Konsep Keluarga dalam Islam
18
Keluarga adalah wadah pertama dan utama bagi pertumbuhan dan pengembangan anak. Jika suasana dalam keluarga itu baik dan
menyenangkan, maka anak akan tumbuh baik pula. Jika tidak, maka akan terhambatlah pertumbuhan anak tersebut. Peranan orang tua dalam
keluarga amat penting. Dialah yang mengantarkan dan membuat rumah tangganya menjadi surga bagi anggota keluarga. Menjadi mitra sejajar
yang saling menyayangi dengan suaminya.
40
Dalam membicarakan pasal tempat-tempat pendidikan, memang benar bahwa rumah tangga dan masyarakat termasuk dalam kategori wadah
dilaksanakannya pendidikan. Rumah tangga, memiliki pengaruh yang lebih dalam pendidikan terutama dalam aspek pengaruh bahasa dan percakapan, moral dan
perilaku, perasaan dan sebagainya. Sejalan dengan hal itu, maka sebagai wadah dimana pendidikan
dilaksanakan, rumah tangga atau keluarga berfungsi dan mempunyai tanggung jawab dalam tiga hal penting:
a. Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, keterampilan dan
membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki. b.
Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi perannya sebagai orang dewasa.
c. Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.
41
Pendidikan anak secara umum di dalam keluarga terjadi secara alamiah, tanpa disadari oleh orang tua bahkan anggota keluarga lainnya, namun pengaruh
dan akibatnya sangatlah besar. Terutama pada tahun-tahun pertama dari kehidupan anak atau pada masa balita di bawah lima tahun. Pada umur tersebut
pertumbuhan kecerdasan anak masih terkait kepada panca inderanya dan belum bertumbuh pemikiran logis atau maknawinya abstrak, atau dapat kita katakan
bahwa anak masih berpikir inderawi. Dengan demikian, jelas bahwa keluarga atau rumah tangga terutama para
orang tua untuk lebih memperhatikan dan memahami ciri-ciri anak pada umur- umur tertentu dan mengetahui keperluan utama anak pada berbagai tahap umur,
40
Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, Bandung, CV Ruhama, 1994, h. 47
41
Ulfatmi, op.cit., h. 27
19
hal ini guna mencapai tujuan dan fungsi-fungsi pendidikan dalam keluarga, yang salah satunya adalah mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasanya yang akan
datang dalam memenuhi perannya sebagai orang dewasa. Karena dalam kondisi apapun pada dasarnya manusia memerlukan pemeliharaan, pengawasan, dan
bimbingan yang serasi dan sesuai agar pertumbuhan dan perkembangannya berjalan secara baik dan benar.
Keluarga merupakan lapangan pendidikan yang pertama, dan pendidiknya adalah kedua orang tua. Orang tua bapak dan ibu adalah pendidik kodrati.
Mereka pendidik bagi anak-anaknya karena secara kodrati ibu dan bapak diberikan anugerah oleh Tuhan Pencipta berupa naluri orang tua. Karena naluri
ini, timbul rasa kasih dan sayang para orang tua kepada anak-anaknya, hingga secara moral, keduanya merasa terkena beban tanggung jawab untuk memelihara,
mengawasi, melindungi dan membimbing keturunan mereka. Pendidikan keluarga merupakan pendidikan dasar bagi pembentukan jiwa
keagamaan anak. Perkembangan agama adalah terjalin dengan unsur-unsur kejiwaan sehingga sulit untuk diidentifikasi secara jelas, karena masalah
yang menyangkut kejiwaan manusia sangat kompleks. Namun demikian, melalui fungsi-fungsi jiwa yang masih sangat sederhana tersebut, agama
terjalin dan terlibat di dalamnya. Melalui jalinan unsur-unsur dan tenaga kejiwaan ini pulalah, agama itu dalam menanamkan jiwa keagamaan pada
anak. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan apabila Rasul yang mulia menekankan tanggung jawab itu kepada kedua orang tua.
