Pesan yang ingin disampaikan dalam “ Striptis Bisa disentuh “ adalah gaya kehidupan malam yang memberikan kepusan berbeda yang
ditampilkan oleh Perempuan Striptis terhadap penikmat kehidupan malam.
b Pemirsa mitos
Club yang menampilkan “ Striptis bisa disentuh “ ini merupakan club yang menampilkan menu berbeda untuk para lelaki penikmat
kehidupan malam. c
Ahli mitos Keberadaaan Club yang membebaskan para wanita yang dijamah
dan disuguhkan bagi para laki-laki yang sedang menikmati hiburan malam. Acara yang diadakan di kawasan club yang berada di Jakarta
selatan dengan menggelar Private Event. Acara tetutup dan tak banyak dari orang yang tahu. Dan disana para lelaki bebas untuk memilih perempuan
mana yang akan mereka pakai.
B. Pencitraan Perempuan dalam Rubrik Liputan Malam Edisi Januari
Sampai dengan Maret
1. Citra Menurut Tim Produksi
Tim Produksi memandang perempuan sebagai sosok yang selalu berpenampilan seksi dan cantik. Perempuan dalam media massa
merupakan perempuan yang penuh dengan sejuta daya kreatifitas seni yang tinggi “Sosok perempuan yang ditampilkan dalam majalah popular
adalah sosok wanita pekerja sosoknya sebagai public figure yang menarik untuk ditampilakan”
57
Citra perempuan yang terbentuk dan terlihat dalam setiap edisinya merupakan gambaran sosok perempuan hanya sebagi penghibur. Citra itu
sendiri menurut Tim Produksi Majalah popular terbentuk ketika kita melihat sesuatu dan mempersepsikan sesuai dengan apa yang dilihat yang
kemudian timbul suatu emosi persepsi tentang perempuan terbentuk. Kesimpulan dari hasil penglihatan dan tanggapan mengenai perempuan
tersebut tergantung dari seseorang yang menyimpulkannya. a.
Citra Menurut Pembaca Dalam sub topik ini, penulis akan menggambarkan citra
perempuan yang tergambar pada rubrik liputan malam majalah Popular, yang terangkum dalam hasil wawancara dari sejumlah
audiensi. Sebagaimana data yang diperoleh dari audiens terhadap tanggapan perempuan pada rubrik liputan malam pada edisi Januari
sampai Maret Majalah Popular, bahwa perempuan merupakan objek penghibur bagi laki-laki. Dimana posisi perempuan dalam hal ini
diposisikan sebagai pemuas nafsu belaka bagi laki-laki. Dan dari segi bisnis, perempuan merupakan modal awal dan
alat atau cara yang mampu merajut keuntungan besar bagi pengusaha club malam. Terlihat jelas, dalam rubrik malam majalah Popular ada
beberapa cara yang ditawarkan oleh pemilik klub untuk menarik pelanggannya. Ini tidak lepas dari memodif perempuan, seperti pada
.
- +-
+ ,
;
edisi bulan Februari, pemilik klub mencoba menyajikan menu yang berbeda dari biasanya, “15 Item Baru Servis Cungkok” menu ini
menyajikan pelayanan perempuan yang berbeda bagi laki-laki penikmat kehidupan malam, jelas terlihat dari liputan malam edisi ini,
laki-laki penikmat malam merasa tergoda dan penasaran akan penyajian perempuan pada menu ini. Serta dilain pihak dari segi bisnis,
perempuan merupakan makhluk yang menarik dan indah serta sumber untuk menghasilkan uang.
Dalam derajat manusia sebagai makhluk Tuhan, perempuan diposisikan sebagai mahluk yang rendah derajatnya disisi makhluk
jenis lain laki-laki. Bahkan teori gender yang diorasikan oleh aktivis perempuan tidak mampu membongkar hal ini, seolah-olah kepasrahan
terjadi bagi sosok perempuan dalam segi ekonomi dalam memenuhi kehidupannya. Dan bagi laki-laki, mereka merupakan makhluk yang
menyenangkan karena mampu menikmati segala perempuan dari bermacam profesi dalam kehidupan malam hanya dengan satu syarat
memiliki uang lebih. Sebab, secara bahasa lantang perempuan yang tergambar dalam rubrik Liputan Malam ini hanya diukur dari nilai
uang, bukan dari kecantikan, harga diri, profesi bahkan harkat dan martabatnya.
Mungkin, secara gamblang rubrik Liputan Malam ini secara tidak langsung telah menghancurkan citra perempuan sebagai makhluk
pendamping dan pelengkap laki-laki dalam tatanan kehidupan sosial. Dan digambarkan pula bahwa perempuan memiliki citra yang
gampangan karena dalam rubrik malam ini diterangkan begitu mudah
untuk memperoleh perempuan apapun. b.
