Persepsi Mahasiswa Terhadap Keikutsertaan Puteri Indonesia Pada Ajang Miss Universe (Study Deskriptif Mengenai Persepsi Mahasiswa USU terhadap Keikutsertaan Puteri Indonesia 2009 pada Ajang Miss Universe)

(1)

PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KEIKUTSERTAAN PUTERI INDONESIA PADA AJANG MISS UNIVERSE

(Study Deskriptif Mengenai Persepsi Mahasiswa USU Terhadap Keikutsertaan Puteri Indonesia 2009 pada Ajang Miss Universe)

SKRIPSI

Diajukan guna memenuhi salah satu syarat menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S1) Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Departemen Ilmu Komunikasi

Diajukan Oleh: DHIKA JULI ASTIKA

060904057

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

HALAMAN PERSETUJUAN

SKRIPSI INI DISETUJUI UNTUK DIPERTAHANKAN OLEH: NAMA : DHIKA JULI ASTIKA

NIM : 060904057

JUDUL : PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KEIKUTSERTAAN PUTERI INDONESIA PADA AJANG MISS UNIVERSE (Study Deskriptif Mengenai Persepsi Mahasiswa USU terhadap Keikutsertaan Puteri Indonesia 2009 pada Ajang Miss Universe)

Pembimbing Ketua Departemen

Drs. Safrin,M.Si Drs. Amir Purba,M.A

NIP. 196110011987011001 NIP. 1952102191987011001

Dekan

Prof. Dr. M. Arif Nasution,M.A NIP. 196207031987111001


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Pada Hari :

Tanggal : Pukul :

Tim Penguji :

1. Ketua :

2. Anggota 1 :


(4)

KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati, penulis sampaikan puji syukur kehadirat Allah Swt atas berkah, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini untuk melengkapi syarat memperoleh gelar kesarjanaan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari banyak menghadapi kesulitan karena keterbatasan dan kemampuan, namun penulis bersyukur dan berterima kasih karena telah mendapat perhatian dan dukungan dari berbagai pihak yang turut membantu menyelesaikan skripsi ini. Maka dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua orangtua tercinta, Ayah Rismanto Rakijo dan Ibu Elfi Mahnidar yang selalu memberikan doa, dukungan dan semangat di setiap saat. Semoga penulis dapat membuat Ayah dan ibu selalu bahagia dan bangga.

2. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, M.A selaku Dekan FISIP USU. 3. Bapak Drs. Amir Purba, M.A selaku Ketua Departemen Ilmu

Komunikasi.

4. Bapak Drs. Safrin, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dan berbagi ilmu yang sangat berharga selama membimbing penulis.

5. Ibu Dra. Rusni, M.A selaku dosen wali penulis.

6. Bapak dan Ibu dosen Ilmu Komunikasi yang telah memberikan bekal pengetahuan selama masa perkuliahan.


(5)

7. Ibu Dra. Dewi Kurniawati, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU beserta Kak Cut, Kak Maya, dan Kak Ros. 8. Kak Hanim, Kak Puan dan staf Laboratorium Ilmu Komunikasi.

9. Ketiga adikku tersayang, Mita Aris Pratiwi, Harry Prasetyo dan Aditya Arananda yang selalu memberikan semangat kepada penulis, bercanda dan berbagi duka bersama.

10.Anggota Happy Yummy yaitu Melisa, Yuli, Wana, Fiqi, Vega, Novi, Desi dan Putrou. Sungguh Anugerah terindah bagi penulis dapat menjalin persahabatan dengan kalian. Walaupun terkadang terjadi permasalahan diantara kita namun penulis sangat menyayangi kalian semua. Terima kasih atas canda, tawa, dan motivasi yang telah diberikan selama ini. Semoga persahabatan ini bisa terus terjaga dan suatu hari kita akan berkumpul kembali sebagai orang yang sukses dan dalam keadaan yang lebih baik lagi tentunya.

11.Bang Andi Syahputra yang telah memberikan dukungan dan motivasi selama ini.

12.Keluarga Power Rangers terutama Efron, Yudhy, Christina, Pina, Widya, Flo, Nano, kemudian keluarga Flickazone, Jula-jula, Telenovela, dan teman-teman Komunikasi stambuk 2006 lainnya. Penulis sangat senang dan bangga karena telah menjadi bagian dari stambuk 2006.

13.Semua pengarang buku yang telah memotivasi dan menjadi narasumber bagi penulis.


(6)

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini belum mencapai kesempurnaan, namun penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikannya dengan baik. Dengan segala kerendahan hati, penulis bersedia menerima saran dan kritik yang sifatnya membangun. Semoga Allah Swt memberikan berkah kepada kita semua. Terima kasih.

Penulis


(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI iv

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN x

ABSTRAKSI xi

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Perumusan Masalah 8

1.3 Pembatasan Masalah 9

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 9

1.4.1 Tujuan Penelitian 9

1.4.2 Manfaat Penelitian 10

1.5 Kerangka Teori 10

1.5.1 Komunikasi 10

1.5.2 Komunikasi Massa 12

1.5.3 Media Massa 13

1.5.4 Teori Perbedaan Individual 15 (Individual Differences Theory)

1.5.5 Persepsi 16

1.6 Kerangka Konsep 20

1.7 Model Teoritis 20

1.8 Konsep Operasional 21

1.9 Defenisi Operasional 22

BAB II URAIAN TEORITIS 25

2.1 Komunikasi 25

2.1.1 Defenisi Komunikasi 25

2.1.2 Unsur-unsur Komunikasi 27

2.1.3 Prinsip Komunikasi 30

2.1.4 Gangguan dan Rintangan Komunikasi 32

2.2 Komunikasi Massa 33

2.2.1 Defenisi Komunikasi Massa 33 2.2.2 Unsur-unsur Komunikasi Massa 36 2.2.3 Ciri-ciri Komunikasi Massa 38


(8)

2.2.4 Fungsi Komunikasi Massa 40

2.3 Media Massa 41

2.3.1 Defenisi Media Massa 41

2.3.2 Karakteristik Media Massa 42

2.3.3 Peranan Media Massa 43

2.3.4 Bentuk-bentuk Media Massa 44

2.4 Teori Perbedaan Individual 46

(Individual Differences Theory)

2.5 Persepsi 47

2.5.1 Defenisi Persepsi 47

2.5.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi 49

2.5.3 Proses Persepsi 50

2.6 Ajang Puteri Indonesia 53

2.7 Ajang Miss Universe 57

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 62

3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 62

3.1.1. Sejarah dan Perkembangan 62 Universitas Sumatera Utara

3.1.2. Infrastruktur Universitas Sumatera Utara 65

3.1.3. Unsur Penunjang 67

3.1.4. Visi, Misi dan Tujuan Universitas Sumatera Utara 67

3.1.5. Pilihan Program Studi 69

3.1.6. Struktur Organisasi Universitas Sumatera Utara 72

3.2 Metodologi penelitian 77

3.2.1 Metode Penelitian 77

3.2.2 Lokasi Penelitian 78

3.3 Populasi dan Sampel 78

3.3.1 Populasi 78

3.3.2 Sampel 79

3.4 Teknik Pengambilan Sampel 80

3.5 Teknik Pengumpulan Data 83

3.6 Teknik Analisa Data 83

BAB IV ANALISA DATA 85

4.1 Pelaksanaan Pengumpulan Data 85

4.1.1 Tahap Awal 85

4.1.2 Pengumpulan Data 85

4.2 Teknik Pengolahan Data 86

4.3 Analisa Tabel Tunggal 87

4.3.1 Karakteristik Responden 87

4.3.2 Keikutsertaan Puteri Indonesia 92 pada Ajang Miss Universe

4.3.3 Persepsi Mahasiswa 105


(9)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 120

5.1 Kesimpulan 120

5.2 Saran 122

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Operasional Konsep

Tabel 2 Daftar Pemenang Puteri Indonesia

Tabel 3 Daftar Pemenang Miss Universe mulai Tahun 1952-2009 Tabel 4 Infrastruktur Universitas Sumatera Utara

Tabel 5 Populasi Tabel 6 Sampel

Tabel 7 Jenis Kelamin Responden Tabel 8 Usia Responden

Tabel 9 Fakultas Responden Tabel 10 Stambuk

Tabel 11 Intensitas Menonton Acara Pemilihan Puteri Indonesia Tabel 12 Ketertarikan terhadap Ajang Pemilihan Puteri Indonesia Tabel 13 Pengetahuan tentang Ajang Miss Universe

Tabel 14 Intensitas menonton Acara Miss Universe

Tabel 15 Pengetahuan terhadap Pro kontra Keikutsertaan Puteri Indonesia di Ajang Miss Universe

Tabel 16 Pengetahuan tentang Pro kontra Qory Sandriovaria

Tabel 17 Ketertarikan terhadap Informasi Pro kontra Puteri Indonesia 2009, Qory Sandriovaria

Tabel 18 Keikutsertaan Puteri Indonesia dalam Ajang Miss Universe

Tabel 19 Kejelasan Informasi mengenai Pro kontra Puteri Indonesia 2009, Qory Sandriovaria

Tabel 20 Kejelasan Informasi mengenai Keikutsertaan Puteri Indonesia dalam Ajang Miss Universe

Tabel 21 Pemahaman mengenai Informasi Pro kontra Puteri Indonesia 2009, Qory Sandriovaria

Tabel 22 Tanggapan mengenai Even Pemakaian Bikini yang dinilai menjadi pemicu terjadinya Pro dan kontra


(11)

Tabel 23 Tanggapan mengenai Keikutsertaan Puteri Indonesia pada ajang Miss Universe dapat memperbaiki citra negara di dunia Internasional

Tabel 24 Tanggapan mengenai Keikutsertaan Puteri Indonesia pada ajang Miss Universe merupakan kesempatan untuk Memajukan Sektor Pariwisata

Tabel 25 Perhatian terhadap Ajang Pemilihan Puteri Indonesia

Tabel 26 Tanggapan mengenai Konsep Penilaian Pemilihan Puteri Indonesia Tabel 27 Ajang Pemilihan Puteri Indonesia

Tabel 28 Perhatian terhadap Keikutsertaan Puteri Indonesia pada ajang Miss Universe

Tabel 29 Pendapat tentang Pentingnya Kemampuan Berbahasa Inggris Tabel 30 Tanggapan mengenai Pelaksanaan Ajang Miss Universe Tabel 31 Tanggapan mengenai Konsep Penilaian Miss Universe

Tabel 32 Dukungan terhadap Qory Sandriovaria sebagai kontestan asal Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD)

Tabel 33 Tanggapan mengenai Keikutsertaan Qory Sandriovaria sebagai kontestan asal Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) terhadap Martabat Aceh.

