Problematika Penerjemahan Pengertian Penerjemahan

Metode ini bertujuan mereproduksi pesan dalam teks Bsu, tetapi sering dengan menggunakan kesan keakraban dan ungkapan idiomatik yang tidak didapati pada versi aslinya. Dengan demikian banyak terjadi distorsi nuansa makna. 8 Penerjemahan Komunikatif Metode ini berusaha mereproduksi makna kontekstual yang sedemikian rupa sehingga, baik aspek kebahasaan maupun aspek isinya langsung dapat dimengerti oleh pembaca. Metode ini juga memperhatikan prinsip-prinsip komunikasi yaitu khalayak, pembaca dan tujuan penerjemahan. 13

3. Problematika Penerjemahan

Dalam menerjemahkan terdapat berbagai macam problematika, diantaranya: 1. Masalah Interferensi Dalam Terjemahan Secara sosiolinguistik masalah penerjemahan bermula dari adanya kontak bahasa yang terjadi pada diri Dwibahasawan. Dalam menerjemahkan teks seorang Dwibahasawan mengidentifikasikan unsur-unsur linguistik antar dua bahasa, bahasa Arab dan bahasa Indonesia, sehingga terjadilah gejala interferensi. Ada beberapa bentuk gejala interferensi yang menyebabkan terjemahan tidak gramatis, diantaranya: a. Terjemahan yang tidak gramatis karena kesalahan urutan kata atau kelompok kata dalam kalimat atau klausa. b. Terjemahan yang tidak gramatis karena mengandung unsur yang tidak perlu. , c. Kategori terjemahan yang tidak gramatis. Hal ini disebabkan oleh kerumitan struktur teks sumber. d. Terjemahan yang kurang tepat karena menggunakan kata yang tidak lazim dalam bahasa Indonesia. 2. Masalah Teoretis Kegiatan penerjemahan merupakan kegiatan yang melibatkan berbagai kemampuan secara bersamaan. Diantara kemampuan itu ialah penguasaan dua bahasa, kemampuan teoretis, pengetahuan mengenai berbagai hal dan intuisi. Kesulitan tersebut semakin kompleks tatkala Penerjemah tidak menemukan cara untuk mengatasi masalahnya, dengan maksud Penerjemah kurang menguasai teori terjemah. Teori ini sangat diperlukan dalam proses reproduksi pesan bahasa sumber didalam bahasa penerima dengan padanan yang paling wajar dan paling dekat, baik dari segi arti maupun gaya. 3. Masalah Kosakata Kebudayaan dan Metafora Secara teoretis yang dimaksud kosakata kebudayaan ialah ungkapan yang menggambarkan tradisi, kebiasaan, norma dan budaya yang berlaku dikalangan penutur bahasa sumber. Cara menerjemahkan kosakata seperti itu adalah dengan mencari padanannya didalam bahasa sumber, bukan menerjemahkannya secara harfiah. Masalah lain yang sering dihadapi oleh seorang Penerjemah ialah menyangkut penerjemahan metafora dengan segala jenisnya. Pengasosiaan kata yang satu dengan kata yang lain sering menimbulkan kejanggalan jika diterjemahakan secara harfiah. 4. Masalah Transliterasi Kesulitan transliterasi nama-nama asing disebabkan tiadanya aturan yang konsisten yang dapat dijadikan pegangan, karena transliterasi ini didasarkan atas simakan orang Arab, bukan atas tulisan transkripsi. Huruf G misalnya, kadang ditransliterasi menjadi ghin atau jim tanpa dapat dipastikan kapan G menjadi jim atau menjadi ghin. Misalnya Jhon Gerard ditransliterasi menjadi ﺝ+3 ﺝ. 5. Masalah Tanda Baca Naskah bahasa Arab klasik jarang sekali menggunakan tanda baca, sehingga pembaca pemula sulit membedakan antara kata-kata sebagai uraian dan kata-kata sebagai judul buku, nama orang atau nama geografi. Kelengkapan tanda baca dan tiadanya perbedaan huruf membuat penerjemahan bahasa Arab lebih sulit daripada penerjemahan bahasa lain yang ditulis dengan huruf latin. 14

B. Afiksasi Dalam Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia