METODOLOGI PENELITIAN Pendekatan sosial dan psikologi untuk menanamkan nilai-nilai moral pada remaja dalam keluarga

53 2014, http:sule-gratis.blogspot.com201301seks-bebas-di-kalangan- remaja-pelajar.html 7. Mohammad Noor Syam, Filsafat Kependidikan dan Dasar Filsafat Kependidikan Pancasila, Surabaya: Usaha Nasional, 1988 8. Khoiron Rosyadi, Pendidikan Profetik, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004 9. Muhammad Djunaidi Ghony, Nilai Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional, 1982 10. Thaha Khiriah Husen, Konsep Ibu Teladan, Surabaya: Risalah Gusti, 1994 11. Ainurrofiq Dawam, Pendidikan Multikultural, Yogyakarta: Mitra Fajar Indonesia, 2006, cet 1 12. Mestika Zed, Motode Penelitian Kepustakaan, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2004, cet. 1 13. Moh. Kasiram, Metodologi Penelitian, Malang: UIN-Malang Press, 2008 cet. I 14. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2010, Cet. 11 B. Metode Penelitian Dalam hal ini penulis menggunakan jenis penelitian kepustakaan. “Studi pustaka ialah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan merode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penlitian ”. 95 Adapun dari segi pemaparan datanya adalah menggunakan metode deskriptif, dengan pemaparan melalui analisis secara induksi dan deduksi. Secara umum, pedoman yang digunakan dalam analisis data secara kualitatif berdasar pada pola pikir ilmiah, yang mempunyai ciri, sistematis, logis. Orang bisa mulai dari data- data konkrit, kemudian dihubungkan dengan dalil- dalil yang umum yang sudah dianggap benar, ini disebut analisis secara induksi. Sebaliknya orang bisa mulai dari dalil- dalil umum, paradigma tertentu, kemudian menghubungkan dengan data- data empiris, sebagai pangkal tolak mengambil 95 Mestika Zed, Motode Penelitian Kepustakaan, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2004, cet. 1, h. 3 54 kesimpulan, ini disebut analisis secara deduksi. 96 Analisis data pada tahap ini dapat dikerjakan dan dimanfaatkan sedemikian rupa sehingga menghasilkan sebuah penyampaian yang benar-benar dapat digunakan untuk menjawab persoalan-persoalan yang telah dirumuskan. Analisis dalam penelitian merupakan bagian penting dalam proses penelitian, karena dengan analisis inilah data yang ada akan tampak manfaatnya, terutama dalam memecahkan masalah penelitian dan mencapai tujuan akhir penelitian. Bagi peneliti, analisis data merupakan kegiatan yang cukup berat guna menjawab suatu permasalahan. Perspektif yang dikembangkan dalam analisis ini adalah penanaman nilai- nilai moral. Penanaman nilai-nilai moral dilakukan melalui pendekatan sosial dan psikologi, dalam hal ini adalah upaya untuk menyiapkan anak-anak remaja dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai moral melalui berbagai macam kegiatan, bimbingan dan pengajaran. Teknik analisis pada tahap ini merupakan pengembangan dari metode analitis kritis. Adapun teknik analisa dari penulisan ini adalah content analysis atau analisa isi, yakni pengolahan data dengan cara pemilahan tersendiri berkaitan dengan pembahasan dari beberapa gagasan atau pemikiran para tokoh psikologi, sosial dan pendidikan yang kemudian dideskripsikan, dibahas dan dikritik. Selanjutnya dikategorisasikan dikelompokkan dengan data yang sejenis, dan dianalisa isinya secara kritis guna mendapatkan formulasi yang kongkrit dan memadai, sehingga pada akhirnya dijadikan sebagai langkah dalam mengambil kesimpulan sebagai jawaban dari rumusan masalah yang ada. Dengan menggunakan analisis isi yang mencakup prosedur ilmiah berupa obyektifitas, sistematis, dan generalisasi. Maka, arah pembahasan skripsi ini berupa untuk menginterpretasikan, menganalisis isi buku sebagai landasan teoritis dan dikaitkan dengan masalah-masalah yang masih aktual untuk dibahas, yang selanjutnya dipaparkan secara obyektif dan sistematis. 