaksud
dalam pasal 13 dan 14 di bidang proses pidana Kepolisian Negara Republik Indonesia berwenang untuk:
a. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan
penyitaan; b.
Melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tempat kejadian perkara untuk kepentingan penyidikan;
c. Membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik dalam
rangka penyidikan; d.
Menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tanda pengenal diri;
e. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;
f. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai
tersangka atau saksi;
37
Pasal 16 ayat 1, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002
33
g. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya
dengan pemeriksaan perkara; h.
Mengadakan penghentian penyidikan; i.
Menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum; j.
Mengajukan permintaan secara langsung kepada pejabat imigrasi yang berwenang di tempat pemeriksaan imigrasi dan
keadaan mendesak atau mendadak untuk mencegah atau menangkal orang yang disangka melakukan tindak pidana;
k. Memberi petunjuk dan bantuan penyidikan kepada penyidik
pegawai negeri sipil untuk diserahkan kepada penuntut umum; dan
l. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung
jawab. Densus 88 sebagai satuan khusus Kepolisian Negara Republik yang
khusus bergerak di bidang pemberantasan tindak pidana terorisme memiliki wewenang yang sama dengan anggota kepolisian lainnya seperti pada pasal
16 Ayat 1 diatas kewenangan melakukan penangkapan, penggeledahan, dan penyitaan ataupun melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki
kejadian perkara untuk kepentingan penyidikan seperti dalam pasal 16 ayat 1 huruf b. Selain itu, ada hal lain yang tercantum dalam pasal 16 ayat 1 huruf l
yang berisikan tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia memiliki wewenang untuk melakukan tindakan khusus atau lain menurut hukum yang
bertanggung jawab, artinya ketentuan dalam pasal ini memberikan peluang
34
kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia untuk bertindak atau melakukan sesuatu yang tidak tertulis di dalam hukum namun harus
memperhatikan unsur bertanggung jawab terhadap tindakan yang dilakukan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia. Dengan kata lain pasal ini
memberikan wewenang kepada Kepolisian Republik Indonesia untuk melakukan tindakan lain yang dianggap perlu namun dapat dipertanggung
jawabkan. Akan tetapi, tindakan lain sebagaimana yang dimaksud dalam ayat 1
huruf l memiliki pengertian dan persyaratan yang harus dimiliki Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagaimana dalam pasal 16 ayat 2 yang
berbunyi yakni: Tindakan lain sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 huruf l adalah tindakan penyelidikan dan penyidikan yang dilaksanakan jika
memenuhi syarat sebagai berikut: a.
Tidak bertentangan dengan suatu hukum; b.
Selaras dengan kewajiban hukum yang mengharuskan tindakan tersebut dilakukan ;
c. Harus patut, masuk akal, dan termasuk dalam lingkungan jabatannya;
d. Pertimbangan yang layak berdasarkan keadaan yang memaksa; dan
e. Menghormati hak asasi manusia.
Selain itu, ada pasal 18 ayat 1 yang memberikan wewenang khusus kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam melaksanakan tugas
dan wewenang yakni dalam melaksanakan tugas dan wewenang dapat bertindak menurut penilaiannya sendiri sebagaiman dalam pasal 18 ayat 1
35
yang berbunyi: “Untuk kepentingan umum pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya dapat
bertindak menurut penilainnya sendiri.”
Dalam pasal ini dapat dibandingankan substansi pengaturan dalam pasal 16 ayat 1 huruf l dan pasal 18 ayat 1 Undang-undang Nomor 2 tahun
2002 dalam pasal 18 ayat 1 sangat jelas terlihat bahwa pasal ini memberikan kekuasaan atau wewenang yang lebih luas dibandingkan pasal 16 ayat 1
huruf l karena kepolisian dapat bertugas berdasarkan penilaiainnya sendiri. Akan tetapi, pelaksanaan ketentuan sebagaimana yang dimaksud dalam pasal
18 ayat 1 tersebut harus memperhatikan pasal 18 ayat 2 yang mana pelaksanaan tersebut dapat dilaksanakan dengan pengecualaian sebagaimana
dalam pasal 18 ayat 2 yang berbunyi: “pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 hanya dapat dilakukan dalam keadaan yang sangat
perlu dengan memperhatikan peraturan perundang-undanngan, serta kode etik profesi kepolisian Negara Republik Indonesia”.
Artinya seorang polisi dapat menjalankan tugas dan berdasarkan penilaiannya sendiri dapat dilakukan sebagaimana pasal 18 ayat 1 hanya
dapat dilakukan dalam keadaan yang sangat perlu dan wajib memperhatikan peraturan perundang-undangan serta kode etik profesi Kepolisian Negara
Republik Indonesia sebelum kepolisian tersebut melaksankan tugasnya berdasarkan penilaiannya sendiri.
36