Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Suatu kebudayaan tidak lahir dari kekosongan. Ia didahului oleh kebudayaan-kebudayaan lain yang menjadi unsur pembentuknya. Kebudayaan suatu bangsa selalu merupakan ikhtisar dari kebudayaan sebelumnya atau seleksi dari berbagai kebudayan lain. Dengan demikian kebudayaan dapat dipandang sebagai proses memberi dan menerima Majid, 1997:2. Proses diatas terjadi dan berkembang melalui berbagai sarana, diantaranya penerjemahan. Catatan sejarah menegaskan bahwa peradaban Islam pertama-tama berkembang melalui penerjemahan karya-karya lama Yunani, Persia, India dan Mesir dalam bidang eksakta dan kedokteran. Kegiatan ini dimulai pada masa pemerintahan Khalifah Abu Ja`far Al-Mansur 137-159H754-775M, seorang dinasti Abbasiah. Pada masa tersebut Khalifah Al-Ma`mun mengantarkan umat Islam ke masa keemasan Majid, 1997: 98-99. Pada gilirannya bangsa Eropa menyerap dan menyeleksi kebudayaan Islam juga melalui kegiatan penerjemahan. Menurut Newmark 1988:7 sekolah toledolah yang telah berjasa mentransfer kebudayaan Arab dan Yunani melalui kegiatan penerjemahan. 1 Terjemahan juga sebagai bentuk kegiatan manusia dibidang bahasa sudah lama menjadi profesi orang-orang yang mahir berbahasa asing. Terjemahan lisan pernah memainkan peranan penting pada periode, ketika zaman dahulu berlangsung kontak- kontak pertama antaretnis yang bahasanya berlainan. Berkat karya terjemahan tulisan kita mengenal sejarah peradaban manusia, misalnya sejarah peradaban dari zaman Mesopotamia pusat peradaban bangsa summer, salah satu peradaban paling tua di dunia. Tanpa karya terjemahan kita tidak mungkin mengetahui fakta-fakta sejarah terkenal, yakni terbentuknya imperium raksasa yang didiami oleh bangsa-bangsa multietnis dan multilingual, seperti kerajaan romawi dulu. Kendati profesi Penerjemah merupakan salah satu profesi yang paling tua, namun bersamaan dengan itu sepanjang sejarah profesi Penerjemah yang berabad-abad lamanya itu, belum pernah tercatat tentang adanya kegiatan penerjemahan dalam skala yang begitu besar seperti dalam beberapa dasawarsa terakhir ini. Setiap tahun karya terjemahan diterbitkan dalam jumlah yang besar dan jumlahnya terus meningkat dalam gerak maju geometris. Sebagian besar dari jumlah ini adalah terjemahan susastra yang memberi kemungkinan kepada kita untuk mengenal karya-karya sastra klasik ciptaan pujangga- pujangga berskala dunia. Sulit dibayangkan, seberapa jauh tingkat perkembangan pengetahuan kita seandainya tidak ada karya terjemahan. Sebenarnya para Ilmuan bahasa sudah lama sampai pada kesimpulan, bahwa terjemahan bisa menjadi obyek linguistik deskriptif. 2 Dengan meningkatnya hubungan antar bangsa kebutuhan akan profesi Penerjemah dirasakan sekali dan kebutuhan ini lebih dirasakan lagi ketika masyarakat komunitas Internasional mendirikan perserikatan Bangsa-bangsa sebagai badan dunia. Penerjemah menjalankan peranan penting dalam ikut serta melaksanakan hubungan Internasional. Peran serta Penerjemah bisa juga dilihat dalam negosiasi dwipihak antar negara yang membicarakan hubungan-hubungan politik, ekonomi, budaya dll. Dengan demikian Penerjemah membantu orang-orang yang bahasa ibu mereka berlainan, agar dapat mengatasi apa yang dsebut “rintangan bahasa” language barrier. 3 Penerjemahan merupakan kegiatan mengalihkan secara tertulis pesan dari teks suatu bahasa kedalam teks bahasa lain. Dalam hal ini teks yang diterjemahkan disebut teks sumber Tsu dan bahasanya disebut bahasa sumber Bsu, sedangkan teks yang disusun oleh Penerjemah disebut teks sasaran Tsa dan bahasanya disebut bahasa sasaran Bsa. 4 Secara teoretis penerjemahan merupakan suatu proses satu arah, yakni dari Bsu ke Bsa. Jadi terjemahan adalah suatu “reproduksi”, yakni hasil upaya mereproduksi pesan kedalam bahasa lain. 5 Terjemahan kifayatul akhyar merupakan salah satu kitab fikih, didalam kitab tersebut terdapat bermacam-macam hukum Islam yang dilengkapi dengan dalil al-Quran dan hadist. Arti kata fikih ini menurut bahasa Arab ialah paham atau pengertian. Menurut istilah ialah ilmu untuk mengetahui hukum-hukum syara yang pada perbuatan anggota, + , - . + 1 - diambil dari dalil-dalilnya yang terinci. Tujuan mengetahui ilmu fikih ini untuk mendapat keridhaan Allah Swt yang menjadi jalan kebahagiaan dunia dan akhirat. Fikih ini diambil dari Al-quran, hadist, ijma` dan qias. 6 Jika ditelaah lebih lanjut pada buku terjemahan kifayatul akhyar ini terdapat bermacam-macam afiksasi yang dapat Penulis analisis. Kata merupakan satu masalah yang sering dihadapi oleh para linguis dalam linguistik. Tampaknya