II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Anak
Perumusan mengenai pengertian anak yang terdapat pada Undang-Undang No 23 tahun 2002 Pasal 1 butir 1 Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 delapan belas tahun, termasuk
anak yang masih dalam kandungan. Memang orang dewasa dan anak ada persamaanya, tetapi juga ada perbedaannya mental, pisik, social karena situasi dan kondisi yang bersangkutan.
Persamaan yang harus dikembangkan dan dipertahankan adalah pengertian bahwa anak dan orang dewasa keduanya adalah manusia yang sama harkat dan martabatnya sebagai manusia dan
sebagai sesama manusia yang hidup didalam masyarakat.
Cara suatu masyarakat memperlakukan anak, tidak hanya mencerminkan kualitas rasa iba, hasrat untuk melindungi dan memperhatikan anak, namun juga mencerminkan kepekaannya akan rasa
keadilan, komitmennya akan masa depan dan peranan penting anak sebagai generasi penerus bangsa. Romli Atmasasmita,1997:83.
Anak sebagai sumber daya manusia dan bagian dari generasi muda, sudah selayaknya mendapakan perhatian khusus, karena dalam’ dirinya melekat harkat, martabat dan hak-hak
sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. Hak asasi anak merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam undang-undang dasar 1945 dan konvensi perserikatan bangsa-
bangsa tentang hak-hak anak. Dari sisi kehidupan berbangsa dan bernegara, anak adalah masa depan bangsa dan generasi penerus cita-cita bangsa, sehingga setiap anak berhak atas
kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang, berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan diskriminasi serta hak sipil dn kebebasan.
B. Pengertian Perlindungan Anak
Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dari hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi. secara optimal sesuai dengan harkat
dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi Pasat 1 butir 2 Undang-Undang No.23 Tahunn 2002. Perlindungan anak merupakan perwujudan
adanya keadilan dalam suatu masyarakat. Dengan demikian maka perlindungan anak harus diusahakan da1am berbagai bidang penghidupan dan kehidupan bernegara, bermasyarakat dan
berkeluarga berdasarkan hukum demi perlakuan benar, adil dan sejahtera bagi anak.
Melindungi anak adalah melindungi manusia dan membangun manusia seutuh mungkin. Mengabaikan masalah perlindungan anak berarti tidak akan memantapkan pembangunan
nasional, akibat tidak adanya perlindungan anak akan menimbulkan berbagai permasalahan sosial yang dapat menggangu penegakan hukum, ketertiban, keamanan dan pembangunan
nasional maka dari itu berarti bahwa perlindungan anak harus diusahakan, apabila kita ingin mengusahakan pembangunan nasional yang memuaskan. Perlindungan anak dalam suatu
keluarga, masyarakat dan bangsa merupakan tolak ukur peradaban keluarga, masyarakat dan bangsa, jadi demi pengembangan manusia seutuhnya dan peradaban orang wajib mengusahakan
perlindungan anak sesuai dengan kemampuan demi kepentingan nusa dan bangsa.
Mencegah perlakuan salah terhadap anak dan penelantaran anak mengembangkan dan meningkatkan perlindungan anak adalah meningkatkan kesejahteraan anak yang dapat berakibat
peningkatan kesejahteraan keluarga, masyarakat dan bangsa. Dalam semua usaha menangani pemasalahan kesejahteraan anak secara bertanggung jawab maka, unsur perlindungan anak harus
merupakan wawasan, tujuan dan sifat semua kegiatan yang ingin mengembangkan kesejahteraan anak mental, pisik dan sosial yang menyangkut berbagai bidang penghidupan dan kehidupan.
Jangan mengharap orang akan mencapai kesejahteraan dalam keluarga, masyarakat dan bangsa, apabila orang tidak mau dan tidak. mempunyai semangat untuk melindungi anak secara bersama-
sama dengan masyarakat dan pemerintah. Melindungi anak pada hakekatnya adalah melindungi keluarga, masyarakat, bangsa dan negara Arief Gosita, 1986:162.
Setiap manusia dapat melaksanakan haknya, ini berarti dilindungi untuk memperoleh dan mempertahankan haknya untuk hidup, mempunyai kelangsungan hidup, bertumbah-kernbang
dan perlindungan dalam pelaksanaan hak dan kewajibanya sendiri dan atau bersama para pelindungnya. Setiap anak mempunyai hak untuk melaksanakan kewajibannya untuk
memperjuangkan kelangsungan hidupnya, tumbuh-kembang dirinya, perlindungan bagi dirinya sesuai dengan kemampuannya pada usia tertentu. Antara hak dan kewajiban harus ada
keseimbangan dan pengembangan kemanusiaan yang positif dengan demikian maka akan terwujud adanya perlakuan adil terhadap anak, oleh karena itu keadilan adalah suatu kondisi
yang memungkinkan setiap orang melaksanakan hak dan kewajibannya secara seimbang dan manusiawi.