Tabel 34 Dukungan terhadap Keikutsertaan Puteri Indonesia si Ajang Miss Universe

Tabel 35 Kepedulian terhadap Pro kontra

Tabel 36 Tanggapan terhadap Perlunya Peran Pemerintah dalam mengatasi Pro kontra yang tejadi


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Model Teoritis

Gambar 2 Variabel Psikologis Diantara Rangsangan dan Tanggapan Gambar 3 Logo Puteri Indonesia

Gambar 4 Logo Miss Universe


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Kuesioner Penelitian Lampiran II Tabel Pengolahan Data

Lampiran III Surat permohonan penelitian dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU

Lampiran IV Surat balasan untuk memberikan izin penelitian dari Rektor c.q. bagian Registrasi BPA-USU

Lampiran V Lembar catatan bimbingan skripsi Lampiran VI Biodata


(14)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Persepsi Mahasiswa terhadap Keikutsertaan Puteri Indonesia pada Ajang Miss Universe (Studi Deskriftif mengenai Persepsi Mahasiswa USU terhadap Keikutsertaan Puteri Indonesia 2009 pada Ajang Miss Universe. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi mahasiswa asal provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) mengenai rencana keikutsertaan Puteri Indonesia 2009 ke Ajang Miss Universe.

Peneliti menggunakan beberapa teori yang relevan dengan penelitian yaitu: Komunikasi, Komunikasi Massa, Media massa, Teori Perbedaan Individual (Individual Deferences Theory), dan Persepsi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif adalah metode penelitian yang hanya memaparkan situasi, menggambarkan atau melukiskan subjek atau objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.

Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa USU asal provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) yang berjumlah 90 orang mahasiswa yang berasal dari tiap-tiap fakultas yakni Fakultas Kedokteran, Fakultas Hukum, Fakultas Pertanian, Fakultas Teknik, Fakultas Ekonomi, Fakultas kedokteran Gigi, Fakultas Sastra, Fakultas MIPA, Fakultas ISIP, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Fakultas Psikologi, Fakultas Farmasi, Fakultas Keperawatan. Jumlah sampel diambil dengan menggunakan rumus Taro Yamane. Teknik penarikan sampel menggunakan teknik stratifikasi proporsional dan purposive. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan jumlah pertanyaan sebanyak 32 pertanyaan. Data yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan analisa tabel tunggal. Proses pengolahan data menggunakan program SPSS for Windows version 15.0.

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa mahasiswa mendukung keikutsertaan Puteri Indonesia 2009 ke Ajang Miss Universe. Bagi mereka Puteri Indonesia 2009 Qory Sandriovaria memiliki potensi untuk bersaing di ajang Miss Universe, akan tetapi berhubung Qory merupakan wakil provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) hendaknya berpakaian yang sopan dan dapat menjaga martabat provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD).

Hasil penelitian menggambarkan persepsi terhadap Qory Sandriovaria, Puteri Indonesia 2009 yaitu penampilan Qory yang tidak mengenakan jilbab pada ajang pemilihan Puteri Indonessia pada dasarnya tidak mencerminkan nilai-nilai Islami sebagaimana aturan yang telah diterapkan di provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Namun, berdasarkan kuesioner yang telah dibagikan kepada responden diketahui bahwa sebagian besar para responden tidak mempermasalahkan soal jilbab akan tetapi, menurut sebagian besar responden penampilan Qory tersebut akan tetap mempengaruhi martabat provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) yang identik dengan nilai-nilai Islam.


(15)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Persepsi Mahasiswa terhadap Keikutsertaan Puteri Indonesia pada Ajang Miss Universe (Studi Deskriftif mengenai Persepsi Mahasiswa USU terhadap Keikutsertaan Puteri Indonesia 2009 pada Ajang Miss Universe. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi mahasiswa asal provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) mengenai rencana keikutsertaan Puteri Indonesia 2009 ke Ajang Miss Universe.

Peneliti menggunakan beberapa teori yang relevan dengan penelitian yaitu: Komunikasi, Komunikasi Massa, Media massa, Teori Perbedaan Individual (Individual Deferences Theory), dan Persepsi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif adalah metode penelitian yang hanya memaparkan situasi, menggambarkan atau melukiskan subjek atau objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.

Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa USU asal provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) yang berjumlah 90 orang mahasiswa yang berasal dari tiap-tiap fakultas yakni Fakultas Kedokteran, Fakultas Hukum, Fakultas Pertanian, Fakultas Teknik, Fakultas Ekonomi, Fakultas kedokteran Gigi, Fakultas Sastra, Fakultas MIPA, Fakultas ISIP, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Fakultas Psikologi, Fakultas Farmasi, Fakultas Keperawatan. Jumlah sampel diambil dengan menggunakan rumus Taro Yamane. Teknik penarikan sampel menggunakan teknik stratifikasi proporsional dan purposive. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan jumlah pertanyaan sebanyak 32 pertanyaan. Data yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan analisa tabel tunggal. Proses pengolahan data menggunakan program SPSS for Windows version 15.0.

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa mahasiswa mendukung keikutsertaan Puteri Indonesia 2009 ke Ajang Miss Universe. Bagi mereka Puteri Indonesia 2009 Qory Sandriovaria memiliki potensi untuk bersaing di ajang Miss Universe, akan tetapi berhubung Qory merupakan wakil provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) hendaknya berpakaian yang sopan dan dapat menjaga martabat provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD).

Hasil penelitian menggambarkan persepsi terhadap Qory Sandriovaria, Puteri Indonesia 2009 yaitu penampilan Qory yang tidak mengenakan jilbab pada ajang pemilihan Puteri Indonessia pada dasarnya tidak mencerminkan nilai-nilai Islami sebagaimana aturan yang telah diterapkan di provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Namun, berdasarkan kuesioner yang telah dibagikan kepada responden diketahui bahwa sebagian besar para responden tidak mempermasalahkan soal jilbab akan tetapi, menurut sebagian besar responden penampilan Qory tersebut akan tetap mempengaruhi martabat provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) yang identik dengan nilai-nilai Islam.


(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Perkembangan jaman secara tidak langsung didukung oleh perkembangan media yang digunakan untuk berkomunikasi. Dengan adanya arus informasi dengan menggunakan media komunikasi, maka perkembangan yang ada akan semakin mudah untuk diteruskan hingga kebelahan dunia yang lain. Informasi-informasi maupun peristiwa-peristiwa yang terjadi di penjuru dunia pun dapat diakses dengan mudah.

Pesan komunikasi yang disampaikan melalui media massa adalah terbuka untuk semua orang. Perpaduan antara jumlah komunikan yang besar dalam komunikasi massa dengan keterbukaan dalam memperoleh pesan-pesan komunikasi, erat sekali hubungannya dengan sifat heterogenitas komunikan. Massa dalam komunikasi massa terjadi dari orang-orang yang heterogen yang meliputi penduduk yang bertempat tinggal dalam kondisi yang sangat berbeda, dengan kebudayaan yang beragam, berasal dari berbagai lapisan masyarakat, mempunyai berbagai pekerjaan yang berjenis-jenis, maka oleh karena itu mereka berbeda pula dalam kepentingan, standar hidup, derajat kehormatan, kekuasaan serta pengaruh (Effendy, 1993:81-82).

Seorang komunikator tidak akan dapat mengasumsikan bahwa sebuah pesan akan mempunyai ketepatan makna untuk semua penerima pesan atau terkadang pesan tersebut mempunyai makna yang sama pada semua penerima pesan. Proses menerima dan menafsirkan pesan pada banyak model komunikasi


(17)

sering disebut penyandian-balik (decoding). Proses ini melibatkan persepsi atau meliputi rangsangan perasaan dan proses informasi selanjutnya.

Seseorang berinteraksi dengan orang lain didahului oleh persepsi sosial, yaitu persepsi mengenai orang lain. Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan. Kemudian penginderaan merupakan suatu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat penerima, yaitu alat indera. Namun proses tidak berhenti pada tahap ini. Pada umumnya, stimulus diteruskan oleh saraf sensorik ke otak sebagai pusat susunan saraf dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi, yaitu orang menyadari apa yang diinderanya (Walgito, 2007:25).

Kontes kecantikan yang bernama Puteri Indonesia merupakan ajang pemilihan puteri-puteri “terbaik” Indonesia yang kemudian akan menjadi duta pariwisata, budaya, dan sosial. Kontes ini diadakan sejak tahun 1992 oleh Yayasan Puteri Indonesia yang juga disponsori oleh perusahaan kecantikan Mustika Ratu. Parameter penilaian dalam kontes kecantikan Puteri Indonesia adalah 3 B, yaitu brain (kecerdasan), beauty (berpenampilan menarik), dan behaviour (berperilaku baik). Hal ini menjadi salah satu alasan ketertarikan masyarakat terhadap kontes Puteri Indonesia. Selain itu banyak alasan lainnya diantaranya seorang Puteri Indonesia akan aktif dalam kegiatan sosial dan mengikuti kontes Puteri Indonesia merupakan ajang untuk aktualisasi diri.

Ajang pemilihan Puteri Indonesia dilaksanakan setiap tahun. Pada tahun 2009 ini ajang tersebut kembali diselenggarakan pada tanggal 9 Oktober 2009 di


(18)

Teater Tanah Airku, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta. Pada malam grandfinal, Qory Sandioriva, kelahiran Jakarta, 18 tahun, mahasiswi semester satu Sastra Perancis Universitas Indonesia, utusan Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dinobatkan sebagai Putri Indonesia 2009. Qory mampu menembus tahap 10 besar. Memberikan jawaban yang meyakinkan ketika diberikan pertanyaan oleh dewan juri, Qory pun mampu beranjak ke babak 5 besar. Penampilannya yang terjaga akhirnya mampu membawanya ke babak akhir. Mendampingi Puteri Sumatera Barat Zukhriatul Hafizah dan Puteri Maluku Utara Ayu Pratiwi, Qory melangkah ke menuju tahap 3 besar.

Di tahap akhir ini, Qory akhirnya mampu membuktikan kemampuan dirinya secara meyakinkan dengan menjawab pertanyaan dari dewan juri. Akhirnya, Qory pun diumumkan menjadi pemenang gelar Puteri Indonesia 2009. Yang tentunya akan mewakili Indonesia Ajang Miss Universe 2010. Sementara itu, Puteri Sumatera Barat Zukhriatul Hafizah terpilih sebagai wakil Puteri Indonesia I dan Puteri Maluku Utara Ayu Pratiwi terpilih sebagai wakil Puteri Indonesia II. Untuk pertama kalinya, wakil dari Provinsi Aceh terpilih sebagai Putri Indonesia. Dan untuk wakil Puteri Indonesia I dan wakil Puteri Indonesia II akan mewakili Indonesia di kontes ajang kecantikan bertaraf internasional lainnya.

Berselang sehari setelah penobatan Puteri Indonesia 2009 pada tanggal 9 Oktober 2009, ditemukan beberapa tanggapan dari hasil kemenangan tersebut. Terutama menyangkut fakta bahwa pemenang kali ini merupakan delegasi dari provinsi "Serambi Mekah" yang secara otonomi telah menjalankan syariat Islam. Qory Sandioriva dalam ajang kali ini telah mematahkan tradisi utusan Nanggroe


(19)

Aceh Darussalam (NAD) untuk mengenakan jilbab selama berkompetisi. Hal ini pun sepertinya telah menimbulkan isu bahwa perempuan cantik tersebut rela melepaskan jilbabnya demi mengenakan selempang bertuliskan "Puteri Indonesia 2009". Namun ada pula yang mengatakan bahwa dari awal Qory memang tidak mengenakan penutup kepala tersebut dalam kesehariannya.