hal ini menggelikan pula karena para pemakai bahasa yang awam dengan mudah membentuk kalimat-kalimat dengan kata dan dapat pula memisah- misahkan kalimat mereka atas kata-kata pula. Juga orang cerdik pandai ataupun yang telah bersekolah dapat menuliskan kalimat-kalimat mereka dan dapat dengan mudah dan jelas memisahkan kata-kata antar sesamanya dalam tulisan mereka itu. Tentu saja ada problem lain yang tidak dilihat dan diketahui oleh para pemakai bahasa itu. Dalam skripsi ini penulis akan mengemukakan lebih lanjut mengenai pengertian morfologi dan bagian- bagiannya. Morfologi merupakan tataran ilmu bahasa yang disebut tata bahasa atau gramatika. Ia merupakan studi gramatikal struktur intern kata, karena itu morfologi sering disebut pula tata kata atau tata bentuk. Sebagai satuan fungsional dalam morfologi, morfem ini merupakan satuan gramatikal terkecil yang mempunyai makna. 7 2 3 - 4 5 2 . Salah satu contoh proses morfologis ialah pengimbuhan atau afiksasi penambahan afiks. Penambahan afiks dapat dilakukan didepan, ditengah, dibelakang atau didepan dan belakang morfem dasar. Afiks yang ditambahkan didepan disebut prefiks, yang ditengah disebut infiks, yang dibelakang disebut sufiks, yang didepan dan belakang disebut konfiks dan afiks lainnya yang akan dijelaskan dibab selanjutnya. 8 Dari segi penempatannya terdapat bermacam-macam afiks termasuk yang tertera diatas, tetapi disini Penulis akan meneliti lebih spesifik lagi yaitu kepada prefiks, infiks, sufiks dan konfiks. Pada contoh teks ini yaitu Syekh Abu Syuja Berkata: , ی ی ﺝ ی ﻝ . Artinya: “Barangsiapa meminum khamar atau minuman yang memabukkan, dihad empat puluh kali dera, dan boleh lebih hingga mencapai delapan puluh kali dengan cara takzir”. Kata meminum dalam teks terjemahan diatas merupakan prefiks, karena kata me tidak bisa berdiri sendiri dan termasuk morfem terikat. Kata minum termasuk morfem bebas karena dapat berdiri sendiri pada tuturan langsung. Dalam bahasa Arab kata termasuk morfem bebas, karena dapat berdiri sendiri pada tuturan langsung. Tetapi kata tersebut bukan merupakan prefiks seperti pada teks BSa, karena tidak ada tambahan huruf pada awalan prefiks. 6 + 7 5 1 1 Pada contoh teks berikut Allah berfirman: + + + + + + + + + + , - + . + 01 2 + 34 + ,Artinya: Dan diantara mereka ada orang yang Telah berikrar kepada Allah: Sesungguhnya jika Allah memberikan sebahagian karunia-Nya kepada kami, Pastilah kami akan bersedekah dan Pastilah kami termasuk orang-orang yang saleh.” Q.S at-Taubah:75 Pada kata - dalam surah at-Taubah:75 merupakan infiks, karena huruf alif yang berada di tengah kata tersebut tidak bisa berdiri sendiri dan termasuk morfem terikat. Sedangkan kata . bisa berdiri sendiri pada tuturan langsung dan termasuk morfem bebas. Dalam Bsa yang artinya berikrar merupakan bentuk afiks, karena terdapat awalan ber pada kata berikrar. Kata ber termasuk morfem terikat karena tidak bisa berdiri sendiri, sedangkan kata ikrar termasuk morfem bebas karena bisa berdiri sendiri pada tuturan langsung. Pada kata pada ayat diatas merupakan bentuk sufiks, karena ada tambahan 1 diakhir kata dan termasuk morfem terikat karena tidak bisa berdiri sendiri pada tuturan langsung. Kata 20 termasuk morfem bebas, karena bisa berdiri sendiri pada tuturan langsung. Dalam bahasa sasaran yang artinya karunia-Nya itu bukan merupakan bentuk sufiks, karena kata Nya kembali kepada Allah dan bukan morfem terikat, tetapi ia bisa berdiri sendiri pada tuturan langsung. Dalam skripsi ini penulis hanya akan memfokuskan analisis pada hasil terjemahan Bsa bukan pada teks asli Bsu. Namun tidak menutup kemungkinan penulis juga akan menghubungkan afiksasi dalam terjemahannya Bsa dengan afiksasi dalam Bsu. Adanya permasalahan-permasalahan mengenai terjemahan kifayatul akhyar, Penulis tertarik untuk mengkaji lebih spesifik lagi. Dengan ini penulis mengangkat judul: AFIKSASI DALAM PENERJEMAHAN Studi Kasus Terjemahan Kitab Kifayatu Akhyar Jilid III Bab Sumpah Dan Nazar Oleh Achmad Zaidun dan A.Ma`ruf Asrori B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Dalam skripsi ini, penulis mengkhususkan untuk membahas analisis afiksasi dalam terjemahan kifayatul akhyar. Agar penelitian ini menjadi terstruktur dan tidak meluas, dalam arti lebih spesifik pada judul yang akan dibahas, maka penulis merumuskan dan membatasi penelitian ini sebagai berikut:

1. Apa ukurannya untuk mengetahui terjemahan kifayatul akhyar ini sudah tepat

atau belum?

2. Apakah terjemahan yang belum tepat harus sesuai antara afiks Bsu dan afiks

Bsa?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian