kerusakan kognisi perceptual, yang dialami pasien terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diriTowsend, 1998.
Perawatan diri adalah salah satu kebutuhan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan
sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri Depkes 2000. Defisit perawatan
diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri mandi, berhias, makan, toileting Nurjannah, 2004.
1.2 Tujuan Masalah 1.2.1 Tujuan umum
Karya Tulis Ilmiah ini bertujuan untuk memahami dan melakukan asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan dasar Defisit perawatan diri
diruang III Melati I RSUD. dr. Pirngadi Medan. 1.2.2 Tujuan khusus
1.
Penulis mampu melakukan pengkajian Defisit perawatan diri terhadap
pasien An.R. 2.
Penulis mampu melakukan pemenuhan kebutuhan dasar Defisit
perawatan diri terhadap pasien An.R. 3.
Penulis mampu mengevaluasi kondisi Defisit perawatan diri terhadap
pasien An. R.
1.3 Manfaat 1.
Bagi penulis
Sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh selama menempuh pendidikan dan sebagai sarana menambah
pengalaman dalam perawatan pemenuhan Defisit perawatan diri.
2. Instansi
a. Pendidikan
Karya tulis ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan dalam memperkaya bahan pustaka yang berguna bagi pembaca
Unversitas Sumatera Utara
secara keseluruhan. Bagi profesi keperawatan dapat dijadikan sebagai dasar mengembangkan ilmu pengetahuan terutama dalam
memberikan informasi mengenai kebutuhan Defisit perawatan diri. b.
Rumah sakit Diharapkan karya tulis ini dapat dijadikan ajaran dalam
meningkatkan mutu serta pelayanan dirumah sakit ataupun klinik keperawatan.
Unversitas Sumatera Utara
BAB II Pengelolaan Kasus
A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Defisit Perawatan Diri
a. Defenisi
Meningitis adalah radang dari selaput otak arachnoid dan piamater. Bakteri dan virus merupakan penyebab utama dari meningitis. Meningitis
disebabkan oleh berbagai macam organisme, tetapi kebanyakan pasien dengan meningitis mempunyai faktor predisposisi seperti fraktur tulang tengkorak,
infeksi, operasi otak atau sum-sum tulang belakang. Seperti disebutkan di atas bahwa meningitis itu disebabkan oleh virus dan bakteri, maka meningitis dibagi
menjadi dua bagian besar yaitu : meningitis purulentadan meningitis serosa. Bakteri yang paling sering menyebabkan meningitis adalah haemofilus
influenza, Nersseria,Diplokokus pnemonia, Sterptokokus group A, Stapilokokus Aurens, Eschericia colli, Klebsiela dan Pseudomonas. Virus yang paling sering
menyebabkan meningitis yaitu, tipe dari meningitis ini sering disebut aseptik meningitis. Ini biasanya disebabkan oleh berbagai jenis penyakit seperti;
gondok, herpez simplek dan herpez zosterIndah, 1999. Manifestasi Klinis, pada awal penyakit,terjadi kelelahan, perubahan
daya ingat, sesuai dengan cepatnya perjalanan penyakit pasien menjadi stupor, sakit kepalanyeri, reaksi pupil terhadap cahaya. Photofobia apabila cahaya
diarahkan pada mata pasien, adanya disfungsi pada saraf III, IV, dan VI, Pergerakan motorik pada masa awal penyakit biasanya normal dan pada tahap
lanjutan bisa terjadi hemiparesis, hemiplegia, dan penurunan tonus otot, refleks Brudzinski dan refleks Kernig + pada bakterial meningitis dan tidak terdapat
pada virus meningitis, nausea, vomiting, demam,takikardia, kejang yang bisa disebabkan oleh iritasi dari korteks cerebri atau hiponatremia, dan penurunan
kesadaranIndah, 1998.
CARA MENILAI KESADARAN atau GLASGOW COMA SCALE GCS
. GCS Adalah skala yang dipakai untuk menentukan atau menilai
tingkat kesadaran pasien, mulai dari keadaan sadar penuh hingga keadaan koma. Pada pemeriksaan Kesadaran atau GCS, ada 3 fungsi E,V,M yang hurus
diperiksa, masing-masing fungsi mempunyai nilai yang berbeda-beda, untuk penjelasannya bisa dilihat dibawah:
Unversitas Sumatera Utara
1. E : eyes mata nilai total 4
2. V : Verbal nilai total 5
3. M : Motorik nilai total 6
Respon pasien yang perlu diperhatikan mencakup 3 hal yaitu reaksi membuka mata , bicara dan motorik. Hasil pemeriksaan dinyatakan
dalam derajat score dengan rentang angka 1 – 6 tergantung responnya.
Eye respon membuka mata : 4 : spontan
3 : dengan rangsang suara suruh pasien membuka mata. 2 : dengan rangsang nyeri berikan rangsangan nyeri, misalnya
menekan kuku jari 1 : tidak ada respon
Verbal respon verbal : 5 : orientasi baik
4 : bingung, berbicara mengacau sering bertanya berulang-ulang disorientasi tempat dan waktu.
3 : kata-kata saja berbicara tidak jelas, tapi kata-kata masih jelas, namun tidak dalam satu kalimat. Misalnya “aduh…, bapak…”
2 : suara tanpa arti mengerang 1 : tidak ada respon
Motorik respon motorik : 6 : mengikuti perintah
Unversitas Sumatera Utara
5 : melokalisir nyeri menjangkau menjauhkan stimulus saat diberi rangsang nyeri
4 : withdraws menghindar menarik extremitas atau tubuh menjauhi stimulus saat diberi rangsang nyeri
3 : flexi abnormal tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas dada kaki extensi saat diberi rangsang nyeri.