96 Moh. Kasiram, Metodologi Penelitian, Malang: UIN-Malang Press, 2008 cet. I, h.136 55 C. Fokus Penelitian Adapun penelitian ini difokuskan pada tinjauan sosial dan psikologi yang digunakan untuk menunjang penanaman nilai-nilai moral pada remaja dalam keluarga. Pendidikan dalam konteks sosial adalah pewarisan sosial. Sehingga dalam penyesuaian diri individu dengan suatu lingkungan hidup yang asing baginya itu biasanya mengubah individu supaya sesuai dengan keadaan-keadaan baru di lingkungannya. Dari segi sosial, penulis menggunakan pendekatan interaksi sosial. Interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua atau lebih individu manusia, di mana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya. 97 Rumusan ini dengan tepatnya menggambarkan kelangsungan timbal balik daripada interaksi sosial antara dua atau lebih manusia. Dalam pada itu maka dari segi analisis sosiologis, penulis menggunakan pendekatan imitasi, sugesti, hingga kepada identifikasi, yang mendasari kelangsungan interaksi sosial tersebut. Dari segi psikologi, secara umum dilihat bahwa alur perkembangan moral remaja itu adalah suatu pengampunan dalam pertimbangan moral yang menggambarkan dengan jelas sikap yang benar atau salah terhadap komitmen personal dalam kesadaran kompetisi. Maka penulis menggunakan teori penalaran, teori behavioristik, dan pembentukkan kata hati. Moral sebagaimana dalam konteks akhlakul karimah bukan semata-mata merupakan perilaku lahir, akan tetapi juga perilaku batin. Karena perilaku batinlah yang akan mengendalikan perilaku lahir. D. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian kualitatif memiliki perbedaan dengan penelitian kuantitatif. Penelitian kualitatif didesain secara longgar, tidak ketat sehingga dalam pelaksanaan penelitian berpeluang mengalami perubahan dari apa yang telah direncanakan. Meskipun demikian, penelitian ini mestilah tetap merancang langkah-langkah kegiatan penelitian. 97 W. A. Gerungan DIPL. Psych, Psychologi-Sosial, Jakarta: PT Eresco, 1981, cet. 7, h. 61 56 Dalam hal ini, pengumpulan data dilakukan penulis melalui intensitas pengamatan dari berbagai literatur. Diantaranya yang dilakukan oleh penulis yaitu berawal dari menyiapkan alat perlengkapan yang berupa alat tulis pensil dan pulpen, kertas, kartu atau buku catatan, dan sebuah kotak atau tempat untuk menyimpan kartu atau buku catatan serta berkasbahan-bahan penelitian lainnya. Mengumpulkan berbagai literatur berupa informasi yang dihasilkan dari persoalan atau lembaga sosial, buku, majalah, bulletin, jurnal, dan juga data- data dari dunia mayainternet, mengatur waktu seberapa lama mampu bertahan membaca dan mencatat, membaca dan mencatat bahan-bahan yang telah dibaca, menyeleksi, menela’ah sumber dengan melakukan pengodean, mengelompokkan, menulis data, mendiskusikan, menginterpretasi dan pengambilan kesimpulan. Secara tahap-tahap penelitian pada umumnya, prosedur yang dapat digunakan untuk penelitian kepustakaan seperti ini, bisa dilihat sebagai berikut: Strategi Dan Langkah-langkah Riset Kepustakaan: 1. Miliki ide umum tentang topik penelitian 2. Cari informasi pendukung. Bisa berupa buku standar di bidangnya, abstrak penelitian atau tesis, hubungi orang-orang PA, Jurusan, Fakultas, pakar di bidangnya, pegawai pustaka atau apa dan siapa saja yang dapat membantu mendukung topik 3. Pertegas fokus. Perluaspersempit dan organisasikan bahan bacaan 4. Cari dan temukan bahan yang diperlukan 5. Reorganisasikan bahan dan membuat catatan penelitian paling sentral 6. Review dan perkaya lagi nahan bacaan, dan 7. Reorganisasikan lagi bahancatatan dan mulailah menulis 98 98 Mestika Zed, op. cit, h. 81 57

