Pengertian Nilai Moral Nilai Moral Dalam Islam

12 memang objek akhlak itu bukan hanya dalam hubungan manusia dengan manusia lainnya, akan tetapi juga dalam hubungannya dengan Tuhan, alam sekitar dan dirinya sendiri. Dalam hubungan ini Abudin Nata berpendapat dalam bukunya “akhlak tasawuf ” yaitu: Bahwa Ilmu Akhlak adalah ilmu yang membahas tentang perbuatan manusia yang dapat dinilai baik atau buruk. Tetapi tidak semua amal yang baik atau buruk itu dapat dikatakan perbuatan akhlak. Banyak perbuatan yang tidak dapat disebut perbuatan akhlaki, dan tidak dapat dikatakan perbuatan baik atau buruk. Perbuatan manusia yang dilakukan atas dasar kemauannya atau pilihannya seperti bernafas, berkedip, berbolak-baliknya hati dan terkejut ketika tiba-tiba terang sebelum gelap tidaklah disebut akhlak, karena perbuatan tersebut yang dilakukan tanpa pilihan. 21 Akhlak dapat ditarik kesimpulan sebagai ilmu tata krama, yang berusaha mengenal tingkah laku manusia, kemudian memberi nilai kepada perbuatan baik atau buruk sesuai dengan norma-norma dan tata susila yang bersumber dari nilai- nilai ajaran Islam. Moral akhlak memiliki kaitan erat dengan keimanan aqidah. Bahkan seringkali disebut bahwa akhlak itu buah dari iman, karena orang yang kuat imannya, akan terpelihara perbuatan-perbuatannya dari hal-hal yang keji dan rendah, dan sebaliknya juga orang yang buruk moralnya berbuat keji dan rendah menunjukkan ketidaksempurnaan imannya. Oleh sebab itu nilai-nilai moral dalam Islam adalah nilai-nilai yang bersumber dalam ajaran Islam itu sendiri. Bahkan menurut Islam akhlak merupakan tolak ukur dari nilai keimanan seseorang, semakin baik akhlak seseorang maka semakin sempurna pula imannya. Sebagaimana dikatakan oleh Nabi saw: Dari Abu Hurairah berkata: “Rasulullah saw bersabda: orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik budi pekertinya akhlaknya”. 22 21 Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003, cet. 5, h. 6 22 Moh. Toriquddin, op. cit., h. 7 13 Bahkan kesempurnaan akhlak adalah sebagai tujuan dari diutusnya Nabi Muhammad saw. seperti dalam hadits: “Sesungguhnya aku ini diutus hanyalah untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak.” H.R Maliki. 23

2. Sumber Nilai Moral

Moral dalam Islam akhlak, tidak terbatas pada adat istiadat dan budaya yang ada dalam masyarakat, akan tetapi mendahulukan nilai-nilai yang bersumber dari Al- Qur’an dan Hadist. Adapun M. Yatimin Abdullah menegaskan bahwa “sumber ajaran moral akhlak yang utama ialah Al-Qur’an dan hadis”. 24 Tingkah laku Nabi Muhammad saw merupakan contoh suri teladan bagi umat manusia. Ini ditegaskan oleh Allah dalam A- Qur’an:                   Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah ”. QS. Al- Ahzab [33]: 21 25 Hadis Rasulullah saw meliputi perkataan dan tingkah laku beliau, merupakan sumber akhlak yang kedua setelah Al- Qur’an. Segala ucapan dan perilaku beliau senantiasa mendapatkan bimbingan dari Allah SWT. Allah SWT berfirman:            Artinya: “Dan Tiadalah yang diucapkannya itu Al-Quran menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan kepadanya ”. QS. An-Najm [53]: 3-4 26 23 Ibid., h. 7 24 Ibid., h. 4 25 Departemen Agama, loc. cit. 26 Ibid., h. 420 14 Dalam ayat lain Allah memerintahkan agar selalu mengikuti jejak Rasulullah saw dan tunduk kepada apa yang dibawa oleh beliau. Allah SWT berfirman:                  Artinya: “Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Amat keras hukuman-Nya ”. QS. Al- Hasyr [59]: 7 27 Kemudian Zakiyah Daradjat menegaskan bahwa sumber nilai yaitu: 1. Nilai yang Ilahi yaitu Al-Qur’an dan Sunnah. 2. Nilai yang duniawi yaitu ra’yu pikiran, adat istiadat dan kejadian alam. 28 Bagi umat Islam, “sumber nilai yang tidak berasal dari Al-Qur’an dan Sunnah hanya digunakan sepanjang tidak menyimpang atau yang menunjang sistem nilai yang bersumber kepada Al- Qur’an dan Sunnah”. 29 Allah SWT berfirman:                     Artinya: “Dan bahwa yang Kami perintahkan ini adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikauti jalan-jalan yang lain karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalannya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa ”. QS. Al- An’am [6]:153 30 Dapat ditarik kesimpulan, bahwa sumber nilai moral bisa berasal dari hasil pemikiran, adat istiadat atau tradisi, ideologi bahkan dari agama. Dalam konteks pendidikan Islam, maka sumber nilai moral yang paling utama adalah Al- Qur’an dan As-sunnah Nabi Muhammad saw, yang kemudian dikembangkan menjadi nilai-nilai hasil ijtihad para ulama, dan nilai-nilai yang terimplementasi dalam kehidupan budaya umat Islam. 27 Ibid., h. 436 28 Zakiah Darajat dan Ahmad Sajali, dkk, op. cit., h. 262 29 Ibid., h. 262 30 Departemen Agama, op. cit., h. 118 15