Citra perempuan dilihat Dari Gender dan Media Siti Musdah Mulia mendefinisikan gender sebagai suatu
konsep yang mengacu pada peran-peran dan tanggung jawab laki-laki dan Perempuan sebagai hasil konstruksi sosial yang dapat di ubah
sesuai perubahan zaman. Artinya, perempuan memiliki peran tanggung jawab tersendiri yang berbeda dengan laki-laki. Terkadang gender
diartikan sebagai kesimpangan terhadap jenis kelamin, padahal antara gender dengan seks atau jenis kelamin jelas sangat berbeda. Keduanya
memiliki tempat tersendiri dalam kedudukannya. Perempuan yang selalu menjadi objek bagi laki-laki dan
dibekukan perannya dalam kehidupan, yakni sebagai ibu rumah tangga, seolah-olah tidak memiliki peran dan kekuasaan didalam
kehidupan sosial. Padahal, perempuan juga merupakan mahluk Tuhan yang memiliki fungsi yang sama dengan laki-laki sebagai khalifah.
Akan tetapi konsep gender yang selalu diusung oleh aktivis perempuan juga memang salah kaprah, karena konsep gender yang beredar
sekarang ini adalah proses pemaksaan kedudukan perempuan yang mesti sama dengan laki-laki. Padahal gender yang dikemukan oleh
R.A Kartini dan agama Islam adalah penempatan kedudukan perempuan yang semestinya di kehidupan sosial sesuai dengan kodrat
dan fungsinya. Artinya, pengertian atau pemahaman konsep gender yang mesti diserukan adalah adanya penghormatan terhadap
kedudukan perempuan yang semestinya sesuai dengan kodratnya di kehidupan sosial, baik kesempatan karir di ekonomi ataupun politik.
Secara tidak langsung, media memiliki kekuasaan untuk membentuk karakter seseorang. Di mana media mampu menghipnotis
semua orang dalam penggambaran karakter. Inilah sebenarnya yang terjadi pada majalah popular, di mana pada rubrik liputan malam,
perempuan digambarkan sebagai makhluk penghibur dan alat pemuas laki-laki. sehingga, kedudukan perempuan telah dicitrakan secara
sosial oleh majalah ini sebagai makhluk yang rendah dalam kelas sosial. Padahal ini tidak sesuai dengan konsep gender, pencitraan ini
harusnya dianggap biasa saja. Sebab, profesi perempuan yang digambarkan oleh majalah popular dalam rubrik liputan malam itu
adalah profesi perempuan dalam kehidupan sosial untuk memenuhi kebutuhan ekonominya. Bisa dibanyangkan kalau profesi itu diduduki
oleh laki-laki. Karena laki-laki adalah penikmat “hiburan” bukan “menghibur”. Ini pun jelas yang terjadi akhir-akhir ini di Negara
Indonesia, bahwa terjadi kecaman terhadap para guy dan para lelaki yang berprofesi sebagai penghibur sebab bukan kodratnya makhluk
yang bernama laki-laki harus menduduki profesi yang bukan kodratnya dalam hukum sosial.
C. Tabel Analisis Pencitraan Perempuan dalam Rubrik Liputan Malam Majalah Popular edisi Januari-Maret 2008
Pencitraan perempuan No
Judul Rubrik
Edisi Pembaca
Tim produksi Gender
1 Party Semi
Orgy Januari
2008 Citra
perempuan disini hanya
sebagai pemuas nafsu
Citra perempuan
disana terlihat perempuan
hanya sebagai pelengkap dari
party tersebut. Perempuan
digambarkan sebagai makhluk
yang rendah dalam kelas
sosial.
2 15
item servis
Cungkok Februari
2008 Citra
perempuan disini
tergambarkan sebagai pelayan
untuk memberikan
kepuasan. Citra
yang terdapat disini
adalah sebagai wanita
pekerja keras
yang ingin
memberikan pelayanan yang
terbaik. Citra perempuan
yang ingin
memuaskan pelayanan
3 Striptis Bisa
Disentuh Maret
2008 Citra
perempuan disini
tergambarkan sebagai
perempuan yang
gampangan, Rendahan.
Citra yang
terbentuk adalah
bahwa perempuan
disana hanya
sebagai penghibur.
perempuan digambarkan
sebagai makhluk penghibur
dan alat pemuas laki-
laki.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Kehadiran perempuan dalam media massa sampai saat ini masih belum menggembirakan. Hal itu dapat kita lihat ketika banyak dari media massa baik
cetak maupun elektronik masih memposisikan perempuan sebagai objek. Pencitraan perempuan dalam media massa seharusnya adalah pencerminan
dari dunia perempuan bukan malahan menggambarkan kehidupan yang tidak realistis yang berdasarkan mimpi.
Mungkin dapat dikatakan media massa adalah cerminan dari refleksi kehidupan perempuan di masyarakat. Jika dalam suatu masyarakat masih
melihat perempuan sebagai objek, maka di media pun akan seperti itu. Dalam kehidupan sosial bermasyarakat perempuan masih belum bisa di berikan
kepercayaan sebagai pemimpin, belum bisa mengambil keputusan yang didominasi oleh laki-laki. Stereotif yang tergambarkan ketika perempuan
berada dan bersaing dalam dunia media, posisi perempuan tetap menjadi orang yang terbelakang. Dalam bahasa Jawanya “Wengking”.
Media massa banyak andil dalam menciptakan perubahan sikap dan prilaku yang menentukan status perempuan dalam masyarakat.
Dalam hal ini ketika peneliti melakukan penelitian mengenai perempuan di media massa dan mengambil study kasusnya majalah popular,