Tinjauan Pustaka TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Tinjauan Pustaka

Uang diterima oleh masyarakat luas sebagai alat bayar dalam transaksi jual beli, sewa-menyewa, hutang-piutang, bahkan dalam setiap perjanjian yang mengandung kewajiban pembayaran Muhammad dan Murniati, 2000. Kebutuhan akan uang tunai menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat, berapapun tingkat subsistensi dan tradisionalitas kehidupan ekonomi produksi rumah tangga. Pada saat sumberdaya yang dikuasai tidak lagi dianggap memadai untuk menanggulangi kebutuhan hidup, melakukan pertukaran atau memperoleh sejumlah uang tunai, maka hubungan pinjam-meminjam merupakan alternatif utama dalam masyarakat Gunardi, 1994. Setiap orang mempunyai kebutuhan dengan ukuran masing-masing. Kebutuhan akan kesejahteraan hidup tidak terbatas. Oleh karena itu, setiap pemerintahan negara mengatur politik ekonominya untuk menjunjung warganya ke derajat hidup yang layak. Segala daya dan upaya dikerahkan dan diciptakan oleh pemerintah demi kepentingan bangsanya untuk mencapai cita-cita yang setinggi-tingginya, yaitu dengan pengerahan aparatur-aparaturnya untuk mencapai tujuan tersebut. Salah satunya adalah bidang perkreditan yang dapat digunakan sebagai faktor pendorong bagi masyarakat mencapai kemajuan Tjiptoadinugroho, 1994. Dalam mengembangkan pertanian pada masa yang akan datang, kesejahteraan petani dan keluarganya merupakan tujuan utama yang harus menjadi prioritas dalam melakukan program apapun Hanani, Ibrahim, dan Purnomo, 2003. Perekonomian Indonesia sejak dahulu berdasarkan pada satuan-satuan usaha kecil baik di daerah kota maupun di daerah pedesaan. Mereka adalah para petani kecil, pengusaha kecil, pedagang kecil dan semua kegiatan produktif berskala kecil. Setiap perekonomian merupakan susunan piramidal dengan dasar yang kuat, melebar dan luas, dan merupakan landasan yang luas bagi pembangunan ini adalah pengembangan golongan usaha kecil dengan pemberian kredit untuk usaha-usaha produktif Widjaya, 1999. Masyarakat petani memiliki dua kebutuhan, yakni kebutuhan ekonomis dan kebutuhan sosial. Agar dapat hidup layak, seorang petani harus memenuhi tiga macam kebutuhan, yaitu 1 replacement funds, yaitu dana yang yang dibutuhkan petani untuk mengganti sarana produksi dan peralatan produksi dan konsumsi. 2 ceremonial funds, yaitu dana yang dibutuhkan petani untuk membiayai kegiatan-kegiatan sosial. 3 funds of rent, yaitu petani yang tidak memiliki tanah sendiri, dana tersebut digunakan untuk menyewa tanah Gunardi, 1994. Pola penerimaan dan pengeluaran petani tidak seirama. Penerimaan petani diperoleh setelah panen, sedangkan pengeluaran dilakukan setiap hari untuk perawatanpemeliharaan tanaman dan memenuhi kebutuhan untuk mempertahankan kehidupan. Masalah ini sering menimbulkan risiko yang sangat besar pada petani, kalau biaya tidak dapat dipenuhi secara tepat jumlah maka akibatnya adalah produksi atau hasil yang dicapai tidak sesuai dengan harapan Daniel, 2002b. Nirschl dan Sticker 2005 mengatakan bahwa kredit merupakan suatu alat atau cara untuk menciptakan modal. Secara ekonomis dapat dikatakan bahwa modal pertanian dapat berasal dari milik sendiri equity capital atau pinjaman dari pihak lainnya. Modal yang berupa pinjaman dari pihak lain ini lazim disebut sebagai utang atau kredit. Bentuk-bentuk kredit yang lazim diberikan adalah pinjaman musiman dan pinjaman angsuran. Pinjaman musiman adalah pinjaman yang dibayar kembali sesudah satu kali atau beberapa kali panen. Sebaliknya, pinjaman angsuran pelunasannya dilakukan dalam 10 sampai 20 cicilan bulanan. Djojohadikusumo, 1989. Hortikultura sebagai sub sektor pertanian rakyat yang kian lama kian terbukti