Model Pembelajaran Cooperative Script

baru dalam pemecahan suatu permasalahan, daya berfikir kritis serta mengembangkan jiwa keberanian dalam menyampaikan hal-hal baru yang diyakininya benar. Model pembelajaran ini mengajarkan siswa untuk percaya kepada guru dan lebih percaya lagi pada kemampuan sendiri untuk berpikir, mencari informasi dari sumber lain dan belajar dari siswa lain. Menurut Riyanto 2009:280, langkah-langkah untuk menerapkan model pembelajran coopertive script adalah sebagai berikut: 1. guru membagi siswa untuk berpasangan; 2. guru membagiakan wacanamateri tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan; 3. guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar; 4. pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya, sementara pendengar: a. menyimakmengoreksimelengkapi ide-ide pokok yang kurang lengkap b. membantu mengingatmenghafal ideide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya 5. bertukar peran, semula berperan sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya. Kemudian lakukan seperti kegiatan tersebut kembali; 6. merumuskan kesimpulan bersama-sama siswa dan guru; 7. penutup. Menurut Roger dan Johnson dalam Umaroh 2012:28 Ada 5 komponen dasar pembelajaran kooperatif yang efisien yaitu. a. Saling ketergantungan positif. Keberhasilan kelompok sangat bergantung usaha tiap anggotanya. Dengan demikian siswa harus merasa bahwa mereka saling bergantung secara positif dalam kelompok. b. Tanggung jawab perseorangan. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab untuk mempelajari materi dan bertanggung jawab terhadap hasil belajar kelompok. c. Interaksi tatap muka. Hasil belajar yang terbaik dapat diperoleh dengan cara adanya komunikasi verbal antar siswa yang didukung oleh saling ketergantungan positif. Siswa harus saling berhadapan dan saling membantu dalam pencapaian tujuan belajar. d. Komunikasi antar anggota. Keterampilan sosial sangatlah penting dalam belajar kooperatif dan harus diajarkan kepada siswa. Keberhasilan tiap kelompok bergantung pada keaktivan tiap anggota mengutarakan pendapatnya. e. Evaluasi proses kelompok. Siswa memproses keefektivan kelompok belajar mereka dengan cara menjelaskan tindakan mana yang bermanfaat dan mana yang tidak, serta membuat keputusan terhadap tindakan yang bisa dilanjutkan atau yang perlu diubah. Berdasarkan uraian tersebut, dapat di jelaskan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang dilandaskan atas kerja kelompok yang dilakukan untuk mencapai tujuan khusus. Para ahli telah menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit dan menumbuhkan kemampuan berpikir kritis. “Pembelajaran kooperatif dapat memberikan keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja menyelesaikan tugas-tugas akademik ” Pratama 2010:59. Menurut Prasetyo 2013: 23 manfaat dari Cooperative Script bagi siswa yang berprestasi rendah antara lain: 1. meningkatkan pencurahan waktu pada tugas; 2. rasa harga diri lebih tinggi; 3. memperbaiki sikap terhadap ilmu pengetahuan dan sekolah; 4. memperbaiki kehadiran siswa di kelas; 5. penerimaan terhadap perbedaan individu lebih besar; 6. perselisihan antar pribadi kurang; 7. sikap apatis kurang; 8. pemahaman lebih mendalam; 9. motivasi lebih mendalam; 10. hasil belajar lebih baik; 11. meningkatkan budi pekerti, moral, kepekaan dan toleransi antar sesama . Melalui pembelajaran cooperative diharapkan, siswa lebih aktif dalam mendiskusikan konsep tentang pelajaran mereka. Siswa yang bekerja dalam situasi pembelajaran cooperative, didorong untuk bekerjasama pada tugas bersama, untuk mencapai suatu penghargaan bersama. Satu aspek penting pembelajaran cooperative adalah disamping membantu tingkah laku cooperative, hubungan yang lebih baik diantara siswa, juga secara bersama membantu siswa dalam pelajaran akademis mereka. Adapun karakteristik model pembelajaran cooperative script: a. siswa dalam kelompok secara kooperative menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai. b. kelompok dibentuk dari beberapa siswa yang memiliki kemampuan berbeda-beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah. c. penghargaan lebih menekankan pada kelompok dari pada masing-masing individu. Sumber : mukhsin dalam penerapan model cooperative script.edu, 2014.html