Sebagai generasi muda, anak adalah penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber daya manusia bagi pembangunan nasional. Dalam rangka mewujudkan sumber daya manusia yang
berkualitas, kelangsungan hidup, pengembangan fisik dan mental serta perlindungan dari berbagai mara bahaya yang dapat mengancam integritas dan masa depan mereka, perlu upaya
pembinaan yang berkelanjutan dan terpadu. Dalam kenyataan, upaya pengembangan generasi muda, acapkali dihadapkan pada berbagai masalah dan tantangan yang sulit dihindari, antara lain
di jumpai penyimpangan sikap dan penilaku anak, bahkan lebih jauh dari itu, terdapat anak-anak yang melakukan perbuatan melanggar hukum, baik anak dari kalangan sosial ekonomi tinggi,
menengah, maupun bawah.
Selain itu terdapat pula anak yang dalam keadanan terlantar, yakni anak yang karena satu dan yang lain hal ternyata berbagai kebutuhannya tidak terpenuhi dengan wajar, baik secara
rohani,jasmani, maupun sosial. Karena keadaan diri yang tidak memadai tersebut, anak-anak tersebut baik sengaja ataupun tidak, sering juga melakukan perbuatan atau perilaku yang dapat
merugikan masyarakat atau dirinya sendiri baik dalam bentuk perbuatan melanggar melawan hukurn atau melakukan perbuatan yang terarang bagi anak-anak.
Usaha untuk menanggulangi berbagai perbuatan dan tingkah laku menyimpang anak, tidak boleh melupakan kedudukan anak dengan segala karakternya yang khusus. Walaupun anak pada
dasarnya dan dalam batas wajar telah menentukan sendiri langkah perbuatan berdasarkan pikiran, perasaan dan kehendaknya. Tetapi karena kondisinya sebagai anak, keadaan sekitarnya
dapat berpengaruh, lebih besar dalam menentukan sikap dan nilai pribadinya. Oleh karena itu dalam menghadapi anak nakal dan terlantar masyarakat dan sekelilingnya dan terutama orang tua
lebih bertanggung jawab dari pada anak itu sendiri.
Hubungan antara orang tua dengan anak dalam kehidupan manusia merupakan suatu hubungan yang hakiki, termasuk hubungan mental psikologis maupun mental spritual. Mengingat hakekat
hubungan tersebut dalam kehidupan manusia, maka dalam menangani masalah anak harus senantiasa diusahakan agar anak tidak dipisahkan dari orang tuanya. Kalaupun terpaksa
dipisahkan, tetaplah dipertimbangkan pemisahan itu semata-mata demi kepentingan menjaga perkembangan dan pertumbuhan anak secara sehat dan wajar.
Peradilan anak meliputi segala aktifitas pemeriksaan dan pemutusan perkara yang menyangkut kepentingan anak. Menekankan atau memusatkan pada kepentingan anak harus merupakan pusat
perhatian dalam peradilan anak. Keterlibatan pengadilan dalam kehidupan anak dan keluarganya pada suatu saat hanya ditujukan pada upaya penanggulangan keadaan yang buruk sehubungan
dengan perilaku menyimpang dan pelanggaran hukum yang dilakukan oleh anak, penelantaran anak dan eksploitasi terhadap anak.
Negara-negara seperti Amerika, Inggris, dan juga Belanda, peradilan anak yang berfungsi memberikan perlindungan terhadap anak-anak yang berprilaku menyimpang atau melakukan
perbuatan yang melanggar hukum, telah lama diakui eksistensinya. Kehadiran Peradilan anak di negara-negara Eropa Barat dan Amerika sudah di mulai sejak akhir abad 19. Di Belanda
penanganan terhadap anak-anak yang berprilaku menyimpang atau melakukan perbuatan melanggar hukum, telah diatur dalam Kinder Wetten tahun 1901. Di Amerika Serikat
pembentukan pengadilan anak juvenile Court telah terjadi pada tahun 1899. Pengadian anak tersebut dibentuk dalam undang-undang yang mendasarkan pada asas “parent patriae” yaitu
bahwa penguasa harus bertindak apabila anak-anak membutuhkan pertolongan, sedangkan anak yang melakukan kejahatan bukannya dipidana melainkan harus dilindungi dan diberi bantuan,
begitu juga di inggris, Juvenile Court telah dibentuk dengan undang-undang tanggal 25 juli 1921 yang mulai berlaku pada tanggal 1 Nopember 1922.