urgensinya. Produksi hortikultura akan terus meningkat di tahun-tahun yang akan datang, yang dengan sendirinya memerlukan penanganan dan produksi yang lebih besar lagi. Sebab, bukan saja hasil pertanian hortikultura ini dibutuhkan sebagai bahan makanan oleh masyarakat, namun dalam aspek produksinya pun melibatkan banyak kehidupan petani dan keluarganya Sastraatmadja, 1991. Budidaya hortikultura tergolong padat modal di dalam penyediaan sarana produksi, pemeliharaan tanaman dan tenaga kerja. Tanaman sayuran, bunga- bungaan atau tanaman hias dengan siklus pengolahan yang relatif pendek membutuhkan modal yang besar. Hal ini menjadi kendala bagi petani hortikultura yang umumnya lemah di dalam permodalan. Kemudahan fasilitas dana kredit dengan bunga rendah baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek akan banyak menolong petani hortikultura untuk benar-benar berperan sebagai subyek dalam agribisnis hortikultura Soekartawi, 1994. Kredit dapat disalurkan melalui kelompok-kelompok peminjam yang biasanya tergabung dalam kelompok-kelompok sektor, seperti kelompok tani, nelayan, pedagang dan sebagainya Gunardi, 1994. Pemberian kredit secara kelompok akan menghasilkan beban bagi penerima kredit lebih ringan karena beban pembiayaan dipikul secara bersama- sama, sekaligus risiko kemacetan pengembalian kredit kecil. Selain itu proses pengajuan dan pencicilan kredit dapat diwakili oleh seorang anggota. Sehingga keterbatasan dari SDM dalam pengurusan dapat dipecahkan melalui mekanisme ini. Dan dalam kredit melalui kelompok terdapat pembinaan dari petugas lapangan untuk mengembangkan kelompok dalam menjalankan usahanya. Jadi penyaluran kredit dengan melibatkan kelompok lebih baik baik dibandingkan penyaluran kredit secara individu Elfindri dan Zein, 2001. Sebagaimana paket-paket kredit bagi usaha kecil lainnya, kredit tidak lagi disalurkan hanya sebagai kredit. Akan tetapi, disalurkan dalam kerangka pembinaan nasabah kecil dengan menyertakan sejumlah paket pelatihan, penyuluhan, maupun bentuk-bentuk penerangan lain yang cukup memberi arti bagi peningkatan usaha dan diri individu kelompok sasaran itu sendiri. Di dalam konteks ini, kelompok sasaran secara individual cukup mendapat manfaat sosial dan secara ekonomis mendapatkan perbaikan tingkat usaha. Gunardi, 1994. Bantuan permodalan berupa kredit pada dasarnya harus merupakan daya rangsang. Pihak yang mendapat bantuan kredit harus dapat menunjukkan prestasi yang lebih tinggi demi kemajuan usahanya Tjiptoadinugroho, 1994. Tujuan kredit adalah untuk memperbaiki standar hidup, dengan cara menyediakan akses kredit bagi peningkatan pendapatan, dengan harapan bisa membantu usaha pertanian dengan cara menggulirkan dana pinjaman Zulkarnain, 2003. Program kredit yang proses kerjanya dilakukan dengan cara menggulirkan dana. Itu berarti bahwa modal yang tersedia diberikan dalam bentuk kredit, dan uang yang dikembalikan dalam bentuk bunga dan pelunasannya dimasukkan lagi sebagai dana, dan dengan demikian dapat digunakan lagi untuk memberi kredit berikutnya. Sehingga dana tersebut selalu bisa bergulir di antara program itu sendiri dan para petani secara berkelanjutan Nirschl dan Sticker, 2005. Program pinjaman modal usaha dengan pola dana bergulir yang bunga pinjamannya cukup rendah ini dapat memberikan bantuan keuangan bagi usaha produktif dan merangsang kegiatan tersebut di masyarakat sekaligus memupuk jiwa kewirausahaan. Pinjaman modal ini akan digulirkan dari suatu usaha ke usaha yang lain sehingga dapat merata dirasakan oleh masayarakat. Dalam jangka panjang, secara makro meningkatnya ekonomi masyarakat berarti juga akan meningkatnya perekonomian suatu daerah secara keseluruhan Anonimus, 2005.

2.2 Landasan Teori