5. Model Pembelajaran Rolle Playing

Nama lain dari pembelajaran role playing ini adalah Sosiodrama. Sosiodrama Rolle playing oleh Syaiful dalam Umaroh 2012:213 berasal dari kata Sosio dan drama. Sosio berarti sosial menunjuk pada objeknya yaitu masyarakat menunjukan pada kegiatan –kegiatan sosial, dan drama berarti mempertunjukan, mempertontonkan atau memperlihatkan. Jadi sosiodrama adalah metode mengajar yang dalam pelaksanaannya peserta didik mendapat tugas dari guru untuk mendramatisasikan suatu situasi sosial yang mengandung suatu problem, agar peserta didik dapat memecahkan suatu masalah yang muncul dari suatu situasi sosial. Model pembelajaran dengan cara memberikan peran-peran tertentu kepada peserta didik dan mendramatisasikan peran tersebut kedalam sebuah pentas. Bermain peran rolle playing adalah salah satu model pembelajaran interaksi sosial yang menyediakan kesempatan kepada murid untuk melakukan kegiatan-kegiatan belajar secara aktif dengan personalisasi. Oleh karena itu, lebih lanjut Hamalik 2004: 214 mengemukakan bahwa, “bentuk pengajaran rolle playing memberikan pada murid seperangkat atau serangkaian situasi-situasi belajar dalam bentuk keterlibatan pengalaman sesungguhnya yang dirancang oleh guru ”. Menurut Abdullah 2013: 59 menyatakan bahwa model pembelajaran bermain peran rolle playing adalah model yang pertama, dibuat berdasarkan asumsi bahwa sangatlah mungkin menciptakan analogi otentik ke dalam suatu situasi permasalahan kehidupan nyata, kedua bahwa bermain peran dapat mendorong murid mengekspresikan perasaannya dan bahkan melepaskan, ketiga bahwa proses psikologis melibatkan sikap, nilai dan keyakinan kita serta mengarahkan pada kesadaran melalui keterlibatan spontan yang disertai analisis. Prasetyo dalam Ubaydillah 2001 : 72 fromhttp:rujukanskripsi.blogspot.com201306kajian-teori-hakikat- metode.html Pembelajaran dengan rolle Playing adalah suatu penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Metode ini banyak melibatkan siswa dan membuatsiswa senang belajar serta metode ini mempunyai nilai tambah yaitu a dapat menjamin partisipasi seluruh siswa dan memberi kesempatan yang sama untuk menunjukan kemampuan dalam bekerja sama hingga berhasil b permainan merupakan pengalaman yang menyenangkan bagi siswa. fromhttp:rujukanskripsi.blogspot.com201306kajian-teori-hakikat metode.html. Prasetyo dalam Alwa 2014: 74 mengungkapkan pembelajaran dengan rolle playing biasanya ditampilkan oleh sekelompok kecil siswa, bertujuan mengeksploitasi beberapa yang ditemukan untuk melengkapi partisipasi dan pengamat dengan pengalaman belajar yang nantinya dapat meningkatkan pemahaman dan penghayatan siswa dalam belajar. Metode bermain peranan, titik tekanannya terletak pada keterlibatan emosional dan pengamatan indera ke dalam suatu situasi masalah yang secara nyata dihadapi. Murid diperlakukan sebagai subyek pembelajaran, secara aktif melakukan praktik-praktik berbahasa bertanya dan menjawab bersama teman-temannya pada situasi tertentu. Belajar efektif dimulai dari lingkungan yang berpusat pada diri murid. Menurut Abdullah 2013: 14 langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut: 1. guru menyusunmenyiapkan skenario yang akan ditampilkan; 2. menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dalam waktu beberapa hari sebelum pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar; 3. guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang; 4. memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai; 5. memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan; 6. masing-masing siswa berada di kelompoknya sambil mengamati skenario yang sedang diperagakan; 7. setelah selesai ditampilkan, masing-masing siswa diberikan lembar kerja untuk membahasmemberi penilaian atas penampilan masing-masing kelompok; 8. masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya; 9. guru memberikan kesimpulan secara umum; 10. evaluasi; 11. penutup. Tujuan dari metode pembelajaran bermain peran ini menurut Hamalik 2004: 198 disesuaikan dengan jenis belajar, diantaranya sebagai berikut:: 1. belajar dengan berbuat. Para siswa melakukan peranan tertentu sesuai dengan kenyataan yang sesungguhnya. Tujuannya adalah untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan interaktif atau keterampilan- keterampilan reaktif; 2. belajar melalui peniruan imitasi. Para siswa pengamat drama menyamakan diri dengan pelaku aktor dan tingkah laku mereka; 3. belajar melalui balikan. Para pengamat mengomentari menanggapi prilaku para pemain atau pemegang peeran yang telah ditampilkan. Tujuannya adalah untuk mngembangkan prosedur-prosedur kognitif dan prinsip-prinsip yang mendasari perilaku keterampilan yang telah didramatisasikan; 4. belajar melalui pengkajian, penilaian dan pengulangan. Para peserta dapat memperbaiki keterampilan-keterampilan mereka dengan mengulanginya dalam penampilan berikutnya. Menurut Sanjaya dalam Umaroh 2012: 161 metode role playing ini merupakan sebagian dari simulasi yang diarahkan utuk mengkreasikan peristiwa- peristiwa aktual atau kejadian- kejadian yang mungkin muncul pada masa mendatang.