42
Berkaitan dengan perkembangan agama, fungsi dan peran orang tua bahkan mampu membentuk arah keyakinan anak-anak mereka. Setiap bayi yang
dilahirkan sudah memiliki potensi untuk beragama, namun bentuk keyakinan agama yang akan dianut anak sepenuhnya bergantung pada bimbingan,
pemeliharaan dan pengaruh kedua orangtuanya. Kehidupan moral tidak dapat dipisahkan dari keyakinan beragama. Karena
nilai-nilai moral yang tegas, pasti dan tetap, tidak berubah karena keadaan, tempat dan waktu, adalah nilai yang bersumber kepada agama. Karena itu dalam
42
Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Agama, Bandung: CV Pustaka Setia, 2008, Cet. 1, h. 55
20
pembinaan anak khususnya generasi muda, perlulah kehidupan moral dan agama itu sejalan dan mendapat perhatian yang serius terutama bagi kedua orang tua.
43
Dalam pendidikan dan pembinaan generasi muda, peranan wanita sangat penting, karena seorang ibulah biasanya yang paling lama berada di rumah di sisi
anak-anaknya dan pembinaan itu berarti pembinaan segala aspek dari kehidupan mereka, terutama pembinaan pribadi yang mulai sejak si anak lahir, bahkan sejak
dalam kandungan. Di samping itu perlu kita sadari bahwa pembinaan pribadi dan moral itu terjadi melalui semua segi pengalaman hidup, baik melalui penglihatan,
pendengaran dan pengalamanperlakuan yang diterimanya. Atau melalui pendidikan dalam arti yang luas. Maka semakin besar umur si anak semakin
banyak ia bergaul dengan ibunya dan semakin banyaklah ia menyerap pengalaman yang akan ikut membina pribadinya dari ibunya sendiri. Namun,
tidak bisa kita pungkiri, bahwa peranan seorang bapak yang sebagai kepala rumah tangga pemimpin juga sangat penting peranannya bagi anak-anaknya.
Dilihat dari ajaran Islam, anak adalah amanat Allah SWT, dan setiap amanat wajib dipertanggung jawabkan. Karena itu kedua orang tua memiliki
tanggung jawab yang besar bagi anak-anaknya, terutama dalam penyelenggaraan pendidikan dalam keluarga dan pembinaan pribadinya. Peran kedua orangtua
dalam pendidikan anak menjadi dasar bagi perkembangan pola pikir, perilaku dan sikap anak yang terbentuk, dengan harapan anak-anak yang tumbuh nanti menjadi
anak yang shaleh dan berbudi pekerti baik. 3.
Interaksi Harmonis dalam keluarga
Masyarakat merupakan ajang hidup anak remaja di samping keluarga dan lingkungan sekolah. Masyarakat merupakan kelompok manusia yang sudah cukup
lama mengadakan interaksi sosial dalam kehidupan bersama yang diliputi oleh struktur serta sistem yang mengatur kehidupan. Disamping itu di dalamnya
terdapat pula kebudayaan dan salah satu unsur pokok masyarakat, yakni: Solidaritas sosial. Di dalam kehidupan manusia pastinya terjadi interaksi sosial di
43
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang, 1996, h. 131
21
antara individu dengan individu yang masing-masing mamiliki kesadaran dan pengertian tentang hubungan timbal balik tersebut.
44
Adanya kesadaran dan pengertian akan tercerminnya dalam sifat kehidupan sehari-hari mereka yang satu sama lainnya merasa saling bergantung.