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Nilai-nilai Moral Esensial Bagi Remaja Sebagaimana yang telah diuraikan di bab dua, nilai adalah yang dirasakan dalam diri masing-masing sebagai daya pendorong atau prinsip-prinsip yang menjadi penting dalam kehidupan. Sesuatu yang bermanfaat dan diyakini kebenarannya serta mendorong orang untuk mewujudkannya bagi kehidupan manusia sebagai acuan tingkah laku. Dalam relasi individu kepada sesama, alam sekitar, sang pencipta dan terhadap dirinya sendiri, diatur oleh tata nilai moral yang berlaku di dalam masyarakat. Sebagaimana telah diketahui nilai moral tersebut adalah nilai-nilai kebajikan yang disepakati oleh masyarakat. Kemudian jika nilai-nilai itu islami tentu sesuai dengan nilai-nilai akhlakul karimah yang diajarkan oleh Rasulullah saw., nilai moral dalam Islam akhlak dapat dilihat adanya sifat terpuji mahmudah, maka nilai-nilai moral tidak terbatas pada adat istiadat dan budaya yang ada di dalam masyarakat, akan tetapi tetap mendahulukan nilai-nilai yang bersumber dari Al-Q ur’an dan Hadis. Berikut akan dibahas tentang nilai-nilai moral yang penting ditanamkan kepada anak khususnya pada usia remaja. Uraian ini penting karena suksesnya seseorang di dunia dan akhirat adalah terletak pada moralnya akhlak. Melalui tela’ah berbagai literatur, penulis mengelompokkan beberapa nilai-nilai moral yang relevan ditanamkan kepada anak usia remaja, baik dari sisi agama maupun kemanusiaan.

1. Jujur

Jujur berarti benar. “Jujur dapat diartikan adanya kesesuaian atau keselarasan antara apa yang disampaikan atau yang diucapkan dengan apa yang dilakukan atau kenyataan yang ada. Kejujuran memiliki arti kecocokan dengan kenyataan atau fakta yang ada. ” 99 Yang dimaksud di sini ialah berlaku benar dan 99 Srijanti, Purwanto dan wahyudi Pramono, Etika Membangun Masyarakat Islam Modern, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007, cet. 1, h. 89 58 jujur baik dalam perkataan maupun perbuatan. “Jujur dapat diartikan juga “amanah”, yaitu dapat dipercaya, pribadi yang setia dan jujur dengan setulus hati dalam melaksanakan sesuatu yang dipercayakan kepadanya .” 100 Bersifat dan bersikap jujur ini diperintahkan oleh Allah SWT di dalam QS. At-Taubah:          Artinya : “Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar ”. Q.S. At-Taubah [9]: 119 101 Sebagai contoh, seseorang mengakui bahwa anak adalah milik Allah SWT yang dititipkan-Nya kepada orang tua untuk dididik dan dibesarkan sesuai kaidah- kaidah agama, maka penerima amanah yaitu orang tua harus bertanggung jawab membesarkan anaknya hingga mencapai kedewasaan biologis-psikologis-spiritual, dan sudah tentu harus mendidik dengan baik dan benar. Contoh lain, jika seseorang menerima pekerjaan, tidak berhenti hanya sampai pekerjaan selesai, tetapi memiliki rasa tidak puas jika hasil kerjanya belum memenuhi standar profesional. Rasa tanggungjawab menghalanginya mengorbankan mutu pekerjaan, ia pantang bekerja sembarangan. Dari dua contoh di atas, terlihat bahwa tidak mungkin ada tanggung jawab tanpa konsep amanah. Dengan kata lain, amanah mendahului tanggungjawab, lebih tegasnya amanah melahirkan tanggungjawab. Dalam menunaikan amanah tersebut, yaitu ketika melaksanakan tanggungjawab, maka pelaksanaannya tidak boleh sekedar formalitas. Maksudnya tanggungjawab itu betul-betul harus dilaksanakan secara benar dan jujur, baik esensinya maupun spiritnya. Oleh karena itu seorang siswamahasiswa tidak cukup hanya sekedar lulus ujian, tetapi kelulusannya haruslah dengan proses belajar yang benar dan tidak menyontek. Di sini, amanah menuntut kesejatian, bukan hanya esensinya tetapi juga prosedurnya. 100 Sudarsono, op. cit, h. 42 101 Departemen Agama, op. cit., h. 164 59 Menegakkan prinsip kebenaran adalah salah satu sendi kemaslahatan dalam hubungan antara manusia dengan manusia atau satu golongan dengan golongan lainnya. Dalam pribahasa sering disebutkan: “Berani karena benar, takut k arena salah.” Betapa kebenaran itu menimbulkan ketenangan daripadanya melahirkan keberanian. Berani membela kebenaran, kalaupun meninggal, maka orang tersebut akan termasuk mati syahid.

