Sejarah Pembentukan Densus 88 DATASEMEN KHUHUS 88 DENSUS 88

27 penindak striking force. Apalagi dengan meningkatnya aktifitas terorisme pasca-peristiwa 11 September, praktis tugas detasemen Gegana menjadi semakin berat dan kurang memadai. 30 Sejak itulah wacana pembentukan Densus 88 Polri yang kualifikasinya penanggulangan anti-teror makin menguat. Cikal bakal Densus 88 lahir dari Inpres No. 4 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Terorisme. Instruksi ini dipicu oleh maraknya teror bom sejak 2001. Aturan ini kemudian dipertegas dengan diterbitkannya paket Kebijakan Nasional terhadap pemberantasan terorisme dalam bentuk Perpu No. 1 dan 2 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme. Kementerian Koordinator Politik dan Keamanan merespons perintah itu dengan membentuk Desk Koordinasi Pemberantasan Terorisme pada tahun 2002. Desk ini langsung berada di bawah koordinasi Menteri Koordinator Politik dan Keamanan. Desk ini berisi Kesatuan Antiteror Polri yang lebih dikenal dengan Detasemen C Resimen IV Gegana Brimob Polri, dan tiga organisasi antiteror TNI dan intelijen. 31 Dalam perjalanannya, institusi-institusi antiteror tersebut melebur menjadi SatuanTugas Satgas Antiteror di bawah koordinasi Departemen Pertahanan. Namun, inisiatif Matori Abdul Djalil, Menteri Pertahanan saat itu, berantakan. Masing-masing kesatuan antiteror lebih nyaman berinduk 30 Galih Priatmodjo, Densus 88 The Under Cover Squad, Yogyakarta: Narasi, 2010, hal.39 31 Harris.Y.P. Sibuea, Keberadaan Datasemen Khusus DENSUS 88 Dalam Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme, Jurnal Info Singkat Hukum, Vol.V,No.10IIP3DIMei2013, hal.2 28 kepada organisasi yang membawahinya. Satgas Antiterorpun tidak berjalan efektif, masing-masing kesatuan antiteror berjalan sendiri-sendiri. Akan tetapi, eskalasi teror tetap meningkat. Polri terpaksa membentuk Satgas Bom Polri. Tugas pertama Satgas Bom adalah mengusut kasus Bom Natal pada 2001 dan dilanjutkan dengan tugas-tugas terkait ancaman bom lainnya. 32 Satgas Bom Polri menjadi begitu dikenal publik saat menangani beberapa kasus peledakan bom yang melibatkan korban warga negara asing, seperti Bom Bali I, Bom Bali II, Bom Marriot, dan Bom Kedubes Australia. Satgas ini berada di bawah Badan Reserse dan Kriminal Bareskrim Mabes Polri, dan dipimpin oleh perwira polisi bintang satu. Namun, di samping ada satuan antiteror Gegana Brimob Polri dan Satgas Bom Polri, kepolisian memiliki organisasi sejenis dengan nama Direktorat VI Antiteror di bawah Bareskrim Mabes Polri. Keberadaan Direktorat VI Antiteror ini tumpang- tindih dan memiliki fungsi dan tugas yang sama sebagaimana yang diemban oleh Satgas Bom Polri. Mabes Polri akhirnya mereorganisasi Direktorat VI Antiteror dengan menerbitkan SK Kapolri No. 30VI2003 tertanggal 20 Juni 2003 untuk melaksanakan UU No. 15 Tahun 2003 tentang Penetapan Perpu No. 1 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme, sesuai ketentuan Pasal 26 dan Pasal 28 bahwa kewenangan Densus 88 melakukan penangkapan dengan bukti awal yang dapat berasal dari laporan intelijen 32 http:www.tempo.coreadnews20130308063465820Begini-Detasemen-Khusus-88- Antiteror-Dibentuk di akses 14 April 2015 29 manapun selama 7 x 24 jam. Sejak itulah Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri yang disingkat Densus 88 Antiteror Polri terbentuk. 33

B. Tugas dan Wewenang Densus 88

Detasemen Khusus 88 atau Densus 88 adalah satuan khusus Kepolisian Negara Republik Indonesia untuk penanggulangan teroris di Indonesia. Pasukan khusus berompi merah ini dilatih khusus untuk menangani segala ancaman teror, termasuk teror bom. Beberapa anggota juga merupakan anggota tim Gegana. Detasemen 88 dirancang sebagai unit antiteroris yang memiliki kemampuan mengatasi gangguan teroris mulai dari ancaman bom hingga penyanderaan. Densus 88 di pusat Mabes Polri berkekuatan diperkirakan 400 personel ini terdiri dari ahli investigasi, ahli bahan peledak penjinak bom, dan unit pemukul yang di dalamnya terdapat ahli penembak jitu. Selain itu masing-masing kepolisian daerah juga memiliki unit antiteror yang disebut Densus 88, beranggotakan 45-75 orang, namun dengan fasilitas dan kemampuan yang lebih terbatas. Fungsi Densus 88 Polda adalah memeriksa laporan aktivitas teror di daerah. Melakukan penangkapan kepada personel atau seseorang atau sekelompok orang yang dipastikan merupakan anggota 33 Harris.Y.P. Sibuea, Keberadaan Datasemen Khusus DENSUS 88 Dalam Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme, Jurnal Info Singkat Hukum, Vol.V,No.10IIP3DIMei2013, hal.2 30 jaringan teroris yang dapat membahayakan keutuhan dan keamanan negara R.I. 34 Dalam rangka pemberantasan terorisme di Indonesia Densus 88 memiliki tugas dan wewenang yang sama dengan anggota kepolisian lainnya hal ini karena densus 88 merupakan satuan khusus Kepolisian Negara Republik Indonesia yang masih dibawah nauangan Kepolisian Negara Republik Indonesia hanya saja Densus 88 satuan unit khusus yang bergerak dibidang pemberantasan tindak pidana terorisme, adapun tugas dan wewenangnya sebagai berikut:

1. Tugas dan Wewenang dalam Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002

Dalam menjalani tugasnya Kepolisian Negara Republik Indonesia memiliki tugas pokok sebagaimana yang tertera dalam pasal 13 Undang- undang Nomor 2 tahun 2002 yakni: 35 a. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat; b. Menegakkan hukum; dan c. Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat Wewenang secara umum pasal 15 ayat 1 undang-undang No. 2 tahun 2002 menyebutkan: 34 http:id.wikipedia.orgwikiDetasemen_Khusus_88_28Anti_Teror29 di akses tanggal 4 Januari 2015 35 Pasal 13 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002