Namun belakangan kemenangan Qory dalam ajang pemilihan tersebut mendatangkan protes dari beberapa kalangan khususnya masyarakat Aceh. Hal ini karena Qory tampil tanpa memakai jilbab padahal seperti diketahui bahwa provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) yang diwakilinya justru identik dengan pelaksanaan syariat Islam.

Selama ini masyarakat selalu bergelut dengan pro dan kontra terhadap keikutsertaan Indonesia yang mengirimkan perwakilan dalam ajang kontes kecantikan tingkat internasional salah satunya yakni ajang Miss Universe. Dimana dalam ajang tersebut juga terdapat sesi pemakaian bikini baik dalam bentuk pemotretan maupun berjalan di atas panggung. Terutama sekali, yang sering menjadi sensasi adalah mengenai pengenaan bikini yang dianggap sangat melewati 'budaya ketimuran' dan juga banyak dikaitkan dengan nilai ke-Islaman yang cenderung tertutup dalam berbusana.

Miss Universe merupakan sebuah kontes kecantikan yang awalnya merupakan cara Pacific Mills untuk mempromosikan produk pakaian renang Catalina mereka pada 1952 Pada tahun 1996, kemudian ditayangkan CBS dan pada merupakan acara yang prestisius terutama bagi penduduk kawasan


(20)

Pada tahap awal, peserta Miss Universe mengikuti kontes di negaranya masing-masing dan kemudian memegang gelar Miss negara tersebut seperti Miss yang diadakan oleMiss Universe Organizations.

Karena berbagai macam situasi, jumlah negara peserta selalu berubah; ada yang keluar dan ada yang baru ikut serta. Beberapa peserta baru antara lain: pada tahun 2004 yakni Ethiopia, Georgia, Vietnam. Tahun 2005 yaitu Latvia dan Kazakhstan, dan disusul keikuisertaan Montenegro, Serbia, Tanzania pada tahun 2007 dan Kosovo di tahun 2008.

Indonesia sendiri mulai mengikuti ajang ini tahun 1995. Meskipun tidak rutin setiap tahun, tetapi Indonesia termasuk cukup aktif berpartisipasi. Tampilnya wanita Indonesia berbikini dianggap tidak mewakili budaya Indonesia sendiri. Karena mendapat protes dan kritik keras, untuk beberapa lama, Indonesia absen dan hanya cukup puas menjadi penonton saja. Namun, semenjak satu dekade belakangan ini, seiring dengan perkembangan jaman dan dukungan sebagian masyarakat, kembali Indonesia aktif mengirimkan wakilnya ke ajang ini. Pengiriman wakil Indonesia bertujuan memperkenalkan Bangsa Indonesia yang ramah tamah dan kaya akan budaya daerah yang indah. Poinnya : dengan Miss Universe ini, wakil dari Indonesia juga berperan mempromosikan bangsa Indonesia supaya lebih dikenal luas sekaligus memperbaiki citra buruk bangsa apalagi dengan merosotnya angka pariwisata karena gencarnya promosi negatif yang selalu dikaitkan dengan terorisme.


(21)

Sedangkan negara yang selalu ikutserta pada ajang Miss Universe sej adalah baik di tingkat namun termasuk juga kepandaiannya dan dengan 3B yaitu Brain, Beauty, dan Behavior (kecerdasan, kecantikan, dan perilaku). Pada ajang ini, kontestan yang dipilih untuk masuk ke babak semifinal ialah sebanyak 15 besar. Namun pada tahun 2006, jumlah kontestan yang terpilih adalah 20 orang.

Dalam perjalanannya, kontes Miss Universe tersebut ternyata lebih populer daripada kontes Miss America sehingga TV nasional AS pada saat itu memutuskan untuk menggabungkan Miss Universe dengan Miss America. Jadilah pemenang Miss America tingkat nasional ‘dikirim’ untuk mengikuti kontes Miss Universe yang lebih tinggi tingkatannya. Maka, dilihat dari latar belakang penyelenggaraannya, adalah tidak mungkin seorang peserta menghindari keberadaan benda bernama bikini untuk menempel di tubuhnya, apapun itu alasannya.

Menarik sekali bila melihat bagaimana persepsi para mahasiswa dalam menanggapi keikutsertaan puteri Indonesia pada ajang Miss Universe. Sebagaimana diketahui bahwa sebagian besar para kontestan pada ajang-ajang seperti itu masih berstatus mahasiswa dan merupakan kaum intelektual bangsa. Setiap individu akan mempunyai sudut pandang yang berbeda dalam menanggapi suatu peristiwa tergantung pada pengetahuan, kepentingan, latar belakang budaya dan lain sebagainya.


(22)

Persepsi merupakan pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi (sensory stimuli) (Rakhmat, 2005:51).

Dalam hal menanggapi keterlibatan Indonesia dalam ajang seperti Miss Universe tersebut perlu untuk dipilah dan dicermati standar apa yang patut untuk diterapkan. Akan sangat ruwet bila mencampuradukkan berbagai pandangan dengan pijakan yang berbeda-beda pula. Dan bisa dipastikan, hal ini tidak akan menemukan titik akhir namun hanya digiring oleh perubahan budaya yang bergulir.

Bila dilihat dari segi moralitas semata dan efektivitas, maka acara demikian bisa dianggap tidak penting karena lebih bersifat hiburan sesaat. Karena, hampir sangat sedikit sekali orang yang masih ingat siapa Puteri Indonesia tahun 2000 atau Miss Universe tahun 1995. Kalaupun namanya masih diingat orang, mantan puteri kecantikan tersebut sudah pasti tidak punya kekuasaan/wewenang berharga lagi dibanding dulu saat ia berstatus juara. Secara moralitas juga banyak yang menganggap bahwa acara itu hanyalah ajang komersialisasi/industrialisasi perempuan, mengkritik penggunaan bikini.

Namun segi positifnya dari ajang Puteri Kecantikan tersebut. Puteri “terbaik” Indonesia dapat mengembangkan potensi dirinya, merupakan kesempatan untuk mempromosikan pariwisata negara Indonesia, dan membina hubungan baik dengan negara-negara asing. Kriteria pemilihan yang didasarkan 3B (Brain, Beauty, Behavior) juga memungkinkan perempuan-perempuan untuk bersaing secara sehat meraih impiannya sendiri. Pemakaian busana khas daerah yang


(23)

digunakan masing-masing peserta di Miss Universe juga dapat mengenalkan pada khalayak dunia akan indahnya kebudayaan kita. Seperti pada tahun-tahun sebelumnya keikutsertaan wakil Indonesia dalam Miss Universe selalu menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat. Masyarakat yang pro mendukung karena ajang ini membawa nama Indonesia untuk dapat tampil ke ajang tingkat dunia. Namun kalangan yang kontra mempermasalahkan acara Miss Universe hanya ajang pamer aurat yang jauh dari adat budaya ketimuran.

Polemik ini akan terus berlanjut setiap kali Indonesia mengirim wakilnya pada kontes Miss Universe. Perdebatan ini juga tidak pernah selesai karena setiap orang selalu mempunyai alasan dan ukuran-ukuran norma yang berbeda. Pemerintah yang dalam hal ini berfungsi mengatur ukuran norma juga tidak mengambil sikap tegas. Tidak melarang tetapi juga tidak secara resmi mendukung. Sebagai bagian dari bangsa Indonesia, apapun yang kita lakukan dan sikap apapun yang kita tunjukkan sudah selayaknya juga memberikan kontribusi positif bagi kemajuan bangsa.

Berdasarkan uraian yang dipaparkan di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui persepsi mahasiswa terhadap keikutsertaan puteri Indonesia pada ajang miss universe.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

“Bagaimanakah Persepsi Mahasiswa USU mengenai Keikutsertaan Puteri Indonesia 2009 pada Ajang Miss Universe?’’


(24)

1.3Pembatasan Masalah

Sesuai dengan masalah penelitian yang dirumuskan di atas, selanjutnya peneliti merumuskan penelitian. Adapun maksudnya agar permasalahan yang diteliti menjadi jelas, terarah, dan tidak terlalu luas sehingga dapat dihindari salah pengertian tentang masalah penelitian. Maka pembatasan masalah yang akan diteliti adalah:

1. Penelitian ini bersifat deskriptif yang bertujuan menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau objek tertentu.

2. Persepsi yang akan diteliti adalah mengenai keikutsertaan Puteri Indonesia 2009 pada Ajang Miss Universe.

3. Objek penelitiannya ialah seluruh mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU) yang masih aktif kuliah dan berasal dari Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD)

4. Penelitian dimulai pada bulan Desember 2009, dengan lama penelitian yang akan disesuaikan dengan tingkat kebutuhan.

1.4Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui tanggapan mahasiswa terhadap keikutsertaan Puteri Indonesia 2009 ke ajang Miss Universe

2. Untuk mengetahui persepsi mahasiswa mengenai keikutsertaan puteri Indonesia 2009 ke ajang Miss Universe.


(25)

1.4.2 Manfaat Penelitian

1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah penelitian dan sumber bacaan di lingkungan FISIP USU. 2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

khususnya yang berkaitan dengan kajian Ilmu Sosial/Komunikasi mengenai Persepsi.

3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi pihak – pihak yang berkepentingan.

1.5Kerangka Teori

Dalam melakukan penelitian, teori berperan sebagai landasan berpikir untuk mendukung pemecahan suatu masalah dengan jelas dan sistematis. Hal ini sesuai dengan pengertian teori menurut Kerlinger (dalam Singarimbun, 1989:37) yakni serangkaian asumsi, konsep, konstrak, defenisi dan proporsi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep.

Adapun teori – teori yang dianggap relevan dalam penelitian ini adalah: Komunikasi, Komunikasi Massa, Media Massa, Teori Perbedaan Individual (Individual Deferences Theory), Persepsi.

1.5.1 Komunikasi

Istilah komunikasi semula hanya merupakan suatu fenomena sosial. Tetapi kemudian berubah menjadi ilmu yang secara akademik berdisiplin mandiri, yang dewasa ini dianggap amat penting sehubungan dampak sosial yang menjadi kendala bagi kemaslahatan umat manusia akibat perkembangan teknologi.


(26)

Menurut Effendy (2005:3) istilah komunikasi dalam bahasa Latinnya disebut dengan communis yang berarti sama atau sama maknanya atau pengertian bersama, dengan maksud untuk mengubah pikiran, sikap, perilaku, penerima dan melaksanakan apa yang diinginkan komunikator.

Menurut Effendy (2005:5) komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahukan atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku baik langsung secara lisan maupun tidak langsung melalui media.

Menurut Harold Laswell (dalam Effendy, 2005:10), komunikasi adalah who says what in which channel to whom and with what effect. Jadi unsur-unsur yang terdapat dalam komunikasi menurut paradigma Laswell ada lima yaitu:

1. Komunikator (source, sender) 2. Pesan (Message)

3. Media (channel)

4. Komunikan (receiver, recipient) 5. Efek (effect)

Berdasarkan paradigma Laswell tersebut, bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.

Sedangkan menurut Shannon dan Weaver (dalam Changara, 2006:19) bahwa komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling pengaruh mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak sengaja. Tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni, dan teknologi.


