Swimsuit Perdana Era Krismon

Majalah Popular pindah ke areal Stadion Lebak Bulus pada tanggal 9 Januari 1989, empat hari sesudah perkantoran di kompleks stadion diresmikan. Di sana menempati ruang perkantoran yang luasnya sekitar 293 m persegi.

1. Swimsuit Perdana

Mulanya konsep Popular memang bukan Swimsuit. Namun seiring dengan perjalanannya, konsep tersebut berubah sesuai dengan dinamika yang ada di tengah masyarakat. konsep yang belum pernah ada dan yang mengambilnya. Dapat dikatakan majalah yang mengambil rublik swimsuit adalah majalah Popular, satu-satunya majalah Popular yang berani menampilkan perempuan dengan background-nya bisa di pantai ataupun kolam renang. Konsep Swimsuit itu adalah perpaduan dari estetik teknik foto dan keindahan model itu sendiri serta bagroun yang dipakai bisa di pantai maupun di kolam renang. Tiga kombinasi tersebutlah yang melahirkan eksotika khas Popular. Yang memotret pertama kali adalah Hani Moniaga, yang kemudian melanjutkan ke nomor berikutnya oleh Hani secara berturut-turut. Sebenarnya kecanggihan foto tidak berbeda dengan sekarang. Tetapi urusan lay out masih dibilang rumit dan jauh berbeda dari sekarang. Pada waktu itu lay out yang digunakan masih manual, pakai spraymont atau temple lem biasa setting teks naskah, kadang harus dibantu rugos, itu pun tak jarang rugosnya harus dicincang. Kemudian baru dibawa ke percetakan. Dan kalau dikejar deadline, maka setting naskah cukup dilakukan di tempat jasa setingan yang berada di sekitar kantor. Jasa cetak dari awal kami percayakan pada Dian Rakya. Itulah sekelumit kisah perjalanan untuk menjadi eksis. Seiring perjalanannya pun banyak perubahan-perubahan yang terjadi, itu pun semata-mata hanya untuk menyesuaikan dinamika yang ada. Misalnya survey reaksi pasar, kemauan pasar, pooling, dan pemantauan terhadap keberadaan media lain. Dunia terus berputar dan berkembang, dan dunia entertainment berlari kencang ke depan. Meski bukan sejenis majalah berita, namun setiap terbitannya harus up to date.

2. Era Krismon

Banyak tantangan yang dihadapi agar majalah Popular menjadi eksis. Pada awal-awal terbit., banyak pengorbanan yang di lakukan oleh para tim redaksi maupun semua elemen yang berhubungan dengan Popular hanya untuk mendapatkan iklan agar majalah Popular bisa survive. Namun memasuki tahun ketiga Popular baru berhasil mencapai target BEP. Sebagai majalah entertainment, Popular juga banyak menggelar acara, Antara lain “Popular Award” yang di selenggarakan di Hotel Grand Ballroom Hotel Hilton 1991. Popular Award tersebut diberikan kepada artis-artis dan atlet ter popular versi Popular. Pada tahun 2001 menggelar marketing Gathering di fashion café dengan mendatangkan pengisi acara seperti Krisdayanti, Mayangsari, Alda, dan penari- penari sensual kelompok Liza Natalia. Waktu terus berjalan, Popular tetap Konsis dengan konsepnya. Konsistensi dan kesiapan terhadap konsep justru semakin ditunjukkan ketika krisis moneter mulai- merobek-merobek perekonomian Indonesia. Di tengah krismon majalah Popular tetap berkibar dengan full colour dan menggunakan jenis kertas karton cover dan jenis kertas matt coated serta jilid perfect binding jilid punggung yang ideal. Bagi majalah Popular tiap terbitan khusus menampilkan 200 halaman dengan rubrik-rubrik tambahan. Yang membuat makin kredibel dimata klien dan relasi. bagi majalh Popular era mencari sensasi telah terlewatkan. Saatnya kini mengangkat fenomena yang ada, dengan penyajian yang ringan, enak dibaca dan kredibel. Meski dengan inisial- inisial yang dikaburkan semuanya ada benang merahnya. Hal itu bisa dilihat dari rublik-rublik yang ada. Baik “mimpi bersama” yang dulunya bernama sehari bersama. Juga rublik panas seperti Liputan Malam dan Liputan Khusus. Selain menampilkan rublik panas majalah Popular juga menampilkan rubrik-rubrik seperti film dan musik. Ada perumpamaan yang mengatakan bahwa majalah Popular bagaikan buah Strawberry, ranum, dan menggemaskan. Dan strawberry itu selalu berada ditengah taburan confetti. Maksud dari confetti itu adalah ribuan kertas warna-warni yang mengkilap yang ditaburkan di tempat pesta atau punggung sehingga suasana terasa gebyar dan semarak. Sepertinya perumpamaan tersebut bisa dibenarkan. Karena perumpamaan tersebut bisa diartikan dengan wanita-wanita cantik dan seksi yang setia menghiasi lembaran-lembaran majalah Popular. Lalu confentti tersebut adalah symbol dari dunia gemerlap, party, clubbing, dan semacamnya. Materi yang sering menjadi bahan liputan Popular semua tergaris dalam Visi Popular. Karena itu benang merah setiap rubrik tidak berubah lantaran datang dan perginya personal yang menempati posisi di redaksi. Mereka harus mengikuti aturan dari majalah Popular tanpa harus merubah visi dan misi majalah Popular, sehingga sublimatenya tetap berada dijalurnya. Itu semua tak lain karena Popular dikerjakan oleh Jurnalis-jurnalis sejati. Mereka datang dari berbagai latar belakang. Di samping merekrut tenaga-tenaga Fresh Graduate, juga ada yang sudah berpengalaman sebagai wartawan di bidang lain sebelum di Popular. Sehingga tulisannya benar-benar direportas, bukan mengada-ngada atau mengarang, namun spesifikasinya adalah Popular- sebagai intitusi yang bertanggung jawab.

B. Susunan Keredaksian Majalah Popular