B. Konsep Keluarga dalam Islam

1. Pengertian Keluarga Keluarga merupakan suatu unit yang terdiri dari beberapa orang yang masing-masing mempunyai kedudukan dan peranan tertentu. Keluarga itu dibina oleh sepasang manusia yang telah sepakat untuk mengarungi hidup bersama dengan tulus dan setia, didasari keyakinan yang dikukuhkan melalui pernikahan, dipateri dengan kasih sayang, ditujukan untuk saling melengkapi dan meningkatkan diri dalam menuju ridha Allah SWT. 31 Menurut Abu Ahmad, “keluarga adalah unitsatuan masyarakat terkecil yang sekaligus merupakan suatu kelompok kecil dalam masyarakat. Kelompok ini, dalam hubungannya dengan perkembangan individu, sering dikenal dengan sebutan primary group, kelompok inilah yang melahirkan individu dengan berbagai macam bentuk kepribadiannya dalam masyarakat ”. 32 “Keluarga adalah multibodied organism, organism yang terdiri dari banyak badan. Keluarga merupakan satu kesatuan entity atau orginisme, mempunyai komponen-komponen yang membentuk organisme keluarga itu ”. 33 Komponen-komponen tersebut ialah anggota keluarga. Sedangkan menurut pandangan agama Islam, terbentuknya lembaga keluarga bermula pada saat seseorang membutuhkan orang lain, yang dapat mendampinginya, ikut memikul bebannya dan saling tolong menolong di dalam merealisasikan tugas-tugas pengabdiannya terhadap Allah SWT. 34 Sebagaimana Firman Allah SWT yang berbunyi:                       Artinya: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.Sesungguhnya pada yang demikian itu 31 Ulfatmi, Keluarga Sakinah dalam Perspektif Islam, Jakarta: Kementerian Agama RI, 2011, Cet. 1, h.19 32 Abu Ahmad, Ilmu Sosial Dasar, Jakarta: Rineka Cipta, 1991, h. 87 33 Ulfatmi, loc. cit., h. 19 34 Thaha Khiriah Husen, Konsep Ibu Teladan, Surabaya: Risalah Gusti, 1994, h. 25 16 benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir ”. Q.S Ar- Rum [30]: 21 35 Keluarga dapat diterjemahkan juga ke dalam arti sempit dan dalam arti luas. Dalam arti sempit pengertian keluarga didasarkan pada hubungan darah yang terdiri atas ayah, ibu dan anak, yang disebut dengan keluarga inti. Sedangkan dalam arti yang luas, semua pihak yang ada hubungan darah sehingga tampil sebagai clan atau marga yang dalam berbagai budaya setiap orang memiliki nama kecil dan nama keluarga atau marga. Sementara itu arti keluarga dalam hubungan sosial tampil dalam berbagai jenis, ada yang kaitannya dengan silsilah, lingkungan kerja, mata pencaharian, profesi dan sebagainya. 36 Ulfatmi menyebutkan lima ciri khas keluarga sebagai berikut: a. Adanya hubungan yang berpasangan antara kedua jenis pria dan wanita b. Dikukuhkan oleh suatu pernikahan c. Adanya pengakuan terhadap keturunan anak yang dilahirkan dalam rangka hubungan tersebut d. Adanya kehidupan ekonomis yang diselenggarakan bersama e. Dilaksanakannya kehidupan berumah tangga 37 Dari keterangan di atas dapat disimpulkan secara umum bahwa keluarga adalah unit pertama dan institusi pertama dalam masyarakat yang bersifat langsung, artinya oleh keturunan darah perkawinan. Sebagai kelompok primer yang penting dalam masyarakat serta kesatuan sosial yang utuh, maka disitulah tahap awal proses permasyarakatan serta penanaman nilai-nilai moral pada remaja, melalui interaksi tersebut maka didapatkan pengetahuan, keterampilan, minat, nilai-nilai emosi serta sikap dalam hidup dan dengan itu akan didapatkan ketenangan dan ketentraman. 2. Fungsi dan Tanggung Jawab Pendidikan dalam Keluarga Pekerjaan-pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh keluarga dipengaruhi oleh kebudayaan sekitar dan intensitas keluarga dalam turut sertanya dengan kebudayaan dan lingkungannya, keyakinan, pandangan hidup dan sistem nilai 35 Departemen Agama, op. cit., h. 324 36 Ulfatmi, op.cit., h. 20 37 Ibid., h. 20