Memang di dalam kehidupan sehari-hari seorang individu ternyata jarang sekali untuk mampu memenuhi segala kebutuhan hidupnya secara sendiri. Dengan
demikian hubungan manusia dengan manusia lainnya di dalam masyarakat memerlukan perekat dan bekal agar hubungan tersebut terjalin dengan baik dan
akrab. Agar dapat menjalin hubungan dengan baik antar sesama individu, maka peranan keluarga sebagai kelompok pertama yang dikenal individu sangat
dibutuhkan. Seperti halnya yang telah kita ketahui sebelumnya, keluarga terdiri dari
suami, isteri dan anak-anaknya. Anak-anak inilah yang nantinya berkembang dan mulai bisa belajar melalui pengenalan itu. Apa yang dilihatnya, pada akhirnya
akan memberinya suatu pengalaman individual. Dari situlah ia mulai dikenal sebagai individu. Individu ini pada tahap selanjutnya mulai merasakan bahwa
telah ada individu-individu lainnya yang berhubungan secara fungsional. Individu-individu tersebut adalah keluarganyalah yang memelihara cara pandang
dan cara menghadapi masalah-masalahnya, membinanya dengan cara menelusuri dan meramalkan hari esoknya untuk mempersiapkan pendidikan, keterampilan
dan budi pekertinya. Akhirnya keluarga menjadi semacam model untuk mengidentifikasikan sebagai keluarga menjadi yang broken home, moderate atau
keluarga yang harmonis. Keluarga sebagai kelompok pertama yang dikenal anak, sangat
berpengaruh secara langsung terhadap perkembangannya sebelum maupun sesudah terjun langsung secara individual di masyarakat. Jadi sebagian besar anak
dibesarkan oleh keluarga, di samping itu kenyataan menunjukkan bahwa di dalam keluargalah anak mendapatkan pendidikan dan pembinaan yang pertamakali. Pada
dasarnya keluarga merupakan lingkungan kelompok sosial yang paling kecil, akan
44
Sudarsono, Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja, Jakarta: Rineka Cipta, 1989, cet. 1, h. 16-17
22
tetapi juga merupakan lingkungan paling dekat dan terkuat di dalam mendidik dan membina anak, dengan demikian seluk beluk kehidupan keluarga memiliki
pengaruh yang paling mendasar dalam perkembangan anak dan remaja. Sudarsono menjelaskan,
“sejak kecil anak dibesarkan oleh keluarga dan juga untuk seterusnya, sebagian besar waktunya adalah di dalam keluarga, maka
sepantasnyalah ketika kemungkinan adanya deviasi pada perkembangan anak khususnya remaja sebagian besar pula bisa berasal dari keluarga.
”
45
Dalam kenyataannya sering terjadi hubungan individu dengan individu atau bahkan hubungan individu dengan kelompok mengalami gangguan yang
disebabkan karena terdapat seorang atau sebagian anggota kelompok di dalam memenuhi kebutuhan hidupnya menimbulkan gangguan terhadap hak-hak orang
lain, gangguan-gangguan yang terjadi tidak jarang muncul dari perbuatan- perbuatan anak remaja yang tidak terpuji serta mengancam hak-hak orang lain di
tengah-tengah masyarakat, antara lain: a.
Mengancam hak milik orang lain misalnya: pencurian, penipuan dan penggelapan.
b. Mengancam hak-hak hidup dan kesehatan orang lain, seperti: pembunuhan
dan penganiayaan. c.
Mengancam kehormatan orang lain dan bersifat tidak susila, seperti: pemerkosaan dan perzinahan.
46
Perbuatan-perbuatan anak remaja tersebut pada akhirnya akan menimbulkan keresahan sosial sehingga kehidupan di dalam keluarga karena
perbuatan si remaja tadi dan dalam masyarakat tidak harmonis lagi, ikatan solidaritas menjadi runtuh. Secara yuridis formal perbuatan-perbuatan mereka
jelas melawan hukum tertulis atau undang-undang. Kemudian jika ditinjau dari segi moral dan kesusilaan, perbuatan-perbuatan tersebut melanggar moral,
menyalahi norma-norma sosial dan bersifat anti susila. Kenakalan remaja yang dirasakan sangat mengganggu kehidupan masyarakat, sebenarnya bukanlah suatu
keadaan yang berdiri sendiri, kenakalan remaja akan muncul karena beberapa
45
Ibid., h. 20
46
Ibid., h. 18-19
23
sebab, baik karena keadaan lingkungan masyarakat dan terlebih bisa juga karena keadaan keluarga si remaja.
Pada hakikatnya, kondisi keluarga yang menyebabkan timbulnya kenakalan remaja itu bersifat kompleks. Di antaranya kondisi tersebut dapat
terjadi karena kelahiran anak di luar perkawinan yang syah menurut hukum atau agama. Di samping itu kenakalan anak atau remaja juga dapat disebabkan keadaan
keluarga yang tidak normal, yang mencakup keadaan ekonomi keluarga, terutama menyangkut keluarga miskin atau keluarga yang menderita kekurangan jika
dibandingkan dengan keadaan ekonomi penduduk pada umumnya. Bahkan sering terjadi dalam keadaan mendesak seluruh anggota keluarga ikut mencari nafkah
untuk mempertahankan hidupnya. Kondisi keluarga seperti ini biasanya memiliki konsekuensi lebih lanjut dan kompleks terhadap anak-anak, antara lain: hampir
setiap hari anak terlantar, biaya sekolah anak-anak tidak tercukupi, di samping itu biaya kebutuhan lainnya juga tidak tercukupi. Akibatnya akan kompleks pula,
dalam kondisi yang serba sulit dapat mendorong anak atau remaja menjadi sembarangan bergaul, kemudian bisa terpengaruh gaya hidup temen sebayanya,
sehingga bisa menjadi penyebab deviasi pada perkembangan anak dan remaja.
