Kecerdasan Spiritual Deskripsi Teori

anak dan remaja.Kecerdasan spritual merupakan inti yang dapat menggerakan kecerdasan lainnya. Kecerdasan spiritual merepresentasikan motif dasar individu dalam pencarian makna sebagai makhluk. Covey dalam Rurul 2013: 53 mengungkapkan bahwa, “Spiritual Intelligence is the central and most fundamental of all the intelligence because it becomes the source of guidance of the other three. Spiritual intelligence represents ours drive for meaning and connection with infinite”. Pendapat tersebut menegaskan bahwa kecerdasan spiritual merupakanjembatan yang menghubungkan,dimensi kecerdasan lain yang secara fitrah menyeimbangkan perkembangan dimensi telah diberikan oleh Yang Maha Pencipta. Selain itu Danah dan Marshall 2007: 58 mendefinisikan SQ sebagai kecerdasan untuk menghadapai persoalan makna atau value, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain. Agustian 2009: 13 dalam bukunya berjudul ESQ, kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk memberikan makna spiritual terhadap pemikiran, prilaku dan kegiatan, serta mampu menyinergikan IQ, EQ, dan SQ dengan komperhensif.Oleh karena itu, setiap individu perlu mengembangkan dan meningkatkan kualitas kecerdasan spiritual sebagai salah satu kecakapan hidup yang harus dimiliki. Berdasarkan penjelasan diatas dapat di jelaskan dengan adanya kecerdasan spiritual dalam diri siswa didik, maka ia akan memahami dirinya,akan mengenal diri mereka,mengetahui kelemahan dan kelebihan yang ada pada mereka serta memahami status sosial mereka dimanapun mereka hidup dan bergaul. Dengan demikian dengan sendirinya mereka mampu membawa diri mereka, bertingkah laku sesuai dengan aturan norma-normayang berlaku disuatu tempat di manapun mereka berada. Apabila seorang siswa memiliki kecerdasan spiritual, hal ini membina dirinya bertingkah laku. Karena, pada hakikatnya segala keputusan yang akan diambil akan tercermin dalam sifat atau tingkah laku yang terpancar dari kuatnya iman itu sendiri.Hal ini tentunya juga berlaku bagi siswa-siswa yang memiliki kecerdasan spiritual yang lebih tinggi biasanya lebih sopan dalam bertindak dan berbicara dari pada siswa- siswa yang memiliki kecerdasan spiritual yang rendah. Menurut Agustian 2001: 50 dalam kecerdasan spiritual yang dialami peserta didik juga, kita dapat melihat satu persatu tanda-tanda dari kecerdasan spiritual yang telah berkembang dengan baik mencakup hal-hal berikut untuk menguji kecerdasan spiritual peserta didik: a kemampuan bersikap fleksibel adaptif secara spontan dan aktif; b tingkat kesadaran diri yang tinggi; c kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan; d kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai; e kemampaun untuk menghadapi melampaui rasa sakit; f keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu; g Menjaga lingkungan hidup di manapun baik disekolah, dimasyarakat maupun lingkungan keluarga h kecenderungan nyata untuk bertanya “mengapa” atau “bagaimana jika” untuk mencari jawaban-jawaban yang mendasar; i menjadi apa yang disebut oleh para psikolog sebagai bidang mandiri yaitu memiliki kemudahan untuk bekerja melawan konvensi. f. Kemampuan