Menyampaikan pesan dan informasi.
5
Bahasa Indonesia SDMI Kelas 6 Di Tangkahan, kiamat rupanya telah lewat. Sejak lima tahun yang lalu, penduduk
desa yang mayoritas dari suku Batak Karo itu telah beralih profesi dari penebang pohon menjadi pengawal pohon. Di secuil hutan itu, kini harimau, badak, dan gajah
hidup tenteram. Mereka dijaga orang kampung yang berpatroli dengan naik gajah. Njuhang Pinem, tetua Desa Tangkahan, bercerita sejak tahun 1942 Tangkahan
merupakan desa perambah hutan. Men
cari balok kayu lebih mudah daripada men
cari kacang goreng. Harga kayu yang sela
ngit membuat pendu duk menelantar kan
ladang. “Pertanian masih
dilakukan, tetapi mata pencaharian utama
adalah menjual kayu curian,” kata lelaki
berusia 59 tahun itu . Betapa menggiurkan, satu ton kayu meranti keras yang sudah digergaji harganya
Rp800 ribu. Seminggu di hutan, Njuhang dan pencuri kayu di kampungnya bisa keluar dengan membawa 10 ton kayu meranti.
Namun, pada tahun 2000 keadaan mulai berubah. Anak-anak kampung kerap bergaul dengan para pencinta alam yang menyambangi Leuser. Dari para pecinta
alam itulah anak-anak kampung mulai kenal dengan istilah konservasi atau pelestarian. Para pemuda itu akhirnya mendirikan kelompok Tangkahan Simalem Ranger.
Tugasnya mengawasi kegiatan pencinta alam, sekaligus bisa disewa sebagai pemandu hutan.
“Awalnya masih ada perasaan mendua, karena mencuri kayu lebih menguntungkan daripada ranger,” ujar Rutkia Sembiring, 29 tahun, yang dulu mencuri
kayu sejak tahun 1997.
Sumber: www. google.co.id