Khimar Jilbab, Khimar dan Hijab

24                       “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah- rumah Nabi kecuali bila kamu diizinkan untuk Makan dengan tidak menunggu-nunggu waktu masak makanannya, tetapi jika kamu diundang Maka masuklah dan bila kamu selesai makan, keluarlah kamu tanpa asyik memperpanjang percakapan. Sesungguhnya yang demikian itu akan mengganggu Nabi lalu Nabi malu kepadamu untuk menyuruh kamu keluar, dan Allah tidak malu menerangkan yang benar. apabila kamu meminta sesuatu keperluan kepada mereka isteri- isteri Nabi, Maka mintalah dari belakang hijab tabir. cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka. dan tidak boleh kamu menyakiti hati Rasulullah dan tidak pula mengawini isteri- isterinya selama-lamanya sesudah ia wafat. Sesungguhnya perbuatan itu adalah Amat besar dosanya di sisi Allah.” QS Al-Ahzaab [33]: 53 Ayat di atas menunjukan bahwa makna hijab secara komprehensip adalah merujuk pada pembagian yang bernuansa sakral atau suatu pemisah antara dua dunia atau dua ruang yang abadi dan fana, baik dan jahat, terang dan gelap, orang beriman dan inkar, serta orang yang terhormat dan yang biasa. Adapun makna hijab secara khusus adalah suatu yang menghalangi antara dua pihak sehingga salah satu dari ke duanya tidak bisa melihat yang lain secara sempurna. Ini menunjukan bahwa makna hijab bukan berarti pakaian yang dikenakan umat manusia. Karena pakaian dan bagaimanpun jenisnya sekalipun menutup tubuh wanita hingga wajahnya tidak akan menghalangi wanita yang bersangkutan melihat orang yang ada di sekitarnya. Dan sebaliknya, tidak akan menghalangi orang lain melihatnya meskipun dia memakai pakaian warna hitam dari ujung kepala, termasuk wajahnya, hingga ujung kaki. Makna hijab sebagaimana disebutkan firman Allah SWT, “Maka mintalah kamu dari belakang hijab” adalah tabir atau tirai yang ada di rumah Rasulullah SAW 25 yang diturunkan untuk memisahkan antara majelis kaum laki-laki dan majelis kaum wanita. Dari ayat Al- Qur’an di atas diturunkan kepada istri-istri Nabi namun ini juga berlaku kepada seluruh wanita Muslimah. Dengan turunnya ayat hijab pada masa itu ada beberapa hikmah yang terkandung pada perintah pemasangan hijab bagi mereka itu ada dua; pertama, kaitan dengan banyaknya para sahabat yang silih berganti datang ke rumah-rumah mereka dan hal ini dianggap cukup mengganggu privasi mereka. Kedua, Rasullullah SAW mempunyai rencana untuk mengangkat derajat dan status yang tinggi kepada istri-istrinya pada tingkatan yang superior di kalangan komunitas umat Islam sehingga muncul peraturan yang mengikat kepada mereka; seperti mereka tidak boleh haram menikah lagi setelah beliau meninggal dunia, tidak menganggap status dirinya sama dengan wanita Muslimah lainnya, tidak perlu merendah ketika berbicara, pergi keluar jika perlu saja, tidak sembrono dalam berprilaku, dan menghindari prilaku eskibisionis dalam berpakaian. Semua ini untuk melindungi privasi mereka karena mereka diberi gelar terhormat dengan julukan Ummul Mukminin. 37

C. Aurat

1. Pengertian Aurat

Ditinjau dari sisi leksikal aurat adalah kurang, cela, sesuatu yang dirasakan malu. Dari kata itu timbul kata “Auraa” wanita bukan karena matanya buta sebelah. 37 Mohammad Asmawi, “Islam Sensual Membedah fenomena Jilbab trendi”, Yogyakarta: Darussalam 2013, cet I, h.78-87.