47
Dalam perspektif teori sosial-psikologi memandang bahwa kebutuhan- kebutuhan remaja itu adalah berkaitan erat dengan pemuasan kebutuhan mereka
dalam kelompoknya. Kebutuhan-kebutuhan psikologi yang pokok akan mengarahkan tercapainya rasa aman. Kebutuhan-kebutuhan tersebut menurut
Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, adalah sebagai berikut: a.
Kebutuhan untuk menerima afeksi dari kelompok atau individu lain, meliputi: 1
Menerima rasa kasih sayang dari keluarga atau orang lain di luar kehidupan keluarga
2 Menerima pemujaan atau sambutan hangat dari teman-temannya
3 Menerima penghargaan dan apresiasi dari guru dan pendidik lainnya.
b. Kebutuhan untuk memberikan sumbangan kepada kelompoknya, meliputi:
1 Menyatakan afeksi kepada kelompoknya
2 Turut serta memikul tanggung jawab kelompok
47
Ibid., h. 20-21
24
3 Menyatakan kesediaan dan kesetiaan kepada kelompok
4 Menghayati keberhasilan dalam kelompok
c. Kebutuhan untuk memahami
d. Kebutuhan untuk mempelajari dan menyelidiki sesuatu
Jika dikaji lebih lanjut tentang interaksi dalam keluarga. Keluarga memiliki pengaruh yang paling mendasar dalam perkembangan remaja. Untuk
mencapai ketenteraman dan kebahagiaan dalam keluarga, di antaranya memang diperlukan penciptaan suasana yang baik adalah usaha menciptakan terwujudnya
saling pengertian, saling menerima, saling menghargai, saling percaya dan saling menyayangi di antara suami isteri dan antara seluruh anggoata keluarga lainnya.
48
Untuk pencapaian tujuan tersebut maka setiap rumah tangga dituntut untuk memiliki pola pembinaan terencana untuk keluarga khususnya terhadap anak. Di
antara pola pembinaan terencana tersebut ialah memberi suri tauladan yang baik kepada anak-anak dalam berpegang teguh pada ajaran-ajaran agama dan akhlak
yang mulia, menyediakan bagi anak-anak peluang-peluang dan suasana praktis di mana mereka mempraktekkan akhlak yang mulia yang diterimanya dari orang
tuanya, memberi tanggung jawab yang sesuai kepada anak-anak supaya mereka merasa bebas memilih dalam tindak-tanduknya, menunjukkan bahwa keluarga
selalu mengawasi mereka dengan sadar dan bijaksana dalam sikap dan tingkah laku kehidupan sehari-hari mereka, menjaga mereka dari pergaulan teman-teman
yang menyeleweng dan tempat-tempat yang dapat menimbulkan kerusakan moral. Dengan demikian, jelas bahwa keluarga atau rumah tangga dengan
anggota kelompoknya pada dasarnya dapat diidentifikasi sebagai sebuah kelas yang menjalankan proses transformasi perilaku, pengetahuan serta sikap, terutama
sikap terampil dan mandiri. Selain itu sebagai sebuah lembaga pendidikan rumah tangga berkepentingan menyediakan pendidikan pra-nikah agar keharmonisan
yang telah dicapai dapat diwariskan kepada generasi sesudahnya.
49
Ada banyak problema yang bisa dijadikan bahan ajar terhadap remaja-remaja yang beranjak
dewasa di dalam keluarga sebagai bekal bagi mereka ketika berumah tangga.
48
Zakiah Daradjat, op.cit., h. 47
49
Ulfatmi, op.cit., h. 27
25
Isyu-isyu kekerasan dalam rumah tangga, perilaku seks remaja dan akibatnya, ragam pesoalan suami isteri, pengaturan ekonomi dan pendidikan, perilaku
berumah tangga serta memahami hubungan rumah tangga dengan masyarakat semuanya adalah bahan kajian yang bisa ditransfer kepada para remaja dalam
rangka mempersiapkan diri mereka munuju gerbang pernikahan.