dalam menghadapi masalah g Mempunyai tanggung jawab Perkembangan pengahayatan keagamaan dalam sudut pandang Santrock, 2009: 108 merupakan pengakuan atas keberadaan the excistence of great power dan mengakui-Nya sebagai sumber nilai-nilai luhur yang eternal abadi yang mengatur tata hidup manusia dan alam semesta raya ini. Ginanjar dalam Mulyasa 2013 : 16 mengungkapkan dengan teori ESQ menyodorkan pemikiran bahwa setiap karakter positif sesungguhnya akan merujuk kepada sifat-sifat mulia Allah, yaitu: al-Asma al-Husna. Sifat-sifat dan nama-nama mulia ini merupakan sumber inspirasi setiap karakter positif yang dirumuskan oleh siapa pun. Dari sekian banyak karakter yang bisa di teladani dari nama-nama Allah itu, Ginanjar merangkum 7 tujuh karakter dasar berikut ini. 1. Jujur 2. Tanggung jawab 3. Disiplin 4. Visioner 5. Adil 6. Peduli, dan 7. Kerja sama Pendapat tersebut di atas, menegaskan bahwa perkembangan kecerdasan spiritual sejalan dengan aspek perkembangan lainnya, antara lain perkembangan kognitif, emosi, moral, dan penghayatan keagamaan. Intelegensi spiritual dapat diibaratkan sebagai permata yang tersimpan dalam batu. Allah senantiasa mencahayai permata itu seperti yang diungkapkan dalam al-quran surat An-Nur ayat 35, baik melalui wahyu yang diturunkanNya, baik bersifat tekstualAl-kitab maupun alam semesta itu sendiri.Tetapi bagaimanakah memberdayakan permata itu sangat bergantung pada apakah kita menggosoknya hingga bercahaya atau malah kita tumpuk dengan sampah. Faktor- faktor yang mempengauhi kecerdasan spiritual menurut Sinetar dalam Agustian 2009: 23 yaitu intuitif yaitu kejujuran, keadilan, kesamaan perlakuan terhadap semua orang, memunyai factor yang mendorong kecerdasan spiritual. Menurut Adnan dalam Agustian 2001: 66 Sering kali suara hati kita turut andil memberi informasi penting dalam menentukan prioritas. Tapi sering kali pula suara hati diabaikan oleh nafsu sesaat atau kepentingan tertentu demi keuntungan jangka pendek, yang justru sering kali mengakibatkan kerugian jangka panjang. Menurut Akhmad Sudrajat dalam Zubaedi 2011: 51 ,“mengungkapkan berangkat dari pandangan bahwa sehebat apapun manusia dengan kecerdasan intelektual maupun kecerdasan emosionalnya pada saat-saat tertentu melalui pertimbangan fungsi afektif, kognitif, dan konatifnya manusia akan meyakini dan menerima tanpa keraguan bahwa di luar dirinya ada sesuatu kekuatan yang maha agung yang melebihi apappun termasuk dirinya. Kecerdasan spiritual mempunyai kemampuan potensial setiap diri manusia yang menjadikan ia dapat menyadari dan menentukan makna, nilai, moral, serta cinta terhadap kekuatan yang lebih besar dan sesama makhluk hidup, karena merasa sebagai bagian dari keseluruhan ”.