(27)

Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran dapat berupa gagasan, informasi, pendapat dan sebagainya. Perasaan dapat berupa keyakinan, kepastian, keragu-raguan, kemarahan, keberanian, dan sebagainya.

Dari pendapat beberapa ahli di atas maka dapat disimpulkan beberapa pengertian komunikasi yaitu:

1. Bahwa komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan

2. Pesan disampaikan dengan menggunakan lambang, gerak, isyarat, gesture dan bahasa

3. Dilakukan oleh dua orang atau lebih

4. Ada proses penyesuaian diantara komunikator dengan komunikan 5. Komunikasi dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu (Arifin, 1984:64)

1.5.2 Komunikasi Massa

Dari berbagai macam cara komunikasi yang dilakukan di dalam masyarakat manusia, salah satu bentuknya adalah komunikasi massa. Komunikasi massa dapat diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonim (tidak dikenal) melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima serentak dan sesaat.

Menurut Joseph A. Devito (dalam Effendy, 2005:21) komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa


(28)

banyaknya. Ini berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang membaca atau semua orang yang menonton televisi.

Sedangkan menurut Maletzke (dalam Rakhmat, 2000:188) memberikan definisinya bahwa komunikasi massa diartikan sebagai bentuk komunikasi yang menyampaikan pernyataan secara terbuka melalui media penyebaran teknis secara tidak langsung dan satu arah pada publik.

Rakhmat (2000:189) mengatakan komunikasi massa dapat diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar heterogen dan anonim melalui media cetak atau media elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.

1.5.3 Media Massa

Media massa mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut (Mc.Quail, 1991:3):

1. Media merupakan produksi yang berubah dan berkembang yang menciptakan lapangan kerja, barang dan jasa serta menghidupkan industri lain yang terkait. Media juga merupakan industri tersendiri yang memiliki peraturan dan norma-norma yang menghubungkan institusi tersebut dengan masyarakat dan institusi sosial lainnya.

2. Media massa merupakan sumber kekuatan sebagai alat kontrol, manajemen dan inovasi dalam masyarakat yang dapat didayagunakan sebagai pengganti kekuatan atau sumber daya lain.


(29)

3. Media merupakan lokasi (forum) yang semakin berkembang, untuk menampilkan peristiwa-peristiwa kehidupan masyarakat, baik yang bertaraf nasional maupun internasional.

4. Media sering kali berperan sebagai wahana pengembangan kebudayaan, bukan saja dalam pengertian perkembangan untuk seni atau simbol, tetapi juga dalam pengertian pengembangan tata cara, mode, gaya hidup, dan norma-norma.

5. Media telah menjadi sumber dominan bukan saja bagi individu untuk memperoleh gambaran citra realitas sosial, tetapi juga bagi masyarakat dan kelompok secara kolektif. Media menyuguhkan nilai-nilai dan penilaian normatif yang dibaurkan dengan berita dan hiburan.

Media massa sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia karena media massa yang merupakan hasil kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi canggih bisa meningkatkan intensitas, kecepatan, dan jangkauan komunikasi dengan pengaruh sosial yang cukup besar. Dengan adanya alat-alat komunikasi massa yang canggih, maka alat-alat tersebut tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sekarang ini.

Menurut Changara (2002:134-135), karakteristik media massa yaitu: 1. Bersifat melembaga, artinya pihak yang mengelola media terdiri dari

banyak orang, yakni mulai dari pengumpulan, pengelolaan sampai pada penyajian informasi.

2. Bersifat satu arah, artinya komunikasi yang dilakukan kurang memungkinkan terjadinya dialog antara komunikator dan komunikan.


(30)

Kalaupun terjadi reaksi atau umpan balik, biasanya memerlukan waktu yang lebih lama dan tertunda.

3. Meluas dan serempak, artinya dapat mengatasi rintangan waktu dan jarak, karena ia memiliki kecepatan. Bergerak secara luas dan simultan, dimana informasi yang disampaikan diterima oleh banyak orang pada saat yang sama.

4. Memakai peralatan teknis atau mekanis, seperti radio, televisi, surat kabar dan sebagainya.

5. Bersifat terbuka, artinya pesannya dapat diterima oleh siapa saja dan dimana saja tanpa mengenal usia, jenis kelamin dan suku bangsa.

1.5.4 Teori Perbedaan Individual (Individual Differences Theory)

Teori ini diperkenalkan oleh Melvin D.Defleur yang secara lengkapnya adalah “Individual Differences Theory of Mass Communication Effect”. Teori ini menelaah tentang perbedaan-perbedaan diantara individu-individu sebagai sasaran media massa ketika mereka diterpa sehingga menimbulkan efek tertentu.

Menurut teori ini, individu-individu sebagai anggota khalayak sasaran media massa secara selektif menaruh perhatian terhadap pesan-pesan terutama jika berkaitan dengan kepentingannya, konsisten dengan sikap-sikapnya, sesuai dengan kepercayaan yang didukung oleh nilai-nilainya. Tanggapannya terhadap pesan-pesan tersebut diubah oleh tatanan psikologisnya. Jadi, efek media massa pada khalayak massa itu tidak seragam, melainkan beragam disebabkan secara individual berbeda satu sama lain dalam struktur kejiwaannya.


(31)

Anggapan dasar teori ini adalah bahwa manusia amat bervariasi dalam organisasi psikologisnya secara pribadi. Variasi ini sebagian dimulai dari dukungan perbedaan secara biologis, tetapi ini dikarenakan pengetahuan secara individual yang berbeda.

Manusia yang dibesarkan yang secara tajam berbeda, menghadapi titik-titik pandangan yang berbeda secara tajam pula. Dari lingkungan yang dipelajarinya itu, mereka menghendaki seperangkat sikap, nilai dan kepercayaan yang merupakan tatanan psikologisnya masing-masing pribadi yang membedakannya dari yang lain.

Teori perbedaan individual ini mengandung rangsangan-rangsangan khusus yang menimbulkan interaksi yang berbeda dengan watak-watak perorangan anggota khalayak. Oleh karena terdapat perbedaan individual setiap pribadi anggota khalayak, maka secara alamiah dapat diduga akan muncul efek yang bervariasi sesuai dengan perbedaan individual itu (Effendi, 1993: 275-276).

1.5.5 Persepsi

Persepsi pada dasarnya merupakan suatu proses yang terdiri dalam pengamatan seseorang terhadap sesuatu informasi yang disampaikan oleh orang lain yang sedang saling berkomunikasi, berhubungan, atau bekerjasama, jadi setiap orang tidak terlepas dari proses persepsi. Persepsi dianggap lebih mendalam jika dibandingkan dengan opini. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Le Boueuf (1992:48) yang mengatakan bahwa, “Persepsi adalah pemahaman kita terhadap apa yang kita alami. Penafsiran kita terhadap apa yang kita lihat dan apa yang kita dengar yang dipengaruhi oleh kombinasi antara pengalaman masa


(32)

lalu, keadaan, serta psikologi yang benar-benar sama. Bagi setiap orang, apa yang dipersepsikannya itulah kenyataannya.”

Menurut Mc Mahon (Isbandi, 1994:55), persepsi diartikan sebagai proses menginterpretasikan rangsangan (input) dengan menggunakan alat penerima informasi (sensory information).

Mergen, King & Robinson (Isbandi, 1994:55), persepsi menunjuk pada bagaimana kita melihat, mendengar, merasakan, mengecap, dan mencium dunia sekitar kita. Dengan kata lain, persepsi dapat pula didefinisikan sebagai sesuatu yang dialami oleh manusia.

William James (Isbandi, 1994:55), menambahkan bahwa persepsi terbentuk atas dasar data-data yang kita peroleh atau pengolahan ingatan (memory) kita diolah kembali berdasarkan pengalaman yang kita miliki.

Menurut Hindle & Thomas (dikutip dari Isbandi, 1994:58) memberikan definisi bahwa persepsi diartikan sebagai suatu proses dimana seseorang menerima, memilih atau menafsirkan informasi.

Kimbal Young mengatakan, “Persepsi adalah sesuatu yang menunjukkan aktivitas merasakan, menginterpretasikan dan memahami objek baik fisik maupun sosial ” (Wagito, 1986:89). Definisi ini menekankan bahwa persepsi akan timbul setelah seseorang atau sekelompok orang terlebih dahulu merasakan kehadiran suatu objek dan setelah dirasakan akan menginterpretasikan objek yang dirasakan tersebut.

Pendapat Young ini sejalan dengan William James (dalam Adi, 1994:55) yang mengatakan bahwa persepsi terbentuk atas dasar data-data yang kita proses


(33)

dari lingkungan yang diserap oleh indera kita serta sebagian lainnya diperoleh kembali berdasarkan pengalaman yang kita miliki.

Dari uraian diatas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa persepsi merupakan suatu hal yang penting yang dialami oleh setiap orang. Setiap orang akan menerima segala sesuatu berupa informasi ataupun segala rangsangan yang datang dari lingkungannya, dalam batas-batas kemampuannya. Segala rangsangan yang diterimanya tersebut diolah dan selanjutnya diproses.

Persepsi seseorang tidaklah timbul begitu saja. Tentu ada faktor-faktor yang yang mempengaruhi. Faktor-faktor inilah yang menyebabkan mengapa dua orang yang melihat sesuatu mungkin memberi interpretasi yang berbeda tentang apa yang dilihatnya itu. Secara umum, dapat dikatakan bahwa terdapat tiga faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang.

1. Diri orang yang bersangkutan sendiri. Apabila seorang melihat sesuatu dan berusaha memberikan interpretasi tentang apa yang dilihatnya itu, ia dipengaruhi oleh karakteristik individu yang turut mempengaruhi seperti sikap, motif, kepentingan, minat pengalaman dan harapannya.

2. Sasaran persepsi tersebut. Sasaran itu mungkin berupa orang, benda atau peristiwa. Sifat-sifat sasaran itu biasanya berpengaruh terhadap persepsi orang yang melihatnya. Dengan kata lain, gerakan, suara, ukuran, tindak tanduk dan ciri-ciri lain dari sasaran persepsi itu turut menentukan cara pandang orang melihatnya.

3. Faktor situasi. Persepsi harus dapat dilihat secara kontekstual yang berarti dalam situasi mana persepsi itu timbul perlu pula mendapat


(34)

perhatian. Situasi merupakan faktor yang turut berperan dalam pertumbuhan persepsi seseorang (Siagian, 1989:101).

Sejalan dengan ini, Kasali (1994:23) mengemukakan faktor-faktor yang juga menentukan persepsi, yaitu:

a) Latar belakang budaya b) Pengalaman masa lalu c) Nilai-nilai yang dianut

d) Berita-berita yang berkembang

Jalaluddin Rakhmat dalam bukunya, Psikologi Komunikasi (2005), mengungkapkan bahwa persepsi dipengaruhi oleh faktor struktural yang berasal dari sifat stimuli fisik dan efek-efek saraf yang ditimbulkan pada sistem saraf individu dan faktor fungsional yang berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu, dan hal-hal lain yang termasuk faktor personal.