2 : extensi abnormal tangan satu atau keduanya extensi di sisi tubuh, dengan jari mengepal kaki extensi saat diberi rangsang
nyeri. 1 : tidak ada respon
Hasil pemeriksaan tingkat kesadaran berdasarkan GCS disajikan dalam simbol E…V…M… Selanutnya nilai-nilai dijumlahkan. Nilai
GCS yang tertinggi adalah 15 yaitu E4V5M6 dan terendah adalah 3 yaitu E1V1M1.
Tingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadaran dan respon seseorang terhadap rangsangan dari lingkungan,
tingkat kesadarankesadaran dibedakan menjadi:
1. Compos Mentis conscious, yaitu kesadaran normal, sadar
sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.
2. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan
dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh. 3.
Delirium, yaitu gelisah, disorientasi orang, tempat, waktu, memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.
4. Somnolen Obtundasi, Letargi, yaitu kesadaran menurun, respon
psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang mudah dibangunkan tetapi jatuh tertidur
lagi, mampu memberi jawaban verbal.
Unversitas Sumatera Utara
5. Stupor soporo koma, yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi
ada respon terhadap nyeri. 6.
Coma comatose, yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap rangsangan apapun tidak ada respon kornea maupun
reflek muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya Weinstock, doris, 2010.
Cara menilai Kekuatan Otot
Kemampuan otot untuk berkontraksi dan menghasilkan tenaga. Ada banyak hal yang membatasi kekuatan otot, seperti, operasi, bedrest lama,
akibat penyakit tertentu atau cedera. Kurangnya latihan fisik atau olahraga juga dapat menurunkan kekuatan otot, yang dapat menyebabkan
mudah mengalami cedera ketika beraktivitas. SKALA KETERGANTUNGAN
Ketergantungan total +4 : Pasien membutuhkan semua kebutuhan yang diperlukan dan
pasien tidak dapat membantu sama sekali.
+3 : Perawat menyediakan seluruh kebutuhan yang diperlukan pasien. Mengatur posisi pasien. Pasien dapat membantu.
+2 : Perawat menyediakan seluruh kebutuhan yang diperlukan pasien. Pasien dapat melakukan sendiri
Masalah yang sering muncul pada pasien dengan diagnosa Meningitis : Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan peningkataN tekanan
intracranial, resiko terhadap cedera berhubungan dengan fungsi otak sekunder terhadap penurunan kesadaran, resiko terjadi kejang ulang
berhubungan dengan hipertermi, kurangnya pengetahuan keluarga sehubungan keterbataaan informasiIndah, 1998, gagal jantung kongestif,
trauma kranioserebral, mobilitas fisik, perubahan persepsi sensori, sepsisseptikimia, gangguan kejangepilepsy, ansietas.
Penatalaksaan Medis
Unversitas Sumatera Utara
1.
Pemberian Cairan intravena
2.
Melakukan koreksi asam basa dan elektrolit jika ada gangguan
3.
Pemberian obat Anti kejang
4.
Pemberian Kortikosteroid : Dexamethason
5.
Pemberian antibiotik spektrum luas : Cephalosphorin
Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas
perawatan diri secara mandiri seperti mandi hygiene, berpakaianberhias,
makan dan BABBAK toileting Fitria, 2009.
Defisit perawatan diri menggambarkan suatu keadaan seseorang yang mengalami hambatan kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri,
seperti mandi, berganti pakaian, gambarkan sebagai Defisit perawatan diri total.Namun, diagnosis tersebut dapat di klasifikasikan dalam masalah yang
lebih spesifik, dengan batasan karakteristiknya masing-masing; masalah- masalah ini dapat berdiri sendiri atau dalam berbagai kombinasi, seperti Defisit
perawatn diri: makan dan Defisit perawatan diri: mandihygiene dan makan.
Defisit perawatan diri sering kali di sebabkan oleh intoleransi aktivitas, Hambatan fisik, Nyeri, Ansietas, atau gangguan kognitif atau persepsi
misalnya, Defisit perawatan diri: makan +2 yang berhubungan dengan disorientasi. Sebagai etiologi, Defisit perawatan diri dapat menyebabkan
depresi , Ketakutan terhadap ketergantungan, dan Ketidakberdayaan misalnya, Ketakutan menjadi ketergantungan total yang berhubungan dengan defissit
perawatan diri total +2 sekunder akibat kelemahan residual karena stroke. Defisit perawatan diri harus di gunakan hanya untuk memberi label pada
kondisi-kondisi tersebut, fokusnya untuk mendukung atau meningkatkan kemampuan perawatn diri pasien. Hasil dan Kriteria evaluasi untuk diagnosis ini
harus menyatakan adanya peningkatan fungsi. Oleh karena itu, jika diagnosis ini digunakan untuk menyatakan ketidakmampuan dalam perawatan, tidak ada
harapan untuk pencapaian hasil yang telah ditetapkan. Fokus intervensi keperawatan dalam hal ini terdiri atas dua: 1 untuk meningkatkan kemampuan
pasien melakukan perawatan diri, dan 2 untuk membantu pasien dengan keterbatasan dan melakukan perawatan yang tidak dpat dilakukan pasien NIC,
NOC NANDA, 2012.
Unversitas Sumatera Utara
b. Jenis-Jenis Perawatan Diri 1.