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Tabel 1. Penelitian yang Relevan No Nama Judul Penelitian Hasil Penelitian 1. Andi Wibowo 2011 Pengaruh Pendidikan Akhlaq terhadap Pembentukan Kecerdasan Spiritual Siswa MTS NU Salatiga Tahun Ajaran 20102011 . Jadi dapat disimpulkan terdapat pengaruh bahwa pembentukan kecerdasan spiritual siswa di MTS NU Salatiga adalah tinggi. Kemudian dari hasil analisis dengan menggunakan rumus product moment di peroleh nilai ro product moment hasil hitung sebesar 0,512. tersebut kemudian dikonsultasikan dengan table r product moment N = 35 taraf signifikansi 5 rt5 = 0,334 maka diketahui bahwa ro lebih besar dari rt5. Hasil perbandingan nilai tersebut menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara pendidikan akhlak dan pembentukan kecerdasan spiritual siswa. Jadi dapat disimpulkan bahwasanya ada pengaruh yang signifikan antara pendidikan akhlak terhadap pembentukan kecerdasan spiritual siswa di MTS NU Salatiga. 2. Al Ratnanda 2010 Pengaruh Lingkungan Pergaulan terhadap Kecerdasan Moral Siswa Kelas VIII SMP Negeri 4 Karanganyar Tahun Ajaran 20102011 Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: lingkungan pergaulan berpengaruh terhadap kecerdasan moral siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Karanganyar tahun ajaran 20102011. Terbukti dengan hasil rhitung = 0,630. Hasil perhitungan kemudian dikonsultasikan dengan rtabel N = 43 untuk taraf signifikansi = 5 diperoleh 0,301. Karena rhitung = 0,630 rtabel = 0,301 maka Ho ditolak dan Ha diterima jadi dapat ditarik kesimpulan lingkungan pergaulan berpengaruh terhadap kecerdasan moral. Besarnya pengaruh lingkungan pergaulan terhadap kecerdasan moral adalah 39,7 dan sisanya 60,3 dipengaruhi faktor lain. Untuk memprediksi tinggi rendahnya kecerdasan moral jika lingkungan pergaulan diubah-ubah maka dapat mengunakan persamaan regresi yˆ = 1,188 + 0,938 X. 3. Nadia Nandana Lestari 2011 Hubungan Antara Pendidikan Keluarga dengan Kecerdasan Spiritual dan Kecerdasan Moral Anak di Desa Kaligondo Kecamatan Genteng Kabupaten Banyuwangi Tahun 2011 Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan hasil dari analisis ditunjukkan bahwa r empiri lebih besar dari pada r tabel untuk N 50 dan taraf signifikansi 5= 0,279. Setelah data diraih dan dianalisis dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pendidikan keluarga dengan kecerdasan spiritual dan kecerdasan moral anak. 4. Merza Pratama Putri 2010 Penggunaan Metode Pembelajaran Cooperative Script Dalam Upaya Meningkatkan Moral Siswa Mata Pelajaran IPS Siswa Kelas VII SMP Negri 1 Bandung Tahun Ajaran 20092010 Hasil penelitian menunjukan bahwa ada perbedaan perkembangan moral siswa yang diajar menggunakan cooperative script dengan siswa yang tidak diajar dengan menggunakan cooperative script. Hal ini terlihat dari persentase hasil perkembangan moral siswa dengan metode cooperative script memiliki persentase nilai kategori tinggi mencapai 43,59, persentase nilai kategori sedang 33,34, dan persentase nilai kategori rendah hanya 23,07. Tabel 1. Lanjutan 5. Muhammad Alwa 2014 Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Rolle Playing Terhadap Peningkatan Kecerdasan Moral Siswa Kelas VII SMP Negri 2 Kota Bumi Semester Ganjil 20132014 Hasil Penelitiannya menunjukan bahwa ada pengaruh penggunaan yang signifika model pembelajaran rolle playing terhadap peningkatan kecerdasan moral siswa kelas VII dengan hasil penelitian sebesar F hitung= 24,159 Ftabel 3,99. Tingkat signifikansi penggunaan model pembelajaran terhadap peningkatan kecerdasan moral siswa r= 0,512.