2. Disiplin

“Disiplin berasal dari kata yang sama dengan disciple, yakni seseorang yang belajar dari atau secara suka rela mengikuti seorang pemimpin. Konsep popular dari disiplin adalah sama dengan “hukuman”. Menurut konsep ini, disiplin digunakan hanya bila anak melanggar peraturan dan perintah yang diberikan orang tua, guru atau orang dewasa yang berwenang mengatur kehidupan bermasyarakat, tempat anak itu tinggal ”. 102 Menipisnya atau bahkan hilangnya sikap disiplin pada remaja, memang merupakan masalah serius yang dihadapi. Dengan tiadanya disiplin, tentu saja proses penanaman moral kepada remaja tidak akan berjalan secara maksimal, sehingga keadaan itu akan menghambat tercapainya cita-cita pendidikan bangsa, untuk menghasilkan putra putri bangsa yang bermoral. Akibat lain yang akan ditimbulkan oleh remaja yang kedisiplinannya kurang terbangun dengan baik adalah terpupuknya kebiasaan dan kecenderungan untuk berani melakukan berbagai pelanggaran, baik di rumah, sekolah maupun luar sekolah dan luar rumah, kemudian cenderung menyia-nyiakan waktu dengan kegiatan yang tidak berguna, malas-malasan, atau membuang waktu dengan percuma. Hal ini dapat mendatangkan masalah tersendiri bagi remaja yang bersangkutan. Tidak heran apabila saat ini kita menyaksikan banyak yang terlibat narkoba, seks bebas, merampok, serta bentuk pelanggaran lainnya di usia remajanya bahkan hal ini juga terjadi pada usianya baru memasuki awal remaja batas akhir usia kanak-kanak. Disiplin selalu dianggap perlu untuk perkembangan anak. Oleh sebab itu doronglah anak untuk dapat memanfaatkan waktunya secara optimal, juga 102 Elizabeth B. Hurlock., op. cit, h. 82 60 potensi-potensi yang tertanam di dalam dirinya. Menggunakan waktunya dalam ketaatan dan bergegas berlomba-lomba dalam kebaikan, diantaranya sungguh- sungguh dalam menuntut ilmu, menghindari kegiatan yang tidak perlu, menaati dan patuh terhadap peraturan dan lain-lain. Tujuan seluruh disiplin ialah membentuk perilaku sedemikian rupa hingga akan sesuai dengan peran-peran yang ditetapkan kelompok budaya, tempat individu diidentifikasi. Orang hidup memang bukan untuk peraturan, tetapi setiap orang pasti membutuhkan peraturan guna memudahkan urusan hidupnya. Analoginya sederhana, bisa diperhatikan pentingnya peraturan itu dalam lampu lalu lintas. Ketaatan setiap pengendara terhadap isyarat lampu lintas jelas membuat kondisi jalan menjadi tertib dan aman. Bayangkan ketika masing- masing pengendara mengebaikan peraturan berupa syarat lampu lalu lintas itu, pasti kondisi jalan akan kacau, macet dan bahkan memicu terjadinya kecelakan. Contoh di atas tentu bisa ditarik ke dalam ranah kehidupan yang lebih luas. Disiplin sangat ditekankan dalam urusan dunia, dan lebih-lebih urusan akhirat. Tidak heran jika Allah memerintahkan kaum beriman untuk membiasakan disiplin. Perintah itu antara lain tersirat dalam Al-Q ur’an:                                        Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jumat, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi, dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung ”. QS. Al-Jumuah [62]: 9-10. 103 103 Departemen Agama., op. cit., h. 442