Dalam Sobur (2003:446), dijelaskan bahwa dalam persepsi terdapat tiga komponen utama yaitu:

1. Seleksi, adalah proses penyaringan oleh indera terhadap rangsangan dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.

2. Interpretasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang. Sejalan dengan pendapat Renan Khasali, menurut Sobur interpretasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti pengalaman masa lalu, sistem nilai yang dianut, motivasi kepribadian dan kecerdasan. Interpretasi juga bergantung pada kemampuan seseorang untuk mengadakan pengkategorian informasi yang diterimanya, yaitu proses mereduksi informasi yang kompleks menjadi sederhana.


(35)

3. Reaksi, yaitu persepsi yang kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai reaksi.

1.6 Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai (Nawawi, 1991:40). Kerangka konsep memuat komponen-komponen yang akan diteliti beserta indikatornya untuk memperjelas penelitian yang akan dicapai.

Berdasarkan kerangka teori yang telah ada, dapat ditentukan pernyataan-pernyataan yang bersifat konseptual. Kerangka konsep merupakan defenisi yang dipakai untuk menggambarkan secara abstrak suatu fenomena atau pun fenomena alam.

Komponen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Komponen Keikutsertaan Puteri Indonesia 2009 pada Ajang Miss Universe.

2. Komponen Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara.

1.7 Model Teoritis

Berdasarkan komponen yang telah ditetapkan, maka terbentuklah suatu skema model teoritis penelitian sebagai berikut:


(36)

Gambar 1 Model Teoritis

1.8 Konsep Operasional

Konsep operasional berfungsi untuk memudahkan kerangka konsep dalam penelitian. Maka berdasarkan kerangka konsep dibuatlah operasionalisasi konsep untuk membentuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian. Berdasarkan hal itu, maka operasionalisasi konsep yang diukur dalam penelitian ini adalah:

Tabel 1 Operasional Konsep

Konsep Teoritis Konsep Operasional Keikutsertaan Puteri Indonesia 2009

pada Ajang Miss Universe

• Ketertarikan terhadap Informasi

• Kejelasan Informasi • Pemahaman Individu Komponen

Keikutsertaan Puteri Indonesia 2009 pada Ajang Miss Universe

Komponen Persepsi Mahasiswa USU


(37)

• Kesesuaian terhadap nilai budaya

• Keuntungan yang diperoleh meliputi:

- Citra negara di dunia Internasional

- Memajukan sektor Pariwisata

Persepsi Mahasiswa • Perhatian

• Penafsiran • Penerimaan • Reaksi

Meliputi: Dukungan Penolakan Karakteristik Responden • Jenis Kelamin

• Usia • Fakultas • Stambuk

1.9 Defenisi Operasional

Menurut Singarimbun (1995:46), defenisi operasional merupakan unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya untuk mengukur suatu


(38)

variabel. Dengan kata lain, defenisi operasional adalah semacan petunjuk pelaksana bagaimana cara mengatur suatu variabel.

Konsep-konsep dalam penelitian ini dapat didefenisikan sebagai berikut: 1. Komponen pertama, tentang keikutsertaan puteri Indonesia 2009 ke Ajang

Miss Universe:

a. Ketertarikan terhadap Informasi, yaitu kecenderungan dari diri individu terhadap sesuatu hal tertentu.

b. Kejelasan Informasi, yaitu pesan-pesan yang diberikan oleh media harus jelas dan dapat dipahami oleh khalayak.

c. Pemahaman Individu, merupakan usaha individu untuk mengartikan atau menginterpretasikan stimulus.

d. Kesesuaian terhadap nilai budaya, yaitu adanya pandangan terhadap batasan nilai-nilai yang melekat pada suatu budaya.

e. Keuntungan yang diperoleh, yaitu manfaat yang dapat diperoleh dari suatu kegiatan atau aktivitas tertentu.

2. Komponen kedua, yakni persepsi mahasiswa:

a. Perhatian, yaitu suatu proses penyeleksian input yang akan diproses dalam kaitannya dengan pengalaman. Perhatian dipengaruhi oleh adanya motif dan kebutuhan, minat, intensitas dan ukuran, kontras dan hal-hal baru, pengulangan dan gerakan. Perhatian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perhatian terhadap keikutsertaan puteri Indonesia pada ajang Miss Universe.

b. Penafsiran, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang.


(39)

c. Penerimaan, yaitu apakah pesan tersebut dapat dipercaya, atau apakah ia mengandung informasi dengan nilai-nilai penting.

d. Reaksi merupakan persepsi yang kemudian diterjemahkan ke dalam bentuk tingkah laku sebagai reaksi.

3. Karakteristik Responden

a. Jenis kelamin yaitu, perbedaan yang disandarkan pada fisik atau gender yakni laki-laki dan perempuan.

b. Usia yaitu, hitungan dari awal tahun kelahiran responden.

c. Fakultas yaitu, tempat dimana responden melakukan aktivitas perkuliahan yang telah ditetapkan pihak universitas.

d. Stambuk yaitu tahun dimana responden dinyatakan diterima sah sebagai mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU)


(40)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Komunikasi

2.1.1 Definisi Komunikasi

Komunikasi secara etimologis berasal dari perkataan latin “communicatio”. Istilah ini bersumber dari perkataan “communis” yang berarti sama; sama di sini maksudnya sama makna atau sama arti. Jadi komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator dan diterima oleh komunikan (Effendy, 1993:30).

Beberapa pakar menilai bahwa komunikasi merupakan suatu kebutuhan yang sangat fundamental bagi seseorang yang hidup bermasyarakat. Suatu teori dasar biologi mengatakan bahwa yang mendorong manusia untuk berkomunikasi adalah kebutuhan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Harold D.Laswell menyebutkan tiga fungsi yang menyebabkan manusia berkomunikasi, yaitu:

1. Hasrat manusia untuk mengontrol lingkungannya

2. Upaya manusia untuk dapat beradaptasi dengan lingkungannya 3. Upaya untuk melakukan transformasi warisan sosialisasi. (Cangara, 2006:2-3).

Joseph A.Devito (1978) dalam bukunya “Communicologi: An Introduction to The Study of Communication” menjelaskan komunikasi adalah kegiatan yang dilakukan seseorang atau lebih dari kegiatan menyampaikan dan menerima pesan


(41)

komunikasi yang terganggu keributan, dalam suatu konteks, bersama dengan beberapa efek yang timbul dari kesempatan arus balik (Lubis, 2005:10).

Howard Stephenson (1971) dalam bukunya “Handbook of Public Relations” menjelaskan komunikasi merupakan proses penyampaian peran komunikasi dan efek komunikasi dari seseorang atau kelompok, kepada orang atau kelompok lainnya (Lubis, 2005:10).

Berikut beberapa defenisi yang dapat dirinci:

1. Miller (1966) menyebutkan komunikasi sebagai suatu hal yang mempunyai pusat perhatian dalam situasi perilaku dimana sumber menyampaikan pesan kepada penerima secara sadar untuk mempengaruhi perilaku.

2. Gerbner (1966) menyebutkan komunikasi adalah interaksi sosial melalui simbol dan sistem pesan.

3. Emery, Ault, dan Agee (1963) menyebutkan bahwa komunikasi diantara manusia merupakan seni menyampaikan informasi, ide, dan tingkah laku dari satu orang ke orang lain

(Ardianto, 2007:18-19)

Definisi-definisi yang dikemukakan di atas tentunya belum mewakili semua definisi komunikasi yang telah dibuat oleh banyak pakar, namun sedikit banyaknya kita telah memperoleh gambaran seperti apa yang diungkapkan Shannon dan Weaver (1949) bahwa komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling pengaruh mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak sengaja. Tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni, dan teknologi. Karena itu, jika kita berada dalam suatu situasi berkomunikasi, maka kita memiliki beberapa


(42)

kesamaan dengan orang lain, seperti kesamaan bahasa atau kesamaan arti dari simbol–simbol yang digunakan dalam berkomunikasi (Cangara, 2006:19-20).

Adapun tujuan dari proses komunikasi yakni: 1. Untuk mengubah sikap (to change the attitude)

2. Untuk mengubah opini dan/pendapat/pandangan (to change the opinion)

3. Untuk mengubah perilaku (to change the behaviour) 4. Untuk mengubah masyarakat (to change the society) Selain itu, komunikasi juga memiliki fungsi:

1. Untuk menginformasikan (to inform) 2. Untuk mendidik (to educate)

3. Untuk menghibur (to entertain) 4. Untuk mempengaruhi (to influence) (Purba.,dkk, 2006:3)

2.1.2 Unsur-unsur Komunikasi

Dari definisi komunikasi yang telah dikemukakan, maka jelas bahwa komunikasi antarmanusia hanya bisa terjadi, jika ada seseorang yang menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu, artinya komunikasi hanya bisa terjadi kalau didukung oleh adanya sumber, pesan, media, penerima, dan efek. Unsur-unsur ini bisa juga disebut komponen atau elemen komunikasi (Cangara, 2006:21).

Terdapat beberapa macam pandangan tentang banyaknya unsur atau elemen yang mendukung terjadinya komunikasi. Aristoteles, ahli filsafat Yunani


(43)

Kuno dalam bukunya Rhetorica menyebut bahwa suatu proses komunikasi cukup didukung oleh tiga unsur yang mendukungnya, yakni siapa yang berbicara, apa yang dibicarakan dan siapa yang mendengarkan (Cangara 2006:21).

Claude E. Shannon dan Warren Weaver (1949), dua orang insinyur listrik menyatakan bahwa terjadinya proses komunikasi memerlukan lima unsur yang mendukungnya yaitu pengirim, transmitter, signal, penerima dan tujuan. Awal tahun 1960-an David K. Berlo membuat formula komunikasi yang lebih sederhana. Formula itu dikenal dengan nama “SMCR”, yakni: Source (pengirim), Message (pesan), Channel (saluran-media) dan Receiver (penerima). Kemudian Charles Osgood, Gerald Miller dan Melvin L. De Fleur menambahkan lagi unsur efek dan umpan balik (feedback). Perkembangan terakhir adalah munculnya pandangan dari Joseph de Vito, K. Sereno dan Erika Vora yang menilai faktor lingkungan merupakan unsur yang tidak kalah penting dalam proses komunikasi.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur komunikasi adalah sebagai berikut:

1. Pengirim Pesan/Sumber

Pengirim pesan adalah individu atau orang yang mengirim pesan. Dalam komunikasi antarmanusia, sumber bisa terdiri dari satu orang, tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok misalnya partai, organisasi, atau lembaga.

2. Pesan

Pesan adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada si penerima. Pesan ini dapat berupa verbal maupun nonverbal. Pesan secara verbal


(44)

dapat secara tertulis maupun lisan. Pesan nonverbal dapat berupa isyarat, gerakan badan, ekspresi muka, dan nada suara.

3. Saluran/Media

Saluran atau media adalah jalan/alur yang dilalui pesan dari si pengirim dengan si penerima. Saluran yang biasa dalam komunikasi adalah gelombang cahaya dan gelombang suara yang dapat kita lihat dan dengar. Media yang dimaksud di sini adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima.

