Perlindungan Anak yang menjadi pelaku tindak pidana dalam konteks hukum

Menurut pembukaan konvensi yang kemudian secara normatif dijabarkan dalam batang tubuhnya, mengandung norma-norma, antara lain tentang: a Pengakuan bahwa demi perkembangan anak secara penuh dan harmonis maka anak harus dapat tumbuh dan berkembang dalam lingkungan ke1uarganya dengan penuh kasih sayang dan penuh pengertian; b Anak dengan berbagai kekurang matangan pisik dan mental membutuhkan perhatian dan penjagaan secara khusus termasuk kebutuhan akan perlindungan hukum; c Perlindungan anak dilakukan dengan tetap memperhatikan pentingnya peranan nilai-nilai tradisi dan kultur dari setiap bangsa sejauh menyangkut perlindungan dan perkembangan anak secara harmonis. Undang-undang peradilan anak tujuannya untuk mengatur mengenai tata cara penyelenggaraan sidang perkara anak. Oleh karena itu, materi utama muatan undang- undang ini bersifat acara atau menyangkut hukum formal. Sebagai ketentuan yang dimaksudkan untuk mengatur mengenai tata cara beracara, maka tidak mengatur mengenai materi yang berkaitan dengan kelembagaan. Kelembagaan peradilan anak. masuk dalam lingkungan peradilan umum, sebagai bagian dari peradilan umum, maka sidang perkara anak dengan sendirinya dan sudah semestinya mencakup berbagai lingkup wewenang badan peradilan umum sebagaimana diatur dalam Undang-undang nomor 2 tahun 1986. Dengan demikian bahwa peradilan anak bukan suatu lingkungan badan peradilan baru, melainkan pengkhususan dari lingkungan peradilan umum. Selain alasan lingkup wewenang peradilan umum tersebut diatas, cakupan pemidanaan terhadap anak didasarkan pada pertimbangan bahwa undang-undang peradilan anak disusun dalam rangka menjamin dan melindungi kepentingan anak secara integral.

C. Perlindungan Anak yang menjadi pelaku tindak pidana

1. Perlindungan Anak yang menjadi pelaku tindak pidana dalam konteks hukum

pidana materil Perlindungan terhadap anak yang menjadi pelaku tindak pidana sebelum berlakunya UU No.3 tahun 1997 tetang pengadilan anak, hukum pidana Indonesia tidak mengatur dalam kitab undang-undang hukum pidana secara tersendiri, melainkan tersebar diberbagai peraturan yang berkaitan dengan hukum pidana yaitu KUHP Hukum Pidana Materil, KUHAP Hukurn Pidana Formil maupun Undang-undang pemasyarakatan Hukum Pelaksanaan pidana. Ketentuan yang berkaitan dengan anak dalam KUHP Hukum Pidana Materil, antara lain sebagai berikut a Pasal 40 yang merumuskan: Jika seorang di bawah umur enam belas tahun mempunyai, memasukkan atau menganggkut barang-barang dengan melanggar aturan-aturan mengenai pengawasan pelayaran di bagian-bagian Indonesia yang tertentu, atau aturan-aturan mengenai larangan memasukkan, mengeluarkan, dan meneruskan pengangkutan barang-barang, maka hakim dapat menjatuhkan pidana perampasan atas barang-barang itu, juga dalam hal yang bersalah diserahkan kembali kepada orang tuanya, walinya atau pemeliharanya tanpa pidana apapun. Ketentuan dalam pasal ini merupakan perkembangan dalam ketentuan umum, bahwa hukuman tambahan itu biasanya dijatuhkan beserta hukuman pokok dan tidak pernah dijatuhkan sendiri. b Pasal 45, 46 dan47 telah dinyatakan tidak berlaku lagi oleh UU No.31997 c Pasal 78 ayat 2 yang merumuskan: Bagi orang yang pada saat melakukan perbuatan umurnya belum delapan belas tahun, masing-masing tenggang daluwarsa di atas dikurangi menjadi sepertiga. Dalam beberapa pasal KUHP yang telah diuraikan diatas, bahwa jenis-jenis pidana pada pasal 10 KUHP yang tidak dapat dijatuhkan kepada anak adalah: a.Pidana Mati b.Pidara Tambahan berupa pencabutan-hak-hak tertentu, dan c. Pidana Tambahan berupa pengumuman putusan hakim.

2. Perlindungan Anak yang menjadi pelaku tindak pidana dalam konteks hukum pidana formil