Definisi Belajar Teori Belajar

dapat diamati observable. Dengan kata lain, Watson mengabaikan berbagai perubahan mental yang mungkin terjadi dalam belajar dan menganggapnya sebagai faktor yang tidak perlu diketahui. Sebab menurut Watson, faktor-faktor yang tidak teramati tersebut tidak dapat menjelaskan apakah proses belajar sudah terjadi atau belum. c Clark Hull Teori ini, terutama setelah Skinner memperkenalkan teorinya, ternyata tidak banyak dipakai dalam dunia praktis, meskipun sering digunakan dalam berbagai eksperimen dalam laboratorium.Dua hal yang sangat penting dalam proses belajar dari Hull ialah adanya Incentive motivation motivasi insentif dan Drive reduction pengurangan stimulus pendorong. Kecepatan berespon berubah bila besarnya hadiah revaro berubah. d Skinner Dari semua pendukung teori tingkah laku, mungkin teori Skinner lah yang paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar. Beberapa program pembelajaran seperti Teaching machine, Mathetics, atau program-program lain yang memakai konsep stimulus, respons, dan factor penguat reinforcement, adalah contoh-contoh program yang memanfaatkan teori skinner. 2 Teori Belajar Humanistik a Dalam hal ini, Bloom dan Krathowl menunjukkan apa yang mungkin dikuasai dipelajari oleh siswa, yang tercakup dalam tiga kawasan berikut. 1. Kognitif Kognitif terdiri dari enam tingkatan yaitu : i. Pengetahuan mengingat, menghafal ii. Pemahamanmenginterprestasikan iii. Aplikasi menggunakan konsep untuk memecahkan suatu masalah iv. Analisis menjabarkan suatu konsep v. Sintesis menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu konsep utuh 2. Psikomotor Psikomotor terdiri dari lima tingkatan, yaitu: i.Peniruan menirukan gerak. ii.Penggunaan menggunakan konsep untuk melakukan gerak. iii.Ketepatan melakukan gerak dengan benar. iv.Perangkaian beberapa gerakan sekaligus dengan benar. v.Naturalisasi melakukan gerak secara wajar. 3. Afektif Afektif terdiri dari lima tingkatan. i.Pengenalan ingin menerima, sadar akan adanya sesuatu ii.Merespons aktif berpartisipasi iii.Penghargaan menerima nilai-nilai, setia pada nilai nilai tertentu iv.Pengorganisasisan menghubung-hubungkan nilai-nilai yang dipercayai v.Pengamalan menjadikan nilai-nilai sebagi bagian dari pola hidup. b Kolb Sementara, Kolb membagi tahapan belajar dalam empat tahap, yaitu; pengalaman konkret, pengamatan aktif dan reflektif, konseptualisasi, dan ekperimen aktif. Tahap paling dini dalam proses belajar, seorang siswa hanya mampu sekedar ikut mengalami suatu kejadian. Dia belum mempunyai kesadaran tentang hakikat kejadian tersebut.Pada tahap kedua, siswa tersebut lambat laun mampu mengadakan observasi aktif terhadap kejadian itu, serta mulai berusaha memikirkan dan memahaminya.Pada tahap ketiga, siswa mulai belajar untuk membuat abstraksi atau “teori” tentang suatu hal yang diamatinya.Pada tahap akhir eksperimentasi aktif, siswa sudah mampu mengaplikasikan suatu aturan umum kesituasi yang baru. c Honey dan Mumford Berdasarkan teori Kolb ini, Honey dan Mumford membuat penggolongan siswa.Menurut mereka ada empat macam atau tipe siswa, yaitu; a.aktivis, b. reflector c. teoris, dan d. pragmatis. d Habermas Ahli psikologi lain adalah Habermas yang dalam pandangannya bahwa belajar sangat dipengaruhi oleh interaksi, baik dengan lingkungan maupun dengan sesama manusia. Dengan asumsi ini, Habermas mengelompokkan tipe belajar menjadi tiga bagian, yaitu; belajar teknis technical learning, belajar praktis practicalearning, dan belajar emansipatoris emancipatory learning.

2. Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran adalah pedoman berupa program atau petunjuk strategi mengajar yang dirancang untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Pedoman ini memuat tanggung jawab guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu pembelajaran kelompok dengan jumlah peserta didik 2-5 orang dengan gagasan untuk saling memotivasi antara anggotanya untuk saling membantu agar tercapainya suatu tujuan pembelajaran yang maksimal. Eggen and Kauchak dalam Putri 2014:30, “Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama”. Menurut Ibrahim dkk dalam Putri 2014: 21, “Pembelajaran kooperatif juga memiliki tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, adapun tujuan daripembelajaran kooperatif. ” 1. Hasil belajar akademik Pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Pembelajaran model ini dianggap unggul dalam membantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang sulit. 2. Pengakuan adanya keragaman Penerimaan terhadap keragaman, yaitu agar siswa menerima teman- temannya yang mempunyai berbagai macam latar belakang. 3. Pengembangan keterampilan sosial Pengembangan keterampilan social, yaitu untuk mengembangkan keterampilan social siswa diantaranya: berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau mengungkapkan ide, dan bekerja dalam kelompok. Teori yang melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori konstruktivisme. Pada dasarnya pendekatan teori konstrukvisme dalam belajar adalah suatu pendekatan dimana siswa harus secara individual menemukan dan mentransformasikan informasi yang kompleks, memeriksa informasi dengan aturan yang ada dan merevisinya bila perlu. Jadi, pembelajaran kooperatif mencerminkan pandangan bahwa manusia belajar dari pengalaman mereka dan partisipasi aktif dalam kelompok kecil membantu siswa belajar keterampilan sosial yang penting, sementara itu secara bersamaan mengembangkan sikap demokrasi dan keterampilan berpikir logis. Menurut Davidson dan Warsham 2011: 28, “Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengelompokkan siswa untuk tujuan menciptakan pendekatan pembelajaran yang berefektifitas yang mengintegrasikan keterampilan sosial yang bermuatan akademik”. Slavin dalam Isjoni 2011: 15 menyatakan bahwa, “Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4- 6 orang dengan struktur kelompok heterogen”. Jadi dalam model pembelajaran kooperatif ini, siswa bekerja sama dengan kelompoknya untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Dengan begitu siswa akan bertanggung jawab atas belajarnya sendiri dan berusaha menemukan informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan pada mereka. Fokus pembelajaran kooperatif tidak saja tertumpu pada apa yang dilakukan peserta didik tetapi juga pada apa yang dipikirkan peserta didik selama aktivitas belajar berlangsung. Informasi yang ada pada kurikulum tidak ditransfer begitu saja oleh guru kepada peserta didik, tetapi peserta didik difasilitasi dan dimotivasi untuk berinteraksi dengan peserta didik lain dalam kelompok, dengan guru dan dengan bahan ajar secara optimal agar ia mampu mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Menurut Suprijono 2010: 54, “Model pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk- bentuk yang dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru”. Sedangkan menurut Solihatin dan Raharjo dalam Putri 2014: 19 mengungkapkan pada dasarnya cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau prilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan oleh setiap anggota kelompok itu sendiri.