4. Penerima Pesan

Penerima pesan adalah pihak yang menganalisis dan menginterpretasikan isi pesan yang diterimanya. Penerima bisa terdiri dari satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok, partai atau negara. Penerima biasa disebut dengan berbagai istilah, seperti khalayak, sasaran, komunikan, atau dalam bahasa Inggris disebut audience atau receiver.

5. Pengaruh

Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang (De Fleur, 1982).

6. Tanggapan Balik

Ada yang beranggapan bahwa umpan balik sebenarnya adalah salah satu bentuk daripada pengaruh yang berasal dari penerima. Akan tetapi sebenarnya umpan balik juga berasal dari unsur lain seperti pesan dan


(45)

media, meski pesan belum sampai kepada penerima. Misalnya sebuah konsep surat yang memerlukan perubahan sebelum dikirim, atau alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan itu mengalami gangguan sebelum sampai ke tujuan. Hal-hal seperti itu menjadi tanggapan balik yang diterima oleh sumber.

7. Lingkungan

Lingkungan atau situasi ialah faktor-faktor tertentu yang dapat mempengaruhi jalannya komunikasi. Faktor ini dapat digolongkan atas empat macam, yakni lingkungan fisik, lingkungan sosial budaya, lingkungan psikologis, dan dimensi waktu.

(Cangara, 2006:23-26)

2.1.3 Prinsip Komunikasi

Untuk dapat memahami hakikat suatu komunikasi perlu diketahui prinsip dari komunikasi tersebut. Menurut Seiler (1988), ada empat prinsip dasar dari komunikasi yaitu sebagai berikut:

1. Komunikasi adalah Suatu Proses

Komunikasi adalah suatu proses karena merupakan suatu seri kegiatan yang terus-menerus, yang tidak mempunyai permulaan atau akhir dan selalu berubah-ubah. Komunikasi juga melibatkan suatu variasi saling berhubungan yang kompleks yang tidak pernah ada duplikat dalam cara yang persis sama yaitu: saling hubungan di antara orang, lingkungan, keterampilan, sikap, status, pengalaman, dan perasaan,


(46)

semuanya menentukan komunikasi yang terjadi pada suatu waktu tertentu.

2. Komunikasi adalah Sistem

Komunikasi terdiri dari beberapa komponen dan masing-masing komponen tersebut mempunyai tugas/perannya masing-masing. Tugas/peranan dari masing-masing komponen itu berhubungan satu sama lain untuk menghasilkan suatu komunikasi. Bila terdapat gangguan pada satu komponen maka akan berpengaruh pada proses komunikasi secara keseluruhan.

3. Komunikasi Bersifat Interaksi dan Transaksi

Yang dimaksud dengan istilah interaksi adalah saling bertukar pesan. Proses komunikasi tidak selalu terjadi secara teratur terkadang sambil menyandikan pesan kita juga menginterpretasikan pesan yang kita terima. Dalam keadaan demikian komunikasi tersebut bersifat transaksi.

4. Komunikasi Dapat terjadi Disengaja Maupun Tidak Disengaja

Komunikasi yang disengaja terjadi apabila pesan yang mempunyai maksud tertentu dikirimkan kepada penerima yang dimaksudkan. Tetapi apabila pesan yang tidak disengaja dikirimkan atau tidak dimaksudkan untuk orang tertentu untuk menerimanya maka itu dinamakan komunikasi tidak disengaja.


(47)

2.1.4 Gangguan dan Rintangan Komunikasi

Gangguan atau rintangan komunikasi pada dasarnya dapat dibedakan atas tujuh macam yakni (Cangara, 2006:131-134):

1. Gangguan teknis

Gangguan teknis terjadi jika salah satu alat yang digunakan dalam berkomunikasi mengalami gangguan, sehingga informasi yang ditransmisi melalui saluran mengalami kerusakan.

2. Gangguan semantik

Gangguan semantik disebabkan karena kesalahan pada bahasa yang digunakan.

3. Gangguan psikologis

Gangguan psikologis terjadi karena adanya gangguan yang disebabkan oleh persoalan-persoalan dalam diri individu.

4. Rintangan fisik atau organik

Rintangan yang disebabkan karena kondisi geografis . 5. Rintangan status

Rintangan yang disebabkan karena jarak sosial diantara peserta komunikasi.

6. Rintangan kerangka berpikir

Rintangan yang disebabkan adanya perbedaan persepsi antara komunikator dan khalayak terhadap pesan yang digunakan dalam berkomunikasi.


(48)

7. Rintangan budaya

Rintangan yang terjadi disebabkan karena adanya norma, kebiasaan dan nilai-nilai yang dianut oleh pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi

2.2 Komunikasi Massa

2.2.1 Definisi komunikasi massa

Definisi komunikasi massa, merujuk kepada pendapat Tan dan Wright, dalam Liliweri. 1991, merupakan bentuk komunikasi massa yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen, dan menimbulkan efek tertentu (Ardianto, 2004:3).

Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner (Rakhmat, seperti yang dikemukan Komala, dalam Karlinah, dkk. 1999), yakni: komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (mass communication is message communicated through a mass medium to a large number of people). Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa itu harus menggunakan media massa. Jadi, sekalipun komunikasi itu disampaikan kepada khalayak yang banyak, seperti rapat akbar di lapangan luas yang dihadiri ribuan bahkan puluhan ribu orang, jika tidak menggunakan media massa maka itu bukan komunikasi massa (Ardianto, 2004:3). Definisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh Gerbner. Menurut Gerbner (1967) “Mass communication is the technologically and institutionally based production and distribution of the most broadly shared


(49)

continuous flow of messages in industrial societies”. (Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri (Rakhmat, seperti yang dikutip Komala, dalam Karlinah, dkk. 1999)

Dari definisi Gerbner tergambar bahwa komunikasi massa itu menghasilkan suatu produk berupa pesan-pesan komunikasi. Produk tersebut disebarkan, didistribusikan kepada khalayak luas secara terus menerus dalam jangka waktu yang tetap. Proses memproduksi pesan tidak dapat dilakukan oleh perorangan melainkan harus oleh lembaga dan membutuhkan suatu teknologi tertentu, sehingga komunikasi massa akan banyak dilakukan oleh masyarakat industri (Ardianto, 2004:4).

Definisi lain pernah dikemukakan oleh Joseph A Devito yakni, “First, mass communication is communication addressed to masses, to an extremely large science. This does not means that the audience includes all people or everyone who reads or everyone who watches televisions; rather it means and audience that is large and generally rather poorly defined. Second, mass communication is communication mediated by audio and/or visual transmitter. Mass communication is perhaps most easily and most logically defined by it forms: television, radio, newspaper, magazines, films, and tapes”.

Jika diterjemahkan berarti, “Pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang menonton televisi, agaknya ini tidak berarti pula bahwa khalayak itu lebih besar dan pada umumnya agak sukar didefinisikan. Kedua, komunikasi massa


(50)

adalah komunikasi yang disampaikan oleh pemancar-pemancar yang audio dan atau visual. Komunikasi massa barangkali akan lebih mudah dan lebih logis bila didefinisikan menurut bentuknya; televisi, radio, surat kabar, majalah, buku, film, dan sebagainya (Nurudin, 2004:10-11).

Komunikasi massa memiliki ciri-ciri tersendiri, dilihat dari sifat pesannya terbuka dengan khalayak yang variatif, baik dari segi usia, agama, suku, pekerjaan maupun dari segi kebutuhan. Pesan komunikasi massa berlangsung satu arah dan tanggapan baliknya lambat (tertunda) dan sangat terbatas, sedangkan dari sifat penyebarannya pesan melalui media massa berlangsung begitu cepat, serempak, dan luas (Cangara, 2003:27).

Komunikasi massa juga memiliki jumlah sasaran ataupun komunikan yang dicapainya relatif banyak dan tidak terbatas. Sejarah dan penggambaran media massa sudah cukup menjadi bukti bahwasanya segala unsur komunikasi massa akan kita rasakan melalui media massa. Ini dikarenakan sumber dari komunikasi massa bukanlah seorang individu ataupun satu orang, melainkan suatu organisasi formal yang pengirimnya adalah komunikator profesional. Pesan yang disampaikan beranekaragam dan pesan tersebut merupakan suatu produk dan komoditi yang mempunyai nilai tukar serta acuan simbolik yang mengandung nilai “kegunaan”. Hubungan satu arah yang tercipta, jarang sekali bersifat interaktif. Hubungan lebih mengarah kepada interpersonal, bahkan juga terkadang bersifat nonmoral dan kalkulatif, artinya komunikator tidak bertanggung jawab atau konsekuensi yang terjadi pada para individu dan pesan yang dijualbelikan dengan uang ataupun menukarnya dengan perhatian tertentu (McQuail, 1996:33).


(51)

Pool (1973) mendefinisikan komunikasi massa sebagai komunikasi yang berlangsung dalam situasi interposed ketika antara sumber dan penerima tidak terjadi kontak secara langsung, pesan-pesan komunikasi mengalir kepada penerima saluran media massa seperti televisi, surat kabar, radio, majalah atau film.

Dari berbagai definisi mengenai komunikasi massa yang telah diuraikan di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau elektronik, sehingga pesan yang sama dapat diterima serentak dan sesaat (Ardianto, 2004:7).

2.2.2 Unsur-unsur Komunikasi Massa

Komunikasi massa terdiri atas unsur-unsur sumber (source), pesan (message), saluran (channel), dan penerima (receiver) serta efek (effect). Harold D. Laswell mengatakan untuk memahami komunikasi massa dapat dipahami dengan bentuk pertanyaan yang dibuatnya, who says what in which channel to whom and with what effect:

1. Who (sumber atau komunikan)

Sumber utama dalam komunikasi massa adalah lembaga, organisasi atau orang yang bekerja dengan fasilitas lembaga. Lembaga yang dimaksudkan adalah surat kabar, stasiun radio, televisi, studio film, penerbit buku dan majalah.


(52)

2. Says what (pesan)

Organisasi memiliki rasio keluaran yang tinggi atas masukannya dan sanggup melakukan encode terhadap pesan-pesan yang sama pada saat bersamaan. Pesan dalam komunikasi massa dapat diproduksi dalam jumlah yang besar dan menjangkau audiens yang jumlahnya cukup banyak.

3. In which channel (saluran)

Menyangkut pada peralatan mekanik yang digunakan untuk menyebarluaskan pesan-pesan komunikasi massa. Media itu bisa berupa televisi, surat kabar, majalah, radio, film dan internet,

4. To whom (penerima atau mass audience)

Unsur ini menyangkut sasaran komunikasi massa. Menurut Charles Wright, ada tiga karakteristik audiens, yaitu: (1) large, dimana besarnya mass audience yang relatif dan menyebar di berbagai lokasi tidak dilakukan dengan tatap muka dan tidak terikat di tempat yang sama; (2) heterogen, dalam hal ini diartikan sebagai semua lapisan masyarakat dengan berbagai keanekaragamannya; dan (3) anonim diartikan sebagai anggota-anggota dari mass audience, pada umumnya tidak saling mengenal secara pribadi dengan komunikator.