Dokumen yang terkait

PERBEDAAN MORALITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS TERPADU YANG PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN SIMULASI DAN PROBLEM SOLVING DENGAN MEMPERHATIKAN KECERDASAN INTRAPERSONAL DAN KECERDASAN INTERPERSONAL PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 5 BANDAR

1 9 108

PERBEDAAN MORALITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS TERPADU MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO DAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DENGAN MEMPERHATIKAN KECERDASAN INTRAPERSONAL DAN INTERPERSONAL SISWA SMP NEGERI 28 B

0 11 123

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA YANG PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE SCRIPT DENGAN MODEL MAKE A MATCH (Studi Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 30 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 3 72

STUDI KOMPARATIF HASIL BELAJAR IPS TERPADU MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN THINK PAIR SHARE DENGAN MEMPERHATIKAN KECERDASAN ADVERSITAS TERHADAP MATA PELAJARAN IPS TERPADU PADA SISWA KELAS VIII SMP MIFTAHUL ULUM PAMPANGAN TAHUN PELAJARAN 20

0 9 19

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK DAN TIPE SNOWBALL DRILLING DENGAN MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN AWAL PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 10 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 9 95

STUDI PERBANDINGAN LIFE SKILLS (KECAKAPAN HIDUP) SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN CO-OP CO-OP DAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP RESUME DENGAN MEMPERHATIKAN KONSEP DIRI PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU KELAS VII DI SMP NEGERI 2 CANDIPURO, LAMPUNG SELA

1 23 92

EFEKTIVITAS KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING DAN PROBLEM SOLVING DENGAN MEMPERHATIKAN KECERDASAN EMOSIONAL (EQ) SISWA KELAS VIII SMPN 3 PEKALONGAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 18 99

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TIME TOKEN DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TS-TS) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL DENGAN MEMPERHATIKAN KECERDASAN SPIRITUAL PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU SISWA KELAS VII SM

0 12 103

STUDI PERBANDINGAN BERPIKIR KRITIS MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE SCRIPT DAN TIPE BERTUKAR PASANGAN DENGAN MEMPERHATIKAN KONSEP DIRI SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 SUMBERJAYA TAHUN AJARAN 20

0 4 81

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DAN VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE DALAM MATA PELAJARAN IPS TERPADU GUNA MENINGKATKAN KECERDASAN MORAL DENGAN MEMPERHATIKAN KECERDASAN SPIRITUAL PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 NATAR LAMPUNG

1 17 105