3. Kecerdasan Moral

Pendidikan karakter secara esensial, yaitu untuk mengembangkan kecerdasan moral atau mengembangkan kemampuan moral anak-anak. Cara menumbuhkan karakter yang baik dalam diri anak didik adalah dengan membangun kecerdasan moral. Menurut Borba dalam Zubaedi 2011: 55 ,“Kecerdasan moral kemampuan memahami hal yang benar dan yang salah, artinya memiliki keyakinan etika yang kuat dan bertindak berdasarkan keyakinan tersebut, sehingga ora ng bersikap benar dan terhormat”. Kecerdasan yang sangat penting ini mencakup karakter –karakter utama, seperti kemampuan untuk memahami penderitaan orang lain dan tidak bertindak jahat, mampu mengendalikan dorongan dan menunda pemuasan, mendengarkan dari berbagai pihak sebelum memberikan penilaian, menerima dan menghargai perbedaan, dapat berempati, menunjukan kasih sayang dan rasa hormat terhadap orang lain dan memperjuangkan keadilan. Ini merupakan sifat-sifat utama yang akan membentuk anak menjadi baik hati, berkararakter baik inilah yang diharapkan anak-anak kita dimasa yang akan datang. Meskipun penyebab merosotnya moralitas sangatlah kompleks, terdapat fakta yang tidak dapat di pungkiri. Lingkungan moral anak-anak dibesarkan saat ini sangat meracuni kecerdasan moral mereka. Mengapa demikian? Berikut penyebab timbulnya kemerosotan tindakan moral pada anak: a. pertama, sejumlah faktor sosial kritis yang membentuk karakter bermoral secara perlahan mulai runtuh, yaitu pengawasan orang tua, teladan prilaku bermoral, pendidikan spiritual dan agama, dukungan masyarakat, stabilitas dan pola asuh orang tua; b. kedua, anak-anak secara terus -menerus menerima masukan dari luar yang bertentangan dengan norma-norma yang tengah kita tumbuhkan.

Dokumen yang terkait

PERBEDAAN MORALITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS TERPADU YANG PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN SIMULASI DAN PROBLEM SOLVING DENGAN MEMPERHATIKAN KECERDASAN INTRAPERSONAL DAN KECERDASAN INTERPERSONAL PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 5 BANDAR

1 9 108

PERBEDAAN MORALITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS TERPADU MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO DAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DENGAN MEMPERHATIKAN KECERDASAN INTRAPERSONAL DAN INTERPERSONAL SISWA SMP NEGERI 28 B

0 11 123

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA YANG PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE SCRIPT DENGAN MODEL MAKE A MATCH (Studi Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 30 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 3 72

STUDI KOMPARATIF HASIL BELAJAR IPS TERPADU MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN THINK PAIR SHARE DENGAN MEMPERHATIKAN KECERDASAN ADVERSITAS TERHADAP MATA PELAJARAN IPS TERPADU PADA SISWA KELAS VIII SMP MIFTAHUL ULUM PAMPANGAN TAHUN PELAJARAN 20

0 9 19

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK DAN TIPE SNOWBALL DRILLING DENGAN MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN AWAL PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 10 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 9 95

STUDI PERBANDINGAN LIFE SKILLS (KECAKAPAN HIDUP) SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN CO-OP CO-OP DAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP RESUME DENGAN MEMPERHATIKAN KONSEP DIRI PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU KELAS VII DI SMP NEGERI 2 CANDIPURO, LAMPUNG SELA

1 23 92

EFEKTIVITAS KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING DAN PROBLEM SOLVING DENGAN MEMPERHATIKAN KECERDASAN EMOSIONAL (EQ) SISWA KELAS VIII SMPN 3 PEKALONGAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 18 99

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TIME TOKEN DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TS-TS) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL DENGAN MEMPERHATIKAN KECERDASAN SPIRITUAL PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU SISWA KELAS VII SM

0 12 103

STUDI PERBANDINGAN BERPIKIR KRITIS MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE SCRIPT DAN TIPE BERTUKAR PASANGAN DENGAN MEMPERHATIKAN KONSEP DIRI SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 SUMBERJAYA TAHUN AJARAN 20

0 4 81

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DAN VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE DALAM MATA PELAJARAN IPS TERPADU GUNA MENINGKATKAN KECERDASAN MORAL DENGAN MEMPERHATIKAN KECERDASAN SPIRITUAL PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 NATAR LAMPUNG

1 17 105