5. With what effect (unsur efek atau akibat)

Dalam komunikasi massa, jumlah umpan balik relatif sangat kecil dibandingkan dengan jumlah khalayak secara keseluruhan yang merupakan sasaran komunikasi massa dan sering tidak mewakili seluruh khalayak. Oleh karena itu, pengetahuan mass communication


(53)

atau mass audience sangat terbatas dan cenderung terlambat atau delayed.

(Ardianto, 2004:33-34)

2.2.3 Ciri-ciri Komunikasi Massa

Komunikasi massa memiliki ciri-ciri tertentu, seperti: 1. Komunikator bersifat melembaga

Artinya, gabungan antarberbagai macam unsur dan bekerja satu sama lain dalam sebuah lembaga. Lembaga yang dimaksud di sini menyerupai sebuah sistem. Dengan demikian, komunikator dalam komunikasi massa setidak-tidaknya mempunyai ciri-ciri berupa kumpulan individu, dalam berkomunikasi individu-individu itu terbatasi perannya dengan sistem dalam media massa, pesan yang disebarkan atas nama media yang bersangkutan dan bukan atas nama pribadi unsur-unsur yang terlibat, apa yang dikemukakan oleh komunikator biasanya untuk mencapai keuntungan atau mendapatkan laba secara ekonomis.

2. Komunikan bersifat heterogen

Artinya, mempunyai heterogenitas komposisi atau susunan, berasal dari berbagai keompok dalam masyarakat, tidak saling mengenal, tidak saling berinteraksi secara langsung, tidak mempunyai kepemimpinan atau organisasi formal.


(54)

3. Pesannya bersifat umum

Artinya, dapat ditujukan kepada semua kalangan, pesan-pesan tidak boleh bersifat khusus, tidak disengaja untuk golongan tertentu.

4. Komunikasinya berlangsung satu arah

Artinya, komunikasi hanya berjalan satu arah akan memberi konsekuensi umpan balik (feedback) yang sifatnya tertunda atau tidak langsung (delayed feedback).

5. Menimbulkan keserempakan

Artinya, ada keserempakan dalam proses penyebaran pesan-pesannya. Serempak berarti khalayak bisa menikmati media massa hampir bersamaan.

6. Mengandalkan peralatan teknis

Artinya, media massa sebagai alat utama dalam penyampaian pesan kepada khalayaknya sangat memerlukan bantuan peralatan teknis. Agar proses pemancaran atau penyebaran pesan lebih cepat dan serentak kepada khalayak yang tersebar.

7. Dikontrol oleh gatekeeper

Gatekeeper berfungsi sebagai orang yang ikut menambah atau mengurangi, menyederhanakan, mengemas agar semua informasi yang disebarkan lebih mudah dipahami.


(55)

2.2.4 Fungsi Komunikasi Massa

Sean Mac Bride, ketua komisi masalah-masalah komunikasi UNESCO (1980) mengemukakan bahwa komunikasi massa dapat berfungsi sebagai:

1. Informasi, yakni kegiatan untuk mengumpulkan, menyimpan data, fakta, dan pesan, opini dan komentar, sehingga orang bisa mengetahui keadaan yang terjadi di luar dirinya.

2. Sosialisasi, yakni menyediakan dan mengajarkan ilmu pengetahuan bagaimana orang bersikap sesuai nilai-nilai yang ada, serta bertindak sebagai anggota masyarakat secara efektif.

3. Motivasi, yakni dorongan orang untuk mengikuti kemajuan orang lain melalui apa yang mereka baca, lihat, dengar dari media massa.

4. Bahan diskusi, yakni menyediakan informasi sebagai bahan diskusi untuk mencapai persetujuan dalam hal perbedaan pendapat mengenai hal-hal yang menyangkut orang banyak.

5. Pendidikan, yakni membuka kesempatan untuk memperoleh pendidikan secara luas, baik untuk pendidikan formal maupun non formal.

6. Memajukan kebudayaan, yakni menyebarluaskan hasil-hasil kebudayaan melalui pertukaran program siaran.

7. Hiburan, yakni media massa memberikan situasi yang menyenangkan atau hiburan bagi khalayaknya. Karena salah satu kebutuhan manusia adalah mendapatkan hiburan yang cukup.

8. Integrasi, yakni menjembatani perbedaan-perbedaan dari khalayak di seluruh tempat (Effendy, 2004: 27-28).


(56)

2.3 Media Massa

2.3.1 Definisi Media Massa

Dalam masalah berkomunikasi, terlihat pergeseran yang mencolok. Kalau dahulunya dalam berkomunikasi mengandalkan tatap muka dan komunikasi kelompok sebagai pola komunikasi, dengan perkembangan teknologi komunikasi yang kian pesat maka peralatan modern menjadi andalan untuk mendukung proses komunikasi tersebut. Suatu kenyataan yang tidak terbantahkan dan sangat mempengaruhi proses komunikasi dalam masyarakat modern sekarang ini adalah keberadaan media massa. Media massa telah menjadi fenomena tersendiri dalam proses komunikasi massa dewasa ini. Bahkan ketergantungan manusia pada media massa sudah sedemikian besar. Ketergantungan yang tinggi pada media tersebut akan mendudukkan media sebagai alat yang ikut membentuk apa dan bagaimana masyarakat (Nurudin, 2007:33-340).

Media yang sering dimaksudkan dalam proses komunikasi massa disebut dengan media massa, yang memiliki ciri khas mempunyai kemampuan untuk memikat perhatian khalayak secara serempak (simultaneous) dan serentak (instantanenous). Media massa inilah pada akhirnya sering menimbulkan masalah dalam kehidupan manusia. Sifat media yang digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan komunikasi massa harus benar-benar mendapat perhatian, karena erat sekali kaitannya dengan khalayak yang diterpa (Ardianto, 2004:39).

Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak, sedangkan massa jika diartikan dalam konotasi negatif merupakan kerumunan ataupun sekumpulan orang banyak yang biasanya jumlahnya tidak teratur. Media merupakan saluran yang dimanfaatkan


(57)

untuk mengendalikan arah dan memberikan dorongan terhadap perubahan sosial. Media melakukan banyak cara untuk menghubungkannya dengan realitas kehidupan kita (McQuail, 1996:53).

Media massa merupakan saluran yang dihasilkan oleh teknologi modern. Hal ini perlu ditekankan sebab ada media yang bukan media massa yakni media tradisional seperti kentongan, angklung, gamelan, dan lain-lain. Jadi, di sini jelas media massa menunjuk pada hasil produksi teknologi modern sebagai saluran dalam komunikasi massa (Nurudin, 2007:4).

2.3.2 Karakteristik Media Massa

Karakteristik media massa (Cangara, 2006:122) adalah:

1. Bersifat melembaga, artinya pihak yang mengelola media terdiri dari banyak orang, yakni mulai dari pengumpulan, pengelolaan sampai pada penyajian informasi.

2. Bersifat satu arah, artinya komunikasi dilakukan kurang memungkinkan terjadinya dialog antara pengirim dan penerima. Kalaupun ada terjadi reaksi atau umpan balik, biasanya memerlukan waktu dan tertunda. 3. Meluas dan serempak, artinya dapat mengatasi rintangan waktu dan

jarak, karena ia memiliki kecepatan. Bergerak secara luas dan simultan, di mana informasi yang disampaikan diterima oleh banyak orang pada saat yang sama.

4. Memakai peralatan teknis atau mekanis, seperti radio, televisi, surat kabar, dan semacamnya.


(58)

5. Bersifat terbuka, artinya pesannya dapat diterima oleh siapa saja dan di mana saja tanpa mengenal usia, jenis kelamin, dan suku bangsa.

2.3.3 Peranan Media Massa

Media massa adalah institusi yang berperan sebagai agent of change yaitu sebagai institusi pelopor perubahan. Ini adalah paradigma utama media massa. Dalam menjalankan paradigmanya media massa berperan:

1. Sebagai institusi pencerahan massa, perannya sebagai media edukasi. Media massa menjadi media yang setiap saat mendidik masyarakat supaya cerdas, terbentuk pikirannya dan menjadi masyarakat maju. 2. Selain itu, media massa juga menjadi media informasi, yaitu media

yang setiap saat menyampaikan informasi kepada masyarakat. Dengan informasi yang terbuka dan jujur dan benar disampaikan media massa kepada masyarakat. Maka masyarakat akan menjadi masyarakat yang terbuka dengan informasi, sebaliknya pula masyarakat akan menjadi mssyarakat informatif, masyarakat yang dapat menyampaikan informasi-informasi dengan jujur kepada media massa. Selain itu, informasi yang banyak dimiliki oleh masyarakat, menjadikan masyarakat sebagai masyarakat dunia yang dapat berpartisipasi dengan berbagai kemampuan.

3. Terakhir media massa sebagai media hiburan. Sebagai agent of change, media massa juga menjadi institusi budaya, yaitu institusi yang setiap saat menjadi corong kebudayaan, katalisator perkembangan budaya.


(59)

Sebagai agen of change yang dimaksud adalah yang mendorong agar perkembangan budaya itu bermanfaat bagi manusia bermoral dan masyarakat sakinah, dengan demikian media massa juga berperan untuk mencegah berkembangnya budaya-budaya yang justru merusak peradaban manusia dan masyarakatnya.

(Bungin, 2006:85-86).

2.3.4 Bentuk-bentuk Media Massa

Bentuk-bentuk dari media massa (Cangara, 2006:123) adalah sebagai berikut:

1. Surat Kabar

Surat kabar boleh dikatakan sebagai media massa tertua sebelum ditemukannya film, radio dan televisi. Surat kabar memiliki keterbatasan karena hanya bisa dinikmati oleh mereka yang melek huruf, serta lebih banyak disenangi oleh orang tua daripada kaum remaja dan anak-anak. 2. Film

Film dalam pengertian sempit adalah penyajian gambar lewat layar lebar, tetapi dalam pengertian yang lebih luas bisa juga termasuk yang disiarkan di televisi. Film dengan kemampuan visualnya yang didukung dengan audio yang khas, sangat efektif sebagai media hiburan dan juga sebagai media pendidikan dan penyuluhan. Ini bisa juga diputar berulangkali pada tempat dan khalayak yang berbeda.


(60)

3. Radio

Salah satu kelebihan media radio dibanding dengan media lainnya, ialah cepat dan mudah dibawa kemana-mana. Radio bisa dinikmati sambil mengerjakan pekerjaan lain. Suatu hal yang tidak mungkin terjadi pada media lainnya seperti televisi, film dan surat kabar. Radio pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintahan Belanda pada tahun 1922. 4. Televisi

Televisi memiliki sejumlah kelebihan terutama kemampuannya dalam menyatukan antara fungsi audio dan visual, ditambah dengan kemampuannya memainkan warna. Selain itu, televisi juga mampu mengatasi jarak dan waktu, sehingga penonton yang tinggal di daerah terpencil dapat menikmati siaran televisi. Di Indonesia, televisi pertama kali diperkenalkan pada tahun 1962, ketika dilangsungkan pesta olahraga Asian Games di Jakarta.

Kehadiran media massa untuk mempengaruhi pemikiran dan tindakan khalayak tidak hanya menjadi wacana belaka. Seluruh aspek termasuk budaya, sosial dan politik dipengaruhi oleh media. Media membentuk kristalisasi opini publik untuk membawanya pada perubahan yang signifikan dan instan terhadap suatu tindakan tertentu. Walaupun terkadang kekuatan media massa hanya sampai pada ranah sikap

(Agee, 2001).