C. Kerangka Pikir

Berhasil atau tidaknya dalam belajar disekolah dalam meraih prestasi akademik pada sekolah-sekolah yang menerapkan pendidikan karakter, ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis hard skill saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain soft skill berdasarkan hasil penelitian di Harvard University Amerika Serikat dalam buku Zubaedi 2011: 45 yang memaparkan bahwa kesuksesan hidup seseorang tidak ditentukan semata mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis hard skill yang diperoleh lewat pendidikan, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri yang didalamnya termasuk karakter dan orang lain soft skill. Penelitian ini mengungkapan, bahwa kesuksesan seseorang hanya ditentukan sekitar 20 oleh hard skill dan sisanya 80 dari soft skill hal ini mengisyaratkan bahwa pendidikan karakter perlu dikembangkan. Tabel 1. Lanjutan Stephen Covey dalam Rurul 2013: 53 mengungkapkan bahwa “Spiritual Intelligence is the central and most fundamental of all the intelligence because it becomes the source of guidance of the other three. Spiritual intelligence represents our drive for meaning and connection with infinite”.Pendapat tersebut menegaskan bahwa kecerdasan spiritual merupakanjembatan yang menghubungkan,menyeimbangkanperkembangandimensi-dimensi kecerdasan lain yang secara fitrah telah diberikan oleh Yang Maha Pencipta. Berdasarkan pendapat diatas jelas bahwa dengan adanya kecerdasan spiritual dalam diri siswa didik, maka ia akan memahami dirinya, akan mengenal diri mereka, mengetahui kelemahan dan kelebihan yang ada pada mereka serta memahami status sosial mereka dimanapun mereka hidup dan bergaul. Dengan demikian dengan sendirinya mereka mampu membawa diri mereka, bertingkah laku sesuai dengan aturan norma-normayang berlaku disuatu tempat di manapun mereka berada. Apabila seorang siswa memiliki kecerdasan spiritual, hal ini membina dirinya bertingkah laku. Karna pada hakikatnya segala keputusan yang akan diambil akan tercermin dalam sifat atau tingkah laku yang terpancar dari kuatnya iman itu sendiri. Hal ini tentunya juga berlaku bagi siswa-siswa yang memiliki kecerdasan spiritual yang lebih tinggi biasanya lebih sopan dalam bertindak dan berbicara dari pada siswa-siswa yang memiliki kecerdasan spiritual yang rendah. Seperti yang dikemukakan oleh Agustian 2009: 13 dalam ESQ, SQ adalah kemampuan untuk memberikan makna spiritual terhadap pemikiran, prilaku dan kegiatan, serta mampu menyinergikan IQ, EQ, dan MQdengan komperhensif. Oleh karena itu, setiap individu perlu mengembangkan dan meningkatkan kualitas kecerdasan spiritual sebagai salah satu kecakapan hidup yang harus dimiliki.

Dokumen yang terkait

PERBEDAAN MORALITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS TERPADU YANG PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN SIMULASI DAN PROBLEM SOLVING DENGAN MEMPERHATIKAN KECERDASAN INTRAPERSONAL DAN KECERDASAN INTERPERSONAL PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 5 BANDAR

1 9 108

PERBEDAAN MORALITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS TERPADU MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO DAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DENGAN MEMPERHATIKAN KECERDASAN INTRAPERSONAL DAN INTERPERSONAL SISWA SMP NEGERI 28 B

0 11 123

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA YANG PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE SCRIPT DENGAN MODEL MAKE A MATCH (Studi Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 30 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 3 72

STUDI KOMPARATIF HASIL BELAJAR IPS TERPADU MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN THINK PAIR SHARE DENGAN MEMPERHATIKAN KECERDASAN ADVERSITAS TERHADAP MATA PELAJARAN IPS TERPADU PADA SISWA KELAS VIII SMP MIFTAHUL ULUM PAMPANGAN TAHUN PELAJARAN 20

0 9 19

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK DAN TIPE SNOWBALL DRILLING DENGAN MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN AWAL PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 10 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 9 95

STUDI PERBANDINGAN LIFE SKILLS (KECAKAPAN HIDUP) SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN CO-OP CO-OP DAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP RESUME DENGAN MEMPERHATIKAN KONSEP DIRI PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU KELAS VII DI SMP NEGERI 2 CANDIPURO, LAMPUNG SELA

1 23 92

EFEKTIVITAS KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING DAN PROBLEM SOLVING DENGAN MEMPERHATIKAN KECERDASAN EMOSIONAL (EQ) SISWA KELAS VIII SMPN 3 PEKALONGAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 18 99

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TIME TOKEN DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TS-TS) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL DENGAN MEMPERHATIKAN KECERDASAN SPIRITUAL PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU SISWA KELAS VII SM

0 12 103

STUDI PERBANDINGAN BERPIKIR KRITIS MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE SCRIPT DAN TIPE BERTUKAR PASANGAN DENGAN MEMPERHATIKAN KONSEP DIRI SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 SUMBERJAYA TAHUN AJARAN 20

0 4 81

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DAN VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE DALAM MATA PELAJARAN IPS TERPADU GUNA MENINGKATKAN KECERDASAN MORAL DENGAN MEMPERHATIKAN KECERDASAN SPIRITUAL PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 NATAR LAMPUNG

1 17 105