Memperhatikan berbagai perkembangan tingkah laku menyimpang yang dilakukan anak dan untuk melindungi mereka dari suatu perkembangan yang tidak sehat, perhatian terhadap anak-
anak sebenarnya agak sudah lama diberikan. Hal ini terbukti dari berbagai pertemuan ilmiah yang diselenggarakan baik oleh pemerintah maupun badan-badan sosiai seperti yayasan Pra
Yuana dan Wisma Parmadi Siwi. Memperhatikan rasa peduli terhadap nasib anak-anak semakin menemukan bentuknya, terutama ketika Departemen Sosial bekerja sama dengan Departemen
kehakiman, Departemen Pendidikan, Departemen kebudayaan, Departemen Tenaga kerja, Departemen kesehatan, dan mahkamah Agung pada tanggal 12 sampai dengan tanggal 13
Oktober 1970 menyelenggarakan loka karya mengenai masalah anak dan pemuda dalam kaitannya dengan hukum pidana dan acara pidana, pendidikan, sosial, kesehatan. dan
ketenagakerjaan. Loka karya tersebut berhasil menyusun rekomondasi mengenai dasar-dasar bagi hukum keluarga, yang diantaranya meliputi pengakuan dan pengesahan anak diluar kawin,
kebelumdewasaan, pembebasan dan pencabutan. kekuasan orang tua, perwalian dan pengakuan anak. Tujuh tahun kemudian, usaha untuk memberikan perlindungan kepada anak-anak semakin
jelas dan langsung pada inti permasalahan, yaitu ketika pada tanggal 30 mei sampai dengan 4 juni 1977 Pra Yuana menyelenggarakan seminar mengenai perlindungan anakremaja. Seminar
tersebut tentang perlindungan anakremaja dan kelembagaannya.
Secara yuridis usaha pemberian perlindungan hak-hak anak oleh dunia Iternasional telah dimulai sejak Deklarasi PBB tahun 1959 tentang hak-hak anak dan terakhir Konvensi hak anak
Contention of the rights of the child tahun 1989 yang kemudian dituangkan dalam Resolusi PBB nomor 4425 tanggal 5 desember 1989. Konvensi ini berisi tentang penegasan hak-hak
anak, perlindungan anak oleh negara, dan peran serta berbagai pihak negara, masyarakat dan swasta dalam menjamin perlindungan hak-hak anak.
Menurut pembukaan konvensi yang kemudian secara normatif dijabarkan dalam batang tubuhnya, mengandung norma-norma, antara lain tentang:
a Pengakuan bahwa demi perkembangan anak secara penuh dan harmonis maka anak harus dapat tumbuh dan berkembang dalam lingkungan ke1uarganya dengan penuh kasih
sayang dan penuh pengertian; b Anak dengan berbagai kekurang matangan pisik dan mental membutuhkan perhatian dan
penjagaan secara khusus termasuk kebutuhan akan perlindungan hukum; c Perlindungan anak dilakukan dengan tetap memperhatikan pentingnya peranan nilai-nilai
tradisi dan kultur dari setiap bangsa sejauh menyangkut perlindungan dan perkembangan anak secara harmonis.
Undang-undang peradilan anak tujuannya untuk mengatur mengenai tata cara penyelenggaraan sidang perkara anak. Oleh karena itu, materi utama muatan undang- undang ini bersifat acara
atau menyangkut hukum formal. Sebagai ketentuan yang dimaksudkan untuk mengatur mengenai tata cara beracara, maka tidak mengatur mengenai materi yang berkaitan dengan
kelembagaan. Kelembagaan peradilan anak. masuk dalam lingkungan peradilan umum, sebagai bagian dari peradilan umum, maka sidang perkara anak dengan sendirinya dan sudah semestinya
mencakup berbagai lingkup wewenang badan peradilan umum sebagaimana diatur dalam Undang-undang nomor 2 tahun 1986. Dengan demikian bahwa peradilan anak bukan suatu
lingkungan badan peradilan baru, melainkan pengkhususan dari lingkungan peradilan umum.
Selain alasan lingkup wewenang peradilan umum tersebut diatas, cakupan pemidanaan terhadap anak didasarkan pada pertimbangan bahwa undang-undang peradilan anak disusun dalam rangka
menjamin dan melindungi kepentingan anak secara integral.
C. Perlindungan Anak yang menjadi pelaku tindak pidana