Sedangkan Dominick (2000) menyebutkan tentang dampak komunikasi massa pada pengetahuan, persepsi dan sikap orang-orang. Media massa terutama


(61)

televisi, yang menjadi agen sosialisasi (penyebaran nilai-nilai) memainkan peranan penting dalam transmisi sikap, persepsi dan kepercayaan

(Ardianto, 2004:57-58).

2.4 Teori Perbedaan Individual

Nama teori yang diketengahkan oleh Melvin D. Defleur ini lengkapnya adalah “Individual Differences Theory of Mass Communication Effect”. Jadi teori ini menelaah perbedaan-perbedaan individu-individu sebagai sasaran media massa ketika mereka diterpa sehingga menimbulkan efek tertentu.

Menurut teori ini individu-individu sebagai anggota khalayak sasaran media massa secara selektif, menaruh perhatian kepada pesan-pesan terutama jika berkaitan dengan kepentingannya, konsisten dengan sikap-sikapnya, sesuai dengan kepercayaannya yang didukung oleh nilai-nilainya. Tanggapannya terhadap pesan-pesan tersebut diubah oleh tatanan psikologisnya. Jadi, efek media massa pada khalayak massa itu tidak seragam, melainkan beragam disebabkan secara individual berbeda satu sama lain dalam struktur kejiwaannya.

Anggapan dasar teori ini adalah bahwa manusia amat bervariasi dalam organisasi psikologisnya secara pribadi. Variasi ini sebagian dimulai dari dukungan perbedaan secara biologis, tetapi ini dikarenakan pengetahuan secara individual berbeda. Manusia yang dibesarkan dalam lingkungan yang secara tajam berbeda, menghadapi titik-titik pandangan yang berbeda secara tajam pula. Dari lingkungan yang dipelajarinya itu, mereka menghendaki seperangkat sikap, nilai dan kepercayaan yang merupakan tatanan psikologisnya masing-masing pribadi yang membedakannya dari yang lain.


(62)

Teori perbedaan individual ini mengandung rangsangan-rangsangan khusus yang menimbulkan interaksi yang berbeda dengan watak-watak perorangan anggota khalayak. Oleh karena terdapat perbedaan individual pada setiap pribadi anggota khalayak itu, maka secara alamiah dapat diduga akan muncul efek yang bervariasi sesuai dengan perbedaan individual itu. Tetapi dengan berpegang tetap pada pengaruh variabel-variabel kepribadian (yakni menganggap khalayak memiliki ciri-ciri kepribadian yang sama) teori tersebut tetap akan memprediksi keseragaman tanggapan terhadap pesan tertentu (jika variabel antara bersifat seragam (Effendi, 1993:275-276).

2.5 Persepsi

2.5.1 Definisi Persepsi

Secara etimologis, persepsi atau dalam bahasa Inggris perception berasal dari bahasa Latin perception, dari percipere, yang artinya menerima atau mengambil (Sobur, 2003:445).

Persepsi pada dasarnya merupakan suatu proses yang terjadi dalam pengamatan seseorang terhadap orang lain. Pemahaman terhadap suatu informasi yang disampaikan oleh orang lain yang sedang saling berkomunikasi, berhubungan atau bekerjasama, jadi setiap orang tidak terlepas dari proses persepsi.

Persepsi dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu (Sobur, 2003:445).


(63)

Persepsi adalah proses internal yang memungkinkan kita memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita, dan proses tersebut mempengaruhi perilaku kita (Mulyana, 2007:179).

Definisi lain tentang persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi, menafsirkan pesan. Persepsi memberikan makna pada stimuli inderawi (sensory stimuli) (Rakhmat, 2001:57).

Lahlry (1991) mendefinisikan persepsi sebagai proses yang kita gunakan untuk menginterpretasikan data-data sensoris. Data-data sensoris sampai kepada kita melalui lima indera kita (Severin, 2005:83).

Sementara Joseph A. Devito mendefinisikan persepsi sebagai proses yang menjadikan kita sadar akan banyaknya yang mempengaruhi indera kita

(Mulyana, 2007:180).

Brian Fellows juga mendefinisikan persepsi sebagai proses yang memungkinkan kita memperoleh kesadaran menerima dan menganalisis informasi (Mulyana, 2007:180).

Dari uraian di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa persepsi merupakan suatu hal penting yang dialami oleh setiap orang. Setiap orang akan menerima segala sesuatu berupa informasi ataupun segala rangsangan yang datang dari lingkungannya, dalam batas-batas kemampuannya, segala rangsangan yang diterimanya tersebut diolah, selanjutnya diproses.


(1)

BAB V PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Setelah peneliti mengolah data dari hasil kuesioner ke dalam analisa tabel tunggal, maka dari hasil analisa peneliti menyimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1. Puteri Indonesia adalah kontes kecantikan di Indonesia yang

diselenggarakan sejak tahu

Puteri Indonesia akan menjadi wakil Indonesia atau duta bangsa pada kegiatan-kegiatan yang bertaraf Internasional dan ikut serta dalam memajukan komoditas-komoditas ekspor Indonesia,

2. Parameter yang digunakan dalam Pemilihan Puteri Indonesia adalah 3B yaitu: brain (kecerdasan), beauty (berpenampilan menarik), behaviour (berperilaku baik).

3. Miss Universe merupakan acara yang prestisius terutama bagi penduduk kawasan

4. Indonesia mengikuti ajang Miss Universe pertama kalinya pada tahun 1994 namun hanya sebagai pengamat. Pada saat itu Vena Melinda merupakan Puteri Indonesia 1994 dan menjadi utusan dari Negara Indonesia, seiring dengan perkembangan era globalisasi dan dukungan dari sebagian kalangan maka pada tahun 2005 Artika Sari Devi Puteri


(2)

Indonesia 2004 untuk pertama kalinya tampil sebagai peserta utusan dari Indonesia.

5. Tanggapan mahasiswa asal provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) terhadap keikutsertaan Puteri Indonesia 2009 pada ajang Miss Universe pada dasarnya mendukung keikutsertaan tersebut. Menurut responden Puteri Indonesia 2009, Qory Sandriovaria memiliki potensi untuk bersaing di ajang Miss Universe, akan tetapi berhubung Qory merupakan wakil provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) hendaknya berpakaian yang sopan dan dapat menjaga martabat provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD).

6. Persepsi mahasiswa terhadap Qory Sandriovaria, Puteri Indonesia 2009 yakni penampilan Qory yang tidak mengenakan jilbab pada ajang pemilihan Puteri Indonessia pada dasarnya tidak mencerminkan nilai-nilai Islami sebagaimana aturan yang telah diterapkan di provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Namun, berdasarkan kuesioner yang telah dibagikan kepada responden diketahui bahwa sebagian besar para responden tidak mempermasalahkan soal jilbab, akan tetapi menurut sebagian besar responden penampilan Qory tersebut tetap akan mempengaruhi martabat provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) yang identik dengan nilai-nilai Islam.


(3)

5.2 SARAN

Adapun saran yang dapat diberikan oleh peneliti adalah sebagai berikut: 1. Ajang Pemilihan Puteri Indonesia pada dasarnya sangat baik untuk

dilaksanakan. Akan tetapi, tetap diperlukan penilaian yang objektif terhadap para kontestan dengan bersasarkan indikator konsep penilaian yang telah ditetapkan yaitu 3B (brain, beauty, bahaviour). Sehingga, kontestan yang terpilih benar-benar yang berkompeten dan diharapkan mampu melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik serta efektif.

2. Sebaiknya pemerintah memberikan kebijakan yang jelas mengenai keikutsertaan wakil Indonesia di ajang Miss Universe karena menyangkut kepentingan dan citra negara di kanca internasional. 3. Perlu dipertimbangkan lagi oleh Yayasan Puteri Indonesia dan

Pemerintah tentang manfaat dari keikutsertaan wakil Indonesia di ajang Miss Universe, apabila tidak begitu memberikan kontribusi bagi negara sebaiknya dihentikan saja, sebab akan memicu permasalahan di dalam negeri.

4. Untuk rencana keikutsertaan Qory Sandriovaria di ajang Miss Universe 2010 diperlukannya campurtangan pemerintah provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) untuk mengantisipasi kembali terjadinya kontraversi khususnya pada masyarakat Aceh.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Isbandi R. 1994. Psikologi Pekerjaan Sosial dan Ilmu Kesejahteraan Sosial. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Ardianto, Elvinaro., 2007. Filsafat Ilmu Komunikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama.

Arifin, Anwar., 1984. Ilmu Komunikasi Sebuah Pengantar Ringkas. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Arikunto, Suharsimi., 1998. Prosedur Penelitian. Rineka Cipta, Jakarta. ---., 2006. Manajemen Penelitian. Rineka Cipta, Jakarta. Bungin, Burhan., 2006. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana.

Changara, Hafied., 2002. Dinamisasi Komunikasi. Raja Grafindo Persada, Jakarta. ---., 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. Raja Grafindo Persada,

Jakarta.

Effendy, Onong Uchjana., 1993. Ilmu, Teori dan Filsafat komunikasi. Bandung: Citra Aditya Bakti.

---, 2004. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosadakarya.

---., 2005. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Remaja Rosadakarya, Bandung.

Kasali, Rhenald. 1994. Manajemen Public Relations. Pustaka Utama Grafiti, Jakarta.

Kriyantono, Rachmat. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Kencana, Jakarta. Kuswandi, Wawan. 1996. Komunikasi Massa, Sebuah Analisis Media Televisi.

Rineka Cipta, Jakarta.


(5)

Mar’at., 1982. Sikap Manusia, Perubahan serta Pengukurannya. Ghalia, Indonesia.

Mc.quail, Dennis., 1991. Komunikasi Massa. Erlangga, Jakarta.

Nawawi. Hadari., 1991. Instrumen Penelitian Bidang Sosial. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

---., 1995. Metode Penelitian Bidang Sosial. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Nurudin., 2004. Komunikasi Massa. Yogyakarta: Cespur.

---., 2007. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Rakhmat, Jalaluddin., 2001. Psikologi Komunikasi. Remaja Rosadakarya,

Bandung.

--- ., 2004. Metode Penelitian Komunikasi. Remaja Rosadakarya, Bandung.

Severin, Werner J dan James W. Tankard. 2005. Teori Komunikasi Massa: Sejarah, Metode dan Terapan di dalam Media Massa. Kencana, Jakarta. Siagian, Sondang P. 1989. Teori Motivasi dan Aplikasinya. Bina Aksara, Jakarta. Singarimbun, Masri dan Sofyan Effendi. 1989. Metode Penelitian dan Survey.

LP3ES, Jakarta.

Singarimbun, Masri. 1995. Metode Penelitian Survei. LP3ES, Jakarta. Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Pustaka Setia, Bandung.

Sumadiria., 2005. Jurnalitik Indinesia: Menulis Berita dan Featire. Simbiosa Rekatama Media, Bandung.

Walgito, Bimo. 2007. Psikologi Kelompok. Andi, Yogyakarta.


(6)

2009

05 November 2009